Anda di halaman 1dari 6

RESUME KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

KONSEP KOMUNIKASI TERAUPETIK

Dosen Pembimbing :
Wiwiek Liestyaningrum, SKp, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Nilam NIM : 162212069

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TA. 2022/2023
A. Konsep Komunikasi Teraupetik

Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan


kesehatan yang diberikan kepada klien di rumah sakit. Kualitas pelayanan
kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan keperawatan dan
kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh keefektifan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Hubungan
kepercayaan yang dibina oleh perawat dan klien melalui komunikasi
terapeutik merupakan penunjang dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan (Elviana.D.2015).

Komunikasi terapeutik merupakan suatu bentuk interaksi yang


terencana dan tidak akan berlansung dengan sendirinya. Komunikasi
terapeutik harus direncanakan, dipertimbangkan dan dilaksanakan secara
professional oleh seorang perawat (Dalami, 2009, hlm. 122). Dalam
melaksanakan komunikasi terapeutik seorang perawat harus
memperhatikan fasefase komunikasi terapeutik yang terdiri dari empat fase
yaitu fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi
(Elviana.D.2015).

Komunikasi yang efektif dapat meningkatkan adaptasi klien


selama hospitalisasi, mengurangi kecemasan, menurunkan intensitas nyeri
dan mempercepat masa pemulihan setelah pembedahan.Hubungan
interpersonal yang positif antara perawat dan klien akan membantu proses
penyembuhan klien dari penyakit yang dideritanya (Elvina.D.2015).

Pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat sampai saat ini hanya


berdasarkan kebiasaan atau rutinitas sehari-hari dan belum sepenuhnya
memperhatikan fase-fase komunikasi terapeutik. Ada beberapa
kemungkinan yang menyebabkan kurang berhasilnya pelaksanaan
komunikasi terapeutik diantaranya pengetahuan, sikap perawat, tingkat
pendidikan, pengalaman, lingkungan dan jumlah perawat yang kurang
memadai (Elvina.D.2015).
B. Konsep Dasar Dalam Komunikasi Teraupetik

Komunikasi didefinisikan sebagai proses interpersonal yang


melibatkan dua orang atau lebih serta mengandung unsur komunikasi
verbal dan non verbal. Unsur komunikasi ini berfungsi menerjemahkan
informasi, ide, atau gagasan yang hendak disampaikan. Tujuan dari
komunikasi adalah penyampaian informasi dari pengirim (sender) ke
penerima (receiver) melalui suatu media. Informasi yang disampaikan
tersebut dapat diterima secara utuh atau bahkan hilang sebagian karena
adanya faktor-faktor pengganggu seperti tidak adanya elemen-elemen
dasar komunikasi.

Elemen-elemen dasar komunikasi meliputi; Referen (Referent)


merupakan sesuatu hal yang dapat memotivasi individu untuk melakukan
proses komunikasi dengan individu lain; Pengirim (sender) merupakan
individu yang akan menyampaikan pesan berupa informasi, ide, atau
gagasan. Pengirim juga harus memahami ketepatan isi pesan serta emosi
yang terdapat dalam pesan yang hendak disampaikan Dapat disebut pula
dengan encoder, pesan (Message) merupakan informasi, ide, atau gagasan
yang hendak disampaikan mengandung makna verbal, non verbal, dan
simbolik Media (Channel) merupakan alat penyampaian dan penerimaan
pesan yaitu indera penglihatan dan pendengaran; Penerima (Receiver)
disebut juga decoder merupakan individu atau pihak lain yang
menerjemahkan kode pesan yang disampaikan oleh sender; Serta umpan
balik (Feedback) merupakan proses hubungan interaksi timbal balik atau
pengembalian pesan dari penerima ke pengirim Elemen ini sebagai
indikator bahwa pesan yang telah disampaikan sebelumnya oleh pengirim
dapat diterima dengan baik dan dipahami maknanya oleh
penerima(Saprilla, A. N. 2018).

Terdapat beberapa prinsip komunikasi terapeutik seperti


komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya dan
menghargai perawat harus mampu menciptakan suasana yang
memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa cemas dan pasien
termotivasi untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik perawat harus
mampu memahami empati sebagai tindakan terapeutik sedangkan simpati
bukan sebagai tindakan terapeutik perawat harus mengenal dirinya sendiri
dan memahami nilai yang dianut perawat harus menyadari pentingnya
kebutuhan fisik maupun mental pasien serta kejujuran dan keterbukaan
adalah aspek penting dalam penerapan prinsip komunikasi
teraupetik(Saprilla, A. N. 2018).

Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan


dan mempertahankan hubungan yang terapeutik :

1) Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang


saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip “Humanity of
Nursing and Clients”.
2) Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat
latar belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
3) Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
baik pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat
harus mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.
4) Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya
harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan
dan memberikan alternatif pemecahan masalahnya.
C. Helping relationship
Helping relationship merupakan bagian dari konsep komunikasi
yang lebih besar yakni komunikasi terapeutik. Helping relationship
merupakan bentuk hubungan dalam rangka membantu individu lain
melalui pendekatan yang profesional. Hal itulah yang membedakan
helping relationship dengan jenis komunikasi lain dalam konteks
komunikasi sosial. Sebagai bagian dari komunikasi terapeutik, helping
relationship merupakan bentuk komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses.
interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress
sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan
sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang
menghalangi realisasi diri (Afrilia, A. M., & Christiani, L. C. 2020).
D. Tujuan Komunikasi Teraupetik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah:
1) Membantu pasien untuk menjelaskan permasalahan kesehatannya
sehingga dapat mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien
percaya pada hal yang diperlukan
2) Mengurangi keraguan, membantu dalam mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, Fisik
mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan dirinya sendiri.
Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik
a. Empati
Empati yaitu kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi
atau perasaan orang lain.
b. Rasa percaya (trust)
Rasa percaya (trust) yaitu respek seseorang terhadap kebutuhan orang
lain dan berhasrat akan membuat sesuatu yang akan dipertanggung
jawabkan.
c. Validasi
Komunikasi Terapeutik Sebagai Sarana Efektif Validasi yaitu
penegasan kembali tentang pesan yang disampaikan. Hal ini terjadi jika
komunikator merasa bahwa orang yang diajak bicara menerima dan
memberi respek terhadap apa yang dikatakannya.
d. Perhatian
Merupakan tingkat keterlibatan emosi dalam komunikasi yang
diekspresikan secara non verbal pada apa yang dikatakan orang lain
dengan cara memandang, mengangguk, atau dengan perabaan jika
dianggap tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Afrilia, A. M., & Christiani, L. C. (2020). HELPING RELATIONSHIP ANTARA


PERAWAT DENGAN PASIEN DALAM PENYEMBUHAN SKIZOFRENIA DI
RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG. Jurnal
Komunikasi dan Kajian Media, 4(1), 27-41.

Elviana, D. (2015). Hubungan Pengetahuan Pearawat Tentang Komunikasi


Teraupetik Dengan Rsud Dr. H. Bob Bazar, SKM Kalianda Tahun 2013. Jurnal
Bidang Ilmu Kesehatan, 5(1), 15

https://poltekkes-mataram.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/1-749-755-
Aniharyati-KOMUNIKASI-TERAPEUTIK-SEBAGAI-SARANA-EFEKTIF-
BAGI-TERLAKSANANYA-TINDAKAN-KEPERAWATAN.pdf
Diakses pada tangal 24-Agustus-2022 Jam : 19:49

Saprilla, A. N. (2018). Pengaruh Responsiveness Perawat Dalam Praktik


Komunikasi Terapeutik Terhadap Kepuasan Pasien Instalasi Rawat Inap Rsu Haji
Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2), 173-179.

Anda mungkin juga menyukai