Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

 KOMUNIKASI TERAUPETIK

DOSEN PENGAMPUH :
Mariany, S.ST., M.Kep

DISUSUN OLEH:

NOVIANTI AINUN RAMADHANI (202431042)

NUR SYAFIKA (202431043) WAHYUNI AMIN (202431055)

PUTRI AULYA AMANDA (202431044) PUTRI MULINGKA (202431046)

MUH.AKBAR (202431039) TRI IKA PUTRI SUDIRMAN (202431053)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2021/2022
 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Pendahuluan....................................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C.     Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A.    Komunikasi Terapeutik...................................................................................................2
B.     Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa.................................................................3
C.     Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa......................................................................4
D.    Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa..............................................................5
E.     Contoh Komunikasi terapeutik Pada Orang Dewasa......................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................8
A.    Kesimpulan.......................................................................................................................8
B.     Saran...............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada
konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi
merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata
lain pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain berbicara dan
mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita, dan ain
sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian
pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga
gerakan tubuh atau gestru (non verbal)
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang
menyampaikan dan mendapat respons. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua
tujuan, yaitu mempengaruhi orang lain dan untuk mendapat informasi. Akan tetapi
komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau
berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan). Keterampilan berkomunikasi
merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu
hubungan, baik tiu hub ungan yang kompleks maupun yang sederhana melalui
sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimilki
oleh seseorang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaanya dan apa yang ia
sukai dan tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup,
membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan.
Effendy O.U (2002) dalam suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam
komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator
(pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media
kepada komunikas (penerima pesan) sehingga timbul efek atau akibat terhadap
pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikasi juga dapat memberikan umpan
balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu komunikasi yang lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep komunikasi terapeutik?
2.      Bagaimana cara komunikasi terapeutik pada orang dewasa?

C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang komunikasi terapeutik
2.      Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada orang dewasa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Terapeutik

1.      Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal


ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan
atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi untuk stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
hubungan personal antara perawa dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien.
S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerja
sama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam
membina hubungan intim yang terapeutik.
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara
perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di
antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan.
Sedangkan Arwana (2003) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik bukan
pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik
bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang
dan masalahnya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terpeutik
adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan pootif.

2.      Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah
yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1.      Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri
Memulai komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien.
Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami
perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,
mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada
akhirnya merasa putus asa dan depresi.
2.      Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana menerima dan diterima
orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa
adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham dan
Shanley (1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang digunakan
dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan
koping.
3.      Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang reistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu
yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang
tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya
akan merasa rendah diri.
4.      Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang reistis.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan
identitas diri yang jelas.

3.        Fungsi Komunikasi Terapeutik

Fungsi Komunikasi Terapeutik


a.       Merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga
kesehatan.
b.      Mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien.
c.       Mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan.
d.      Sebagai tolok ukur kepuasan pasien.
e.       Sebagai tolok ukur komplain tindakan dan rehabilitasi.
Komunikasi sebagai elemen terapi mempunyai makna bahwa komunikasi yang
dilakukan oleh perawat adalah mempunyai tujuan terapi atau memberikan efek
penyembuhan buat klien. Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi
perawat. Dengan komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan
kesembuhan buat klien. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang tegas
dan menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat mempengaruhi
perilaku klien untuk berbuat lebih baik dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatannya.
Pernahkah Anda melihat seorang perawat jiwa melakukan komunikasi dengan
pasien untuk mengubah atau memperbaiki perilakunya yang menyimpang? Lakukanlah
pengamatan pada perawat jiwa yang sedang berinteraksi dengan pasien!
Komunikasi sebagai elemen terapi sangat nyata sekali dilakukan dalam
perawatan pada pasien yang mengalami masalah psikososial atau mengalami gangguan
jiwa. Untuk mengubah dan membantu proses adaptasi pasien gangguan jiwa, satu-
satunya alat kerja yang efektif untuk mencapai kesembuhan pasien adalah komunikasi
yang dilakukan perawat. Komunikasi yang dilakukan perawat, baik verbal maupun
nonverbal, dapat memberikan kesembuhan buat klien.
Fungsi Komunikasi Terapeutik dalam manajemen keperawatan:

a.      Memberikan informasi yang akurat


Fungsi komunikasi dalam manajemen keperawatan yang pertama adalah
untuk memberikan informasi yang akurat sesuai dengan fakta dan bersifat valid
kepada pasien maupun anggota keluarga pasien.

b.      Tata cara berkomunkasi dengan pasien


Fungsi yang kedua adalah untuk memberikan tata cara dalam menyapa pasien
dan menjawab pertanyaan pasien dengan lengkap. Komunikasi dalam manajemen
keperawatan ini bertujuan untuk menghindari perawat dari jawaban singkat, yang
tampak seperti tidak tertarik memberikan informasi kepada pasiennya.

c.       Mengoptimalkan pekerjaan seorang perawat


Untuk mengoptimalkan pekerjaan perawat yang sebagaimana tugas seorang
perawat adalah membantu pasiennya dari pasien sakit sampai pasien dinyatakan
sembuh. Selain berhubungan langsung dengan pasien, seorang perawat juga akan
berhubungan dengan anggota keluarga pasien. Komunikasi dalam manajemen
keperawatan ini sangat penting untuk kelancaran dan mengoptimalkan tugas
perawat tersebut.

d.      Menghindari respon yang tidak baik terhadap pasien


Untuk menghindari perawat dari respon yang tidak baik kepada pasien
maupun keluarga pasien. Seorang perawat dilarang untuk interupsi dalam
pembicaraan dengan keluarga pasien. Jika terjadi hal yang demikian maka sistem
komunikasi dalam manajemen kerperawatan tidak berfungsi dengan baik.
Komunikasi dalam manajemen keperawatan merupakan suatu pedoman seorang
perawat saat melaksanakan perkerjaannya.

e.       Menjaga kerahasiaan informasi pasien


Komunikasi dalam manajemen keperawatan yang menjadi pedoman bagi
seorang perawat ini berfungsi untuk menjaga kerahasiaan informasi mengenai
pasien yang ditanganinya. Kerahasiaan informasi akan dijaga oleh seorang perawat
sesuai dengan perintah pasien atau keluarga pasien.

f.       Menciptakan rasa nyaman kepada pasien


Komunikasi dalam manajemen keperawatan juga berfungsi sebagai kekuatan
seorang perawat untuk menciptakan rasa nyaman kepada pasien. Seorang perawat
diminta untuk berkomunikasi secara informatif dan perusasif dengan tujuan agar
seorang pasien dapat terpengaruh bujukan seorang perawat. Misalnya, seorang
pasien yang tidak mau minum obat atau pasien yang takut dengan jarum suntik.
Tugas seorang perawat adalah membujuk pasien tersebut dengan caranya masing-
masing agar pasien mau melakukannya.
g.      Memudahkan proses komunikasi
Komunikasi dalam manajemen keperawatan ini memudahkan seorang
perawat berkomunikasi dengan teman kerjanya dan mempermudah dalam proses
kerjasama tim baik dengan sesama perawat maupun dokter. Komunikasi yang
dilakukan dalam suatu pekerjaan akan terstruktur dan tentu saja mudah dimengerti
oleh lawan bicaranya.

h.      Menciptakan komunikasi yang harmonis


Seorang perawat akan berinteraksi langsung dengan seorang pasien maupun
keluarga pasien. Oleh karena itu, komunikasi yang hangat dan terkesan tidak terlalu
formal menjadi kunci utama dalam menjalin kedekatan dengan pasien. Melalui
komunikasi dalam manajemen keperawatan ini, seorang perawat dengan mudah
dapat memahami teknik-teknik dan cara yang tepat untuk tetap menjaga
keharmonisan pada saat berkomunikasi dengan pasien maupun keluarga pasien.

B.     Komunikasi Terapeutik Pada Orang Dewasa


Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan
yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. oleh
sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat
tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang
mencoba untuk menerapkan model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.
Menurut Ericsson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs isolasi,
dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih, minat,
masalah dengan orang lain.
Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan
tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah
untuk mengubahnya. Juga Pengetahuan yang selarna ini dianggapnya benar dan bermanfaat
belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan
yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu.
Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu unfuk
merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri ingin belajar,
terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan
suaru perilaku lain di masa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku
baru itu.
Dari segi psikologis, orang dewasa dalarn situasi. Komunikasi mempunyai sikap-
sikap tertentu yairu :
1.      Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri,
maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih
mutakhir.
2.      Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.
3.      Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima,
akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan
tanggapannya mengenai suatu masalah

C.    Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa


Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang
dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :

1. Suasana hormat menghormat

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan pikirannya.

2. Suasana saling menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan mengesampingkan harga
kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai. Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi
komunikasi.

3.      Suasana saling percaya

Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa
hasil yang diharapkan

4.      Suasana saling terbuka

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya
dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain. seperti
pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah,
gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa.
Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman dan
tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian
mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka
makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pegalaman yang mengancam dirinya,
dirnana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk
kemarahan dan agresi.
Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang
dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari
immobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

D.    Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa

1.      Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatan
nya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan
menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima. Dengan kata lain model
shannon & weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk di
komunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah
pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang dapat
menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan
kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber
informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi
model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihat nya hubungan tansaksional diantara
sumber pesan dan penerima.
  Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah
untuk menerima penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat
mengurangi kejelasan informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan
perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

2.      Model Komunikasi Leary


Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang, dimana
antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi dapat
terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2) Hate – love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada
keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa tahun pasien akut
ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mondominasi peran dan klien
ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan profesional.
  Penerapan Pada Klien Dewasa :
Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat
hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan
kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan
perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang
dalarn keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat
terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu
yang singkat. Feran Love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap
klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan
lebih kearah hubungan pribadi. Model ini menekankan pentingnya "Relationship"
dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi
therapeutik adalah ketrampilan untuk mengatasi stress yang menghambat
psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain. Pada
komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi
dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard). Sedangkan hasil yang
diharapkan dari klien melalui model kornunikasi ini adalah adanya saling
pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa
dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa berada di
dalam keadaan stress psikologis.
3. lnteraksi King Model
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat -
klien. King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana
profesional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya
model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien sZSecara simultan membuat
keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi
mereka terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan
proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan
tindakan perawat - klien. Transaksi adalah hubungan relationship yang timbal balik
antaraperawar-klien seiama berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan
pentingnya arti hubungan perawat-klien.
  Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:
Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor
intrinsik dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin
transaksi. Adanya feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana
informasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui
ada tidaknya persepsi yang salah terhadap pesan yang disampaikan.

4. Model Komunikasi Kesehatan

Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien. 3


(tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2)
Transaksi, dar 3) Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana
seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah
seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman
dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain
(significant order) penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya
mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.
Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn proses
komunikasi tersebut. Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik utama
tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi
  Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena profesional
kesehatan ( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi
secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga
melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks
komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan. Dalam
berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti;
sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor budaya, nilai
yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal
tersebut agar ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa
diupayakan agar perawat menerima pasien sebagaimana manusia seutuhnya dan
perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu dengan yang
lain. Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan
dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan
model komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi ini
menunjukkan hubungan relationship yang rnemperhatikan karakteristik dari klien
dan melibatkan pengirim dan penerirna, serta adanya umpan balik untuk
mengevaluasi tujuan komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik sehingga perawat
perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep komunitasi yang tepat untuk setiap
karakteristik klien. Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan
yang menetap dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat
sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai. Model
Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi King
dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang
saling memberi dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah
informasi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

E.     Contoh Komunikasi terapeutik Pada Orang Dewasa

Roleplay komunikasi terapeutik pada pasien dewasa, pasien dengan pemenuhan


kebutuhan cairan, elekltrolit.

Nama-nama pemeran:
1.tri ika putri sudirman: perawat
2:putri aulya amanda: keluarga pasien
3.putri mulingka: pasien
4.nur syafika: narator
Teknik-tekntik komunikasi terapeutik pada pasien dewasa adalah
1.secara verbal
2.secara non verbal
3.saling percaya

1.pra intraksi

Perawat melihat statuspasien sebelum melakukan tindakan. Pasien bernama Nn.


N umur 30 tahun, pekerjaan sebagai guru. masuk rumah sakit pada tanggal 13
november 2021,jam 10.00 WITA di rawat di ruang melati dengan diagnosis
medis gangguan kebutuhan cairan dan elektrot. Dengan keluhan lemah,haus.
Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 13 november 2021, jam 11.00
WITA di dapatkan mukosa bibir kering,turgor kulit jelek,kesadaran compos
mentis,kulit dingin dan lembab.

2.fase orientasi

Diruangan melati terdapat sederet tempat tidur dengan salah satunya berbaring
pasien yang bernama auliya dengan diagnosisa kekurangan kebutuhan carain
dan elektrolit. Terlihat kakaknya elvins sedang menemani adiknya yang
terbaring di tempat tidur. Tampak seorang perawat menemui pasien auliya.

Perawat:selamat pagi

Adik:selamat pagi,suster

Perawat:perkenalkan, nama saya tri ika saya dari akper usn.apa benar ini dengan ibu
auliya?

Pasien:iya benar sus.

Keluarga pasien:iya suster ini dengan ibu auliya.

Perawat:bangaimana kabarnya hari ini?

Pasien:ia beginilah sus

Perawat:begini di sini kita perlu melakukan tindakan pemasangan infus dan ini juga
akan membantu kesembuhan ibu dan juga untuk memenuhi kebutuhan
cairan,bagaimana apa ibu setuju?

Pasien:iya sus.

Keluarga pasien:ooh pemasangan infus iya sus, sakit nggak rasanya sus?

Perawat:memang sakit rasanya, tapi tindakan ini harus di lakukan agar adikmu cepat
sembuh.

Keluarga pasien:iya sus,silahkan.

Perawat:sebentar ya, saya mempersiapkan alatnya terlebih dahulu. Permisi ya.sien

Pasien:iya sus.

Perawat keluarga:ruangan untuk mempersiapkan peralatan

3.fase kerja

Perawat masuk membawa peralatan. Perawat cuci tangan dan pasang sarung tangan.

Perawat:baiklah dek, sebelum melakukan tindakan apa ada yang adik ingin lakukan.

Pasien:tidak ada sus


Perawat:baiklah sekarang kita akan melakukan tindakan pemasangan infusnya, tangan
mana dik yang akan di pasang infusnya

Pasien:tangan sebelah kiri saja sus

Perawat:tolong tahan iya dik, ini akan terasa sakit

Kemudian perawat melakukan pemasangan infus.lalu perawat mengatur tetes infus


sesuai kebutuhan pasien.

4.fase terminasi

Perawat sudah melakukan tindakan pemasangan infus kepada pasien. Perawat lepas
sarung tangan dan cuci tangan.

Perawat:baiklah saya sudah selasai melakukan pemasangan infus. Terima kasih atas
waktu serta kerja samanya, apabila nanti ada keluhan dan memerlukan bantuan anggota
keluarga bisa panggil saya diruang perawat, saya permisi dulu ya dik.

Pasien:iya sus

Keluarga pasien:terima kasih yah sus, atas bantuannya.

Perawat:iya sama-sama.

Perawat membersihkan alat dan mengenBalikan alat ke tempat semula kemudian


perawat mendokumentasi tindakan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan
harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya
seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi
terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang lama
menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. oleh sebab itu perlu
kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan
efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba untuk
menerapkan model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.

B. Saran
Diharapkan kepada dosen pengampu agar lebih banyak memberikan materi tentang
komunikasi terapeutik yang akan mempermudah dalam proses pembelajaran. Dan semoga
dengan adanya makalah ini dapat lebih membantu mahasiswa dalam tambahan referensi
mengenai komunikasi terapeutik.
 

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek Keperawatan.


Refika ADITAMA. Bandung.. Potter, Patricia A. (1997). Fundamental Keperawatan.
EGC buku Kedokteran. Jakarta. Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia.
EGC Buku Kedokteran. Jakarta.
 
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu.
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai