Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan

Dosen Pengampu : Ns. Herlina, M. Kep.

Oleh :

NOBERTA RANI

OCKTAVIANTI

OTNIEL RAE ABDI WENA

PAULINA MARETIA

KELOMPOK 7

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA SERUKAM

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,yang telah
memberikan berkat dan karunia kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Komunikasi Pada Pasien Dengan Kebutuhan Khusus Autisme”.

Dalam kesempatan ini, dengan rasa hormat kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Ns. Herlina, S.Kep., M.Kep., selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Keperawatan.

Pada penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
mengingat kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk
kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan dan kebaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menjadi sarana pembelajaran dan bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Sekian dari kami, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan mohon
maaf atas kesalahan kata, baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga makalah ini dapat
menjadi sarana pembelajaran dan bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Serukam, 4 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….

DAFTAR ISI…………...……………………………………....................

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………...

A. Latar Belakang............................................
B. Rumusan Masalah…….……………………
C. Tujuan Penulisan…...…………..………….

BAB II PEMBAHASAN…………..………………………………….

A. Definisi Penggunaan Diri……………………………………….


B. Pengkajian Klien .………………………………………………………………..
C. Analisa Penggunaan Diri oleh Perawat………………………..
D. Komunikasi pada pasien berkebutuhan khusus autis………………………

BAB III PENUTUP………….…………………………………………………


A. Kesimpulan……………………………………….
B. Saran………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan kehidupan
kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan menggunakannya dalam berinteraksi dengan
manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah komunikasi, diamnya seseorang adalah
komunikasi, tertawanya seseorang adalah komunikasi, dan menangisnya seseorang adalah
komunikasi. Dengan berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih dinamis.
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi alat kerja
utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat
secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam setiap aktivitasnya, perawat
menggunakan komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi sangat penting terkait dengan tugas-
tugas kita dalam melakukan asuhan keperawatan dan dalam melakukan hubungan profesional
dengan tim kesehatan lainnya. Sebagai calon perawat, keterampilan dasar yang penting harus
kita kuasai adalah komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik
keperawatan akan memungkinkan kita melaksanakan praktik keperawatan secara berkualitas.
Komunikasi dalam pelayanan dan asuhan keperawatan adalah hal yang paling esensial.
Komunikasi menjadi alat kerja utama bagi perawat dalam rangka memberikan pelayanan yang
terbaik. Bagi seorang perawat, hal ini cukup beralasan karena perawat selalu bersama dan
berinteraksi dengan pasien selama 24 jam secara terus-menerus dan berkesinambungan mulai
awal kontak sampai akhir. Pengetahuan dan penerapan tentang dasar-dasar komunikasi dalam
keperawatan ini sangat penting. Komunikasi dalam praktik keperawatan dapat menjadi elemen
terapi. Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi akan mudah menjalin hubungan
saling percaya dengan pasien dan memberikan kepuasan serta meningkatkan citra profesi
keperawatan.
Menurut para ahli:

1. Everett M Rogers

Komunikasi adalah proses pengalihan ide dari satu sumber ke satu penerima atau lebih
dengan tujuan agar mengubah tingkah laku.

2. James AF Ston

Komunikasi adalah suatu proses pada seseorang yang berusaha untuk memberikan
pengertian dan informasi dengan cara menyampaikan pesan kepada orang lain.

3. William F Glueck

Definisi komunikasi dapat dibagi menjadi dua dengan dua bentuk yaitu: komunikasi antar
pribadi (Interpersonal communications), yaitu proses saling bertukar informasi serta
kemudahan pengertian antara dua individu atau lebih didalam suatu kelompok kecil
manusia. Komunikasi dalam organisasi (Organization communications), yaitu proses
dimana pembicara memberikan informasi secara sistematis dan memindahkan pengertian
kepada orang-orang didalam organisasi dan juga kepada orang-orang dan lembaga-
lembaga diluar organisasi namun masih terkait dengan organisasi tersebut.

4. Thomas M Scheidel

Manusia pada umumnya berkomunikasi untuk saling menyatakan dan mendukung


identitas diri mereka dan untuk membangun interaksi sosial dengan orang-orang
disekeliling serta mempengaruhi orang lain agar berpikir merasa, ataupun bertingkah
seperti apa yang diharapkan.

5. Rudolf F Verderber

Komunikasi memiliki fungsi yakni fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan.
Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan, menunjukan ikatan, membangun dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Sedangkan fungsi pengambilan keputusan ialah
memutuskan untuk melakukan terhadap sesuatu pada saat tertentu.
B. Tahapan Komunikasi
Terdapat empat tahap atau fase dalam komunikasi terapeutik menurut Stuart dan Sundeen
(1998), yang dapat dijelaskan dibawah ini:
1. Tahap Pra Interaksi
Tahap pertama ini merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi dan rasa takut dalam
diri sendiri, menganalisis kekuatan dan keterbatasan professional diri sendiri,
mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan, dan merencanakan untuk
pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas perawat dalam
tahap ini meliputi, menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan, membina rasa
percaya, penerimaan dan tindakan-tindakan klien, mengidentifikasi masalah klien,
menetapkan tujuan dengan klien dan merumuskan bersama kontrak yang bersifat saling
menguntungkan dengan mencakupkan nama, peran, tanggung jawab, harapan, tujuan,
tepat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi dan kerahasiaan.
3. Tahap Kerja
Tahapan ini merupakan perawat memulai kegiatan komunikasi. Tugas perawat pada
tahap ini adalah menggali stressor yang relevan, meningkatkan pengembangan
penghayatan dan penggunaan mekanisme koping klien yang konstruktif, serta membahas
dan atasi perilaku resisten.
4. Tahap Terminasi
Tahap terminasi adalah tahap dimana perawat akan menghentikan interaksi dengan klien,
tahap ini bisa merupakan tahap perpisahan atau terminasi sementara ataupun perpisahan
atau terminasi terakhir. Tugas perawat pada tahap ini adalah membina realitas tentang
perpisahan, meninjau kemampuan terapi dan pencapaian tujuan-tujuan, serta menggali
secara timbal balik perasaan penolakan, kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang
terkait lainnya.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Autisme?
2. Apa saja yang dapat kita kaji dari pasien Autisme?
3. Bagaimana analisa penggunaan diri sebagai seorang perawat?
D. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah komunikasi keperawatan
2. Mengetahui pengertian dari penggunaan diri
3. Mengetahui pengkajian dari pasien
4. Mengetahui penggunaan diri sebagai seorang perawat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Autisme

Istilah autis pertama kali dikemukakan oleh Leo Kanner (1943) psikolog dari Universitas
Johan Hopkins. Ia memakai istilah autis yang secara sosial tidak mau bergaul dan asik tenggelam
dengan kerutinan, anak-anak yang harus berjuang keras untuk bisa menguasai bahasa lisan
namun tak jarang menyimpan bakat intelektual tinggi.

Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, mulai
tampak sebelum usia 3 tahun. Prevalensi autisme di dunia semakin lama semakin meningkat.
Hingga sebelum tahun 2000, prevalensi autisme 2-5 sampai dengan 15-20 per 1.000 kelahiran, 1-
2 per 1.000 penduduk di dunia. Prevalensi anak autis beberapa tahun terakhir ini mengalami
kenaikan yang signifikan. Autisme dapat terjadi pada seluruh anak dari berbagai tingkat sosial
dan kultur. Hasil survey yang diambil dari beberapa Negara menunjukkan bahwa 2-4 anak per
10.000 anak berpeluang menyandang autisme dengan rasio 3:1 untuk anak laki-laki dan
perempuan.

Pengertian Autisme menurut para ahli:

1. Haryanto (2011)

Autis berasal dari kata auto, yang berarti sendiri, maka dapat diartikan seorang anak
yang hidup dalam dunianya sendiri. Anak tersebut cenderung mengalami hambatan
dalam interaksi, komunikasi, maupun perilaku sosial.

2. Joko Yuwono (2012)

Berpendapat bahwa pengertian autisme telah dimuat dalam IDA (Individual With
Disabilities Education Act) yakni masalah perkembangan yang secara signifikan
berdampak pada kemampuan komunikasi verbal, nonverbal, interaksi sosial yang
umumnya terjadi sebelum umur 3 tahun.
B. Faktor Yang Menyebabkan Autisme

Gejala autis disebabkan beberapa factor yaitu genetik, infeksi virus rubella atau galovirus
saat dalam kandungan, faktor makanan seperti makanan yang mengandung gluten dan kasein,
gangguan metabolik yang menyebabkan kelainan pada sistem limbik, kondisi ibu yang merokok
pada saat hamil, serta pencemaran terhadap logam berat terutama timbal.

C. Pengkajian Klien
Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini merupakan tahap
yang penting dalam proses keperawatan karena tahap-tahap selanjutnya dalam proses
keperawatan tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tahap pengkajian tidak dilakukan
dengan baik. Pada tahap ini perawat menggunakan kemampuan verbal ataupun nonverbal
dalam mengumpulkan data klien. Dalam pengkajian, perawat dituntut untuk mampu
melakukan komunikasi dengan baik verbal dan melakukan pengamatan terhadap perilaku
nonverbal serta menginterpretasikan hasil pengamatan dalam bentuk masalah. Setelah
data terkumpul, selanjutnya dikomunikasikan dalam bahasa verbal kepada klien atau tim
kesehatan lainnya dan dikomunikasikan dalam bentuk tulisan (didokumentasikan) untuk
dikomunikasikan pada tim kesehatan lain dan sebagai aspek legal asuhan keperawatan.
Maka didapatkanlah pengkajian sebagai berikut :
1. Identitas Klien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Status : Belum Menikah
Berat Badan : 50 kg
Diagnosa Medis : Autisme

2. Riwayat Kesehatan Klien


b. Keluhan Utama : Klien merasa stress dan seringkali melakukan gerakan yang
berulang-ulang secara terus-menerus tanpa tujuan yang jelas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien lebih suka menyendiri dan mengurung diri
dikamar, berputar-putar, berjingkat-jingkat, menarik-narik rambut dan menggigit
jari walaupun sering kesakitan akibat perbuatan sendiri.
d. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Klien mengalami diare atau sembelit yang susah
diatur, sakit pada bagian perut, adanya gas dan kembung, buang air besar yang
berbau busuk dan berwarna lebih muda, dan kesulitan tidur setiap malam yang
disebabkan oleh saluran ususnya mengalami gangguan sepanjang malam akibat
asam lambung naik dan membakar esopagh

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami sakit
yang sama dengan klien
4. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
Data Subjektif : Pola makan klien teratur karena disediakan oleh pihak keluarga
Data Objektif : Keadaan Umum tampak Baik ( BB Klien : 50 kg)
b. Pola Aktifitas
Klien mengatakan bahwa dari dulu ia tidak pernah keluar rumah jika tidak ada
keperluan
c. Pola Kebersihan

Klien selalu mandi 2x sehari dan mampu melakukannya sendiri

5. Data Psikologis
a. Status Emosi : Klien merasa takut yang berlebihan terhadap objek yang
sebenarnya tidak menakutkan, mudah menangis atau tertawa sendiri tanpa alasan
b. Konsep Diri : Klien mengatakan ia mengetahui bahwa ia sedang sakit dan
butuh pertolongan
c. Pola Interaksi : Klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat walaupun
perawat harus mengulang kembali pertanyaan tersebut
d. Pola Koping : Klien mengatakan orang terdekat nya adalah ibunya,namun saat
ibunya sudah meninggal ,ia tidak tau harus mengadu bahkan meminta bantuan
dukungan kepada siapa lagi.

D. Analisa Penggunaan Diri Oleh Perawat


Perawat merupakan kontak pertama dalam perawatan pasien di rumah sakit dan paling
intens 24 jam mendampingi dan berinteraksi dengan pasien setiap harinya. Dalam diri
perawat harus memiliki kemampuan memahami dirinya sendiri serta memahami pasien
yang sedang dirawatnya. Sebelum berhubungan dengan pasien, lebih adil jika perawat
menengok dirinya sendiri sebagai perawat maupun sebagai diri sendiri. Sebelum
berhubungan dengan pasien, perawat harus mempersiapkan diri terlebih dahulu melalui
analisis diri sendiri sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan pasien. Perawat
tentunya akan melakukan komunikasi dengan pasiennya, perawat akan menghadapi
pasien dengan berbagai karakter, menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga
diperlukan kesadaran yang tinggi sebagai perawat. Berikut sikap menghadirkan diri
sebagai perawat:
1. Sikap menghadirkan diri yang dilakukan oleh perawat.Perawat berhadapan langsung
dengan klien dengan arti “saya siap untuk anda”. Perawat juga tetap rileks dengan
mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam respon pasien,
terbukti saat klien mulai tampak murung sambil menceritakan masalah hidupnya
dahulu dan perawat mengalihkan sejenak obrolan menjadi menanyakan tentang
bagian tubuh apa yang klien tidak sukai. Menurut saya, perawat berusaha untuk tetap
menyeimbangkan ketegangan yang ada
2. Terdapat dimensi respon dari perawat, yaitu ikhlas. Menghadapi autisme tentunya
butuh kesabaran penuh saat mengajak klien berinteraksi. Perawat ikhlas untuk
mengulang pertanyaan yang sama karena klien tidak mendengarkan secara serius
3. Terdapat dimensi tindakan yang dilakukan oleh perawat yaitu emosional katarsis.
Perawat sudah mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya
4. Perawat mendengarkan secara aktif semua masalah yang klien ceritakan. Maka dari
itu, klien leluasa menceritakan permasalahannya tanpa merasa dihakimi oleh perawat
tersebut
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN AUTISME

NAMA KELOMPOK 7 DAN PERAN

1. OCKTAVIANTI BERPERAN SEBAGAI ( IBU ).


2. NOBERTA RANI BERPERAN SEBAGAI (PERAWAT 1).
3. PAULINA MARETIA BERPERAN SEBAGAI ( PERAWAT 2 ).
4. OTNIEL RAE ABDI WENA BERPERAN SEBAGAI ( ANAK ).

A. PROSES KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


1. Data identitas pasien
Nama lengkap : Otniel Rae Abdi Wena
Tempat tanggal lahir : Serukam, 1 mei 2014
Alamat : Serukam
2. Diagnosa pasien : Terapi pengenalan anggota tubuh
3. Tujuan keperawatan : Untuk membantu pasien mengenal anggota tubuhnya.

B. PROLOG
Ada seorang ibu memiliki anak berkebutuhan khusus yang bernama Otniel Rae Abdi
Wena dan saat ini berusia 8 Tahun. Pasien ini suka menundukkan kepalanya kebawah,
berbicara kurang jelas, serta dia suka memainkan boneka, dimana pun pergi anak ini
selalu membawa bonekanya.
1. FASE PERSIAPAN/PRA-INTERAKSI
Suatu pagi datanglah seorang ibu mengantar anak nya ke klinik anak untuk melakukan
terapi pengenalan nama anggota tubuh.
Ibu : Permisi, selamat pagi.
Perawat 1 : Iya, selamat pagi ibu, silahkan duduk , perkenalkan saya perawat Noberta
Rani, ada yang bisa saya bantu bu ?
Ibu : Saya mau, meminta bantuan untuk melakukan terapi kepada anak saya.
Perawat 1 : Baiklah nama ibu siapa dan nama anak ibu serta ceritakan sedikit
tentang anak ibu ?
Ibu : Perkenalkan nama saya ibu Ockta dan anak saya bernama Otniel Rae
Abdi Wena dia suka bermain tetapi murung jika diajak untuk belajar.
Perawat 1 : Baiklah, ibu terima kasih atas infomasinya. Saya akan berkonsultasi
dahulu dengan rekan saya silahkan kembali lagi siang ini jam 13.00 WIB
untuk melakukan terapi pada anak ibu.
Ibu : Baiklah terimakasih !

Setelah itu perawat 1 pun menemui perawat 2 untuk konsultasi terhadap pasien.

Perawat 1 : Permisi sus, selamat pagi.


Perawat 2 : Pagi, silahkan masuk. Silahkan duduk, Ada yang bisa saya bantu ?
Perawat 1 : Pagi ini kita kedatangan ibu pasien anak berkebutuhan khusus autis. yang
berusia 8 Tahun dan sudah kontrak siang ini jam 13.00 WIB Dengan klien.
Apakah suster bersedia untuk melakukan tindakan terapi.
Perawat 2 : Baiklah, kalo boleh tahu apakah ada sedikit infomasi tentang pasien ?
Perawat 1 : Pasien bernama Otniel Rae Abdi Wena, dia suka bermain dan murung
jika diajak belajar.
Perawat 2 : Baiklah, terimakasih atas informasinya. Saya akan melakukan tindakan
sesuai dengan kontrak jam yang telah ditentukan.
Perawat 1 : Baiklah, terima kasih saya permisi dulu.
Perawat 2 : Iya, sama-sama.

Perawat 1 pun kembali keruangan nya , beberapa jam kemudian ibu dan anaknya pun
datang kembali keklinik anak. Pukul 13.00 WIB. Sesuai waktu yang ditentukan klien
bertemu dengan perawat.

Ibu : Permisi, selamat siang.


Perawat 1 : Selamat siang ibu, silahkan masuk. Apakah sudah siap menjalankan
terapinya ?
Ibu : Iya sus, anak saya juga dalam kondisi baik.
Perawat 1 : Baiklah, silahkan ibu pergi ke ruang terapi anak yang ada disebelah
kanan. disana ada rekan saya yang akan membantu berjalannya terapi.
Ibu : Terima kasih, saya permisi dulu.
Perawat 1 : Iya ibu silahkan.

1. FASE ORIENTASI
Ibu Ockta pun pergi keruangan terapi untuk menemui perawat 2.

Ibu : Permisi selamat siang sus !


Perawat 2 : Iya ibu silahkan masuk, silahkan duduk bu, perkenalkan nama saya
perawat Paulina Maretia , ada yang bisa saya bantu?
Ibu : iya sus, ini anak saya yang akan menjalankan terapi. apakah bisa dimulai
sekarang.
Perawat 2 : Oh, iya ibu! Saya segera akan melakukan tindakan dan silahkan ibu
menunggu di ruang tunggu ya.
Ibu : Baiklah sus terima kasih, saya permisi dulu.
Perawat 2 : Hallo adek ! lagi ngapain kakak boleh ikut main tidak ?
Anak : Boleh main, boleh.
Perawat 2 : Kalo boleh tahu adek biasanya senangnya dipanggil apa ?
Anak : Rae
Perawat 2 : Oh Rae, namanya bagus ya. Kalau kakak namanya Paulina.
Anak : Ok kakak Paulina.
2. FASE KERJA
Perawat 2 : Kakak ada permainan mau ikut main tidak ?
Anak : Aku suka main.
Perawat 2 : Kita mau main, siapa yang benar dapat hadiah kue.
Anak : Mau, mau, mauuu kak.
Perawat 2 : Tapi Rae harus tahu dulu nama anggota tubuh.
Anak : Oke
Perawat 2 :Dimulai dari, ini mata, ini hidung, ini mulut, ini tangan kiri dan kanan, ini
:kaki kiri dan kanan. Apakah Rae sudah paham?
Anak :Iya tahu
Perawat 2 :Nah, Baiklah permainannya kita mulai ya, kalau kakak bilang mata.
:silahkan pegang matanya, kalau kakak bilang tangan kiri silahkan angkat
:tangan kiri nya, kalau benar nanti dapat hadiah, siap!!
Anak :Siap, siap, siap.
Perawat 2 : Sekarang mana tangan kanan nya
Anak :(Pasien mengangkat tangan kanan nya)
Perawat 2 :Betul, mana mata nya?
Anak :(Pasien memegang mata nya)
Perawat 2 :Betul lagi, sekali lagi ya. Yang mana kaki kiri?
Anak :(Pasien menunjukan kaki kirinya)
Prawat 2 : Pintar, karena benar, sekarang kakak kasih Rae hadiah
Anak :(Hore-hore, kue-kue)
3. FASE TERMINASI
Perawat 2 : Hore!! Permainannya sudah selesai, gimana seru atau tidak.
Anak : seru, seru, seru
Perawat 2 : Sekarang mainnya sampai sini dulu ya, lain waktu kita main lagi.
Anak : Dikasih kue lagi tidak
Perawat 2 : Iya, nanti kakak kasih lebih banyak lagi
Anak : Hore mau lagi
Perawat 2 : Oke, terima kasih. Ayo kakak antar ke ibu kamu
. Perawat 2 : Permisi ibu, ini anak ibu . Terapi hari ini sudah selesai, saya mengajari
anak ibu yaitu mengenal nama-nama anggota tubuh dan reaksi anak ibu
sangat antusias sekali. Dan Rae sangat pintar langsung bisa mengenal
nama anggota tubuhnya . jadi anak yang pintar ya Rae, saya permisi dulu
ya bu.
Ibu : iya sus, Terima kasih kembali.
Perawat : iya.
Ibu Ockta pun membawa anak nya pulang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah suatu alat yang penting untuk
membina hubungan dan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan
keperawatan. Komunikasi menjadi sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Dalam hal ini perawat
harus mengerti lebih dahulu mengenai dirinya sendiri sebelum dia mampu mengerti
mengenai diri orang lain (klien). Proses pengembangan kemampuan untuk mengerti
mengenai nilai-nilai diri sendiri, keyakinan, pemikiran, perasaan, sikap, motivasi,
persangkaan, kekuatan, dan keterbatasan serta bagaimana pikiran dan perilaku
berakibat terhadap orang lain, inilah yang disebut dengan kesadaran diri. Hal tersebut
memiliki makna bahwa semua komponen diri yang dapat ditampilkan haruslah sesuai.
Kesesuaian tersebut dalam bentuk perilaku secara non verbal dan dalam bentuk
perkataan secara verbal. Kejujuran perawat dalam hal ini sangat diperlukan karena
merupakan komponen dari penilaian terhadap hubungan terapeutik yang dijalankan.

B. Saran

Dari kasus yang telah kita pelajari bersama, Perawat hadir secara utuh (fisik dan
psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup untuk
mengetahui teknik komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau
penampilan dalam berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R., (2015). Komunikasi Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

pustakakomunikasi.blogspot.com

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai