PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan kehidupan
kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan menggunakannya dalam berinteraksi
dengan manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah komunikasi, diamnya
seseorang adalah komunikasi, tertawanya seseorang adalah komunikasi, dan menangisnya
seseorang adalah komunikasi. Dengan berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan
menjadi lebih dinamis.
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan menjadi alat
kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena
perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam setiap aktivitasnya,
perawat menggunakan komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi dan komunikasi
terapeutik sangat penting terkait dengan tugas-tugas Anda dalam melakukan asuhan
keperawatan dan dalam melakukan hubungan profesional dengan tim kesehatan lainnya.
Sebagai calon perawat ahli madya, keterampilan dasar yang penting harus Anda kuasai
adalah komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan
akan memungkinkan Anda melaksanakan praktik keperawatan secara berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasu terapeutik ?
2. Apa saja fungsi komunikasi terapeutik ?
3. Apa karakteristik komunikasi terapeutik?
4. Apa saja Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik ?
5. Apa teknik-teknik dari komunikasi terapeutik ?
6. Bagaimana tahapan dalam melakukan komunikasi terapeutik ?
C. Tujuan
1. Membekali perawat pada saat akan melakukan tindakan kepada pasien
2. Agar perawat dan pasien terjalin komunikasi yang baik
3. Mengetahui faktor-faktor dalam komunikasi terapeutik
4. Mengetahui fungsi komunikasi terapeutik
5. Memahami Tahapan-tahapan komunikasi terapeutik
6. Mengetahui teknik-teknik komunikasi terapeutik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Menurut Arwani (2002) ada tiga hal mendasar yang memberi ciri- ciri komunikasi terapeutik
antara lain:
a. Keikhlasan (Genuiness)
Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan
klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai
sikap yang dipunyai terhadap klien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikan
secara tepat.
b. Empati (Empathy)
Empati merupakan perasaan ”pemahaman” dan ”penerimaan” perawat terhadap perasaan
yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia pribadi klien. Empati merupakan
sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak dibuat-buat (objektif) didasarkan atas apa yang
dialami orang lain. Empati cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman diantara
orang yang terlibat komunikasi.
c. Kehangatan (Warmth)
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan
menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.
Suasana yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman menunjukkan adanya rasa
penerimaan perawat terhadap klien. Sehingga klien akan mengekspresikan perasaannya
secara lebih mendalam.
g. Asertif
Menurut Smith (1992) dalam Nurjanah (2001) asertif adalah
kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
Tahap-tahap menjadi lebih asertif menurut Lindberg (1998) dalam
Nurjanah (2001) antara lain menggunakan kata ”tidak” sesuai dengan
kebutuhan, mengkomunikasikan maksud dengan jelas,
mengembangkan kemampuan mendengar, pengungkapan komunikasi
disertai dengan bahasa tubuh yang tepat, meningkatkan kepercayaan
diri dan gambaran diri dan menerima kritik dengan ramah.
h. Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih
dengan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik,
lebih jelas dan berfokus pada realitas.
i. Membagi persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien
tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.
j. Identifikasi ”tema”
Merupakan teknik denga mencari latar belakang masalah klien yang
muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi
masalah yang penting.
k. Diam
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran,
memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk
menunggu respon. Diam tidak dilakukan dalam waktu yang lama
karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam juga dapat
diartikan sebagai mengerti atau marah. Diam disini juga menunjukkan
kesediaan seseorang untuk menanti orang lain untuk berpikir,
meskipun begitu diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain
merasa cemas (Myers, 1999), dikutip oleh Nurjanah (2001).
l. Informing
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi
adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan
kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan (Stuart
& Sundeen, 1995). Kurangnya pemberian informasi yang dilakukan
saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal
yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat
memberikan informasi.
m. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan
meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan
Fase ini dimulai ketika perawat berrtemu dengan klien untuk pertama
kalinya. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta
d. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting
bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha
mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi
yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan
perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
e. Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor
budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.
f. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi
seperti marah, sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien
agar dan keluarganya sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat perlu mengevaluasi
emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan
keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
g. Pengetahuan
k. Masa bekerja
Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di
tempat kerja. Makin lama seseorang bekerja semakin banyak
pengalaman yang dimilikinya sehingga akan semakin baik
komunikasinya (Kariyoso, 1994).
yang cukup memuaskan. Ada posisi lain dalam karakter perempuan yaitu
ketaatan dan kepatuhan dalam bekerja. Hal ini akan mempengaruhi kerja
secara personal. Perbedaan jenis kelamin pada era 90-an, baik di Indonesia
maupun di negara maju tidak sedikit yang berpendapat bahwa laki-laki
dan perempuan tidak sama. Laki-laki lebih berhak di segala bidang
dibandingkan dengan perempuan. Ada juga yang berpendapat bahwa laki-
laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang hakiki dalam hak dan
kewajiban. Penelitian mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan
menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan berubah dari waktu ke waktu.
Dalam profesi keperawatan ini memungkinkan untuk laki-laki dan
perempuan sama-sama berkarya (Sukasta, 2006).
3. Tingkat Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih matang pada diri individu,
kelompok atau masyarakat. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa
manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai
nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain
yang mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut seorang
individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Diharapkan semakin tinggi pendidikan formal (profesi) maka akan
semakin baik dalam bekerja (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan merupakan
pengembangan diri dari individu dan kepribadian yang dilaksanakan
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Perawat dapat menerapkan komunikasi terapeutik dengan benar secara
professional.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama yang lain. Sehingga perawat dapat memenuhi kebutuhan klien
melalui komunikasi terapeutik yang benar.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Sehingga perawat dapat menerapkan komunikasi terapeutik secara
terus menerus dan secara berkesinambungan.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah
ada. Sehingga hasil penilaian tersebut dapat memberikan arti penting
bagi perawat dan bisa menjelaskan kegunaan dari komunikasi
6. Status Kepegawaian
Status kepegawaian merupakan jabatan yang dimiliki seseorang
yang bekerja di sebuah instansi atau perusahaan dalam struktur organisasi
(Lumenta, 1989). Status kepegawaian dapat mempengaruhi kinerja dari
seorang perawat. Perawat dengan status PNS akan cenderung lebih baik
daripada perawat dengan status pegawai tidak tetap. Namun tidak menutup
kemungkinan hal sebaliknya juga dapat terjadi tergantung dari individu
masing-masing dan faktor-faktor lain yang mendukung hal tersebut. Di
Karakteristik individu
Umur
Jenis kelamin Faktor yang
Masa bekerja
mempengaruhi
Tingkat pendidikan
Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Tingkat pengetahuan perawat dalam
Terapeutik: Status Kepegawaian
Perkembangan menerapkan
Nilai
Emosi
komunikasi terapeutik:
Masa bekerja Komunikasi terapeutik 1. Kualitas personal
Latar belakang Sosial budaya Fase orientasi
Pengetahuan Fase kerja 2. Komunikasi
Persepsi Fase terminasi
Peran fasilitatif
Lingkungan 3. Dimensi responsive
Jarak
4. Dimensi tindakan
5. Kebuntuan
terapeutik
6. Hasil terapeutik
Faktor penghambat:
1. Changing the subject
2. Offering false
reassurance
3. Giving advice
Peran Perawat
4. Defensive comment
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Advokat 5. Prying or
3. Rehabilitator
4. Komunikator Proses Keperawatan probing
5. Edukator
6. Role model
questions
7. Kolaborator 6. Using clichés
1. Karakteristik individu
a. Umur
Komunikasi Terapeutik
b. Jenis kelamin
c. Masa bekerja
1. Fase orientasi
d. Tingkat pendidikan
2. Fase kerja
e. Status Kepegawaian
3. Fase terminasi
2. Tingkat pengetahuan
Variabel Perancu
Penghargaan
Supervisi
Kebijakan
Lingkungan
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002). Variabel bebas adalah variabel
bila yang berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain dan variabel
terikat, yaitu variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas
(Sastroasmoro, 1995). Variabel bebas pada penelitian ini adalah karakteristik
perawat yang terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama
bekerja, status kepegawaian dan tingkat pengetahuan sedangkan variabel
terikatnya adalah penerapan komunikasi terapeutik.
F. Hipotesa
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengajukan beberapa hipotesa
sebagai berikut:
1. Ha : Ada hubungan antara umur perawat dengan penerapan komunikasi
terapeutik dalam tindakan keperawatan.
2. Ha : Ada hubungan antara jenis kelamin perawat dengan penerapan
komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan.
3. Ha : Ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan
penerapan komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan.
4. Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan
penerapan komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan.
5. Ha : Ada hubungan antara lama bekerja perawat dengan penerapan
komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan.
6. Ha: Ada hubungan antara status kepegawaian perawat dengan
penerapan komunikasi terapeutik dalam tindakan keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka