Anda di halaman 1dari 29

BUDAYA PANTANG MAKANAN AMIS IBU SETELAH MELAHIRKAN PADA SUKU

DAYAK

DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 7
BOBOY 22114069E11131
DWI YUNITA AURA 22114069E11140
ERNI 22114069E11142
ERNI LUSANTERI 22114069E11143
FIPALDUS FILZA LOGA SAT 22114069E11144
LISTIVIA LISTA 22114069E11159
TEDI 22114069E11172

DOSEN PENGAMPU

MILKA,S.E,M.Kes

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA SERUKAM TAHUN AKADEMIK


2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami sanggup
menyelesaikan penyusunan makalah Antropologi Kesehatan dengan judul “Budaya Pantang
Makanan Amis Ibu Setelah Melahirkan Pada Suku Dayak”

ini dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Antropologi Kesehatan,
bagi para mahasiswa dan mahasiswi khusus-nya pada program studi D3 Keperawatan Akper
Bethesda Serukam, dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung tunjangan


banyak sekali pihak, sehingga sanggup memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut serta membantu dalam
penyelesaian makalah ini terlebih untuk dosen pengampu mata kuliah antropologi Kesehatan.

Namun, tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan, Bahasa, dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami
menerima saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat
berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain.

Serukam, 7 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II KERANGKA TEORI
A. Konsep Dasar.............................................................................................3
1. Antropologi Kesehatan........................................................................3
2. Paradigma Transcultural Nursing........................................................3
B. Konsep Masalah Yang di Bahas................................................................4
1. Pengertian Tradisi pantang makanan amis..........................................4
2. Apa saja perlengkapan Tradisi pantang makanan amis.......................4
3. Pelaksanaan Tradisi pantang makanan amis .......................................6
4. Bagaimana proses transcultural nursing pada Tradisi pantang makanan amis 9
BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi.......................................................................................10
B. Pembahasan Proses keperawatan Transcultural Nursing..........................11
1. Pengkajian ..........................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan .......................................................................11
3. Perencanaan Dan pelaksanaan ............................................................11
4. Evaluasi ..............................................................................................17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................18
B. Saran.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………19

iii
DAFTAR GAMBAR

 Gambar Ibu dan bayi dalam masa nifas

1
 gambar pantang makanan pada ibu nifas

2
DAFTAR LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah
plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat
kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk
memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu
(Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014). Ketika masa
nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya yaitu timbulnya laktasi.
Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Laktasi terjadi oleh
karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang merangsang kelenjar-
kelenjar payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 ini sangat penting diberikan kepada bayi sejak
bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti
dengan makanan atau minuman. Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk memenuhi
asupan ASI pada bayi sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan karena
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan mengandung zat-zat
penting seperti protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah
tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada
bayi (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2016).
Namun pada kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak semua
menyusui bayinya dengan baik disebabkan oleh karena faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan factor
eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan
maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula (Hanifah, Astuti, & Susanti,
2017). Kondisi ini menyebabkan penundaan pemberian ASI, Penundaan pemberian
ASI dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu terjadinya penumpukan ASI dalam
payudara, sehingga menimbulkan pembengkakan. Pembengkakan payudara
berdampak pada psikologis ibu seperti rasa sakit, cemas karena tidak dapat
menyusui. Kondisi ini akan menyebabkan masalah psikologis pada ibu yaitu ibu
akan merasa tidak mampu menyusui bayi dan merasa cemas yang berdampak pada

4
semakin menurunnya produksi ASI (Deswani, Gustina, & Rochimah, 2014). Jumlah
ibu post partum berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Pada Dayak Kabupaten
Sintang Kalimantan Barat. pada bulan Desember 2017 adalah sebanyak 218 kasus
ibu post partum periode 2017 dan berdasarkan hasil wawancara bersama petugas
kesehatan di ruang bersalin mengatakan bahwa setiap ibu hamil yang melahirkan di
Puskesmas IV Denpasar Selatan diberi KIE tentang pemberian ASI dan perawatan
payudara karena banyak ibu yang belum terlalu paham dan bingung tentang
pemberian ASI. Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Pravelensi cakupan
pemberian ASI eksklusif secara keseluruhan di Provinsi Bali sebesar 60% dan masih
belum mencapai target. Kabupaten/kota belum ada yang mencapai target.
Kabupaten/kota dengan capaian tertinggi yaitu Kabupaten Buleleng sebesar 72,1%
dan Kabupaten Tabanan sebesar 68,5%. Kota Denpasar dengan capaian sebesar
43,9% merupakan kabupaten dengan capaian terendah, sedangkan pada target
program pada tahun 2015 sebesar 80% (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2016).
Dampak Ketidak mampuan ibu nifas dalam pemberian cakupan ASI yang cukup
bagi bayi berdampak pada proses pertumbuhan bayi karena ASI mengandung
kolostrum yang kaya akan antibodi dan mengandung protein untuk daya tahan tubuh
dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat
mengurangi risiko kematian pada bayi (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2016). Agar
tidak terjadi masalah pada masa laktasi seperti bendungan ASI yang akan berdampak
pada cakupan pemberian ASI pada bayi, dan agar mengurangi resiko kematian pada
bayi, maka ibu harus dibekali dengan pengetahuan tentang pentingnya pemberian
ASI. Pengetahuan tentang pemberian ASI ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan
ibu tentang pemberian ASI dan meminimalkan resiko kejadian bendungan ASI pada
ibu dan angka kematian bayi, maka disini dibutuhkanlah peran tenaga kesehatan
untuk memberikan dukungan berupa informasi tentang pentingnya kesiapan ibu
dalam pemberian ASI, karena semakin baik pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif,
maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, maka semakin
sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Aprilia, 2012).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran Asuhan Keperawatan pada Ibu primipara dengan Kesiapan Peningkatan

5
Pengetahuan Tentang Pemberian ASI di suku dayak kabupaten sintang kalimantan
barat.” Harapan peneliti adalah dengan dilakukannya penelitian ini nantinya dapat
bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu primipara dalam
kesiapan peningkatan pengetahuan tentang pemberian ASI di suku dayak kabupaten
sintang kalimantan barat.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah dalam karya


tulis ilmiah ini adalah “Bagaimana Budaya Pantang Makanan Amis Ibu Setelah
Melahirkan Pada Suku Dayak?”.

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum
untuk mengetahui Budaya Pantang Makanan Amis Ibu Setelah Melahirkan
Pada Suku Dayak.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui budaya pantang makanan amis ibu setelah melahirkan
pada suku Dayak.
b) Untuk mengetahui asuhan keperawatan transkultural nursing Budaya Pantang
Makanan Amis Ibu Setelah Melahirkan Pada Suku Dayak.
c) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yaitu diagnose Tradisi pantang
makanan amis ibu setelah melahirkan pada suku Daya
d) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yaitu intervensi Tradisi pantang
makanan amis ibu setelah melahirkan pada suku Daya
e) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yaitu implementasi Tradisi pantang
makanan amis ibu setelah melahirkan pada suku Daya
f) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yaitu evaluasi Tradisi pantang
makanan amis ibu setelah melahirkan pada suku Daya

E. Manfaat Penulisan.

6
1. Agar masyrakat pada suku dayak sintang mengerti tentang definisi pada ibu
setelah melahirkan atau masa nifas.
2. Agar masyrakat pada suku dayak sintang mengerti tentang makanan yang bergizi
setelah ibu melahirkan atau masa nifas.
3. Agar masyrakat pada suku dayak sintang mengerti tentang Paradigma
Transcultural Nersimg.
4. Agar masyrakat pada suku dayak sintang dapat mengerti tentang konsep dasar
kesehatan pada ibu setelah melahirkan atau masa nifas.

BAB II

7
KERANGKA TEORI
A. Konsep Dasar
1. Antropogi Kesehatan
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari antropologi yang
menggambarkan pengaruh, biologi, dan bahasa terhadap kesehatan (dalam arti
luas) meliputi pengalaman dan distribusi kesakitan, pencegahan dan pengobatan
penyakit, proses penyembuhan dan hubungan sosial manajemen pengobatan serta
kepentingan budaya. Secara sederhana, antropologi dapat disimpulkan sebagai
disiplin ilmu untuk dapat memahami mengenai budaya, sosial, dan kesehatan serta
penyakit di masyarakat.
Penjelasan antropologi menurut para pakar:
a. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia
b. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan yang dihasilkan.
c. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia.
2. Paradigma transcultural nursing
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan 9 pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan. Ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger,2002). Leininger mendefinisikan
“trankultural nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana
berfokus dalam kompratif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur

8
dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai sehat sakit,
kepercayaan pada pola tingkah laku yang bertujuan perkembangan ilmu dan
humanistic body of knowledge untuk kultur yang universal dalam
keperawatan. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew and Boyle 1995), pengolahan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahan pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi.
1. Konsep dalam Transcultural Nursing
a) Kultur/Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok
yangdipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir,
bertindak dan mengambil keputusan.
b) Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
c) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang
datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d) Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang
dimiliki oleh orang lain.
e) Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f) Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
g) Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan
metodologipada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkankesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap

9
individu, menjelaskandasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan
orang-orang, dan salingmemberikan timbal balik diantara keduanya.
h) Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadianuntuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk
meningkatkankondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i) Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau 10 kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.
j) Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k) Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang
lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripada kelompok lain.

2. Paradigma transcultural nursing ada 4 diantaranya


a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Lininger (1984)
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya
pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar,2017).
b. Konsep sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang di miliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang di gunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang

10
sehat yang dapat diobesevasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan
perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan
keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle,2019)
c. Lingkungan
Lingkungan di definisikan sebagai keseluruhan fenemona yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu:
1) Lingkungan fisik
Lingkungan alam atau lingkungan yang di ciptakan oleh manusia.
Misalnya pegunungan, iklim, daerah dan pemukiman
2) Lingkungan social
Keseluruhan struktur social yang berhubungan sosialisasi keluarga
atau kelompok kedalam masyarakat yang lebih luas.
3) Lingkungan simbolik
Keseluruhan bentuk atau symbol yang membuat keluarga atau
kelompok merasa bersatu. Misalnya music, seni, riwayat hidup,
Bahasa atau atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditunjukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Cara I: Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya menggunakan
obat-obat tradisional berupa herbal.

11
Cara II: Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat
memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
Cara III: Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
3. Transcultural Nursing Proces
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan
dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada
gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1) Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model" yaitu:
a) Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat
perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi

12
masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternative misalnya penggunaan herbal dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
d) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

13
f) Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
g) Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien
maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional
dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan
dengan sistem nilai yang diyakini, potensi penggunaan obat herbal yang diyakini
dan terbukti secara ilmiah.
3) Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga
pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,

14
1995) yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien
kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
1. Cultural care preservation/maintenance
a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2. Cultural care accomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan
standar etik
3. Cultural care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan
dan melaksanakannya
b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang
dapat dipahami oleh klien dan orang tua
e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan Kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-


masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan
dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya
mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa
tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

15
4) Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
B. Konsep masalah yang dibahas
1. Pengertian Tradisi pantang makan makanan amis
Tradisi pantang makan makanan amis adalah tradisi yang dimana pada saat ibu
setelah melahirkan mereka melarang ibu makan makanan yang amis karena
dapat menganggu penyembuhan luka setelah melahirkan khususnya dan juga
terpengaruh terhadap bayi yang di lehirkan. Tujuan pantang tersebut selain
takut akan terjadi hambatan pada anak yang dilahirkan akan memiliki sifat
seperti hewan tersebut. Pantang tersebut secara langsung berdampak pada
kesehatan ibu. Pantangan yang ditujukan pada ibu dan suami bertujuan untuk
memperlancar proses masa nifas. Pantangan tersebut bersifat negative karena
dapat mempengaruhi kesehatan ibu.
2. Apa saja jenis-jenis makanan yg di pantang
Jenis-jenis makanan yang di pantang yaitu: pantang makan-makanan yang amis
pada masa nifas contohnya seperti ikan, telur, udang (seafood) dan binatang yang
hidup didalam lobang sepert trenggiling, daging ular dan daging labi-labi (sejenis
kura-kura). Tujuan pantang tersebut selain takut akan terjadi hambatan pada anak
yang dilahirkan akan memiliki sifat seperti hewan tersebut
3. Pelaksanaan tradisi pantang makan pada ibu nifas
Pantang makanan yang amis pada ibu nifas dilakuakan dengan cara melarang
ibu nifas untuk makan makanan yang amis, menurut adat dan tradisi mereka
Mereka menganggap bahwa makanan yang amis dapat mempengaruh terhadap
bayi dan si ibunya.

16
4. Bagaimana proses keperawatan transcultural nursing pada pantang makanan
oada ibu nifas
Paradigma transcultural nursing ada 4 diantaranya Manusia, Konsep Sehat,
Lingkungan dan Keperawatan. Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien, membutuhkan suatu proses, proses tersebut yaitu
proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu pendekatan yang
bertujuan untuk memecahkan masalah yang mendukung kemampuan perawat
untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Begitu juga proses
keperawatan transcultural nursing pada budaya marapi terdapat tahap-tahapan
yang di lakukan, lalu tahapan tersebut memiliki sifat yang dimana akan
mempengaruhi hasil dari proses keperawatan. Dimana untuk menjelaskan sifat
proses keperawatan dan penerapan sifat proses keperawatan dalam
menjalankan proses keperawatan sehingga asuhan keperawatan yang diberikan
tepat sesuai klien.

17
BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi

Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Provinsi Kalimantan Barat


dengan ibukota di Sintang. Secara geografis terletak antara 1°05’ Lintang Utara
sampai 0°46’ Lintang Selatan dan antara 110°50’ Bujur Barat sampai 113°20’ Bujur
Timur. Luas wilayah Kabupaten Sintang seluruhnya adalah 21.635 km² atau 14,74%
dari luas Provinsi Kalimantan Barat. Luas wilayah terbesar adalah Kecamatan
Ambalau yaitu 6.386,4 km² atau 29,52% dari luas Kabupaten Sintang, sedangkan
wilayah terkecil adalah Kecamatan Sintang yaitu 277,05 km² atau 1,28% dari luas
Kabupaten Sintang.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2000 wilayah Kabupaten


Sintang terbagi atas 21 kecamatan, kemudian disesuaikan kembali setelah adanya
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi
yang merupakan pemekarann dari Kabupaten Sintang.

18
KASUS

Di Desa Ampar Bedang Kabupaten sintang Kalimantan barat menjadi salah


satulokasi di mana pendidikan di daerah itu kurang dan mayoritas pendidikan
masyarakat di desa ini hanya tamatan sd.ibu nifas masih melakukan tradisi pantang
makanan amis, karena ini sudah tradisi sejak dulu. Mereka bersalin di klinik bidan,
puskesmas dan bidan kampung, akan tetap masyrakat tetap melakukan tradisi
pantang makanan amis. Pantang makanan amis ditujukan terutama untuk ibu yang
baru melahirkan agar cepat pulih dan menjaga imun bayinya.
" karena mulai dari dulu sudah melakukan pantang makan makanan yang amis
jadi kame nih mengikuti dari nenek moyang kame. kame dilarang makan
makanan yang amis seperti ikan laut,kepiting,ikan asin,udang,telur,belut,kura-
kura,labi-labi dan daging sapi hewani” (ibu A)
" kalau makan ikan asin atau ikan biasa tuh bah kami takut soalnya kata mertua
kami takutnya bau amis dari ikan tuh dapat menyebabakan air susu ibu menjadi
bau amis apa lagi kalo di masaknya Cuma direbus, dan juga bisa buat kulit bayi
tuh gatal-gatal." (Ibu A)
“kalau pantang makan makanan amis itu dak terlalu berpengaruh dalam
kesehatan saya hanya saja menurut saya terlalu lama untuk melakukan pantang
makanan ini jadi saya cepat bosan apa lagi hanya boleh makan sayur saja
kalau bisa pantang makanan ini dilakukan Cuma dua minggu. saya minta pada
mertua dan suami saya untuk tidak pantang makanan amis lagi terkadang saya
merasa kesulitan juga pengen rasanya mau makan daging jadi terganggu juga
kalo lama-lama” (ibu A)
Ibu-ibu di desa ampar bedang kabupaten Sintang sangat mematuhi perintah ibu
mertua terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi seperti
pelaksanaan tradisi dalam masa nifas ibu mertua adalah orang yang paling
berperan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan Merapi karena
dianggap paling berpengalaman dan mengetahui tentang tradisi tersebut.

" kalau tidak pantang makan makanan amis ibu mertua akan marah apa lagi ini
udah turun temurun takutnya nanti bayinya gatal-gatal dan akan menyebakan
air asi saya bau amis terus bayi saya tidak mau menyusui, takutnya anak
kekurang nutrisi apa lagi masih bayi tidak bisa makan lain selain air asi kata
ibu mertua kalo saya tak mengikuti perintahnya dikatakan tidak menurut kalau
kita pantang makan makanan amis (Ibu A)

19
Berdasarkan pengalaman ibu yang melakukan tradisi pantang makan makanan di
Desa Ampar Bedang setelah melakukan tradisi pantang makan makanan Ibu
merasa gatal-gatal,nyeri,bengkak,berair dan bernanah.
“Saya merasakan setelah makan ikan badan saya menjadi terasa gatal-gatal,
tetapi sebenarnya saya mendapatkan protein yang terkandung dari ikan itu,
sehingga badan saya terasa lebih sehat dan ringan seperti itulah manfaat yang
saya rasakan bila saya makan makanan amis badan saya terasa bugar saya
cepat berjalan-jalan Saya tidak merasakan sakit apapun lagi orang sampai
menegur saya karena saya cepat beraktivitas keringat saya sangat banyak baju
saya basah sampai bisa diperas (Ibu A)”
B. Pembahasan Proses keperawatan Transcultural Nursing
1. Pengkajian
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Pemanfaatan Teknologi Kesehatan pada tradisi makan makanan amis
masih bersifat tradisi pada zaman dulu dengan makan ikan yang sudah
diasapkan atau disalai tidak boleh di makan karena terpengaru terhadap
bayi yang di lahirkan.
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Budaya pantang makanan merupakan hal biasa dan wajib dilakukan setelah
ibu selesai melahirkan. Alasannya adalah kebiasaan dari zaman dahulu,
anjuran tetua kampung, anjuran ibu mertua, anjuran orang tua/ibu dan
suami. Budaya pantang makan makanan amis udah turun temurun dari
nenek moyang mereka hinga sekarang ini budaya ini masih di pertahankan
karena dapat mempengaruh terhadap ibu dan bayinya
c. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Masyarakat Di Desa Ampar Bedang kabupaten Sintang Kalimantan Barat
pada Tradisi makan makanan amis ini mereka sangat meyakini bahwa
pantang makanan yang mereka lakukan dapat mempengaruhi bayi yang baru
lahir.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya: Tradisi pantang makan makanan amis pada Ibu yang
selesai melahirkan menjadi bagian dari tradisi atau kebiasaan keluarga dan
masyarakat di mana mereka tinggal karena kebiasaan dari zaman dulu.

20
Gaya hidup: Ibu yang selesai melahirkan di desa tersebut merasa tidak sehat
setelah melakukan pantang makan amis yang mengakibatkan kuranya nutrisi
ibu dan bayi.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Menurut masyarakat di Desa Ampar Bedang tradisi pantang makan makanan
amis merupakan suatu kewajibaan yang harus di patuhi dan tradisi yang
sudah turun-temurun.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Masyarakat menanam sayur sayuran dan memasak nya pun menggunakan
kayu bakar yang mudah didapatkan dan tidak perlu mengeluarkan biaya.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Kurangnya pengetahuan masyarakat atau klien yang tamatan Sd (sekolah
dasar) mereka kurang mengetahui tentang asupan gizi. Pada ibu dan anak
sangat penting dan karena mereka sangat memerlukan protein yang
terkandung dari ikan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
(Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang
sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi
sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

Pantang makanan amis pada ibu nifas dapat banyak menyebabakan berbagai
penyakit salah satunya kekurangan nutrisi akibat dari terlalu lama
mengkonsumsi sayur sayuran sehingga membuat ibu dan bayi kekurang
imunitas, gangguan tumbuh kembang, dan bayi dapat mudahnya terkena
infeksi serta dapat terjadinya gangguan pada mata atau tulang.

21
3. Perencanaan Dan pelaksanaan
Cultural care accomodation/negotiation atau negosiasi:
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
a) Memperkenalkan diri
Selamat Pagi Pak/Bu perkenalkan saya perawat tedi mahasiswa akper
Bethesda serukam, kebetulan saya bertugas di desa Ampar Bedang tempat
bapak/ibu tinggal. Boleh saya tahu dengan bapak/ibu siapa? Maaf
sebelumnya apakah saya boleh bertanya dan berbincang seputar tradisi
pantang/larangan makan makanan amis.
b) Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang tradisi pantang makan pada ibu
setelah melahirkan?
Tradisi pantang makan amis pada ibu setelah melahirkan adalah tradisi
turun temurun. Tujuannya agar asi yang dikeluarkan ibu tidak berbau
amis dan tidak meyebabkan gatal gatal pada bayi.
c) Siapa yang terlibat dalam melaksanakan tradisi tersebut?
Seluruh anggota keluarga terutama Ibu atau ibu mertua dan suami
d) Dimana dilaksanakan tradisi pantang makan makanan amis tersebut?
Dirumah
e) Kapan dilaksanakan tradisi pantang makan makanan amis tersebur?
Setelah proses persalinan dan dilakukan selama 45 hari
f) Bagaimana cara melaksanakan tradisi pantang makanan amis tersebut?
Setelah ibu melahirkan kami meganjurkan ibu agar tidak mengkonsumsi
makanan amis dan hanya boleh makan sayur sayur yang direbus, supuya
luka pada ibunya cepat sembuh, kami sudah mempersiapakan sayur
sayuran yang kami taman sendiri agar tidak mengeluarkan biaya, karena
kami tidak punya uang untuk memebeli sayur.

Di dalam tradisi pantang makanan ini saya akan masak sayur bayam,
sawi, karena untuk melancarkan asi ibu, sayur ini hanya saya rebus, dan

22
tidak menggunakan minyak, ini dilakukan selama 1 minggu sampai 1
bulan lebih setelah ibu melahirkan. Saya masaknya menggunakan kayu
bakar karena kami tidak mampu membeli kompor minyak.
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
1. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan tradisi tersebut?
Saya tidak setuju, karena saya merasa bosan makan sayur saja.
2. Apakah menurut Bapak/Ibu tradisi itu bagus atau baik bagi Kesehatan?
Menurut saya tidak, karena tidak mendapatkan cukup protein dan
nutrisi untuk pertumbuhan ibu dan bayi.
3. Menurut Bapak/Ibu akibat apa saja yang dapat ditimbulkan dari tradisi
pantang makan amis tersebut?
Saya merasakan badan semakin kurus, karena saya bosan
mengkonsumsi sayur saja tanpa lauk.
4. Apakah bapak/ibu setuju jika ada cara lain yang lebih sehat untuk
menggantikan tradisi pantang makan yang amis?
Saya kurang tahu juga Sus.
c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
1. Menjelaskan Anatomi fisiologi kekurangan nutrisi dengan
menjelaskan akibat terlalu lama mengkonsumsi sayur sayuran
sehingga membuat ibu dan bayi kekurang imunitas, gangguan tumbuh
kembang, dan bayi dapat mudahnya terkena infeksi serta dapat
terjadinya gangguan pada mata atau tulang.
Melakukan pantang makaana yang amis berdampak negatif pada
kesehatan ibu dan bayi, karena tidak mendapatkan nutrisi yang
diperlukan ibu dan bayi, sehingga pertubuhan bayi terhambat ini
terjadi karena ibu hanya mengkonsumsi sayur sayuran tanpa adanya
protein yang didapatkan dari asi ibu, inilah yang menyebabkan
ngguan pencernaan pada bayi, akhirnya terjadi diare
berkepanjangan. Mengkonsusmsi sayur sayuran memang baik untuk
kesehatan ibu dan bayi tapi seharusnya diimbangkan dengan dangin

23
karena dangin banyak mengandung protein yang diperlukan ibu dan
bayi.
2. Memberikan solusi mengantikan tradisi pantang makanan amis
dengan cara apa yang baiknya dalam proses penyembuhan luka masa
nifas.
Perawatan masa nifas untuk ibu dan bayi diharapkan dapat
dilakukan dengan cara yang lebih sehat misalnya ibu diberikan
makan ikan gabus untuk mempercepat penyembuhan luka setelah
persalinan, cara masaknya harusnya direbus dengan rempah
seperti jahe dan kunyit agar tidak amis dan menambah rasa
sehingga ibu nafsu makan.
4. Evaluasi
Dari hasil pembahasan tentang masalah praktik tradisi pantang makanan amis
pada ibu nifas ada alasan dan dampaknya sebagai berikut: Alasan
mempertahankan tradisi yaitu sudah menjadi tradisi turun-temurun, anjuran tetua
kampung, anjuran orang tua dan pengalaman terdahulu, Ibu yang melakukan
pantang makan amis merasatidak sehat, badan semakin kurus, dan berdampak
pada bayi sehingga menyebabkan bayi diare dan gatal gatal. Namun dari segi
Kesehatan ada dampak yang akan merugikan Kesehatan Ibu maupun bayi
tersebut yaitu dampak dari tradisi pantang makan ini dapat mengakibatkan
berbagai masalah Kesehatan seperti Gangguan sistem pencernaan dan kurang
nutrisi. Sehingga tradisi ini sebaiknya di negosiasi

24
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pengertian Tradisi pantang makan makanan amis Tradisi pantang makan makanan
amis adalah tradisi yang dimana pada saat ibu setelah melahirkan mereka melarang
ibu makan makanan yang amis karena dapat menganggu penyembuhan luka setelah
melahirkan khususnya dan juga terpengaruh terhadap bayi yang di lehirkan. Tujuan
pantang tersebut selain takut akan terjadi hambatan pada anak yang dilahirkan akan
memiliki sifat seperti hewan tersebut. Pantang tersebut secara langsung berdampak
pada kesehatan ibu. Pantangan yang ditujukan pada ibu dan suami bertujuan untuk
memperlancar proses masa nifas. Pantangan tersebut bersifat negative karena dapat
mempengaruhi kesehatan ibu.
Apa saja jenis-jenis makanan yg di pantang jenis-jenis makanan yang di pantang
yaitu: pantang makan-makanan yang amis pada masa nifas contohnya seperti ikan,
telur, udang (seafood) dan binatang yang hidup didalam lobang sepert trenggiling,
daging ular dan daging labi-labi (sejenis kura-kura). Tujuan pantang tersebut selain
takut akan terjadi hambatan pada anak yang dilahirkan akan memiliki sifat seperti
hewan tersebut
Pelaksanaan tradisi pantang makan pada ibu nifas Pantang makanan yang amis pada
ibu nifas dilakuakan dengan cara melarang ibu nifas untuk makan makanan yang
amis, menurut adat dan tradisi mereka Mereka menganggap bahwa makanan yang
amis dapat mempengaruh terhadap bayi dan si ibunya
2. Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arief M. 2016, Pengantara Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. The


Community Of Self Help Group Forum.

Foster G. M. dan Anderson B.G. 2018. Antropologi Kesehatan.In: Suryadarma P.


K. dan Swasono M. F. H. Medical Antropology. Ui-Press: Jakarta. H:311-330

Hasnawati, dkk, 2018. Profil kesehatan indonesia 2017.

Mass l. 2020. Kesehatan ibu dan anak: presepsi budaya dan dampak kesehatanya.

Nurhikmah. 2017. Hubungan Perilaku Ibu Berpantang Makanan Amis Selama


Masa Nifas Dengan Status Gizi Dan Bayi.

26

Anda mungkin juga menyukai