Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA LANSIA WANITA REWEL

Disusun Oleh :
1. Atiqotunnisa C1021051
2. Attitiya Apriliana Arum C1021007
3. Ayu Arindamaya C1021044
4. Azharul Lauuni C1021052
5. Azka Fauzia Rahma C1021008
6. Cecylia Dwie Amelia C1021053
7. Destia Azefa Irva C1021009
8. Bagus Perwira Hanafi C1021043

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Komunikasi terapeutik di bidang keperawatan memegang peranan penting untuk
menciptakan hubungan harmonis antara perawat, pasien, dan tenaga kesehatan lainnya,
guna mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien (Indra Wati, 2003). Keefektifan komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien
akan mengoptimalkan tindakan keperawatan yang akan mempercepat proses
penyembuhan fisik dan psikologis pasien (Anas Tamsuri, 2002).
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri
sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan
diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua,untuk
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat tersebut (Pearson dan Nelson dalam
Mulyana, 2009:5). Selain hal tersebut, menurut William I. Gorden dalam Mulyana
(2009:5-6), terdapat empat fungsi komunikasi, yakni komunikasi sosial, komunikasi
ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental, tidak saling meniadakan
(mutually exclusive). Fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication events)
tampaknya sama sekali tidak independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi
lainya meskipun terdapat sesuatu fungsi yang dominan.
Proses komunikasi dapat dilihat dalam dua perspektif besar, yaitu perspektif psikologis
dan perspektif mekanis. Perspektif psikologis dalam proses komunikasi hendaknya
memperlihatkan bahwa komunikasi adalah aktivitas psikologi sosial yang melibatkan
komunikator, komunikan, isi pesan, lambang, sifat hubungan, persepsi, proses decoding
dan encoding. Perspektif mekanis memperlihatkan bahwa proses komunikasi adalah
aktivitas mekanik yang dilakukan oleh komunikator, yang sangat bersifat situasional dan
kontekstual (Mufid, 2012:83). Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang suka
menilai terhadap apa saja yang dilihat dan didengarnya. Kita memiliki penilaian
(judgement) terhadap orang lain dan lingkungan sekitar kita. Kita akan memberikan
penilaian kepada teman, keluarga, tetangga dan lingkungan sekitar kita (Morissan,
2010:19)
Menurut Mulyana (2005), komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain sacara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal. Komunikasi antara perawat dan pasien lansia harus berjalan efektif terutama
bagi pasien lansia karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan dari
pasien lansia tersebut. Komunikasi yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan
untuk masalah klinis, hubungan dokter/perawat – pasien yang lebih baik dan juga
berdampak bagi perawatan kesehatan pasien lansia.

Tujuan
a. Membantu pasien untuk menjelaskan permasalahan kesehatannya sehingga dapat
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah
situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan;
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya;
c. Fisik mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan dirinya sendiri.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Komunikasi Terapeutik
a. Pengertian
Komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti sebagai berpartisipasi atau
memberitahukan dan juga berasal dari communis yang memiliki arti milik bersama
atau berlaku dimana-mana. Komunikasi merupakan suatu pertukaran pikiran atau
keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi
terwujudnya hubungan yang baik antar seseorang dengan orang lainnya, yang dapat
disampaikan melalui simbol, tanda, atau perilaku yang umum dan biasanya terjadi
dua arah. Komunikasi juga dapat digunakan sebagai media pertukaran fakta, gagasan,
opini atau emosi antar dua orang atau lebih dengan tujuan agar setiap manusia yang
terlibat dalam proses komunikasi dapat saling menukar arti dan pengertin terhadap
sesuatu (Taufik & Juliane, 2010).
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau meneruskan makna atau
arti. Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, malna atau
pemahaman dari pengirim ke penerima (Musliha & Fatmawati, 2009). Proses
penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu untuk
menghasilkan efek atau tujuan dengan mengharapkan feedback (umpan balik)
(Setyawan & Budi, 2015)
Perawat merupakan sebuah komponen penting dalam proses keperawatan yang
dituntut mampu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi dalam suatu proses
keperawatan, komunikasi merupakan alat bagi perawat untuk dapat mempengaruhi
tingkah laku dari pasien dalam pelaksanaan pelaksanaan asuhan keperawatan
(Musliha & Fatmawati, 2009). Dalam memberikan asuhan keperawatn komunikasi
terapeutik dapat berperan penting dalam pemecahan masalah pasien. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi yang terjalin dengan baik, komunikaatif dan
bertujuan untuk menyembuhkan atau setidaknya dapat melegakan serta dapat
membuat pasien merasa nyaman dan akhirnya mendapatkan kepuasan (Yubiliana,
2017).
Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan perawat dengan pasien yang
dirancang untuk mencapai tujuan therapy dalam pencapaian tingkat kesembuhan yang
optimal dan efektif dengan harapan lama hari rawat pasien menjadi pendek dan
dipersingkat (Muhith & Siyoto, 2018). Menurut Priyoto (2015) perawat dituntut
untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan agar pasien dan
keluarga mengetahui tindakan yang akan dilakukan kepada pasien melalui tahapan-
tahapan dalam komunikasi terapeutik. Perawat tidak boleh bingung dan sebaliknya
pasien harus merasa bahwa dia merupakan focus utama perawat selama melakukan
interaksi.
Menurut Indrawati 2003 yang dikutip dalam Musliha & Fatmawati, (2009)
menyatakan bahwa komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan
titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan
mendasar dan komunikasi ini adalah adamya saling membutuhkan antar perawat dan
pasien, sehingga dapat dikategorikan kedalam komunikasi pribadi di antara perawat
dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan. Menurut Stuart dan
Sudeen yang dikutip dalam Musliha & Fatmawati (2009) menyatakan bahwa tujuan
hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien meliputi: realisasi diri,
penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri. Rasa identitas personal
yang jelas dan peningkatan integritas diri. Kemampuan untuk membina hubungan
interpersonal yang intim dan saling bergantungdengan kapasitas untuk mencintai dan
dicintai. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan personal yang realistik.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan,
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Heri purwanti, 1994).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antara perawat dan pasien, persoalan mendasar dari
komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien,
sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi antara perawat dan pesien,
perawat yang memberikan bantuan dan pasien yang menerima bantuan yang
diberikan.
2. Tahapan Komunikasi Terapeutik
Menurut Stuart G.W (1998) yang dikutip dalam Musliha & Fatmawati, (2009),
komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1. Tahap Pre-interaksi
Tahap ini merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan
berkomunikasi dengan pasien. Perawat perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan
yang dimiliki. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri perawat
akan dapat memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik ketika bertemu dan
berkomunikasi dengan pasien, jika dirasa dirinya belum siap untuk bertemu dengan
pasien makan perawat perlu belajar kembali dan berdiskusi dengan teman kelompok
yang lebih berkompeten. Pada tahap ini juga perawat mencari informasi dan
mengumpulkan data, sebagai dasar atau bahan untuk membuat rencana interaksi.
2. Tahap Orientasi/ Perkenalan
Tahap ini dimulai ketika perawat bertemu pasien untuk pertama kalinya. Pada
tahap ini digunakan oleh perawat untuk berkenalan dan langkah awal membina
hubungan saling percaya dengan pasien. Tugas-tugas perawat dalam tahap ini adalah
mampu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan menunjukkan
komunikasi terbuka dan sikap penerimaan. Untuk dapat membina hubungan saling
percaya dengan pasien, perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima
pasien, menghargai pasien dan mampu menepati janji kepada pasien. Selain itu
perawat harus merumuskan suatu kontrak bersama dengan pasien. Kontrak yang
harus dirumuskan dan disetujui bersama adalah tempat, waktu dan topik pertemuan.
Perawat juga bertugas untuk menggali perasaan dan pikiran pasien serta dapat
mengidentifikasi masalah pasien. Teknik pertanyaan terbuka dapat mendorong pasien
mengekspresikan perasaannya. Pada tahap ini perawat juga bertugas untuk
merumuskan tujuan dengan pasien, tujuan dapat dirumuskan setelah masalah pasien
teridentifikasi.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah, sebagai berikut : (1)
memberikan salam terapeutik disertai dengan jabat tangan, (2) memperkenalkan diri
perawat “ Nama saya Sulistiyawati, anda bisa memanggil saya perawat Wati”, (3)
Menanyakan nama pasien “ Nama Bapak/Ibu/Saudara siapa?”, (4) menyepakati
kontrak yang terkait dengan kesediaan pasien untuk bercakap-cakap (tempat
bercakapcakap dan lama percakapan), (5) menghadapi kontrak yang terkait dengan
pasien, (6) memulai percakapan awal yang berfokus pada pengkajian keluhan utama
dan alasan masuk rumah sakit/ faskes lainnya, pada pertemuan lanjutan
evaluasi/validasi dapat digunakan untuk mengetahui kondisi terkini dan kemajuan
pasien dari hasil interaksi sebelumnya, (7) menyepakasti masalah dari pasien.
3. Tahap Kerja
Tahap merupakan inti dari hubungan perawat dengan pasien dalam keseluruhan
tahap komunikasi terapeutik. Pada tahap ini perawat bersama dengan pasien
mengatasi masalah yang dihadapi oleh pasien. Perawat dituntut untuk mampu
membantu dan mendukung pasien dalam menyampaikan perasaan dan pikirannya dan
kemudian menganalisa pesan komuniksi yang telah disampaikan pasien melalui
komunikasi verbal maupun nonverbal. Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan
4. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Perawat bersama pasien diharapkan mampu meninjau kembali kembali
proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuannya. Tahap terminasi
dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Terminasi Sementara
Terminasi sementara merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan pasien, akan
tetapi masih ada pertemuan lainnya yang akan dilakukan pada waktu yang telah
disepakati bersama.
b. Terminasi Akhir
Pada terminasi akhir perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
menyeluruh.
BAB III
SKENARIO ATAU DIALOG

Naskah Komunikasi
→ Sebelumnya kita harus tau dulu apasih komunikasi terapeutik itu, komunikasi terapeutik
adalah komunikasi untuk membina antar perawat dan klien untuk menciptakan kualitas Asuhan
Keperawatan yang diberikan perawat pada klien. Komunikasi terapeutik ini memiliki 4 tahapan
yang pertama tahap praintraksi, yang kedua orientasi, yang ke 3 adalah tahap kerja, yang ke 4
terminasi
→ Pada minggu pagi hari, ibu tiya keluar untuk membeli pembersih lantai didekat rumahnya,
saat ibu tiya berjalan pulang, ia tiba-tiba tersandung hingga ia terjatuh dan membuat kakinya
terkilir dan meninggalkan luka lecet

Tiya: “Tolong-tolong”
Azka: “Mama kenapa?, bentar aku panggilin atiq dulu, mama tunggu disini dulu”
(Azka memanggil atiq)
Azka: “Tiq itu mama jatuh”
Atiq : “Ha kenapa bisa jatuh (sambil berlari ke arah ibu tiya)”
Azka: “Pak tolongin mama saya”
Bagus:”Tolongin kenapa mba?”
Azka : “Mama saya terjatuh didepan sana pak”
(Bagus pun berlari menolong ibu tiya)

→ Mereka bertiga pun membantu ibu tiya untuk masuk kedalam rumah
Azka: “Ma kita ke Rumah Sakit saja yah takut kenapa-kenapa”
Tiya: “Gamaulah lagi covid ini”
Bagus: “ Yasudah kalo ibu tiya tidak mau pergi ke Rumah Sakit ini saya punya nomor Rumah
Sakit nanti biar pihak Rumah Sakit yang kerumah”
Atiq: “Boleh pinjam hpnya ngga pak buat nelfon Rumah Sakit”
Bagus: “Ya boleh ini silahkan”
Uun : “ Selamat pagi dengan Rumah Sakit Bhamda ada yang bisa saya bantu?”
Azka: “ Ini sus ibu saya habis terjatuh sepertinya ada kaki yang yang terkilir dan luka lecet, jadi
saya ingin pihak Rumah Sakit Bhamada untuk mengirimkan doketer ke rumah saya sus apahkah
bisa?”
Uun: “Baik mba bisa tolong sebutkan nama dan alamat lengkapnya? Maka kami akan
mengirimkan dokter dan perawat untuk datang ke rumah mba”
Azka : “Nama ibu tiya alamat rumah di desa kalisapu jl cut nyak dien nomor 13, kecamatan
slawi”
Uun : “Baik mba apahkah ada keluhan lain pada ibu tiya?”
Azka: “ Tidak ada sus, suster ko nanya mulu ini ibu saya sudah kesakitan, tolong cepat ya sus,
takut ibu saya kenapa-kenapa
Uun: “Baik mba mohon maaf, 15 menit lagi kita akan sampai ke rumah mba, tolong ditunggu
dulu yah mba”

→ Perawat destia dan dokter cecylia datang ke rumah ibu tiya

Azka: “Pak ini hpnya, terima kasih pak sudah banyak membantu”
Bagus: “Sama-sama mba, kita kan bertetangga udah seharunya saling tolong menolong, kalau
begitu saya permisi dulu ya mba, Assalamualaikum”
Azka : “ Iya pak walaikumsalam”

→Dokter dan suster pun tiba dirumah ibu tiya

Destia,cecyl: “Assalamualaikum “
Atiq: “ Walaikumssalam”
Cecyl: “ Apakah benar ini rumah ibu tiya”
Atiq: “Betul sekali dok, dokter sama perawat ini gimana si datang ko lama sekali, ibu saya sudah
kesakitan loh, kalau makin parah gimana coba”
Cecyl : “Sebelumnya kami mohon maaf mba kami sudah berusaha datang 15 menit setelah mba
menelfon Rumah Sakit.
Atiq : “Baiklah silahkan masuk dok”
Cecyl: “Sebelumnya perkenalkan nama saya dokter cecylia dan ini”
Destia: “ Saya perawat destia, kami dari Rumah Sakit Bhamada’
Cecyl : “Baiklah kami akan mulai memeriksa ibu anda yah”
Atiq : “Silahkan dok”
Destia: “ Apa keluhan yang ibu rasakan”
Tiya : “Sakit bagian kaki sus terasa nyeri”
Destia: “Apkah ada keluhan lain seperti menggil dan pusing ibu?”
Tiya: “Tidak ada sus”
Cecyl : “Coba diluruskan dulu bu kakinya, saya bersihkan dulu yah bu lukanya”
Tiya: “Ya, tapi jangan sakit-sakit yah dok
Cecyl: “ Iya ngga sakit ko ibu “
Tiya: “ Duh sakit nih dok gimana si”
Cecyl: “ Oiya maaf ibu ini sudah selesai”
Tiya: “Terimakasi dok”
Cecyl: “Saya cek tekanan darahnya terlebih dahulu yah bu”
(sambil mengukur tekanan darah)
Cecyl: “Ibu,ibu tekanan darahnya tinggi loh 180/90 ibu harus bisa kontrol emosi dan kurangi
makan yang asin-asin yah bu
Tiya: “iya dok”
Destia: “ Ibu nanti obatnya jangan lupa diminum yah dan istirahat yang cukup biar cepat
sembuh”
Cecyl : “ Kalau begitu kami berdua pamit yah bu mba Assalamualaikum”
Atiq,tiya,azka : “Waalaikumussalam hati-hati dok sus terimakasih”
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: komunikasi
terapeutik yang tidak dilaksanakan dengan baik akan menyebabkan pasien dalam menerima
setiap tindakan yang diberikan menjadi kurang kooperatif, merasa tidak puas bahkan pulang
paksa. Komunikasi Terapeutik terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap persiapan, tahap perkenalan, tahap
kerja, dan tahap terminal/terminasi. Tiap tahapnya membutuhkan keterampilan, kesungguhan,
dan keikhlasan dari perawat. Kehadiran diri perawat secara utuh baik fisik maupun psikis, empati
dan responsif perawat terhadap pasien sangat membantu penerapan komunikasi terapeutik yang
baik dan benar. Teknik berkomunikasi teraputik harus selalu berpanduan pada 3 aspek
berkomunikasi terapeutik yaitu, tahapan berkomunikasi terapeutik, sikap perawat dalam
berkomunikasi, dan strategi menanggapi respon klien. Salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas keperawatan yang memenuhi standar praktek keperawatan yang dilakukan adalah
meningkatkan kemampuan diri perawat dalam melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik
dan benar karena komunikasi terapeutik adalah sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, sehingga terlaksananya tindakan
keperawatan yang optimal.
1.  Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan
serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam
dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat
melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
2.  Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan
sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah
dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam
mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.
SARAN
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
2.  Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah di
mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
3.  Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai