Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KOMUNIKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA YANG

MENDAPAT PERAWATAN PALIATIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan
Paliatif
Dosen Pembimbing : Desty Emlyani, M.Kep.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

1. Muhammad Fachri
2. Muhammad Septyan Qurahmad
3. Muhammad Syam Addiyat Qodri
4. Ni Luh Putu Sukarni
5. Ni Wayan Suliastini
6. Nining Aryani

KEMENTERIANKESEHATANREPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang MahaEsayang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapatmenyelesaikan tugasmakalah
”KOMUNIKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA YANG MENDAPATKAN
PERAWATAN PALIATIF”.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Kami juga menyadari bahwa tugas  makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan tugasmakalahini.

Mataram, 27 Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................................ii

BAB I (Pendahuluan)

A. Latar Belakang .................................................................................................................1


B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II (Pembahasan)

A. Konsep Komunikasi..........................................................................................................3

1. Definisi Komunikasi.....................................................................................................3
2. Cara Komunikasi..........................................................................................................3
a. Komunikasi Verbal ………………………………………………………………..3
b. Komunikasi Non Verbal …………………………………………………………..3
3. Prinsip Komunikasi .....................................................................................................4
4. Teknik Komunikasi .....................................................................................................4
5. Hambatan dalam Berkomunikasi .................................................................................6

B. Konsep Komunikasi pada Pasien dan Keluarga yang Mendapat Perawatan Paliatif ……6

1. Komunikasi Pada Pasien Dengan Penyakit Kronis …………………………………..6


2. Teknik Komunikasi Paliatif..........................................................................................7
3. Sasaran pada Komunikasi Paliatif ...............................................................................9
4. Komunikasi pada Pasien yang Tidak Sadar.................................................................10

BAB III (Penutup)

A. Kesimpulan ......................................................................................................................15

B. Saran .................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti meringankan,
dan Palliare (bahasa latin yang berarti menyelubungi)merupakan jenis pelayanan
kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti menyembuhkan.
Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup 
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan,
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik
fisik, psikososial dan spiritual.
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud
antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam
aspekpsikologis, sosial dan spiritual. Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan
yang meningkatkan kualitas hidup  pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan-
pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit, fisik, psikososial, spiritual (Kemenkes
RI Nomor 2015).
Pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah dan
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut
selalu berada disamping perawat. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut
pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir
hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilitator agar pasien tetap
melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran
spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis
dan mendekati sakaratul maut.Oleh karena itu, kami mengangkat judul tentang
komunikasi pada pasien dan keluarga yang mendapat perawatan terminal.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep komunikasi secara umum?
2. Bagaimana konsep komunikasi pada pasien dengan perawatan paliatif ?
3. Bagaimana konsep komunikasi perawat kepada keluarga pasien dengan anggota
keluarga yang menjalani perawatan paliatif ?
C. TUJUAN
1. Untuk mrngrtahui konsep komunikasi secara umum
2. Untuk mrngrtahui komunikasi pada pasien dengan perawatan paliatif
3. Untuk mrngrtahui konsep komunikasi perawat kepada keluarga pasien dengan
anggota keluarga yang menjalani perawatan paliatif
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP KOMUNIKASI
1. DEFINISI KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung
dengan lingkungan orang lain (Stewart,2006)
2. CARA KOMUNIKASI
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan kata-kata yang
diungkapkan atau ditulis.
Hal yang harus diperhatikan :
 Kesederhanaan : Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah
dimengerti,singkat dan jelas.
 Kejelasan : Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa yang
diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerakan  tubuh.
 Tepat waktu dan relevan ; Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang sedang
dirasakan oleh pasien.
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah,
gerakan tubuh, dan sikap tubuh.
Hal yang perlu diperhatikan :
 Sikap tubuh dan cara berjalan : Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan
suasana hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan
jalannya mempunyai tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu merasa nyaman
dan aman secara fisik maupun emosionalnya.
 Ekspresi wajah : Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut dapat
mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan, kesedihan,
kemarahan, kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterusnya.
 Gerakan Tangan : Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti.
Gerakan tangan bisa mengkomunikasikan macam-macam perasaan.
3. PRINSIP KOMUNIKASI
Prinsip Komunikasi terapeutik (keliat:1996)
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami     
dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan  
saling menghargai.
c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
e. Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
f. Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
h. Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
i. Kejujuran dan komunikasi terbuka.
j. Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan orang
lain tentang kesehatan.
k. Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi
l. Bertanggung jawab
4. TEKNIK KOMUNIKASI
a. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa yang
dikatakannya adalah penting.
b. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang
akan dibicarakan.
c. Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
Penerimaan (Acceptance)
d. Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan
ketertarikan dan tidak menilai.
e. Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar
atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi
yang digambarkan klien.
f. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar,
refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
g. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
h. Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih
jelas, dan  berfokus pada realitas.
i. Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan
difikirkan.
j. Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan untuk
meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
k. Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
l. Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih
lanjut.
m. Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien.
n. Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.
5. HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI
Macam-macam hambatan dalam komunikasi (Mundakir:2006)
a. Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
b. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
c. Kurangnya pengetahuan
d. Perbedaan persepsi
e. Perbedaan harapan
f. Tidak ada kepercayaan (BHSP)

B. KONSEP KOMUNIKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA YANG MENDAPAT


PERAWATAN PALIATIF
1. KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(purwaningsih dan karbina, 2009).Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan
persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan
yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis yang dialami
oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang
pasien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
2. TEKNIK KOMUNIKASI PALIATIF
Tiap fase yangdi alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda.Sehingga
perawat juga memberikan respon yang berbeda pul.Dalam berkomonikasi perwat juga
harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat
dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.
a. Fase denial (pengingkaran)
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya
atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak,
saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang mengalami
penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang
terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa.
Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa
tahun.
Teknik komunikasi fase denial :
 Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian.
 Selalu berada didekat klien
 Pertahankan kontak mata
b. Fase Anger (marah)
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di
proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di
tunjukkan pada dirinya sendiri.Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara
kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus.
Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan menggapai.
Teknik komunikasi fase anger (marah) :
 Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya,
hearing dan menggunakan teknik respek.
 Teknik komunikasi fase Bargening (tawar menawar)
 Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kapada
pasien apa yang diinginkan
c. Fase Bargening (Tawar menawar)
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka
ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon
ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka
saya akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka
pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya
Teknik komunikasi yang digunakan :
 Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada
pasien apa yang di ingnkan
d. Fase Depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau
dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala
fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libugo menurun
Teknik komunikasi fase depression :
 Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya.
e. Fase acceptance (penerimaan)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini
biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada
fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada
pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan.Jika mengalami
kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.
Teknik komunikasi yang digunakan :
 Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan
perasaan keluarga terhadap kematian pasien.
3. SASARAN KOMUNIKASI PALIATIF
a. Pasien
b. Keluarga
c. Komunitas
4. KOMUNIKASI PADA PASIEN YANG TIDAK SADAR
Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan
menggunakan teknik komunikasi khusus/trapeutik dikarenakan fungsi sensorik dan
motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat
diterima dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat
membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi
utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh
beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun ekstrakranial yang
mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik ditingkat korteks serebri, batang otak
keduanya.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda saat kita berkomunikasi dengan
pasien yang tidak sadar, yakni tidak mendapatka feedback (umpan balik) yang menjadi
salah satu elemen komunikasi. Hal ini dapat kita temukan diruangan-ruangan tertentu
seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya.
Walaupun banyak perdebatan bahwa komunikasi trapeutik tetap dilaksanakan walau
pasien koma, maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan komunikasi terapeutik ini
untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik sekalipun dia dalam keadaan
yang tidak sadar atau koma.
a. Fungsi Komunikasi pada Pasien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan
memiliki beberapa fungsi, yaitu:
 MengendalikanPerilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak
memiliki respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan
pasien ini tidak berfungsi sebagai pengendali prilaku.Secara tepatnya
pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu pasien hanya berbaring,
imobilitas dan tidak melakukan suatu gerakan yang berarti.Walaupun
dengan berbaring ini pasien tetap memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa
mandiri.
 PerkembanganMotivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan
kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada
pendengarannya.Perawat dapat menggunakan kesempatan ini untuk
berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan motivasi pada klien.
Motivasi adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien
untuk menjadi lebih maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini
akan terlihat pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi
kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24 jam.
Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang sadar,
karena klien masih dapat mendengar apa yang dikatakan oleh perawat.
 PengungkapanEmosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada,
sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap klien.Perawat dapat
berinteraksi dengan klien.Perawat dapat mengungkapan kegembiraan,
kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang
dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk
tidak bersikap negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara
tidak langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan
mendapatkan pengungkapan positif maupun negatif dari klien. Perawat
juga tidak boleh mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap
klien. Pasien ini berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat
menyimpulkan situasi yang sedang terjadi, apa yang dirasakan pada klien
pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap
apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien telah sadar
kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan
terhadapnya.
 Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses
keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan
keperawatan harus dikomunikasikan untuk menginformasikan pada klien
karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh untuk
menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada
pasien tidak sadar ini, kita dapat meminta persetujuan terhadap keluarga,
dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja
yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat memberitahu
maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita
tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses
keperawatan menjalankan satu atau lebih dari ke empat fungsi di atas.
Dengan kata lain, tujuan perawat berkomunikasi dengan klien yaitu untuk
menjalankan fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun,
komunikasi penting adanya.Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah
satu dari fungsi di atas. Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak
sadar sekali pun, ia merupakan seorang pasien yang memiliki hak-hak
sebagai pasien yang harus tetap kita penuhi.
Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih
untuk membantu sesama, memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang
harus saling membantu. Perawat akan membantu siapapun walaupun ia
seorang yang tidak sadar sekalipun. Dengan tetap memperhatikan hak-
haknya sebagai klien.
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk
hubungan saling percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas.Pada
komunikasi dengan pasien tidak sadar kita tetap melakukan komunikasi
untuk meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan membantu dalam
komunikasi terapeutik.
b. Cara Berkomunikasi Pada Pasien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses
keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga
menggunakan komunikasi terapeutik.Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
klien.Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik terapeutik,
walaupun pada pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan
teknik.Teknik terapeutik, perawat tetap dapat terapkan. Adapun teknik yang dapat
terapkan, meliputi:
 Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat
lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan
dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik,
kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
 Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep
kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang
akan diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam
komunikasi.
 Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan
informasi.Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat
memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi
yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena
dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan
kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
 Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat
menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien.Ketenagan yang
perawat berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih
baik.Ketenagan perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar
dengan komunikasi non verbal.Komunikasi non verbal dapat berupa
sentuhan yang hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata,
merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk
mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah bagian yang
penting dari hubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah
komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai
pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta
tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri,
yaitu pada point ini pasien tidak sadar. Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus
seperti ini, keefektifan komunikasi lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena
perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah tersebut.
c. Prinsip-Prinsip Berkomunikasi dengan Pasien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar,
hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
 Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada
keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang
mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak
sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari
lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
 Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat.
Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.
 Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien.
Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang
sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.
 Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu klien fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Hubungan perawat – klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman perbaikan emosi klien.Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara
terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea
rah yang positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus
menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi
model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat
(verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi
perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap
tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now).
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas
mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.

B. SARAN
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara
spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima
klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang
menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk
tidak menanyakan pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan
klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya
berguna lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (2010). Oxford Textbook of palliative nursing 3nd ed. New York :
Oxford University Press Nugroho, Agung.(2011). Perawatan Paliatif Pasien Hiv /
Aids.
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC Pendi. 2009.
Kementrian Kesehatan RI.2015. Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker.Jakarta :
Kementrian kesehatan RI
Menkes RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/Sk/Vii/2007. Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Di akses pada 21 Maret 2018 dari
Purwaningsih, W dan Ina Karlina. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan II. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Ruben Brent D dan Lea P Stewart.(2006). Communication and Human Behavior. United States:
Allyn and Bacon

Tamsuri, Anas.2006.Komunikasi dalam Keperawatan”.Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai