Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN DESAIN INOVATIF PENGARUH PIJAT OKSITOSIN

DAN OKETANI DALAM MEMPERLANCAR


ASI PADA MASA NIFAS DI RS
SANTO VINCENTIUS
SINGKAWANG

Disusun Oleh:
PETER YORDAN
PLORENTINA NOPITA
PUTRA ARDHANA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayanya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan desain inovatif
tentang “pengaruh pijat oksitosin dan oketani dalam memperlancar ASI pada masa nifas”.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing dan Preceptor yang
telah membimbing dalam penyusunan proposal desain inovatif ini. Serta kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam pembuatan proposal
ini, penulis menyadari masih banyak ada kekurangan baik dari isi materi maupun
penyusunan kalimat. Namun demikian,perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga
kritik dan saran untuk menyempurnakan proposal desain inovatif sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terimakasih .

Singkawang,
Oktober 2021
Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep masa nifas ..........................................................................................4
B. Konsep dasar pijat oksitosin...........................................................................6
C. Konsep dasar pijat Oketani.................................................................................7
BAB III Metodologi
A. Topik..................................................................................................................9
B. Sub Topik...........................................................................................................9
C. Tujuan...............................................................................................................9
D. Pelaksanaan .......................................................................................................10
E. Setting...............................................................................................................10
F. Media/alat yang digunakan.................................................................................10
G. Prosedur Operasional.........................................................................................10
H. Referensi............................................................................................................14

BAB IV Laporan Kegiatan


A. Pelaksanaan Kegiatan......................................................................................16
B. Faktor pendukung...............................................................................................17
C. Faktor penghambat ............................................................................................17

BAB V Kesimpulan dan Saran

ii
A. Kesimpulan........................................................................................................18
B. Saran .................................................................................................................18

DAFTAR PUTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa pasca natal merupakan waktu saat selesai kelahiran sampai dengan
6 minggu setelah kelahiran bayi, periode dimana angka kematian ibu dan
kematian bayi baru lahir sangat tertinggi terjadi pada saat melahirkan, diikuti
satu jam pertama dan satu hari pertama pasca kelahiran (Ronoatmodjo, 2019).
Menurut data WHO tahun 2012, setiap tahun hampir 40% kematian anak adalah
bayi baru lahir dalam 28 hari pertama kehidupan. Tiga perempat dari semua
kematian bayi baru lahir terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan sebagian
besar bayi tersebut meninggal di rumah. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia, masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia
Tenggara yaitu 34/1000 kelahiran hidup, masih cukup tinggi dibandingkan
Malaysia (16/1000) dan Singapura (2/1000) kelahiran hidup (SDKI, 2017) (BPS,
2018).
Penyebab utama kematian neonatus adalah berat badan lahir rendah
( BBLR ), asfiksia, Tetanus neonatorum, dan masalah pemberian makan. Angka
kematian bayi yang tinggi dapat ditanggulangi jika bayi mendapat asupan nutrisi
dan zat gizi yang mencukupi, yaitu melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI)
(Roesli, 2018). Menurut Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes tahun
2015, pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu bayi yang mendapat ASI
eksklusif baru sebesar 54,3% dari target 80%, sedangkan Riskesdas 2013
prosentase menyusui pada bayi 0 bulan adalah menyusui eksklusif (39,8%),
menyusui predominan (5,1%) dan menyusui parsial (55,1%). SDKI tahun 2012
menunjukkan cakupan ASI di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 42%
dari 32% dari data SDKI 2017. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa cakupan
presentase ini masih dibawah 50% sebagaimana target cakupan yang ditentukan
oleh WHO. Kegagalan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain faktor ibu dan bayi. Faktor yang dapat mempengaruhi ibu untuk
dalam memberikan ASI kepada bayinya antara lain produksi ASI yang kurang,
pemahaman ibu yang kurang tentang tata laksana laktasi yang benar, ibu ingin
menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), masalah pada ibu
(puting lecet, puting luka, payudara bengkak, nyeri payudara, mastitis dan abses),

1
2

dan adanya kelainan pada bayi (bayi sakit, abnormalitas bayi), serta faktor
psikologis ibu.
Perawatan payudara akan merangsang payudara dan mempengaruhi
hypopise untuk mengeluarkan hormon progesteron, estrogen dan oksitosin lebih
banyak. Hormon oksitosin akan menimbulkan kontraksi pada sel-sel lain sekitar
alveoli sehingga air susu mengalir turun ke arah puting. Salah satu metode
perawatan payudara adalah dengan melakukan pijat payudara dengan metode
Oketani. Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk
meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan
elastis sehingga memudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga akan
memberikan rasa lega dan nyaman secara keseluruhan pada responden,
meningkatkan kualitas ASI, mencegah putting lecet dan mastitis serta dapat
memperbaiki/mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh putting yang rata
(flat nipple), putting yang masuk kedalam (inverted) (Tasnim & Kabir, 2019).
Oketani dalam Jeongsug et al (2012) mengatakan bahwa nyeri payudara pada ibu
post partum dapat diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah dan limfatik,
sehingga dengan pemberian pijat oketani ini mampu untuk memperlancar aliran
darah dan limfatik yang pada akhirnya mampu memberikan efek berupa
penurunan nyeri pada payudara.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-1 bulan 48, 7%, pada usia 2-3 bulan menurun
menjadi 42, 2% dan semakin menurun seiring dengan meningkatnya usia bayi
yaitu 36, 6% pada bayi berusia 4-5 bulan dan 30, 2% pada bayi usia 6 bulan. Pada
tahun 2019 pencapaian cakupan ASI eksklusif sebesar 34, 3 % dan menurun pada
2010 menjadi 33, 6% (BPS, Susenas 2010). Sedangkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 jauh lebih rendah lagi yaitu 30, 2 %. (Riskesdas, 2013). Angka
tersebut masih jauh dari target cakupan ASI nasional yaitu sebesar
80%.Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi
pemberian ASI ,berat saat lahir,usia kehamilan saat bayi lahir usia ibu dan
paritas,stres dan penyakit akut,IMD,perawatan payudara,penggunaan alat
kontrasepsi,status gizi dan dukungan keluarga,ketersedian ASI yang lancar pada
ibu menyusui akan membantu kesuksesan pemberian ASI secara ekslusif selama
enam bulan ,sehingga membantu bayi tumbuh dan berkembang dengan baik
sesuai rekomendasi WHO (WHO, 2015).
3

Upaya untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin dapat


dilakukan dengan upaya pemijitan pada payudara serta pijat oketani,penelitian
yang dilakukan oleh Machmudah(2017) tentang pijat oketani dan oksitosin pada
ibu post secio sesaria di Rumah sakit wilayah kota Semarang menunjukan hasil
ada peningkatan frekuensi menyusui, setelah dilakukan pijat oketani dan
oksitosin pada hari ketujuh dengan p value masing-masing parameter adalah
0,00(α <0,05).

B. Tujuan

Tujuan dari desain inovatif ini adalah Untuk dapat meningkatkan produksi ASI pada Ibu
masa nifas .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. A. Konsep Masa Nifas
1. Pengertian masa nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai
alat alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (peurperium)
berasal dari bahasa latin. Peurpenium berasal dari 2 dua suku kata yakni
peur bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
peurperium merupakan masa setelah meahirkan. Masa nifas peurperium
adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Buku Acuan Nasional Yankes
Maternal dan Neonatal, 2016). Masa nifas adalah periode 6 minggu pasca
persalinan, disebut juga masa involusi (periode dimana sistem reproduksi
wanita post partum /pasca persalnan kembali ke keadaannya sepeerti
sebelum hamil). Wanita yang melalui priode peurperium. Batasan waktu
nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batasan waktunya, bahkan
dalam waktu yang relative pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan
maksimumnnya adalah 40 hari. Dimasyarakat Indonesia, masa nifas
merupakan periode sejak selesainya proses persalinan sampai 40 hari
setelah itu.
2. Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas diperlukan karena pada periode nifas merupakan
masa kritis bagi ibu dan bayinya. Tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Memulihkan kesehatan klien
b. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis
c. Mencegah infeksi dan komplikasi
d. Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
e. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
f. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta
kepentingan tentang peraatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat

4
5

pada ibu dan keluarganya melalui KIE


g. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.
3. Tata laksana atau prosedur asuhan ibu nifas Meliputi:
a. Periksa 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
b. Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri
c. Pemantauan keadaan umum ibu
d. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi (Bounding Attachment)
e. ASI Eksklusif
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hypotermi.
4. Tahapan masa nifas
Masa nifas terbagi menjadi 3 periode (Kemenkes RI, 2015). Yaitu:
a. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam. Masa
segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam.
b. Periode pasca salin awal (early post partum) 24-1 minggu. Pada periode
ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal.
c. Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1-6 minggu. Pada periode
ini tenaga kesehatab tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB (saleha, 2019:5)
5. Perawatan pada masa nifas
b. Ambulasi dini (Early ambulation )
Ibu merasa lebih sehat dab lebih kuat, fungsi usus dan kandung kencing
lebih baik.
c. Diet
Bagi ibu lebih mudah dan cepat untuk kembali ke berat badan ideal,
pemilihan asupan makanan ibu ketika hamil dan menyusui dapat
berpengaruh terhadap kesehatan bayi.
d. Miksi dan defekasi
Buang air kecil secepatnya dilakukan sendiri. Wanita sulit kencing
karena pada persalinan kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala
bayi
e. Perawatan payudara
Perawatan payudara dimulai sejak anita hamil supaya putting susu
lemas, tidak keras dan kering. Laktasi adalah proses produksi, sekresi,
dan pengeluaran ASI. Faktor yang mempengaruhi ASI adalah motivasi
diri dan dukungan suami atau keluarga untuk menyusui bayinya.
6

B. Konsep Dasar Pijat Oksitosin


1. Pengertian
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis.
Hormon tersebut dihasilkan bila ujung syaraf di sekitar payudara dirangsang
oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju payudara yang
akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli dan memeras ASI keluar
(Purnama, 2013).

2. Pentingnya Hormon Oksitosin


Oksitoksin sangat penting untuk menyebabkan uterus berkontraksi
setelah melahirkan. hal ini membantu mengurangi pendarahan, walaupun
terkadang mengakibatkan rasa nyeri.
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Kondisi ini
menyebabkan ASI di payudara mengalir untuk dihisap. Oksitosin mulai
bekerja saat Ibu ingin menyusui (bahkan sebelum bayi menghisap). Jika
refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan
untuk mendapatkan ASI. Seolah-olah payudara telah berhenti mengeluarkan
ASI, padahal yang sebenarnya terjadi adalah payudara tetap mengeluarkan
ASI namun ASI tidak keluar (Purnama, 2013).

3. Cara Menstimulir Hormon Oksitosin


a. Bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu menyusui mampu menyusui
dengan lancar.
b. Gunakan teknik relaksasi misalnya nafas dalam untuk mengurangi rasa
cemas atau nyeri.
c. Pusatkan perhatian ibu kepada bayi
d. Kompres payudara dengan air hangat
e. Menstimulir puting susu dengan cara menarik puting susu dengan
pelan-pelan, memutar puting susu dengan perlahan dengan jari-jari.
f. Mengurut atau mengusap ringan payudara dengan menggunakan ujung
jari.
g. Ibu menyusui duduk, bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja di
depannya dan meletakan kepalanya diatas lengannya. Payudara
tergantung lepas, tanpa pakaian, handuk dibentangkan diatas pangkuan.
7

dan membentuk gerakan lingkaran kecil. Perawat kemudian


menggosok kearah bawah kedua sisi tulang belakang kanan dan kiri
bersamaan, dari leher kearah tulang belikat segaris dengan
payudara. Pemijatan ini dilakukan selama 2 atau 3 menit.

C. Konsep Dasar Pijat Oketani


Kabir dan Tasnim (2011) dalam penelitian Machmudah (2017) oketani
merupakan perawatan payudara unik yang pertama kali dipopulerkan oleh
Sotomi Oketani dari Jepang dan sudah dilaksanakan di beberapa negara antara
lain Korea, Jepang dan Bangladesh. Sotomi menjelaskan bahwa menyusui dapat
meningkatkan kedekatan (bonding) antara ibu dengan bayi sekaligus mendukung
pertumbuhan fisik dan mental anak secara alami. Oketani dapat membantu ibu
menyusui dalam mengatasi kesulitan saat menyusui bayi mereka. Oketani dapat
memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa nyeri pada ibu postpartum.
Tubuh ibu postpartum menjadi lebih relaks. Hal ini berbeda dengan perawatan
payudara yang konvensional. Oketani akan membuat payudara menjadi lebih
lembut, areola dan puting menjadi lebih elastis sehingga memudahkan bayi untuk
menyusu. Aliran susu menjadi lebih lancar karena ada penekanan pada alveoli.
Oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis yang akan
membuat pembuluh darah menjadi vasodilatasi sehingga aliran darah
menjadi lancar. Setip pembuluh darah mempunya ujung-ujung reseptor, yang
mana bila dilakukan pijatan dapat menimbulkan rangsangan ke aliran darah
yang menuju otak, di dalam otak terdapat bagian yang dinamakan
hipotalamus. Hipotalamus itu menerima rangsangan yang dibawa hipofisis
anterior untuk menghasilkan hormon prolaktin yang berperan dalam produksi
ASI. Pijat oketani juga akan memberikan rasa lega dan nyaman secara
keseluruhan pada responden, meningkatkan produksi ASI, mencegah puting
lecet dan mastitis serta dapat memperbaiki atau mengurangi masalah laktasi
yang disebabkan oleh puting yang rata, puting yang masuk ke dalam.
Karakteristik Oketani :
8

a. Tidak menimbulkan rasa tidak nyaman atau rasa nyeri


b. Ibu dapat segera merasakan pulih dan lega (comfort and relief)
c. Dapat meningkatkan proses laktasi
d. Meningkatkan kualitas ASI
e. Dapat memperbaiki kelainan bentuk puting susu seperti inversi atau
puting rata
f. Dapat mencegah luka pada puting dan mastitis
BAB III
METODOLOGI

A.Topik
a. pengaruh terapi pijat oksitoksin dan oketani dalam meningkatkan produksi ASI

B. Sub Topik
a. Mengidentifikasi produksi ASI sebelum dilakukan Pijat oksitoksin dan oketani
b. Mengidentifikasi produksi ASI setelah dilakukan Pijat oksitoksin dan oketani

C. Tujuan
1. Umum
untuk mengetahui pengaruh terapi pijat oksitoksin dan oketani dalam
meningkatkan produksi ASI

2. Khusus
a. Mengidentifikasi produksi ASI sebelum dilakukan Pijat oksitoksin dan
oketani
b. Mengidentifikasi produksi ASI setelah dilakukan Pijat oksitoksin dan
oketani

9
10

D. Pelaksanaan
1. Tanggal : 18 Oktober 2021

E. Setting
Bangsal Santa Ana, RSU Santo Vincentius

F. Media / Alat Yang Digunakan

1. Kursi,Baby Oil,Lembar Observasi,Kertas,Bolpoin,Kain/Handuk Bersih

G. Prosedur Operasional Yang Dilakukan

NO LANGKAH/TUGAS
A. SIKAP
1 Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah.
2 Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga.
3 Mempersilahkan klien duduk dan merasa nyaman.
4 Tanggap terhadap reaksi klien.
5 Menjaga privasi pasien.
B. CONTENT (ISI)
6 Mencuci tangan
7 Bantu ibu secara psikologis dengan cara :
Bangkitkan rasa percaya diri
Mengurangi sumber rasa sakit dan rasa takut
Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan yang baik terhadap
bayinya.
8 Bantu ibu mempraktikkannya, bantu dan nasehati ibu untuk :
Duduk dengan diam dan sendirian atau dengan teman yang mendukung.
Beberapa ibu dapat memeras dengan mudah
9 Pegang bayi dengan kontak kulit jika memungkinkan jika tidak mungkin
ibu
dapat memandang pada bayinya.
10 Menganjurkan ibu minum air hangat yang mengentengkan (jangan kopi).
11 Menghangatkan payudara dengan cara mengompres dengan air hangat
atau mandi dengan air hangat.
12 Menstimulir putting susu.
13 Mengurut atau mengusap ringan payudaranya.
14 Minta seseorang untuk menggosok punggungnya.
11

15 Mengatur posisi ibu : duduk bersandar ke depan dengan melipat lengan di atas
meja di depannya dan meletakkan kepalanya di atas lengannya.
DILANJUTKAN DENGAN PIJAT OXYTOCIN
16 Memijat dengan ketat membentuk gerakan lingkaran-lingkaran kecil dengan
kedua ibu jari.
17 Memijat ke arah bawah di kedua sisi tulang belakang dan pada saat yang sama
memijat dari leher ke arah tulang belikat selama 2-3 menit.
18 Kenakan kembali baju ibu.
19 Membereskan alat-alat.
20 Mencuci tangan.
21 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
22 Percaya diri
23 Memberikan follow up dengan baik
24 Mendokumentasikan hasil yang telah dilakukan
C. TEKNIK
25 Melaksanakan tindakan secara sistematis dan berurutan.
26 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
27 Percaya diri
28 Memberikan follow up dengan baik
29 Mendokumentasikan hasil yang telah dilakukan

PENGERTIAN Metode Pijat Payudara Dengan Menggunakan


Tekhnik Tangan(Oketani)
TUJUAN Untuk Melancarkan ASI
KEBIJAKAN Ibu Nifas
PETUGAS Perawat
PERLENGKAPAN Minyak
Zaitun
Kain/Handuk
Bersih
PROSEDUR Tahap Kerja
1. Lepas pakaian atas ibu
PELAKSANAAN 2. Posisikan Ibu tidur dengan posisi telentang
3. Kedua tangan diangkat ke atas
4. Tutup Payudara ibu dengan menggunakan kain/handuk
bersih untuk menjaga privasi ibu. (Dipastikan bahwa ibu
12

tidak dalam keadaan lapar ataupun kekenyangan)


Kemudian orang yang memijat berada di samping ibu
(dianjurkan untuk duduk, dan posisi tangan untuk
memijat sejajar dengan payudara ibu)
5. Lumuri Payudara dengan menggunakan minyak zaitun
6. Kemudian bagi payudara menjadi 3 kuadran, yaitu
kuadran A, B, C
7. Letakkan jari kelingking, jari manis, dan jari tengah
tangan kanan dan kiri di dasar payudara (di kuadran
A dan C)
8. Ibu jari diposisikan di garis kuadran A dan C
9. Pisahkan mamary gland dari dinding dada
a Angkat mammary glands pada
kuadran A B Dorong kearah
kuadran B
c Lakukan seperti seolah-olah menggeser kearah
kuadran
d Letakkan kembali ibu jari dan mammary glands pada
kuadran A
e Letakkan tangan pada posisi awal
(Kedua ibu jari berada pada garis kuadran A dan
Kuadran C)
Lakukan hal yang sama pada kuadran C,namun kebalikannya.
f Dorong kearah kuadran B
g Lakukan seperti seolah-olah menggeser kearah kuadran A
h Letakkan kembali ibu jari dan mammary glands pada
kuadran C,Letakkan Tangan pada posisi awal
(Kedua ibu jari berada pada garis kuadran A dan Kuadran C)
j. Pijat lembut daerah areola mamae ke arah puting (maju)
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
k. Lakukan pijatan ini hingga ASI keluar, dan jika areola
mamae kosong setelah ASI keluar, lakukan pijatan ini
kembali di payudara lainnya.
10. Rapikan ibu kembali
14

H.Referensi
Sampel
No Penelitian Desain/seleksi Interven Hasil temuan/kesimpulan
(karakte
responden si
ristik,uk
uran,
setting)
1. Machmuda Karakteristik Jenis penelitian ini Pada pada kelompok penelitian menunjukkan bahwa ada beda
h, Responden adalah quasi intervensi dilakukan pijat frekuensi menyusu, frekuensi BAB,
Nikmatul berdasarkan umur eksperimen dengan oketani dan oksitosin, frekuensi BAK pada responden yang
Khayati ( dan paritas pada ibu rancangan yang kemudian penilaian produksi dilakukan pijat oketani dan oksitosin. Salah
satu penilaian produksi ASI adalah dengan
2014) post seksio sesarea digunakan adalah ASI .
menilai frekuensi BAK bayi dan volume
Produksi di RS Wilayah Kota post test only design urine. Bayi yang normal akan BAK
Asi Ibu Post Semarang. Jumlah with control group. sebanyak 6-8 kali sehari, warna urine kuning
Seksio sampel pada jernih dengan volume urine antara 30-50 mg
Sesarea penelitian ini 16 sehari. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Dengan orang di bagi penelitian yang dilakukan oleh Budiarti
Pijat menjadi 2 (2014) dan Mardianingsih (2015) yang
Oketani Dan kelompok menyebutkan bahwa produksi ASI dapat
Oksitosin dinilai dari frekuensi miksi bayi yaitu
sebanyak 6-8 kali sehari
15

2 Cut Teknik Jenis penelitian yang Pada penelitian ini terbagi Hasil uji statistik diperoleh dengan (α
Mainy Pengambilan digunakan adalah menjadi tiga kelompok, = 0,05) ada perbedaan bermakna
Handiana Sampel Secara Non- QuasyExperiment kelompok intervensi pijat antara kombinasi marmet- oksitosin
Aulina Probability dengan rancangan marmet-oksitosin , intervensi dan kontrol p value= 0.0336,
Adamy Sampling, Jumlah penelitian post test pijat oketanioksitosin dan kombinasi oketani-oksitosin dan
( 2018) Sampel Yaitu 30 only design with kelompok tanpa intervesi
kontrol p value= 0.0438 dan tidak ada
Orang Ibu Post SC control group (kontrol). Pada kelompok
Efektifitas Dari Tiga Rumah pemberian intervesi kombinasi perbedaan bermakna antara kedua
Analisis data untuk
Kombinasi Sakit Pemerintah Di melihat perbandingan pijat dilakukan pada Ibu post kelompok intervensi kombinasi pijat p
Metode Kota Banda Aceh antara kelompok SC di hari kedua dan ketiga value= 0.6219. Pada kedua intervensi
Pijat Sesuai Dengan intervesi kombinasi dengan pemberian intervensi 2 kombinasi pijat marmet-oksitosin dan
Marmet- Kriteria Inklusi Dan pijat dan tanpa kali dalam 1 hari. Intrument oketani-oksitosin menunjukan
Oksitosin Eksklusi Penelitian. intervesi (kontrol), yang digunakan dalam keefektififan terhadap kelancaran
dan Metode Pada penelitian ini serta perbandingan penelitian berupa kuesioner pengeluaran produksi ASI. eneliti
Pijat terbagi menjadi tiga antara kedua yang berisi karakteristik merekomendasikan khusus pada Ibu
Oketani- kelompok, kelompok intervensi responden dan lembar
Oksitosin post sectio caesarea untuk dapat
kelompok intervensi pijat marmet- observasi pemberian intervensi
Terhadap diberikan intervensi pemijatan oketani
pijat marmet- oksitosin dan pemijatan, serta
Kelancaran oksitosin 10 pada hari pertama kelahiran, guna
oketani- oksitosin
Pengeluaran responden, menggunakan uji antispasi ketidak lancaran pengeluaran
Produksi intervensi pijat Mann-Whitney produksi ASI Ibu, menimbang keadaan
ASI oketanioksitosin 10 Ibu yang
responden dan masih dalam keadaan berbaring dan
kelompok tanpa belum
intervesi (kontrol)
10 responden
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A.Pelaksanaan kegiatan

Hari,
Paraf dan
tanggal, Implementasi Evaluasi
nama
Jam
Senin, 18 - Melakukan BHSP kepada pasien - Sebelum dan sesuah pijat oketani dan
Oktober - Menghangatkan payudara dengan pijat oksitosin produksi asi belum keluar
2021 cara mengompres dengan waslap (hari pertama post partum).
Pukul yang diberi air hangat - Frekuensi BAK bayi 2 kali ganti popok
09.00 - Menstimulir puting susu kain
- Melakukan pijat oksitosin selama 5 - BB bayi 3470 gram
menit - Frekuensi menyusu 3 kali
- Melakukan pijat oketani selama 5 - Lama bayi tidur 5 jam
menit
- Melakukan pompa asi dengan alat
perah
- Mendokumentasikan hasil yang
dilakukan

Selasa, 19 - Menghangatkan payudara dengan - Sebelum dilakukan pijat oketani dan


Oktober cara mengompres dengan waslap pijat oksitosin pada saat dilakukan
2021 yang diberi air hangat pompa, menghasilkan produksi asi
Pukul - Menstimulir puting susu sebanyak 5 ml dan sesudah dilakukan
09.00 - Melakukan pijat oksitosin selama 5 pijat oketani dan pijat oksitosin pada
menit saat dilakukan pompa, asi
- Melakukan pijat oketani selama 5 menghasilkan produksi sebanyak (20
menit ml) (hari kedua post partum).
- Melakukan pompa asi dengan alat - Frekuensi BAK bayi 6 kali ganti popok
perah kain dalam 24 jam
- Mendokumentasikan hasil yang - BB bayi 3470 gram
dilakukan - Frekuensi menyusu 8 kali selama 24 jam
- Lama bayi tidur 12 jam

16
17

B.Faktor pendukung

1. Tingkat pengetahuan ibu


Pada saat hamil, Ny. R sudah sigap mencari infromasi sebanyak
mungkin tentang segala keunggulan ASI untuk menimbulkan motivasi
menyusui. Informasi tentang ASI biasa ibu dapatkan lewat diskusi
dengan ahli kebidanan, membaca buku dan dari internet.
2. Frekuensi bayi menyusu
Frekuensi bayi menyusu secara langsung maupun dengan
memerah ASI mempengaruhi produksi dan kelancaran keluarnya ASI.
3. Bayi pintar menghisap ASI
Bayi dapat menghisap ASI dengan benar. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya struktur mulut dan rahang bayi dalam
keadaan baik.

C.Faktor Penghambat

1. Asupan makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
ibu. Oleh karena itu, ibu perlu menyantap makanan yang mengandung
gizi seimbang secara teratur.

2. Kondisi psikis
Keadaan psikis ibu tak kalah pentingnya dalam proses kelancaran
ASI. Karena refleks keluarnya ASI sangat dikontrol oleh perintah yang
dikirim oleh hipotalamus. Bila ibu dalam keadaan stress, cemas,
khawatir, tegang dan sebagainya, ASI tidak akan turun dari alveoli
menuju puting. Umumnya hal ini terjadi pada hari-hari pertama
menyusui.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama proses pijat oksitosin dengan kombinasi pijat oketani selama dua
hari pada ibu post partum mengalami perubahan yang baik. Produksi asi meningkat
setelah dilakukan intervensi sebanyak 20 ml ,Oketani dapat membantu ibu
menyusui dalam mengatasi kesulitan saat menyusui bayi mereka. Oketani dapat
memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa nyeri pada ibu postpartum.
Tubuh ibu postpartum menjadi lebih relaks. Hal ini berbeda dengan perawatan
payudara yang konvensional. Oketani akan membuat payudara menjadi lebih
lembut, areola dan puting menjadi lebih elastis sehingga memudahkan bayi untuk
menyusu. Aliran susu menjadi lebih lancar karena ada penekanan pada alveoli.
Selama proses pijat oksitosin dengan kombinasi pijat oketani selama dua hari pada
ibu post partum mengalami perubahan yang baik.

B. Saran
1.Pentingnya Pihak Rumah Sakit untuk dapat menerapkan praktek pijat oketani dan
oksitosin pada ibu post partum.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat sangat penting untuk menguasai
tehnik dalam melakukan pijat oketani dan pijat oksitosin.

3.Institusi pendidikan perlu untuk mengenalkan metode oketani sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum.

4.Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan menilai
kadar oksitosin pre dan post intervensi untuk menilai pengaruh konsentrasi hormon
oksitosin sehingga memperbanyak teori yang berkaitan dengan pijat oketani dan pijat
oksitosin dalam pelaksanaan pijat dapat memberi manfaat yang besar pada ibu post partum

18
DAFTAR PUSTAKA

Arini H, 2012. Seorang Ibu Harus Menyusui, FlashBooks, Jogjakarta.

Hegar B., 2016. Nilai Menyusui. Dalam: Dalam: Suradi R., Hegar B., Partiwi I.G.A.N., Marzuki
A.N.S., Ananta Y eds. Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI pp. 1-2.

Jeongsug., Hye Young., Sukhee & Myeong Soo. (2017). Effects of Oketani Breast Massage on
Breast Pain, the Breast Milk pH of Mothers and The Sucking Speed of Neonates. Journal of
Korean J Women Health Nurs , Vol 18 No 2, 149-158

Kabir & Tasnim. (2016). Oketani Lactation Management : A New Method to Augment Breast
Milk. Journal of Bangladesh College of Physicians and Surgeon, Vol. 27,No 3

Kristiyansari, Weni. 2015. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogjakarta: NUHA MEDIKA
Machmudah & Khayati. (2013). Produksi ASI pada ibu postpartum yang dilakukan pijat
oksitosin dan oketani di Kota Semarang.

Machmudah,. Khayati,. Isworo. (2014). Komposisi Kimia ASI pada Ibu Postpartum yang
dilakukan Pijat Oksitosin dan Oketani di Kota Semarang.

Ohno N. 2016. Change of composition and physiological activity in milk obtained by the
Oketani breast massage method (PhD thesis). Nagano, Japan: Shinshu

Perinasia, 2016, Melindungi, Meningkatkan, dan Mendukung Menyusui: Peran Khusus pada
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui, Pernyataan bersama WHO/UNICEF,
Perkumpulan Perinatologi Indonesia, Jakarta

Sherly Jeniawaty., Sri Utami & Queen Khoirun Nisa’ Mairo. (2016). Asuhan Keperawatan
Psikososial Pada Ibu Nifas Dalam Menghadapi Asi Belum Keluar Pada 0-3 Hari Pascasalin.
Jurnal Ners, Vol. 11 No. 2: 261-268

Anda mungkin juga menyukai