Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PRATIK KLINIK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II


DI Ruangan Bagindo Aziz Chan
RST TINGKAT III dr. REKSODIRWIRYO Padang

OLEH
Cetrine Sal Sabila J
203310689

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Reflita, S.Kp, M.Kes ) ( Ns. Elia Fitria S. Kep )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PADANG
2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.Sehingga
sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah
komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia
masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional
dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat
ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim
kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan
perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun
psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan
oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja lingkungan di rumah
sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka
warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung
gelisah atau takut.
Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud mencari
perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa berupa teriak-teriak, gelisah,
mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat disekitarnya. Disinilah peranan komunikasi
mempunyai andil yang sangat besar, dengan menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap
ramah bertutur kata yang lembut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktek klinik komunikasi diharapkan saya mampu
menerapkan dan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah didapat dalam waktu
praktek klinik dan dapat mengambangkannya dalam dunia kerja nantinya.
2. Tujuan Khusus
-
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Konsep Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan
hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah
yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional
yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik
terdapat dua komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.
Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar
utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan
pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan
perencaan perawatan.
Menurut Dance (dalam Rakhmat, 2007) komunikasi dalam kerangka psikologi adalah
usaha yang menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika lambang-
lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli.
Pendapat lain dari Goyer (Tubbs dan Moss, 2005), komunikasi adalah
kemampuan manusia untuk dapat berbagi pengalaman secara tidak langsung maupun
memahami pengalaman orang lain, komunikasi adalah proses pembentukan makna di
antara dua orang atau lebih.

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif/adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien :
1. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya tidak
bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi
terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain. Komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa
adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan
saling percaya ( Hibdon, S., 2000).
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu
tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan dirinya
mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan individu yang
merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri (Taylor,
Lilis dan Lemone, 1997).
4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien yang
mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri
dan merngalami harga diri rendah.

3. Jenis komunikasi Terapeutik


Jenis Komunikasi Terapeutik Uripni, et. al (2002) jenis komunikasi terapeutik dapat
dibedakan sesuai dengan respon klien sebagai berikut:
- Mendengar dengan penuh
Hal ini perawat harus mendengarkan masalah yang disampaikan oleh klien untuk
mengetahui perasaan, pikiran dan persepsi klien itu sendiri. Sikap yang dibutuhkan
untuk menjadi pendengar yang baik adalah menatap matanya saat berbicara,
tidak menyilangkan kaki dan tanganMenunjukkan penerimaan
Mendukung dan menerima dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan
dan tidak menilai. Menerima bukan berarti menyetujui. Menerima berarti
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
- Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai masalah yang telah disampaikan oleh klien. Oleh sebab itu,
sebaiknya pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien.
- Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, seorang perawat memberikan umpan
balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi
dilanjutkan.
- Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi pada saat perawat menjelaskan dalam kata-kata mengenai
ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari teknik ini
untuk menyamakan pengertian.
- Memfokuskan
Tujuan dari memfokuskan untuk membatasi pembicaraan sehingga pembicaraan
menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu diperhatikan adalah
tidak memutuskan pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah yang sedang
dihadapi.

4. Fase-fase Komunikasi Terapeutik


Arwani (2003) dalam bukunya fase komunikasi terapeutik dapat dibagi menjadi
empat, diantaranya sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam komunikasi yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi. Dalam fase pengkajian perawat menyatu dengan pasien,
keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya untuk mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan dan menentukan prioritas tindakan keperawatan.
b. Rencana keperawatan
Perawat berinteraksi dengan klien untuk menentukan tindakan keperawatan yang
tepat pada klien.
c. Tindakan keperawatan
Tahap tindakan keperawatan perawat aktif dalam tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Membutuhkan keterampilan komunikasi perawat untuk
memenuhi kebutuhan psikososial dan fisik pasien.
d. Menilai kemajuan dan hasil akhir dari tindakan yang diberikan
Komunikasi sangat penting dalam tindakan keperawatan, tanpa komunikasi perawat
akan kesulitan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah diberikan
berhasil atau tidak.

5. Tahapan Komunikasi Terapeutik


Tahapan komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan/ Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini perawat :
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
c. Mengumpulkan data tentang klien
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap Perkenalan
Merupakan saat pertama perawat bertemu dengan klien. Pada tahap ini tugas
perawat :
a. Pengenalan diri kepada klien
b. Membina hubungan saling percaya
c. Merumuskan kontrak bersama klien
d. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
e. Merumuskan tujuan dengan klien
3. Tahap Kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart GW., 1998). Pada
tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien.Tahap ini juga berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan.
4. Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien.Tahap ini dibagi dua, yaitu
tahap terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada tahap ini tugas perawat adalah :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
b. Melakukan evaluasi subyektif.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Novalina Hasa
Alamat : Jln. Azizi no.15 Andalas,Padang
No. RM : 80.19.36
Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 22 Oktober 1969

DIAGNOSA :
1. Medis  Stroke + Hiperglikemia + CAP
2. Perawat 

C. Tindakan Yang dilakukan


1. Pemasangan Infus
 Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan untuk pemberian
hidrasi intravena atau makanan dan administrasi. Pada pasien dengan masalah
sirkulasi salah satu tindakan yang sering dilakukan untuk menangani masalah tersebut
adalah dengan terapi intravena (Dougherty, 2008). Memasukkan cairan obat langsung
ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan waktu yang lama, dengan
menggunakan infus set.
 Tujuan Pemasangan infus :
1. Sebagai pengobatan.
2. Memberikan zat makanan pada pasien yang tidak dapat / tidak boleh makan
melalui mulut
3. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein,lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
4. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
5. Memperbaiki volume komponen darah.
6. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
7. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
8. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan (Hidayat,
2008).
 Indikasi Pemasangan Infus
1. Dehidrasi, pada pasien diare atau muntah
2. Luka bakar,menunjukkan banyak cairan tubuh yang keluar akibat luka bakar,
sehingga perlu di jaga jumlah cairan tubuh
3. Pasien yang tidak mampu atau sulit mendapatkan asupan air secara normal,
seperti pasien yang tidak dapat menelan
4. Pasien dengan demam tinggi, yang beresiko menyebabkan penurunan cairan
tubuh, seperti pada pasien demam berdarah, tipus yang tidak dapat diobati di
rumah atau tipus dengan komplikasi. Sehingga pasien demam perlu dipastikan
penyebabnya sebelum dilakukan pemberian infus
5. Kondisi umum pasie lemah, seperti pada pasien anemia, atau pasien penyakit
kronis

 Kontraindikasi pemasangan infus

- Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.


- Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis
(cuci darah).
- Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

2. Tindakan Pengecekan Tanda tanda vital


 Pemeriksaan tanda-tanda vital atau TTV adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui tanda vital seseorang. Pemeriksaan TTV merupakan metode paling
dasar yang membantu dokter dan perawat untuk mendiagnosis penyakit. Selain itu,
dokter juga akan lebih mudah merencanakan terapi medis yang tepat untuk
pasien.Ada empat komponen tanda vital utama yang harus dipantau secara rutin oleh
tenaga kesehatan yaitu tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh.
Pemeriksaan tanda vital dilakukan pada saat pertama kali Anda datang ke fasilitas
kesehatan untuk mendapatkan perawatan medis.Apabila Anda dicurigai sedang
menderita kondisi medis yang serius, maka tanda vital akan dipantau secara berulang
dan terus dilakukan evalauasi untuk menilai perkembangan penyakit. Rrosedur
ini akan terus dilakukan sampai nilai TTV kembali normal. 
 Tujuan pengecekan tanda tanda vital
Hal ini bertujuan untuk mendeteksi gangguan, kelainan, atau perubahan pada fungsi
organ tubuh.
- Tekanan darah. Tujuan dari pemeriksaan tekanan darah adalah untuk
menentukan adanya normotensi, hipertensi atau hipotensi.
- Pernafasan ,Tujuan : untuk menilai frekuensi pernafasan
- Suhu Tubuh, Tujuan : untuk menentukan suhu tubuh pesien
- Nadi,

 Manfaat pengecekan tanda tanda vital


- Penentuan nilai dasar normal dapat memastikan perbandingan standar saat
kegawatdaruratan terjadi selama perawatan.
- Untuk mengidentifikasi abnormalitas baik yang sudah terdiagnosis maupun yang
belum terdiagnosis.

 Kontraindikasi pengecekan tanda tanda vital

Tergantung kondisi pasien

3. Tindakan Pengecekan gula darah


 Tes gula darah adalah pemeriksaan untuk mengetahui kadar gula (glukosa) dalam
darah
 Fungsi pengecekan gula darah:
- Memantau keberhasilan obat diabetes pada kadar gula darah
- Mengidentifikasi kadar gula darah, baik yang tinggi maupun rendah
- Memantau perkembangan diabetesi dalam mencapai target pengobatan diabetes
- Melihat pengaruh olahraga dan pola makan terhadap kadar gula darah
- Melihat pengaruh faktor lain, seperti penyakit tertentu atau stres

4. Tindakan Skin Test

 Skin test (tes kulit) adalah prosedur pemeriksaan pada kulit pasien yang dilakukan
untuk mengidentifikasi reaksi hipersensitivitas terhadap alergen tertentu dan faktor
pencetus pada penyakit yang berhubungan dengan alergi, seperti dermatitis atopik
dan urtikaria.

 Tujuan dari skin test sendiri yaitu untuk mengetahui jika pasien alergi terhadap obat
yang akan berikan selanjutnya.

 Indikasi Tes Alergi

- Bersin-bersin
- Pilek atau hidung tersumbat
- Mata berair dan gatal
- Muntah
- Batuk
- Diare
- Sesak napas
- Mengi atau bengek
 Kontraindikasi Tes Alergi
- Pernah mengalami reaksi alergi berat (anafilaksis)
- Menderita asma yang tidak terkontrol
- Menderita eksim dan psoriasis yang menutupi sebagian besar area kulit di tangan
dan punggung

5. Tindakan Nebulizer
 Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang
dihirup. Pengobatan yang memanfaatkan nebulizer biasanya diberikan pada penderita
gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) saat
gejala sesak napas sedang muncul.Salah satu pengobatan gangguan pernapasan atau
penyakit paru-paru adalah dengan menggunakan obat yang dihirup atau terapi
aerosol. Obat ini ada yang bekerja untuk mengatasi sesak napas, mengurangi
peradangan, dan mencegah kekambuhan gejala. Pemberian obat hirup ini bisa melalui
inhaler dan nebulizer.
 Tujuan : Alat Nebulizer digunakan sebagai terapi pengobatan penyakit pernapasan
kronis, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Ini karena dibanding dengan
inhaler, uap yang dihasilkan nebulizer amat sangat kecil sehingga obat akan bisa lebih
cepat meresap ke bagian paru yang ditargetkan.

 Indikasi Tindakan nebulizer


Nebulasi dilakukan pada:
1. Klien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret
2. Klien yang mengalami penyempitan jalan napas (Misal: pada klien dengan asma
atau empisema)

 Kontraindikasi
Nebulasi tidak dilakukan pada klien dengan:
- Tekanan darah tinggi (Autonomic Hiperrefleksia)
- Nadi yang meningkat atau takikardi.
- Riwayat reaksi yang tidak baik dari pengobatan
BAB III
PENUTUP
Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individu dan mahluk
sosial , diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di bidangnya, khususnya di
bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan segala tahapan dalam komunikasi
terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan dan terminasi.. Perawat dituntut untuk lebih
mengutamakan pelayanan paripurna terhadap pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan
pasien . Hubungan yang baik ini akan lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan
pengetahuannya dalam komunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan
tuntutan zaman.
Dengan adanya Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik ini diharapkan pembaca
dapat memahami bahwa pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari terutama
dalam proses pembangunan dan dalam proses keperawatan dan diharapkan juga bagi
pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari-hari,
khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya
agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untuk menjalin kerjasama dengan
pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta
berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita
bekerja
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.Rosdakarya
Farouk.2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Teraju
Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mulyana, Deddy.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
TERLAMPIR
SOP

1. SOP Pemasangan Infus


Persiapan Alat
1. Standar infuse
2. Set infuse
3. Cairan sesuai program medic
4. Jarum infuse dengan ukuran yg tepat
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alcohol
8. Plester
9. Gunting Kasa steril
10. Betadin
11. Sarung tangan

Prosedur Kerja :
1. Jelaskan prosedur yg akan dilakukan Pemasangan infus | dok. Aristianto
2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan & infus set dgn memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke
botol infuse
4. Isi cairan ke dalam set infus dgn menekan ruang tetesan sampai terisi sebagian & buka
klem slang sampai cairan memenuhi selang & udara selang ke luar
5. Letakkan pangalas dibawah lokasi (vena) yg akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan tornikut (karet pembendung) 10 sampai 12 cm di atas
tempat penusukan & anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular
(apabila sadar)
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Disinfeksi daerah yg akan ditusuk dengan kapas alcohol
9. Lakukan penusukan pada pembuluh intra vena dengan meletakkan ibu jari di bagian
bawah vena da posisi jarum (abocath) mengarah ke atas
10. Perhatikan adanya keluar darah melalui jarum (abocath / surflo) maka tarik ke luar bagian
dalam (jarum) sambil melanjutkan tusukan ke dalam vena
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena
dengan melakukan tekanan menggunakan jari tangan agar darah tidak ke luar. Seterusnya
bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse
12. Buka pengatur tetesan & atur kecepatan sesuai dengan dosis yg diberikan
13. Jalankan fiksasi dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal & waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15. Lepaskan sarung tangan & cuci tangan

2.

Anda mungkin juga menyukai