Anda di halaman 1dari 6

NAMA : RESVICHA AGASTASYAH

NIM : P0722119139

KELAS : D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN

DOSEN PENGAMPUH : NURHAYATI

KOMUNIKASI TERAUPETIK

1. Pengertian Komunikasi Teraupetik

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien
berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik
yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang
dirinya

2. Perbedaan Komunikasi social dan Komunikasi terupetik


a. Komunikasi Sosial
 Definisi
Komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya
atau tidak (Harold Koont dan CYRIL o’Donell).
Komunikasi adalah proses pengoperasian lambang-lambang yang mengandung
pengertian antara individu-individu (William Ablig).
 Tujuan
1.    Mampu memahami perilaku orang lain
2.    Mengenali perilaku bila setuju dan tidak setuju
3.    Memahami perlunya memberi pujian
4.    Menciptakan hubungan personal yang baik
5.    Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu
6.    Untuk menentukan suatu kesanggupan
7.    Untuk meneliti pola kesehatan
8.  Mendorong untuk bertindak
 Komponen Komunikasi
1. Komunikator : Penyampaian informasi atau sumber informasi.
2.Komunika : Penerima informasi, pemberi respon terhadap stimulus.
3.Pesan : Gagasan, pendapat, stimulus, fakta, informasi.
4.Media : Saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
5.Kegiatan “Encoding” : Perumusan pesan oleh komunikator.
6.Kegiatan “Decoding” : Penafsiran pesan oleh komunikan.
b. Komunikasi Teraupetik
 Definisi
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
 Tujuan
a. Kesadaran diri.
b. Klarifikasi nilai.
c. Eksplorasi perasaan.
d. Kemampuan untuk menjadi model peran.
e. Motivasi altruistik.
f.  Rasa tanggung jawab dan etik.
 Lima komponen fungsional berikut (Hamid, 1998) :
1.    Pengirim : yang menjadi asal dari pesan
2.    Pesan : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima
3.    Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya diengaruhi oleh pesan.
4.    Umpan balik : respon dari penerimaan pesan kepada pengirim pesan
5.    Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi

3. Tujuan Komunikasi Teraupetik

Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk menegakkan hubungan terapeutik


antarapetugas kesehatan dengan pasien atau klien, mengidentifikasi kebutuhan pasien
atauklien yang penting (client-centeredgoal) dan menilai persepsi pasien atau
klienterhadap masalahnya. Tujuan komunikasi terapeutik untuk membantu
pasienmemperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran pasien;
membantumengambil tindakan yang efektif untuk pasien; membantu memengaruhi
seseorang,lingkungan fisik dan diri sendiri (Ester, 2003)

komunikasi terapetik bertujuan untuk mengembangkan pribadi pasien agar mencapai


kondisi yang adaptif dan positif. Komunikasi terapetik diarahkan pada pertumbuhan
pasien.

Secara lebih rinci, berikut ini pemaparan tujuan komunikasi terapeutik:

1. Realisasi dan penerimaan diri serta peningkatan penghormatan diri pasien

2. Pasien mampu membina hubungan interpersonal dan saling bergantung dengan orang
lain.

3. Meningkatkan fungsi dan kemampuan pasien untuk memuaskan kebutuhannya serta


mencapai tujuan yang realistis.
4. Pasien memiliki rasa identitas yang jelas dan peningkatan integritas diri

5. Membantu pasien mengurangi beban perasaan dan pikirannya

6. Membantu pasien mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.

7. Membantu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan bagi pasien

8. Membantu pasien mengambil tindakan untuk mengubah situasi

4. Prinsip Komunikasi Teraupetik


a. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
b. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik
c. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
d. Kerahasiaan klien harus dijaga
e. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
f. Implementasi intervensi berdasarkan teori
g. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang
tingkah laku klien dan memberi nasihat

5. Tehnik Komunikasi Teraupetik


a. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh
klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan
memandang kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang
menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara
tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik
dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan
perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan
orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya
perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau
penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau
membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat
menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
c. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga
klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat
berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat
mengikuti pembicaraan klien.
d. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk
meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan
pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi
diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi.
e. Memfokuskan Pembicaraan
Tujuan penerapan metode ini untuk membatasi materi pembicaraan agar lebih
spesifik dan mudah dimengerti. Perawat tidak perlu menyela pembicaraan klien
ketika menyampaikan masalah penting kecuali apabila tidak  membuahkan
informasi baru.
f. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui
bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang
didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan
menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada 
permasalahan yang sedang dibicarakan.

g. Menawarkan Informasi.
Penghayatan kondisi klien akan lebih baik apabila ia mendapat informasi yang
cukup dari perawat. Memberikan informasi yang lebih lengkap merupakkan
pendidikan kesehatan bagi klien. Apabila ada informasi yang tidak disampaikan
oleh dokter, perawat perlu meminta penjelasan alasannya. Perawat dimungkinkan
untuk memfasilitasi klien dalam pengambilan keputusan, bukan menasihatinya.
h. Diam
Dengan diam akan terjadi proses pengorganisasian pikiran dipihak perawat dan
klien. Penerapan metode ini memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu agar
tidak menimbulkan ketrampilan dan ketepatan waktu agar tidak menimbulkan
perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien berkomunikasi dengan dirinya
sendiri, menghimpun pikirannya, dan memproses informasi.
i. Menunjukkan Penghargaan
Menunjukkan penghargaan dapat dinyatakan dengan mengucapkan salam kepada
klien, terlebih disertai menyebutkan namanya. Hal ini akan diterima oleh klien
sebagai suatu penghargaan yang tulus. Dengan demikian klien merasa
keberadaannya dihargai.
j. Refleksi
Reaksi yang muncul dalan komunikasi antara perawat dan klien disebut refleksi.
Refleksi dibedakan dalam dua klasifikasi:
1.Refleksi isi bertujuan mensahkan sesuatu yang didengar. Klarifikasi ide yang
diungkapkan oleh klien dan pemahaman perawat tergolong dalam klasifikasi
refleksi ini.
2. Ungkapan yang bertujuan memberi respon terhadap ungkapan perasaan klien
tergolong dalam refleksi perasaan. Refleksi ini bertujuan agar klien dapat
menyadari eksistensinya sebagai manusia yang mempunyai potensi sebagai
manusia yang mempunyai potensi sebagai individu yang berdiri sendiri.
6. Hambatan Komunikasi Teraupetik

Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri


dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Perawat
harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik
bagi perawat maupun bagi klien. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu-persatu
mengenai hambatan komunikasi terapeutik itu.
1. Resisten.
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas
yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi
yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang.
2. Transferens.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa
lalu.
3. Kontertransferens.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien
yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan
dalam intensitas emosi.
Daftar Pustaka

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi.Cetakan  2004

Koentjoro. 1989. Konsep Pengenalan Diri dalam AMT. Makalah. Dalam Modul Pelatihan AMT.
Jurusan Psikolog

MH. Pribadi Zen (2013). Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan Profesional.
Jogjakarta: D-Medika

Mundakir (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Edisi Pertama.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Stuart dan Sundeen (1998). Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta

Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai