Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
20330005
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisndapat menyelesaikan makalah Strategi
komunikasi terapeutik pada pasien paliatif. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawakan pedoman hidup yakni al-qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Penulis dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata Penulis berharap semoga makalah tentang “Strategi komunikasi terapeutik pada
pasien paliatif ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................2
BAB IV PENUTUP
PENDAHULUAN
‘Paliatif Care’ atau Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan ‘Palliare’ (bahasa latin yang berarti ‘menyelubungi’)merupakan jenis
pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti
menyembuhkan. Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan
spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama
yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud antara lain menghilangkan
nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspekpsikologis, sosial dan
spiritual. Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit, fisik,
psikososial, spiritual (kemenkes RI Nomor 812, 2007).
Menurut Dadang Hawari (1977,53), orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang
sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian
sehingga pembina kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah dan ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada disamping
perawat. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan
perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat
bertindak sebagai fasilitator agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai
dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal
aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif
Mengetahui jenis-jenis perawatan paliatif
Mengetahui model/tempat perawatan paliatif
1.4 MANFAAT
Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai perawatan paliatif terutama dari pola komunikasi,
karena komunikasi dalam keperawatan secara umum akan beda dengan komunikasi pada pasien
paliatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara dua atau lebih
individu.Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiantannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).
Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh.
Sikap tubuh dan cara berjalan : Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan suasana
hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan jalannya mempunyai
tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu merasa nyaman dan aman secara fisik maupun
emosionalnya.
Ekspresi wajah : Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut dapat
mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan, kesedihan, kemarahan,
kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterusnya.
Gerakan Tangan : Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti. Gerakan
tangan bisa mengkomunikasikan macam-macam perasaan.
2.3 PRINSIP KOMUNIKASI
Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan saling
menghargai.
Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
Kejujuran dan komunikasi terbuka.
Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan orang lain
tentang kesehatan.
Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi
Bertanggung jawab
Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa yang
dikatakannya adalah penting.
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang akan
dibicarakan.
Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan
dan tidak menilai.
Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien
malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan
klien.
Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar, refleksi
perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar
klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas, dan
berfokus pada realitas.
Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan difikirkan.
Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan untuk
meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
Diam
Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien.
Saran
Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.
Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Perawatan
paliatif meliputi :
Prinsip Perawatan Paliatif Care Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari
pasien dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses
yang competent dan compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk
pediatric palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui
penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52) Perawatan paliatif berpijak pada pola
dasar berikut ini :
Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
Tidak mempercepat atau menunda kematian.
Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Menghindari tindakan yang sia-sia.
Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatau tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu (Carpenito,
1995).
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan
lagi untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu
kecelakaan.
Kondisi Terminal adalah fase akhir kehidupan menjelang kematian yang dapat berlangsung
singkat atau panjang.
Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying)
dalam 5 tahap, yaitu:
1. Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan
menunjukkan reaksi menolak.
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang
telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan
sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang
sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi
yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangatmembantu apabila
kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya
menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
1) Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat
dari fase akut ke kronik.
2) Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi
penyakit yang kronik.
3) Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada
pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4) Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik
dan telah berjalan lama.
BAB III
KOMUNIKASI DALAM PERAWATAN PALIATIF
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (purwaningsih dan karbina,
2009). Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (purwaningsih dan karbina,
2009). Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis yang dialami
oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang pasien
mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan.
Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan
menggunakan teknik komunikasi khusus/trapeutik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik
pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima dan
klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan
kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat
membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam
penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun ekstrakranial yang mengakibatkan
kerusakan struktural atau metabolik ditingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda saat kita berkomunikasi dengan pasien
yang tidak sadar, yakni tidak mendapatka feedback (umpan balik) yang menjadi salah satu
elemen komunikasi. Hal ini dapat kita temukan diruangan-ruangan tertentu seperti Intensif
Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya. Walaupun banyak
perdebatan bahwa komunikasi trapeutik tetap dilaksanakan walau pasien koma, maka dari itu
kita sebagai perawat diajarkan komunikasi terapeutik ini untuk menghargai perasaan pasien
serta berperilaku baik sekalipun dia dalam keadaan yang tidak sadar atau koma.
pasien
keluarga
komunitas
BAB IV
PENUTUP
4.I KESIMPULAN
Hubungan dan komunikasi antara perawat dan klien bersifat trapeutik, artinya hubungan
yang dibangun hanya sebatas memberi asuhan dan menghilangkan keluhan klien. Komunikasi
trapeutik adalah isntrumen holistik yang digunakan disetiap lini keperawatan begitu pula untuk
pasien dengan keperawatan paliatif.
nursing-doc.blogspot.com/2019/09/makalah-konsep-komunikasi-pada-pasien.html?m=1