Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah
pada bentuk komunikasi interpersonal. Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar
manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi
sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Dengan itu kami
mengangkat judul :
“Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Kronis“

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?
4. Apa penyebab dari penyakit kronis?
5. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?
6. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien kronis?

C. Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi terapeutik.
2. Menjelaskan cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3. Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis
4. Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis
5. Memberikan pemaparan mengenai penyampaian berita buruk terhadap pasien
kronis.
6. Menjelaskan bagaimana berkomunikasi dengan penderita penyakit kronis dengan
benar.

D. Metode penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi
kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan. Metode
ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain (internet)
yang berhubungan dengan judul dan permasalahan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. KOMUKASI TERAPEUTIK
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal
ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karenanya seorang perawat harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar
kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Di dalam komunikasi terapeutik ini
harus ada unsur kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan
komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien
Beberapa pendapat mengenai komunikasi terapeutik diantaranya:
1. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan
atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,
mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan
orang lain.
2. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat
dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien.
3. S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
4. Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan
tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional
dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi.
5. (Heri Purwanto, 1994)Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal dan nonverbal.
6. (Mulyana, 2000)Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
7. (Indrawati, 2003 48).Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.

2
Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah adanya saling membutuhan antara
perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi
di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
8. (Indrawati, 2003 : 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa
dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan
profesional.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang
lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Memulai
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan
dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,mengalami gambaran
diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa
dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar
bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka,
jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 200).
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi
tanpa mengukur kemampuannya.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang reistis.

C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Oleh karena itu sangat penting bagi
perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini :
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter,memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan
latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.

3
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan
harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan
klien adalah kunci dan komunikasi terapeutik.
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta
nilai yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya. Sehingga tumbuh
makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalahyang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun
fungsi.

D. Karakteristik Komunikasi Terapeutik


Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan
kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa
mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

4
II. PENYAKIT KRONIK
A. Pengertian Penyakit Kronis
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih
dan Karbina, 2009). Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu
bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009). Berdasarkan pengertian diatas kelompok
menyimpulkan bahwa penyakit kronis yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidak mampuan
contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord pulmonal deases, penyakit
arthritis.

B. Sifat Penyakit Kronis


Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronis mempunyai beberapa
sifat diantaranya adalah :
1. Progresif
2. Penyakit kronis yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh
penyakit jantung.
3. Menetap
4. Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
5. Kambuh
6. Penyakit kronis yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama
atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

C. Dampak Penyakit Kronis Terhadap Klien


Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronis terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
1. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
a) Klien menjadi pasif
b) Tergantung
c) Kekanak-kanakan
d) Merasa tidak nyaman
e) Bingung
f) Merasa menderita

5
2. Dampak somatik
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM
adanya Trias P
a. Dampak terhadap gangguan seksual
b. Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan
perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).
c. Dampak gangguan aktivitas
d. Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Kronik


1. Persepsi klien terhadap situasi
2. Beratnya penyaki
3. Tersedianya support social
4. Temperamen dan kepribadian
5. Sikap dan tindakan lingkungan
6. Tersedianya fasilitas kesehatan
7. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

E. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik


Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-
Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.
a. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa
takut,cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya
d. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
e. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal
harus dibantu melalui hemodialisa
f. Kehilangan fungsi mental

6
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta
identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
o. Roleplay Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Kronis

F. Fase Kehilangan Pada Penyakit Kronis dan Tekhnik Komunikasi


Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi
perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah
bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.
1. Fase Denial ( Pengikraran )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi dengan mengatakan “
Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang
mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi
fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus
berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai
beberapa tahun.
Teknik komunikasi yang di gunakan :
a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
b. Selalu berada di dekat klien
c. Pertahankan kontak mata

2. Fase Anger ( Marah )


Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di
proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di
tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara
kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon
fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan menggepai.

7
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan pada pasien
untuk mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan
menggunakan teknik respek
3. Fase Bargening ( Tawar Menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka
ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini
sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya
akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan
seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi
yang di gunakan adalah memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan
menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan.
4. Fase Depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau
dengan ungkapan yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala
fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan
libugo menurun. Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba
menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5. Fase Acceptance ( Penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini
biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada
fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada
pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami
kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

G. Menyampaikan berita buruk


Langkah – langkahnya adalah :
a. Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai
macam informasi yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan
bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan
menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai
sesuatu yang harus saya katakan kepada anda “
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi
perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda
memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa-gesa. Cegah berbicara sambil

8
berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak
orang.
Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu saat anda
menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi
atau bergetar
b. Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda
ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.
Beberapa tugas penting di awal ;
 Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat
orang yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.
Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabarkan dengan kabar buruk)
Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentang
pemahaman terhadap situasi.
Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan
kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap
keadaan. Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperti “ Mengapa tes itu di
lakukan?”

c. Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai
semua yang ada lingkungannya. Cara memulai berbagi cerita adalah :
1) Bicara pelan
2) Berikan peringatan awal “Begini pak/bu, saya mempunyai kabar yang kurang baik
untuk anda....
3) Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.

e. Akibat dari berita & Tunggu reaksi dan tenang


Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati dan perawat bisa menyampaikan
“saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini. Ikuti
dan perhatikan resipien selanjutnya (Misal : menangis, pingsan dll)
Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
“Apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian? “
Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat. Sering kali
perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk. Oleh
karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan
dan bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri.

9
III. KASUS
Ny.A usia 45 tahun dirawat di RS. Murni Teguh karena penyakit Diabetes Melittus
yang tak kunjung sembuh. Penyakit yang dideritanya selama 3 tahun semakin lama
semakin parah. Beliau dibawa ke RS karena beberapa waktu lalu kaki kanannya terkena
pecahan kaca dan lukanya tidak lekas sembuh
Ny.A sudah dirawat selama dua minggu, Ny.A mendapat perawatan yang baik dari
RS. Namun, Ny.A mengatakan bahwa Beliau sudah bosan dengan penyakit yang
dideritanya selama ini. Ini membuat Ny.A sangat terpukul dan ingin mengakhiri
hidupnya. Setelah ditanya perawat, Ny.A mengatakan bahwa Beliau malu dengan
keadaan yang dialami dan beliau merasa lelah dengan apa yang dihadapinya
Ini membuat perawat harus mencari cara agar ny.A tidak lebih terpuruk dengan
keadaannya. Dengan komunikasi terapeutik perawat yakin bahwa Ny.A akan merasa
ada yang memperhatikan dan akan menarik diri untuk tidak memikirkan hal – hal yang
kurang baik. Dengan begitu, perawat menasehati Ny.A sehingga Ny.A mau untuk
bersabar dan menerima keadaan yang beliau alami saat ini.
`
Cerita selengkapnya, kita lihat di TKP:
P : Selamat pagi (Perawat berhadapan dengan klien).
Ny.A : Selamat pagi suster….!
P : Perkenalkan, nama saya suster Dwi ( Sambil berjabat tangan). Maaf, apakah
benar ini dengan ibu Ani?
Ny.A : benar, saya ibu Ani.
P : Bagaimana kabar ibu Ani hari ini ? Apakah tidur semalam nyenyak?
Ny.A : Baik suster, dan tidur saya semalam cukup nyenyak.
P : Kalau boleh tahu, kenapa ibu Ani selalu memalingkan muka setiap bertemu
saya? apakah ibu Ani mau bercerita tentang apa yang ada dibenak ibu dengan
saya?. Saya akan membantu ibu, jika ibu ada masalah. Saya akan meluangkan
waktu dan saya akan mendengarkan.
Ny.A : Begini sus,saya malu dengan keadaan saya saat ini. (menangis)
P : Kenapa ibu Ani malu dengan keadaan ibu saat ini? ( Perawat menanyakan
pertanya an An y yang berkait untuk mendapatkan informasi yang spesifik ).
Bukankah kemarin saya sudah menjelaskan kepada ibu agar ibu tetap bersabar?
InsyaAllah, ibu akan diberi kesembuhan.
Ny.A :Pokoknya, saya malu sus, saya ingin mati saja (menangis)
saya malu dengan keadaan saya ini karena saya tidak bisa seperti orang lain
yang dengan mudah berkumpul dan saya tidak mau mendapat bantuan
apapun….!
P : Ibu Ani, saya mengerti apa yang ibu rasakan . Tetapi, Ibu Ani tidak perlu malu

10
dengan keadaan ibu sendiri, dengan ibu lebih sabar dan tegar ibu pasti akan bisa
menjalani semua ini.( Perawat berusaha mengklarifikasi ).“Ibu Ani pun terdiam
sejenak. Lalu perawat memberikan tambahan informasi untuk memfasilitasi
klien dalam mengambil keputusan”.
P : Ibu Ani, dengan pengobatan yang ibu jalani sekarang dan dengan kesabaran
ibu,itu akan membantu ibu untuk menyembuhkan penyakit ibu. ( Perawat
memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan )
Ny.A : Tapi sus,, saya merasa hidup saya sudah tidak berguna lagi. Lihatlah sus, kaki
saya,, (menunjukkan kakinya dan menangis meronta)
P :Ibu,, ibu tenang dulu, semua penyakit pasti ada obatnya, tapi obat itu tak akan
ada gunanya, jika kita juga tidak berniat dari hati bahwa kita bisa sembuh.
Banyak orang diluar sana yang masih membutuhkan bantuan ibu.
Kami sebagai tenaga medis juga pasti melakukan sebaik-baiknya untuk
kesembuhan ibu, yang terpenting ibu niatkan didalam hati bahwa ibu akan
sembuh sehingga bisa beraktivitas seperti biasanya
Ny.A :(Menghela nafas) baik sus, saya akan berusaha sabar dan tegar, suatu saat
nanti pasti penyakit saya ini akan sembuh.
P : ( Perawat memberikan penghargaan dengan tersenyum pada Ibu Ani).
Keputusan
itu sangat baik Ibu Ani, mudah-mudahan anda cepat sembuh dan dapat
beraktifitas seperti biasanya.
Ny.A :Terima kasih sus atas motivasi yang anda berikan.
P :Sama-sama Ibu Ani.
Ny.A :yang terpenting saya akan selalu berdoa untuk kesembuhan saya. Jika nanti
takdir berkata lain, saya sudah siap menerimanya sus.
P : nah, ibu,,, semua itu sudah diatur sama Allah. Dan kita harus bisa
menerimanya.
Ny.A :baik sus..
Ibu Ani pun telah menyadari bagaimana keadaan yang dia alami, dan Beliau
berusaha untuk menerimanya.
Kesimpulan dari role play kali ini adalah untuk menjalin suatu hubungan yang saling
percaya, maka perawat membutuhkan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ini
berguna untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan
diarahkan pada pertumbuhan klien. Pada pasien yang mengalami penyakit kronis ini,
perawat harus lebih bisa bersabar untuk menuntun pasien agar keluar dari keadaan yang
bisa menurunkan semangatnya untuk hidup

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan perawat – klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama
dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara
terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien
berubah kearah yang positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan
terapeutik, ia harus menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan
dan mampu menjadi model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang
disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk
klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi
perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam
setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and
now).
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas
mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
B. Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan
menerima klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk
bersama klien yang menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan
menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu . Memberi
alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat
pada fase awal hubungan dengan klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu
sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.
Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiap kali ia
berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi
yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya
secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai berbagai
keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara utuh
(verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nurjannah, Intansari, S. Kep. 2005. Komunikasi Keperwatan : Dasar – dasar


Komunikasi Bagi Perawat. Yogyakarta : Mocomedica
Tamsuri, Anas, S.Kep Ns. 2006. Buku Saku Komunikasi Dalam Keperwatan. Jakarta :
NNNEGC
Tim Penyusun Modul. 2012. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : SSG
NNNNs. Abdul Nasir, S. Kep; Ns. Abdul Muhith, S. Kep., M. Kes; Sajidin, S. Kep.,M.
Kes; dan Wahid Iqbal Mubarak, S. KM. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Teori
NNNDan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Kozier,Barbara.(2004).Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and practice (7
th ed.). New Jersey : Pearson
Northouse, Peter Guy.(2010).Leadership : Theory and Practice.(5 th ed.). USA :
SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina
&marina, penerjemah). Jakarta : Salemba Medika.
Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles and Practice Of psychiatric
nursing.(8 th ed.).St Louis : MOSBY
WHO(1999).Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.(2 th ed). (dr.Popy Kumalasari,
Penerjemah).Jakarta : EGC
www1.us.elsevierhealth.com
http://menyampaikanberitaburuk.blogspot.com/2012/12/menyampaikan-berita-
buruk.html

13

Anda mungkin juga menyukai