Disusun Oleh:
PETER YORDAN
PLORENTINA NOPITA
PUTRA ARDHANA
Singkawang,
Oktober 2021
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................ 3
ii
A. Kesimpulan........................................................................................................18
B. Saran .................................................................................................................18
DAFTAR PUTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pasca natal merupakan waktu saat selesai kelahiran sampai dengan
6 minggu setelah kelahiran bayi, periode dimana angka kematian ibu dan
kematian bayi baru lahir sangat tertinggi terjadi pada saat melahirkan, diikuti
satu jam pertama dan satu hari pertama pasca kelahiran (Ronoatmodjo, 2019).
Menurut data WHO tahun 2012, setiap tahun hampir 40% kematian anak adalah
bayi baru lahir dalam 28 hari pertama kehidupan. Tiga perempat dari semua
kematian bayi baru lahir terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan sebagian
besar bayi tersebut meninggal di rumah. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia, masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia
Tenggara yaitu 34/1000 kelahiran hidup, masih cukup tinggi dibandingkan
Malaysia (16/1000) dan Singapura (2/1000) kelahiran hidup (SDKI, 2017) (BPS,
2018).
Penyebab utama kematian neonatus adalah berat badan lahir rendah
( BBLR ), asfiksia, Tetanus neonatorum, dan masalah pemberian makan. Angka
kematian bayi yang tinggi dapat ditanggulangi jika bayi mendapat asupan nutrisi
dan zat gizi yang mencukupi, yaitu melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI)
(Roesli, 2018). Menurut Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes tahun
2015, pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu bayi yang mendapat ASI
eksklusif baru sebesar 54,3% dari target 80%, sedangkan Riskesdas 2013
prosentase menyusui pada bayi 0 bulan adalah menyusui eksklusif (39,8%),
menyusui predominan (5,1%) dan menyusui parsial (55,1%). SDKI tahun 2012
menunjukkan cakupan ASI di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 42%
dari 32% dari data SDKI 2017. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa cakupan
presentase ini masih dibawah 50% sebagaimana target cakupan yang ditentukan
oleh WHO. Kegagalan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain faktor ibu dan bayi. Faktor yang dapat mempengaruhi ibu untuk
dalam memberikan ASI kepada bayinya antara lain produksi ASI yang kurang,
pemahaman ibu yang kurang tentang tata laksana laktasi yang benar, ibu ingin
menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), masalah pada ibu
(puting lecet, puting luka, payudara bengkak, nyeri payudara, mastitis dan abses),
1
2
dan adanya kelainan pada bayi (bayi sakit, abnormalitas bayi), serta faktor
psikologis ibu.
Perawatan payudara akan merangsang payudara dan mempengaruhi
hypopise untuk mengeluarkan hormon progesteron, estrogen dan oksitosin lebih
banyak. Hormon oksitosin akan menimbulkan kontraksi pada sel-sel lain sekitar
alveoli sehingga air susu mengalir turun ke arah puting. Salah satu metode
perawatan payudara adalah dengan melakukan pijat payudara dengan metode
Oketani. Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk
meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan
elastis sehingga memudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga akan
memberikan rasa lega dan nyaman secara keseluruhan pada responden,
meningkatkan kualitas ASI, mencegah putting lecet dan mastitis serta dapat
memperbaiki/mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh putting yang rata
(flat nipple), putting yang masuk kedalam (inverted) (Tasnim & Kabir, 2019).
Oketani dalam Jeongsug et al (2012) mengatakan bahwa nyeri payudara pada ibu
post partum dapat diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah dan limfatik,
sehingga dengan pemberian pijat oketani ini mampu untuk memperlancar aliran
darah dan limfatik yang pada akhirnya mampu memberikan efek berupa
penurunan nyeri pada payudara.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-1 bulan 48, 7%, pada usia 2-3 bulan menurun
menjadi 42, 2% dan semakin menurun seiring dengan meningkatnya usia bayi
yaitu 36, 6% pada bayi berusia 4-5 bulan dan 30, 2% pada bayi usia 6 bulan. Pada
tahun 2019 pencapaian cakupan ASI eksklusif sebesar 34, 3 % dan menurun pada
2010 menjadi 33, 6% (BPS, Susenas 2010). Sedangkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 jauh lebih rendah lagi yaitu 30, 2 %. (Riskesdas, 2013). Angka
tersebut masih jauh dari target cakupan ASI nasional yaitu sebesar
80%.Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi
pemberian ASI ,berat saat lahir,usia kehamilan saat bayi lahir usia ibu dan
paritas,stres dan penyakit akut,IMD,perawatan payudara,penggunaan alat
kontrasepsi,status gizi dan dukungan keluarga,ketersedian ASI yang lancar pada
ibu menyusui akan membantu kesuksesan pemberian ASI secara ekslusif selama
enam bulan ,sehingga membantu bayi tumbuh dan berkembang dengan baik
sesuai rekomendasi WHO (WHO, 2015).
3
B. Tujuan
Tujuan dari desain inovatif ini adalah Untuk dapat meningkatkan produksi ASI pada Ibu
masa nifas .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. A. Konsep Masa Nifas
1. Pengertian masa nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai
alat alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (peurperium)
berasal dari bahasa latin. Peurpenium berasal dari 2 dua suku kata yakni
peur bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
peurperium merupakan masa setelah meahirkan. Masa nifas peurperium
adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Buku Acuan Nasional Yankes
Maternal dan Neonatal, 2016). Masa nifas adalah periode 6 minggu pasca
persalinan, disebut juga masa involusi (periode dimana sistem reproduksi
wanita post partum /pasca persalnan kembali ke keadaannya sepeerti
sebelum hamil). Wanita yang melalui priode peurperium. Batasan waktu
nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batasan waktunya, bahkan
dalam waktu yang relative pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan
maksimumnnya adalah 40 hari. Dimasyarakat Indonesia, masa nifas
merupakan periode sejak selesainya proses persalinan sampai 40 hari
setelah itu.
2. Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas diperlukan karena pada periode nifas merupakan
masa kritis bagi ibu dan bayinya. Tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Memulihkan kesehatan klien
b. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis
c. Mencegah infeksi dan komplikasi
d. Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
e. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
f. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta
kepentingan tentang peraatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat
4
5
A.Topik
a. pengaruh terapi pijat oksitoksin dan oketani dalam meningkatkan produksi ASI
B. Sub Topik
a. Mengidentifikasi produksi ASI sebelum dilakukan Pijat oksitoksin dan oketani
b. Mengidentifikasi produksi ASI setelah dilakukan Pijat oksitoksin dan oketani
C. Tujuan
1. Umum
untuk mengetahui pengaruh terapi pijat oksitoksin dan oketani dalam
meningkatkan produksi ASI
2. Khusus
a. Mengidentifikasi produksi ASI sebelum dilakukan Pijat oksitoksin dan
oketani
b. Mengidentifikasi produksi ASI setelah dilakukan Pijat oksitoksin dan
oketani
9
10
D. Pelaksanaan
1. Tanggal : 18 Oktober 2021
E. Setting
Bangsal Santa Ana, RSU Santo Vincentius
NO LANGKAH/TUGAS
A. SIKAP
1 Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah.
2 Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga.
3 Mempersilahkan klien duduk dan merasa nyaman.
4 Tanggap terhadap reaksi klien.
5 Menjaga privasi pasien.
B. CONTENT (ISI)
6 Mencuci tangan
7 Bantu ibu secara psikologis dengan cara :
Bangkitkan rasa percaya diri
Mengurangi sumber rasa sakit dan rasa takut
Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan yang baik terhadap
bayinya.
8 Bantu ibu mempraktikkannya, bantu dan nasehati ibu untuk :
Duduk dengan diam dan sendirian atau dengan teman yang mendukung.
Beberapa ibu dapat memeras dengan mudah
9 Pegang bayi dengan kontak kulit jika memungkinkan jika tidak mungkin
ibu
dapat memandang pada bayinya.
10 Menganjurkan ibu minum air hangat yang mengentengkan (jangan kopi).
11 Menghangatkan payudara dengan cara mengompres dengan air hangat
atau mandi dengan air hangat.
12 Menstimulir putting susu.
13 Mengurut atau mengusap ringan payudaranya.
14 Minta seseorang untuk menggosok punggungnya.
11
15 Mengatur posisi ibu : duduk bersandar ke depan dengan melipat lengan di atas
meja di depannya dan meletakkan kepalanya di atas lengannya.
DILANJUTKAN DENGAN PIJAT OXYTOCIN
16 Memijat dengan ketat membentuk gerakan lingkaran-lingkaran kecil dengan
kedua ibu jari.
17 Memijat ke arah bawah di kedua sisi tulang belakang dan pada saat yang sama
memijat dari leher ke arah tulang belikat selama 2-3 menit.
18 Kenakan kembali baju ibu.
19 Membereskan alat-alat.
20 Mencuci tangan.
21 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
22 Percaya diri
23 Memberikan follow up dengan baik
24 Mendokumentasikan hasil yang telah dilakukan
C. TEKNIK
25 Melaksanakan tindakan secara sistematis dan berurutan.
26 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
27 Percaya diri
28 Memberikan follow up dengan baik
29 Mendokumentasikan hasil yang telah dilakukan
H.Referensi
Sampel
No Penelitian Desain/seleksi Interven Hasil temuan/kesimpulan
(karakte
responden si
ristik,uk
uran,
setting)
1. Machmuda Karakteristik Jenis penelitian ini Pada pada kelompok penelitian menunjukkan bahwa ada beda
h, Responden adalah quasi intervensi dilakukan pijat frekuensi menyusu, frekuensi BAB,
Nikmatul berdasarkan umur eksperimen dengan oketani dan oksitosin, frekuensi BAK pada responden yang
Khayati ( dan paritas pada ibu rancangan yang kemudian penilaian produksi dilakukan pijat oketani dan oksitosin. Salah
satu penilaian produksi ASI adalah dengan
2014) post seksio sesarea digunakan adalah ASI .
menilai frekuensi BAK bayi dan volume
Produksi di RS Wilayah Kota post test only design urine. Bayi yang normal akan BAK
Asi Ibu Post Semarang. Jumlah with control group. sebanyak 6-8 kali sehari, warna urine kuning
Seksio sampel pada jernih dengan volume urine antara 30-50 mg
Sesarea penelitian ini 16 sehari. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Dengan orang di bagi penelitian yang dilakukan oleh Budiarti
Pijat menjadi 2 (2014) dan Mardianingsih (2015) yang
Oketani Dan kelompok menyebutkan bahwa produksi ASI dapat
Oksitosin dinilai dari frekuensi miksi bayi yaitu
sebanyak 6-8 kali sehari
15
2 Cut Teknik Jenis penelitian yang Pada penelitian ini terbagi Hasil uji statistik diperoleh dengan (α
Mainy Pengambilan digunakan adalah menjadi tiga kelompok, = 0,05) ada perbedaan bermakna
Handiana Sampel Secara Non- QuasyExperiment kelompok intervensi pijat antara kombinasi marmet- oksitosin
Aulina Probability dengan rancangan marmet-oksitosin , intervensi dan kontrol p value= 0.0336,
Adamy Sampling, Jumlah penelitian post test pijat oketanioksitosin dan kombinasi oketani-oksitosin dan
( 2018) Sampel Yaitu 30 only design with kelompok tanpa intervesi
kontrol p value= 0.0438 dan tidak ada
Orang Ibu Post SC control group (kontrol). Pada kelompok
Efektifitas Dari Tiga Rumah pemberian intervesi kombinasi perbedaan bermakna antara kedua
Analisis data untuk
Kombinasi Sakit Pemerintah Di melihat perbandingan pijat dilakukan pada Ibu post kelompok intervensi kombinasi pijat p
Metode Kota Banda Aceh antara kelompok SC di hari kedua dan ketiga value= 0.6219. Pada kedua intervensi
Pijat Sesuai Dengan intervesi kombinasi dengan pemberian intervensi 2 kombinasi pijat marmet-oksitosin dan
Marmet- Kriteria Inklusi Dan pijat dan tanpa kali dalam 1 hari. Intrument oketani-oksitosin menunjukan
Oksitosin Eksklusi Penelitian. intervesi (kontrol), yang digunakan dalam keefektififan terhadap kelancaran
dan Metode Pada penelitian ini serta perbandingan penelitian berupa kuesioner pengeluaran produksi ASI. eneliti
Pijat terbagi menjadi tiga antara kedua yang berisi karakteristik merekomendasikan khusus pada Ibu
Oketani- kelompok, kelompok intervensi responden dan lembar
Oksitosin post sectio caesarea untuk dapat
kelompok intervensi pijat marmet- observasi pemberian intervensi
Terhadap diberikan intervensi pemijatan oketani
pijat marmet- oksitosin dan pemijatan, serta
Kelancaran oksitosin 10 pada hari pertama kelahiran, guna
oketani- oksitosin
Pengeluaran responden, menggunakan uji antispasi ketidak lancaran pengeluaran
Produksi intervensi pijat Mann-Whitney produksi ASI Ibu, menimbang keadaan
ASI oketanioksitosin 10 Ibu yang
responden dan masih dalam keadaan berbaring dan
kelompok tanpa belum
intervesi (kontrol)
10 responden
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A.Pelaksanaan kegiatan
Hari,
Paraf dan
tanggal, Implementasi Evaluasi
nama
Jam
Senin, 18 - Melakukan BHSP kepada pasien - Sebelum dan sesuah pijat oketani dan
Oktober - Menghangatkan payudara dengan pijat oksitosin produksi asi belum keluar
2021 cara mengompres dengan waslap (hari pertama post partum).
Pukul yang diberi air hangat - Frekuensi BAK bayi 2 kali ganti popok
09.00 - Menstimulir puting susu kain
- Melakukan pijat oksitosin selama 5 - BB bayi 3470 gram
menit - Frekuensi menyusu 3 kali
- Melakukan pijat oketani selama 5 - Lama bayi tidur 5 jam
menit
- Melakukan pompa asi dengan alat
perah
- Mendokumentasikan hasil yang
dilakukan
16
17
B.Faktor pendukung
C.Faktor Penghambat
1. Asupan makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
ibu. Oleh karena itu, ibu perlu menyantap makanan yang mengandung
gizi seimbang secara teratur.
2. Kondisi psikis
Keadaan psikis ibu tak kalah pentingnya dalam proses kelancaran
ASI. Karena refleks keluarnya ASI sangat dikontrol oleh perintah yang
dikirim oleh hipotalamus. Bila ibu dalam keadaan stress, cemas,
khawatir, tegang dan sebagainya, ASI tidak akan turun dari alveoli
menuju puting. Umumnya hal ini terjadi pada hari-hari pertama
menyusui.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama proses pijat oksitosin dengan kombinasi pijat oketani selama dua
hari pada ibu post partum mengalami perubahan yang baik. Produksi asi meningkat
setelah dilakukan intervensi sebanyak 20 ml ,Oketani dapat membantu ibu
menyusui dalam mengatasi kesulitan saat menyusui bayi mereka. Oketani dapat
memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa nyeri pada ibu postpartum.
Tubuh ibu postpartum menjadi lebih relaks. Hal ini berbeda dengan perawatan
payudara yang konvensional. Oketani akan membuat payudara menjadi lebih
lembut, areola dan puting menjadi lebih elastis sehingga memudahkan bayi untuk
menyusu. Aliran susu menjadi lebih lancar karena ada penekanan pada alveoli.
Selama proses pijat oksitosin dengan kombinasi pijat oketani selama dua hari pada
ibu post partum mengalami perubahan yang baik.
B. Saran
1.Pentingnya Pihak Rumah Sakit untuk dapat menerapkan praktek pijat oketani dan
oksitosin pada ibu post partum.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat sangat penting untuk menguasai
tehnik dalam melakukan pijat oketani dan pijat oksitosin.
3.Institusi pendidikan perlu untuk mengenalkan metode oketani sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum.
4.Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan menilai
kadar oksitosin pre dan post intervensi untuk menilai pengaruh konsentrasi hormon
oksitosin sehingga memperbanyak teori yang berkaitan dengan pijat oketani dan pijat
oksitosin dalam pelaksanaan pijat dapat memberi manfaat yang besar pada ibu post partum
18
DAFTAR PUSTAKA
Hegar B., 2016. Nilai Menyusui. Dalam: Dalam: Suradi R., Hegar B., Partiwi I.G.A.N., Marzuki
A.N.S., Ananta Y eds. Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI pp. 1-2.
Jeongsug., Hye Young., Sukhee & Myeong Soo. (2017). Effects of Oketani Breast Massage on
Breast Pain, the Breast Milk pH of Mothers and The Sucking Speed of Neonates. Journal of
Korean J Women Health Nurs , Vol 18 No 2, 149-158
Kabir & Tasnim. (2016). Oketani Lactation Management : A New Method to Augment Breast
Milk. Journal of Bangladesh College of Physicians and Surgeon, Vol. 27,No 3
Kristiyansari, Weni. 2015. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogjakarta: NUHA MEDIKA
Machmudah & Khayati. (2013). Produksi ASI pada ibu postpartum yang dilakukan pijat
oksitosin dan oketani di Kota Semarang.
Machmudah,. Khayati,. Isworo. (2014). Komposisi Kimia ASI pada Ibu Postpartum yang
dilakukan Pijat Oksitosin dan Oketani di Kota Semarang.
Ohno N. 2016. Change of composition and physiological activity in milk obtained by the
Oketani breast massage method (PhD thesis). Nagano, Japan: Shinshu
Perinasia, 2016, Melindungi, Meningkatkan, dan Mendukung Menyusui: Peran Khusus pada
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui, Pernyataan bersama WHO/UNICEF,
Perkumpulan Perinatologi Indonesia, Jakarta
Sherly Jeniawaty., Sri Utami & Queen Khoirun Nisa’ Mairo. (2016). Asuhan Keperawatan
Psikososial Pada Ibu Nifas Dalam Menghadapi Asi Belum Keluar Pada 0-3 Hari Pascasalin.
Jurnal Ners, Vol. 11 No. 2: 261-268