Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN MINUM AIR REBUSAN SELEDRI TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA
HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) PROPINSI
BENGKULU TAHUN 2021

ARMANDA OGILVI ALVAREZA


NIM. P05120218048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut organisasi kesehatan dunia atau World Health Organisation

(WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usa 60 tahun keatas.

Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang

disebut Aging Process atau proses penuaan. Menua atau peroses penuaan

bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh

(Kholifah, 2016)

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang

telah menjalani tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,

2006).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun

2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)

tahun ke atas. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di

negara maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan

angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka

1
2

harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara

keseluruhan. Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa

faktor, misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga

kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik

(Kemenkes RI,2018)

Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Di

Indonesia jumlah lansia pada tahun 2000 sekitar 15 juta jiwa atau 7,2% dari

total populasi,tahun 2006 jumlah lansia meningkat menjadi 19 juta jiwa atau

8,5% dari total populasi,tahun 2010 jumlah lansia meningkat menjadi 24 juta

jiwa atau 9,7%, tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa (9,3%), dipredeksi tahun

2020 meningkat menjadi (27,08) jiwa, tahun 2025 (33,69) juta jiwa, tahun

2035 (48,19) juta jiwa . Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat

secara konsisten dari waktu ke waktu, (Riskesdas,2017) dan Kemenkes RI

2017.

Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat

23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah

penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030

(40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Di provinsi Bengkulu jumlah lansia

pada tahun 2011 berjumlah sekitar 99 ribu jiwa. Jumlah lansia meningkat

menjadi 103 ribu jiwa pada tahun 2012. Jumlah lansia meningkat menjadi

109 ribu jiwa pada tahun 2013. dan diperkirakan jumlah lansia akan terus

meningkat setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik, 2015).


3

Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya

adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering

dijumpai pada golongan lansia yang disebabkan karena kemunduran fungsi

kerja pembuluh darah yaitu salah satunya hipertensi atau tekanan darah

tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degenerative

yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi. Tekanan darah

tinggi merupakan suatu penyakit akibat meningkatnya tekanan darah arterial

sistemik baik sistolik maupun diastolic. (Arlita, 2014).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 90

mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih. Hipertensi adalah

factor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler aterosklerotik, gagal

jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi menimbulkan risiko morbiditas

atau mortalitas dini, yang meningkat saat tekanan darah sistolik dan diastolic

meningkat. Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan merusak

pembuluh darah dan organ target (jantung, ginjal, otak dan mata). (Brunner,

2013)

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan.

Tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di

dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan,

diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar

menjelang tahun 2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir

semua negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk

dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status


4

kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya

(Adib,2009).

Berdasarkan Data dari Riset kesehatan dasar penyakit hipertensi

merupakan sepuluh penyakit terbesar di Indonesia, jumlah penderita

hipertensi cenderung meningkat di indonesia. Pada tahun 2013 yaitu 25,8%,

hipertensi meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

Prevalensi penyakit hipertensi di kota Bengkulu cenderung

meningkat.berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Pada tahun

2005 prevalensi 6.098 (1,7%) meningkat menjadi 7.244 (2,6%), tahun 2007

sebanyak 7.514 (2,7) dan tahun 2008 sebanyak 7.775 (2,8%), tahun 2018

meningkat menjadi 83.193 orang (9%) (Dinas Kesehatan Bengkulu, 2018).

Berdasarkan data di (Panti Sosial Tresna Werdha) Pagar Dewa pada

tahun 2016 terdapat jumlah pasien dengan hipertensi berjumlah 32 pasien,

pada tahun 2017 meningkat menjadi 32 pasien, pada september 2018

meningkat menjadi 42 pasien, dan pada juni 2019 pasien hipertensi berjumlah

19 pasien meningkat menjadi 29 pasien pada Desember 2019. Lansia yang

tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Provinsi Bengkulu tinggal

dengan kelompok, tidak ada keluarga yang mengurus, dan tidak mampu

mengatasi Hipertensi secara mandiri (Panti Sosial Tresna Werdha,2019).

Seseorang yang telah di diagnosis menderita hipertensi oleh dokter

maka dokter akan memberikan obat hipertensi seperti amlodhipine,

furosemide dan dokter menyarankan pasien melakukan menjalani hidup sehat

dengan memperbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga, mengurangi


5

konsumsi berkafein seperti kopi,teh,atau minum bersoda, mengurangi stress

dengan tidur yang cukup dan menjalani pola makan sehat dengan mengurangi

asupan garam dan mengkonsumi buah dan sayur sebagai terapi non

farmakologis (Hariana, 2013).

Salah satu pengobatan non farmakologis untuk menurunkan tekanan

darah pada lansia penderita hipertensi yaitu dengan meminum air rebusan

seledri. Seledri (Apium graveolens L) merupakan salah satu dari jenis terapi

herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Masyarakat cina tradisional

sudah lama menggunakan seledri untuk menurunkan tekanan darah. Seledri

memiliki kandungan yang lebih banyak untuk menurunkan tekanan darah dari

pada tumbuhan lain yang dapat juga digunakan untuk menurunkan tekanan

darah tinggi seperti daun salamyang hanya memiliki kandungan minyak asiri

flavonoid untuk menurunkan dan mahoni yang hanya memiliki kandungan

flavonoida untuk menurunkan tekanan darah, sedangkan seledri memiliki

kandungan apigenin yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan

pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. (Arie dkk, 2014)

Dalam hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi, beberapa

kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan darah, antara

lain magnesium, pthalides, apigenin, kalium dan asparagine. Magnesium dan

pthalides berperan melenturkan pembuluh darah. Apigenin berfungsi untuk

mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Kalium

dan asparagine bersifat diuretik, yaitu memperbanyak air seni sehingga

volume darah berkurang. (Soeryoko, 2010)


6

Berdasarkan penelitian, bagian dari daun seledri mengandung senyawa

aktif yaitu ápigenin´dimana zat ini mampu menurunkan tekanan darah yang

mekanisme kerjanya mirip dengan calcium antagonist dan “mannitol” yang

berfungsi sebagai zat yang bersifat diuretik. Bagian batang dan daun seledri

juga memiliki kandungan nitrat yang merupakan senyawa anti hipertensi.

Menurut penelitian, terbukti nitrat yang masuk ke dalam tubuh manusia akan

berubah mencadi Nitric Oxide (NO) yang dapat berfungsi untuk dapat

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pada endotel pembuluh

darah, Nitric Oxide Synthase (NOS) nantinya akan memberikan efek

vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang dapat berfungsi sebagai

penurun tekanan darah. Hal tersebut telah terbukti dalam penelitian tahun

1985 yaitu dengan pemberian intervensi berupa ekstrak seledri pada kucing

untuk melihat seberapa besar penurunan tekanan darah kucing dalam populasi

penelitian. (Pratiwi,2019)

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan analisa “Penerapan Minum Air Rebusan Seledri Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Bengkulu Tahun 2021”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan penerapan minum air rebusan seledri terhadap

penurunan tekanan darah pada Lansia penderita Hipertensi di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Bengkulu tahun 2021.


7

2. Tujuan Khusus

a. Dideskripsikan karakteristik Pemberian minum air rebusan seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Bengkulu tahun 2021.

b. Dideskripsikan fase prainteraksi Pemberian minum air rebusan seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Bengkulu tahun 2021.

c. Dideskripsikan fase orientasil Pemberian minum air rebusan seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Bengkulu tahun 2021.

d. Dideskripsikan fase interaksi Pemberian minum air rebusan seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Bengkulu tahun 2021.

e. Dideskripsikan fase terminasi Penmberian minum air rebusan seledri

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Bengkulu tahun 2021.

C. Batasan Masalah

Karya tulis ilmiah ini terarah pada kasus yang dituju, batasan masalah

yang penlis angkat dalam karya tulis ilmiah ini adalah asuhan keperawatan

yang berfokus penerapan minum air rebusan seledri dengan pendekatan

asuhan keperawatan pada pasien hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha

tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian
8

1. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

tentang penerapan minum air rebusan seledri pada pasien hipertensi

berdasarkan Evidence Base Practice in Nursing (EBPN) kepada pelayanan

kesehatan , sebagai masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam praktik

pelayanan keperawatan hipertensi .

2. Bagi Akademik

Laporan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi

dalam pengembangan asuhan keperawatan lansia bagi mahasiswa

selanjutnya yang tertarik untuk menulis tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan hipertensi.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian

yang serupa dengan kasus yang lain maupun dengan kasus yang sama

yaitu hipertensi.selain itu, diharapkan dimasa mendatang akan banyak

mahasiswa ataupun tenaga keperawatan yang akan membuat jurnal

keperawatan berdasarkan pengalaman praktiknya dalam memberikan

penerapan minum air rebusan seledri pada pasien hipertensi.


9

DAFTAR PUSTAKA

Adib., M., (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung
dan Stroke. Dianloka Dianloka Pustaka Populer, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014 Hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional.Jakarta.http://www.bappenas.go.id/files/
data/Sumber_Daya_Manusia_dan_Kebudayaan/Statistik%20Penduduk
%20Lanjut%20Usia%20Indonesia%202014.pdf.
Brunner&Suddart, (2014).keperawatan Medikal Bedah Edisi12. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2010). Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu
2010: Dinkes Provinsi Bengkulu.
Desak Putu Pratiwi, I Wayan Gede Sutadarma, I Wayan Surudarma, (2019).
Hunungan Pola Konsumsi Seledri Terhadap Tekanan Darah Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. E-Jurnal Medika. 8(4), 1-5
Hariana, A. (2013). Tumbuhan obat dan khasiatnya . Jakarta: Agromedia Pustaka.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta : Kemenkes Ri Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Has
il-riskesdas-2018_1274.pdf
Kholifah, (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes
RI Pusdik SDM Kesehatan
Nie Nengah Mini Arie, Ummu Muntamah, dan Trimawati. (2014). Pengaruh
Pemberian Air Rebusan Seledri Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Dusun Gogodalem Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas. 2(1), 45-51
Nurngaini Asmawati, Purwati, Ririn Sri Handayani. (2015). Efektivitas Rebusan
Seledri Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada LAnsia Penderita
Hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Pajar Bulan Kecamatan Way
Tenong Lampung Barat. Jurnal Kesehatan. 6(2), 130-136
PSTW. (2019). Data Pasien Hipertensi periode Tahun 2019. Bengkulu : PSTW.

Anda mungkin juga menyukai