Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN HEMODIALISA

Di susun oleh :

Kelompok 12 : 1. Aditya Maulana (201211742)

2. Tifa Yuliami (201211743)

3. Nur fadilah (201211745)

Dosen pembimbing :

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT,karena berkat rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas atau makalah ini dengan baik sehingga
makalah yang berjudul ” Komunikasi dalam Keperawatan pada Klien Hemodialisa”
dapat selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi di dalam
pembuatan makalah ini.

Dalam hal ini kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna.Kami merasa
berbahagia bila ada pembaca yang ingin memberikan saran dan masukan bagi perbaikan
tulisan ini. Semoga tulisan ini memberikan manfaat yang baik guna kemajuan ilmu
pengetahuan terutama dalam study Terapi Komplementer, baik bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah swt menjadikan makalah ini berguna bagi
kita semua amin.

Wassalmu’alaikum wr.wb
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………...……………………………………...........……...i

Daftar isi…………………………………………………………………………...….……ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang………………………………………………………………………

2. Rumusan masalah…………………………………………………………………..

3. Tujuan penelitian…………………………………………………………..……….

BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian Komunikasi..........................................…………………………………

2. Pengertian Komunikasi Terapeutik...............................……..………………….….

3. Prinsip dasar Komunikasi Terapeutik.................................................................…...

4. Tujuan Komunikasi Terapeutik......................................................………………...

5. Fungsi Komunikasi Terapeutik………………………………………………….…

6. Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik…………………………………………………..

7. Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik……………………………………..

8. Tahapan Komunikasi Terapeutik…………………………………………………..

BAB IIISKENARIO KOMUNIKASI TERAPEUTIK………………………………..

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan…………..……………..…………..…………………………………

2. Saran…………………………………………...……………………………….....
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menyatukan serta menjadi
jembatan untuk terjalin kedekatan antara sesama manusia baik secara interpersonal maupun
kelompok dalam lingkungannya. orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia
bisa dipastikan akan “tersesat”, karena Ia tidak pernah berkesempatan untuk menata dirinya
dalam suatu lingkungan sosial. Sebab komunikasilah yang yang memungkinkan individu
mem-bangun sebuah kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk
menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. (Mulyana, 2000:05).

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang terjadi antara komunikator


kepada komuni-kan dengan tujuan untuk mencapai kesamaan makna, seperti dalama defenisi
komunikasi yang disampaikan oleh Mulyana D dan Rakhat J. Komunikasi didefinisikan
sebagai apa yang terjadi bila makna diberikan kepada suatu perilaku. Bila seseorang
memperhati-kan perilaku kita dan memberi-kan makna, maka komunikasi telah terjadi
terlepas dari apakah kita menyadari perilaku kita atau tidak dan menyengajanya atau
tidak.Dengan demikian setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, dengan kata lain,
“kita tak dapat tidak berkomunikasi”.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan,


kegiatannya difokuskan pada kesembuhan pasien dan merupakan komunikasi profesional
yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya (Purwanto, 1994, dalam
Mundakir, 2006, hlm 116). Proses komunikasi terapeutik terdiri dari tahap persiapan atau
prainteraksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi (Stuart, G.W.,
1998, dalam Suryani, 2005:55).

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesame memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian social yang besar
(Abdalati, 1989).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana komunikasi terapeutik pada pasien diruang bedah?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik pada pasien diruang bedah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satusama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba
pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2004: 19). Sebagai contoh kegiatan
berkomunikasi juga dilakukan antara Perawat dan pasien. Komunikasi merupakan proses
yang dilakukan Perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan, maupun dengan tenaga kesehatan yang lain dalam rangka membantu
mengatasi masalah pasien saat melakukan perawatan. Peristiwa komunikasi tidak mengenal
tempat, dimana saja kita bisa melakukan aktivitas komunikasi dan aktivitas komunikasi dapat
terjadi pada siapa saja.Seorang perawat harus benar-benar memahami betul apa yang menjadi
keluhan dari pasien tersebut, oleh sebab itu komunikasi antara perawat dengan pasien sangat
diperlukan dalam hal ini.

Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang


menyampaikan dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan,
yaitu mempengaruhi orang lain dan untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi
dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi
informasi, pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak memiliki kegunaan atau tidak
berguna (menghambat/blok penyampaian informasi atau perasaan).Keterampilan
berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun
suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana
melalui sapaan dan hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non-verbal yang dimiliki oleh
seseorang yang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaanya dan apa yang ia sukai dan
tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat berubah hidup, membangun
hubungan dan merakan kebahagiaan.

Secara etimologis, komunikasi bersal dari bahasa latin communis yang berarti
“sama”, communication atau communicare yang berarti “membuat sama” (Mulyana, 2001 :
41). Sama disini maksudnya adalah sama dalam makna. Artinya, komunikasi akan
berlangsung apabila terdapat kesamaan makna antara komunikator (penyampai pesan) dan
komunikan (penerima pesan).

Makna dapat disampaikan dalam bentuk bahasa lisan (verbal) maupun isyarat lain
selain bahasa lisan (non-verbal). Makna lain dari komunikasi bersal dari kata lain artinya
yakni communico yang berarti membagi. Membagi disini adalah membagi gagasan, ide tau
pikiran antara seseorang dan orang lain (Saefullah, 2007 : 2). Sedangkan secara pragmatis,
komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk member tahu atau mengubah sikap, pendpat, atau perilaku, baik langsung
secara lisan, maupun melalui media.
Dengan demikian, komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Jika pesan
dari kimunikator dapat dipahami oleh komunikan, maka dapat dikatakan komunikasi tersebut
berjalan efektif.Komunikasi efektif dapat dipengaruhi oleh kerangka acuan (frame of
reference) dan pengalaman lapangan (field of experience) yang pernah diperoleh
komunikator dan komunikan.

Jika bidang pengalaman komunikator dan komunikan sama, maka komunikasi akan
berlangsung lancer (nyambung), begitu pun sebaliknya. Selain itu, ada atau tidaknya
gangguan (noise) baik gangguan teknis maupun non-teknis dalam penyampaian pesan turut
andil terhadap kelancaran komunikasi.

B. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk


membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi professional bagi perawat (Indrawati, 2003: 11).Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Indrawati, 2003: 50). Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah
adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).

Komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang


dihadapi. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi penyembuhan yang
mengarah pada penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komponen
penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Komunikasi terapeuitk
termasuk komunikasi personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas
kesehatan dengan kata lain adalah perawat dengan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar pseorang
perawat dengan pasien.Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi
pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
(Fidya, 2004:4).

Dalam komunikasi terapeutik terdapat dua komponen penting yaitu proses


komunikasi dan efek komunikasi. Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi personal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
Secara psikologis komunikasi yang bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih tenang,
dan tidak gelisah. Membangun ikatan emosional yang baik antar seorang perawat dan
seorang pasien akan menciptakan kesenangan di antara kedua belah pihak. Serta, membantu
sesama kalau dia berhalangan untuk suatu urusan. Secara psikologis komunikasi yang bersifat
terapeutik akan membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah. Peranan komunikasi
terapeutik bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih mengembangkan kepribadian serta
untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari (Purwanto, 2007 : 115).
C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Tidak seperti komunikasi social, komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk


mebantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan.Oleh karenanya sangat
penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini :

1. Hubungan antara perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip “humanity of nurses and clients”. Hubungan ini
tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan klientnya, tetapi
hubungan anatara manusia yang bermartabat (Dult-Battery, 2004).

2. Perawat harus menghargai keunikan klien, mengahargai perbedaan karakter, memahami


perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan
keunikan setiap individu.

3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dpaat menjaga haraga diri pemberi meliputi
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampun menjaga harga dirinya dan harga diri
klien. 4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative
pemecahan masalah (Stuart, 1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah
kunci dari komunikasi terapeutik.

D. Tujuan Komunikasi Terapeutik

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.

3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

E. Fungsi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi bukan hanya sekedar alat untuk berbicara dengan pasien, perawat dengan
pasien adalah suatu hubungan terapeutik dimana hubungan yang mempunyai tujuan untuk
kesembuhan pasien. Maka dari itu, komunikasi terapeutik mempunyai fungsi sebagai berikut:

a) Mendorong kerja sama antara perawat atau perawat dan pasien.

b) Menganjurkan kerja sama antara keduanya.

c) Mengatasi persoalan.

d) Mencegah adanya tindak negatif terhadap pertahanan diri pasien


F. Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal yang mendasar yang mencerminkan ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut :

a. Ikhlas (genunes)

Semuaperasaan negative yang dimiliki oleh pasien dan pendekatan individu dengan verbal
maupun nonverbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomuni-kasikan
dirinya ataupun kondisinya secara tepat.

b. Empati

Empati merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien.Objektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlabihan.

c. Kehangatan

Kehangatan dan sikap permisif diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-
idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
(Khasana, 2014:36)

G. Sikap Perawat Dalam Komunikasi

Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan
klien.Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang
sangat penting adalah sikap dan penampilan komunikasi.Kehadiran Kehadiran fisik, menurut
menurut Evans (1975, dikutip dikutip dalam Kozier dan E.B, 1993 : 372) mengidentifikasi 4
sikap dan cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu :

1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap untuk anda"

2. Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan keinginan


untuk tetap berkomunikasi.

3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar sesuatu.

4. Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
merespon klien.

Sedangkan kehadiran psikologis dapat dibagi dalam dua dimensi yaitu dimensi respon
dandimensi tindakan (Truax, Carkhfoff dan Benerson, dikutip dalam Stuart dan Sundeen,
1987 : 126).

1. Dimensi Respon

Dimensi respon sangat penting pada awal Dimensi respon sangat penting pada awal
hubungan kl hubungan klien untuk membina hubungan saling ien untuk membina hubungan
saling percaya percaya dan komunikasi komunikasi terbuka. terbuka. Respon ini terus
dipertahankan dipertahankan sampai pada akhir hubungan. Dimensi respon terdiri dari :
a) Keikhlasan

b) Mengahargai

c) Empati

d) Konkrit

2. Dimensi

Tindakan Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan,


emosional katarsis, dan bermain peran (Stuart da danbermain peran (Stuart da Sundeen,
1987 : 131)

a) Konfrontasi

b) Kesegeraan

c) Keterbukaan perawat

d) Emosional Catharsis

e) Bermain Peran

H. Tahapan Komunikasi Terapeutik

Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antara perawat dan pasien, dan
sifatnya sementara, karena perawat akan Dalam membina hubungan interpersonal
(terapeutik), terdapat proses yang terbina melalui lima tahap dan setiap tahapnya mempunyai
tugas yang harus dilaksanakan dan diselesaikan oleh perawat. Adapun tahapan komunikasi
interpersonal (terapeutik) yaitu, prainteraksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja, dan terminasi.

1. Prainteraksi

Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi


dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasagka buruk kepada pasien, karena
akan menggangu dalam membina hubungan dan saling percaya.

2. Perkenalan

Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi
interpersonal yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan
kepada pasien, memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien dan menanyakan keluhan
pasien, dan lain-lain.
3. Orientasi

Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan pasien, menvalidasi keakuratan


data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil
tindakan.Pada tahap ini sangat diperlukan sentuhan hangat dari perawat dan perasaansimpati
dan empati agar pasien merasa tenang dan merasa dihargai.

4. Tahap kerja

Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keaadan
pasien, dan keluhan-keluhan pasien. Selain itu hendaknya Perawat juga melakukan
komunikasi interpersonal yaitu, dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien,
mendengarkan keluhan pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta
memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat
teratur, dengan tujuan adanya penyembuhan.

5. Terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari
pertemuan antara perawat dengan pasien.Terminasi terbagi dua yaitu, terminasi sementara
dan terminasi akhir.menemui pasien lagi, apakah satu atau dua jam atau mungkin besok akan
kembali melakukan interaksi. sedangkan Terminasi akhir, merupakan terminasi yang terjadi
jika pasien akan keluar atau pulang dari rumah sakit. Dalam terminasi akhir ini, hendaknya
perawat tetap memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan
meningkatkan kesehatan pasien.Sehingga komunikasi interpersonal perawat dan pasien
terjalin dengan baik. Dan pada tahap ini akan terlihat apakah pasien merasa senang dan puas
dengan perlakuan atau pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien. Untuk mengetahui
apakah komunikasi yang dilakukan perawat bersifat interpersonal (terapeutik) atau tidak,

maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi
terapeutik (Uripni, 2002: 56).
BAB III SKENARIO KOMUNIKASI TERAPEUTIK KLIEN HEMODIALISA

Pemeran :

 Pasien : Tifa Yuliami


 Perawat : Nur Fadilah
 Dokter : Aditya Maulana

Kasus:

Ada seorang pasien yang dirawat di Rumah Sakit M.DJAMIL Padang tepatnya diruangan
Embun pagi yang bernama Tifa Yuliami (27 tahun) yang menderita Penyakit Gagal Ginjal.

Fase Prainteraksi

1. Perawat menyiapkan mental dan rasa percaya diri

2. Perawat telah memahami tentang penyakit pasien dan lingkupnya

3. Perawat telah mendapatkan data pasien

Pada suatu hari, dipagi hari, Datanglah seorang perawat disalah satu ruangan rawat seorang
pasien yang bernama Tifa Yuliami beliau berumur 27 tahun menderita Hemodialisa (Gagal
Ginjal)

Perawat : “Assalamualaikum”

Pasien : “Waalaikumsallam”

Perawat : Selamat pagi buk (sambil tersenyum).

Pasien : Selamat pagi juga sus

Perawat : Perkenalkan nama saya Nur Fadilah perawat dari Stikes Mercubaktijaya Padang.
Mulai pagi ini saya yang akan merawat ibuk dari jam 08.00 sekarang sampai jam 13.00 nanti.
Kalo boleh tau nama ibuk siapa? Dan biasa dipanggil apa oleh kelurga ibu? (Ujuar Perawat
dengan lembut)

Pasien : Iya sus, nama saya Tifa Yuliami biasa dipanggi tifa sus,

Fase Orientasi

Perawat : Baik buk, bagaimana keadaan ibu Fika sekaranag?

Pasien :”Saya sedkirit pusing sus dan ada rasa mual,”

Perawat : iya buk, itu merupakan salah satu ciri ciri gagal ginjal (Hemodialisa) buk.

Perawat : “Ibu Fika saya akan melakukan pemeriksaan suhu dan tekanan darah ibu dulu ya
bu, lalu mengukur tensi ibu ya”
Pasien : “baik sus”

(Perawat menulis hasil pengkajian dibuku yang dibawanya)

Perawat : “baiklah buk, saya sudah selesai pemeriksaan suhu tubuh,tekanan darah ibuk dan
mengukur tensi ibuk.Terimakasi atas kerja samanya buk.

Pasien : “Iya sus sama-sama

Perawat : Ibuk sebentar lagi dokter akan segera datang ke ruangan ibuk untuk memeriksa
keadaan ibuk dan melakukan tindakan Hemodialisa atau cuci darah.

(Beberapa saat kemudian Dokter pun datang keruangan klien)

Dokter : “Assalamualaikum”

Perawat&Pasien: “Waaalaikumsallam”

Dokter : “Bagaimana sus apakah sudah di periksa suhu dan tekanan darahnya”?

Perawat : “Sudah dok, tekanan darah 130/80,suhu badan buk tifa yaitu 37 derajat celcius dan
buk tifa mengeluh pusing dan merasakan mual dok”

Dokter : “baik sus, terima kasih ya sus.”

Perwat : “iya dok sama-sama,baik lah dok saya izin keluar dulu dok,ibuk”

Dokter : “Baiklah buk,apakah ibuk sudah siap untuk cuci darahnya buk ?”

Pasien : “Siap Dok”

(Setelah dokter memasangkan alat pada pasien dan dokter keluar sambil menungu tindakan
cuci darah selama 3-4 jam)

Fase Terminasi

Dokter :”Bagimana rasanya buk setelah melakukan tindakan cuci darah buk?Apakah rasanya
ibuk sudah kembali pulih?

Pasien : “Sudah dok,badan saya sudah merasa enak dan mual sakit kepala sudah melai
berkurang”

Dokter : Baiklah buk,saya mengingat kan lagi agar ibuk selalu mengontrol pola
makan,istirahat yang cukup ya buk.Saya sudah meresepkan obat juga untuk ibuk,nantik
tinggal ambil di apotik.

Pasien : “Baik dok,saya akan mengontrol lagi pola makn saya,istirahat dan selalu minun obat
secara rutin.Terimakasi ya dok”

Dokter :”Terimakasi kembali buk,karna ibuk sudah berkerja sama dengan baik.Saya keluar
ya buk”
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep komunikasi terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat membantu sekali dalam
penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang sering mengalami berbagai masalah
dalam kehidupannya, Agar seseorang berguna dalam kehidupannya, maka dari itu merawat
diri sendiri lebih baik dibandingkan menyusahkan orang lain. Peran perawat juga sangat
penting dalam komunikasi karena perawat sebagai pemberi asuhan jadi yang banyak
berperan dalam komunikasi jadi yang banyak berperan penting dalam komunikasi terpeutik
pada bagianperawat juga.

B. Saran

1) Mahasiswa mampu menerapkan teraupetik dalam pembelajaran serta praktik keperawatan

2) Mahasiswa dapat mendeskripsikan apa yang di maksud dengan teraupetik

3) Pemahaman mahasiswa sangat di perlukan dalam teraupetik.

Anda mungkin juga menyukai