Anda di halaman 1dari 6

C.

Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komuniaksi terapeutik (Christina, dkk, 2003) adalah:
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui
hubungan perawat - klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

D. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Tidak seperti komunikasi sosial,
komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam
asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami
prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip “humanity of nurses and clients”.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang
keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya
dan harga diri klien
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
adalah kunci dan komunikasi terapeutik
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta
nilai yang dianut
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya. Sehingga tumbuh
makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalah yang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun
fungsi.
E. Teknik Komunikasi Terapeutik
1. Mendengarkan ( Listening)
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa yang
dikatakannya adalah penting.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang
akan dibicarakan.
3. Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
4. Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan
ketertarikan dan tidak menilai.
5. Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar
atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi
yang digambarkan klien.
6. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar,
refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
7. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
8. Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih
jelas, dan berfokus pada realitas.
9. Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan clan
difikirkan.
10. Identifikasi "tema"
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan untuk
meningkatkan pengertian clan eksplorasi masalah yang penting.
11. Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukan bahwa perawat bersedia menunggu respon.
12. Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih
lanjut.
13. Humor
\eknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress, clan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional tertiadap klien.
14. Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.

F. Pengertian penyakit Kronis dan Terminal


1. Penyakit kronik
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berangsung lama
sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaninasih
dan Karbina, 2009)
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik yang
dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Contoh : penyakit
diabetes militus, penyakit cord pulmonal deases, penyakit arthritis.
2. Penyakit Terminal
Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatau tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi
individu (Carpenito, 1995).

G. Komunikasi Terapeutik Pada Klien dengan Penyakit Kronis atau Penyakit Terminal
Seseorang dengan penyakit kronis atau dengan penyakit terminal akan mengalami rasa
berduka dan kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal
tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan kronis. merupakan
komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang penyakit yang
mereka alami serta pengetahuan tentang proses berduka dan kehilangan. Dalam
berkomunikasi perewat menggunakan konsep komunikasi terapeutik.
Saat berkomunikasi dengan klien dengan kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul
penolakan dari klien. Dalam menghadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan komunikasi
terapeutik. Membangun hubungan sasang percaya dan caring dengan klien dan keluarga
melaui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi intervensi pelayanan paliatif
(Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan Perry 2010).
Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur, tunjukkan rasa empati.
Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran tebuka, serta amati respon verbal dan nonverbal klien
dan keluarga. Saat komunikasi mungkin saja klien akan menghindari topik pembicaraan, atau
mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah umum yang mungkin terjadi. Respon
berduka yang normal seperti kesedihaan, mati rasa, penyangkalan, marah, mernbuat komunikasi
menjadi sulit. Jika klien memilih untuk tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini., perawat harus
mengizinkan dan katakan bahwa klien bisa kapan mengungkapkannya.
Beberapa klien tidak akan mendiskusikaan emosi karena alasan pribadi atau
budaya, dank lien lain ragu-ragu untuk mengungkapkan emosi mereka karena orang
lain akan meninggkalkan mereka (Buckley dan Herth, 2004 dikutip dari Potter dan
Perry 2010)
Memberi kebebasan klien mernilih dan menghormati keputusanya akan membuat hubungan
terapeutik dengan klien berkembang. Terkadang klien perlu mengatasi berduka mereka
sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika klien ingin membicarakannya
tentang sesuatu, susun kontak waktu dan tempat yang tepat.
H. Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Kronis dan Terminal
Area intervensi dan peran komunikasi antara lain :
1. Mengenal, mengakui dan menerima emosi klien dan keluarga terhadap status fisik dan
kebutuhan pengobatan
Cara yang terpenting adalah melalui komunikasi saat mengobservasi dan bekerja dengan
klien dan keluarga, perawat harus belajar tentang perasaan dan reaksi mereka merupakan
kunci intervensi komunikasi adalah mendengar.
Tahapan mendengar yang terapeutik, antara lain:
a. Menyatakan bahwa anda mendengar, seperti pernyataan sederhana bahwa anda
mendengar mereka, memberi kesempatan untuk berbicara dan mengemukakan hal
yang dipikirkan.
b. Menyatakan isi atau kandungan dari apa yang telah dikatakan, seperti
mengulang kembali, memberi kesempatan pada klien untuk klarifikasi, dan
melanjutkan atau menggali lebih dalam.
c. Menyatakan kembali emosi yang telah diperlihatkan dengan cara merefleksikan
kembali emosi yang telah diekspresikan seperti merespon terhadap tingkat
emosional dapat memberikan hasil yang baik dan biasanya memfasilitasi ekspresi
perasaan.
d. Menggali informasi lebih banyak dengan cara menunjukan bahwa anda tertarik
atau ingin mengetahui lebih jelas tentang hal-hal yang ingin dikatakan atau kebutuhan
atau keinginan.

2. Bekerja dengan klien dan keluarga untuk mengidentifikasi pemahaman


tentang sakit dan keterlibatan di dalam perawatan serta harapan mereka
terhadap petugas kesehatan. Sering diasumsikan bahwa seseorang
dengan sakit kronik dan keluarganya. Mengerti akan proses penyakit dan
pengobatan karena mereka telah hidup lama dengan kondisi tersebut
menjadi asumsi yang tidak dibenarkan sehingga tujuan yang diharapkan
perawat tidak sesuai dengan tujuan klien dan keluarga. Pada
perencanaan harus dibuat bersama dan didiskusikan sehingga didapat
gambaran tentang pemahaman klien, kemampuan untuk menerima
proses penyakit, dampak penyakit serta kemampuan yang diharapkan untuk
berfungsi Jika klien dan keluarga mengalami shock atau denial perlu dilakukan
pendekatan dengan fokus, antara lain:
a. Support terhadap emosi mereka
b. Sharing dan menguatkan informasi mendasar tentang sakit dan perawatan rutin,
seperti:
1) Mengulang informasi
2) Menulis informasi
3) Secara bertahap menambah detail dan kedalaman penjelasan Biasanya mereka
akan memperlihatkan kesiapannya melalui pertanyaan-pertanyaan dan
keingintahuannya tentang apa saja ang telah dilakukan dengan melihat
terhadap kemungkinan adanya kesempatan untuk menolong mereka lebih
memahami apa yang terjadi dan tujuan intevensi yang dilakukan, seperti:
a) Marah terhadap apa yang terjadi mungkin diarahkan kepada staff Yang
harus dilakukan perawat adalah menerima keluhan dan klarifikasi apa yang
menyebabkan klien dan keluarga marah dan hindari perilaku nonverbal yang
konfrontasi.
b) Bagaimana interprestasi dan reaksi klien terhadap tanda dan gejala yang
dialaminya dapat menjadi petunjuk terhadap pemahaman dan reaksi terhadap
penyakit. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat adalah:
 Hati-hati melakukan pemeriksan fisik
 Observasi terhadap respon fisik klien Contoh: Pucat, nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, berkeringat, meringis, kesulitan tidur. Observasi
respon emosional klien Contoh: Menarik diri, Perlakuan iritabel.
 Gali bagimana biasanya mereka mengekspresikan bila rasa nyeri dan
stress timbul. Contoh: Apakah cenderung menahan diri atau hanya dirinya
yang tahu, apakah mereka mengekspresikan emosinya ketika nyeri dan
stress terjadi.
 Jika pengobatan dan perawatan tidak dapat mengurangi keluhan mungkin nyeri
merupakan bagian dari masalah
 Ketika klien mengalami kehilangan fungsi fisik atau peran keluarga,
kehilangan tersebut dapat diekspresikan sebagai nyeri
 Jika nyeri menjadi kronik dan merupakan fokus utama klien maka
masalah dapat berkembang menyangkut keluarga dan sosial, pekerjaan,
farmakologik dan dimensi interpersonal
 Keberhasilan penanganan memerlukan pengkajian yang lengkap dari
multidisiplin untuk tiap dimensi, diikuti oleh intervensi multidisiplin
yang tepat dan konsisten. Dalam hal ini membutuhkan komunikasi yang
jelas, konsisten dan terkoordinasi dengan klien dan keluarga.
3. Bekerja untuk menyamakan harapan klien dan professional. Hal-hal yang dibutuhkan
untuk mengidentifikasi harapan klien adalah:
a. Sharing informasi tentang proses penyakit dan penjelasan mengenai penanganan
terapi, medikasi dan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi
b. Menetapkan keperawatan rutin yang tepat dimana klien dapat
melaksanakannya
c. Dorong klien dan keluarga untuk bertanya dan berpartisipasi dalam membuat
keputusan
4. Koordinasi kebutuhan perawatan dan pengobatan dengan kemampuan dan tingkat
energi serta keluarga. Penyakit kronis dapat menurunkan energi klien secara fisik,
mental dan emosional. Kekhawatiran financial dapat menjadi stressor utama yang
dapat mempengaruhi mental dan emosi. Jika kelelahan menjadi kronik dan berdampak
pada kesehatan dan kemampuan secara umum untuk melakukan aktifitas yang
diharapkan. Dengan mengetahui bahwa perawat memperhatikan kebutuhan mereka akan
mengajarkan mereka untuk mengevaluasi secara periodic.
5. Suport strtegi koping yang positif dan penggunaan sumber-sumber multidisplin yang
dibutuhkan. Peran kunci perawat bekerja dengan klien dan keluarga adalah membantu
mereka dapat mengatasi stress dengan sukses dengan strategi yang difokuskan pada :
a. Pencegahan atau menurunan stress
b. Meningkatkan kemapuan untuk menghadapi stress
Cara Berkomunikasi pada Lansia , Berikut ini cara-cara berkomunikas pada lansia, antara
lain:
 Perkenalkan diri dan ulangi setiap waktu,
 Bicara pelan dan jelas dan bed waktu berespon
 Gunakan bahasa yang sederhana,
 Ikuti respon pasien walaupun lambat dan jangan memberikan informasi berlebihan.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik
a. Persepsi klien terhadap situasi
b. Beratnya penyakit
c. Tersedianya support social
d. Temperamen dan kepribadian
e. Sikap dan tindakan lingkungan
f. Tersedianya fasilitas kesehatan
g. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-PsikoSosial-Spritual Mil
akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009).

Anda mungkin juga menyukai