Anda di halaman 1dari 47

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DALAM
PERAWATAN PALIATIF

SUSI ERNAWATI
PUSAT PENGEMBANGAN PALIATIF & BEBAS NYERI
RSUD Dr. SOETOMO
TUJUAN PEMBELAJARAN
• TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mengikuti materi ini, peserta anak didik
terampil dalam berkomunikasi dengan pasien kanker,
keluarga dan caregiver

• TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Menjelaskan dasar-dasar komunikasi
2. Melakukan komunikasi terapeutik
3. Memahami cara penyampaian berita buruk kepada
pasien & keluarga
POKOK BAHASAN
POKOK BAHASAN & SUB POKOK BAHASAN :
A. DASAR DASAR KOMUNIKASI
B. KOMUNIKASI KHUSUS
1. Breaking Bad News & Dialog Terapeutik
2. Mempertahankan harapan dan menghadapi
pasien sesuai fase2 emosional yang terjadi
3. Komunikasi dengan keluarga dan sejawat/
professional lainnya yang terlibat dalam
perawatan penderita
DASAR DASAR KOMUNIKASI
PENDAHULUAN
Berkembangnya pelayanan kesehatan berdampak pada
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas yang semakin meningkat

Kenyamanan baik oleh tenaga kesehatan, lingkungan maupun


proses penyembuhan

KOMUNIKASI :
 Komunikasi yang baik  indikator pelayanan kesehatan
yang bermutu
 Komunikasi kurang baik  ketidakpuasan pasien &
keluarga
KOMUNIKASI YANG BAIK
• Membina hubungan yang baik
• Memberikan value bagi orang lain
• Mengurangi rasa terisolasi
• Mengekspresikan perasaan
• Mengurangi ketidakpastian
• Mendiskusikan permasalahan
Pertukaran informasi antara dua orang atau lebih
yang dapat dilakukan dengan verbal maupun non
verbal
PASIEN KANKER/KRONIS LAIN

Metode perawatan dan pengobatan yang lebih khusus

pendampingan, perawatan dan pengobatan agar mengurangi


perasaan cemas dan takut melalui komunikasi yaitu
Komunikasi Terapeutik.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK

adalah modalitas dasar intervensi utama yang terdiri


atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan
untuk membentuk hubungan antara perawat dan
pasien dalam pemenuhan kebutuhan

Sangat penting dalam kelancaran pelayanan


kesehatan yang dilakukan perawat untuk
mengetahui apa yang dirasakan dan diinginkan
pasien.
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Mengembangkan pribadi pasien kearah yang lebih positif atau


adaptif meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan
diri.
 Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan
dalam diri pasien.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal dan saling


bergantung dengan orang lain.
 pasien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
 Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima pasien
apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan
pasien dalam membina hubungan saling percaya .
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
 Terkadang pasien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu
tinggi tanpa mengukur kemampuannya.

4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.


 Identitas personal  status, peran, dan jenis kelamin.
 Pasien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah.

membantu pasien meningkatkan integritas dan identitas diri yang jelas.


KARAKTERISTIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Sikap terbuka dan jujur/apa adanya (genuine).


 Sikap ini menuntut adanya sikap sadar diri (self-
awareness), penerimaan diri (self-acceptace) dan
kemampuan untuk meng-ekspresikan diri (self-expression)

2. Empati (Empathy)
 Kemampuan seseorang untuk memahami orang lain
seperti dia sendiri memahami dirinya tanpa adanya praduga
ataupun sikap menilai orang lain.
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI
TERAPEUTIK

3. Kehangatan ( Warmth)
 Suasana hangat akan mendorong pasien untuk
mengekspresikan ide ide dan menuangkannya dalam
bentuk perbuatan tanpa rasa takut
 Ditunjukkan melalui sikap kasih sayang, penerimaan,
respek dan “kehangatan” terhadap individu lain.
 Mengasihi seseorang (willed love) tidaklah sama dengan
menyukai atau menyetujui perilaku seseorang
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Menciptakan tumbuhnya hubungan saling
percaya antara perawat dengan pasien/
keluarga
 harus dicapai terlebih dahulu
 kunci dari komunikasi terapeutik.

2. Hubungan perawat dengan pasien adalah


hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan  interpersonal yang
bermartabat
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
3. Perawat harus menghargai pasien dengan
memahami perasaan dan perilaku pasien dengan
melihat perbedaan latar belakang secara holistik
(bio-psiko-sosio-kulturo dan spiritual)

4. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat


menjaga harga diri pemberi maupun penerima
pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri pasien
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Mendengarkan (lestening) :
– Berikan kesempatan lebih banyak pada pasien untuk
berbicara, maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
– Luangkan waktu untuk bisa mendengarkan
– Berikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong
pembicaraan pasien

2. Bertanya  open question


Mendorong pasien untukmengungkapkan pikiran atau
perasaannya
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

3. Penerimaan
menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan, ketidakraguan dan
tidak menilai. Penerimaan bukan berarti
persetujuan.

4. Mengulangi (restating)
 mengulang pokok pikiran pasien untuk menguatkan
ungkapan pasien dan memberi indikasi perawat
mengikuti pembicaraan atau memperhatikan pasien
dan mengharapkan komunikasi berlanjut
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPETIK

5. Klarifikasi (clarification)
 Penjelasan kembali ke ide atau pikiran pasien yang tidak jelas.
Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian
terhadap perasaan pasien sangat penting dalam memahami pasien.

6. Refleksi ( reflection )
 mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi
pembicaraan kepada pasien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi
pengertian perawat tentang apa yang diucapkan pasien dan
menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap pasien
 Refleksi menganjurkan pasien untuk mengungkapkan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
7. Memfokuskan (focusing)
 bertujuan memberikan kesempatan kepada pasien untuk membahas
masalah inti dan mengarahkan komunikasi pasien pada pencapaian
tujuan

8. Diam ( silence )
 memberikan kesempatan pada pasien sebelum menjawab pertanyaan
perawat

9. Memberikan Informasi ( informing )


 Informasi tambahan yang diberikan pada pasien harus dapat memberikan
pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang masalah yang
dihadapi pasien serta membantu dalam memberikan alternatif
pemecahan masalah
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

10. Menyimpulkan (summerizing)


 teknik komunikasi yang membantu pasien mengeksporasi point penting
dari interaksi perawat-pasien.
 Teknik ini membantu perawat dan pasien untuk memiliki pikiran dan ide
yang sama saat mengakhiri pertemuan.

11. Mengubah Cara Pandang (reframing)


 memberikan cara pandang lain sehingga pasien tidak melihat sesuatu atau
masalah dari aspek negatifnya saja
 memungkinkan pasien untuk membuat perencanaan yang lebih baik
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

12. Eksplorasi
 menggali lebih dalam masalah yang dialami klien
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
13. Membagi Persepsi (Sharing perception)
 meminta pendapat pasien tentang hal yang perawat rasakan atau
pikirkan.
 digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan
antara respons verbal atau respons nonverbal dari pasien.

14. Identifikasi tema


 Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting.
 teknik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan
pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan pasien

15. Menganjurkan untuk melanjutkan pembicaraan

16. Humor
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

17. Memberikan Pujian (reinforcement)


 berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku pasien
 Reinforcement bisa diungkapkan secara verbal ataupun nonverbal.

18. Menawarkan Diri

19. Memberikan Penghargaan


 Memberi salam pada pasien dan keluarga dengan menyebut namanya

20. Asertif
 kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.
KOMUNIKASI KHUSUS
PADA KANKER/ PENYAKIT KRONIK LAIN

Mengalami ketidakmampuan dalam


mengendalikan kondisi termasuk dalam berkomunikasi

harus memperhatikan reaksi pasien, sehingga mudah


bagi dokter/ perawat dalam melakukan komunikasi yang
efektif sesuai reaksi emosional yang dialami pasien.
( denial, anger, bergaining, depression, acceptance)

sangat penting agar dapat dilakukan tindakan


yang tepat pada waktu yang tepat pula.
1. Fase Denial ( pengingkaran)
 Reaksi pertama pasien ketika mengetahui kanker adalah syok. Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kanker itu terjadi dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “.
 Bagi pasien atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus
menerus mencari informasi tambahan.
 Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam waktu beberapa menit
sampai beberapa tahun.

Teknik komunikasi:
a) Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif
dalam menghadapi perjalanan sakitnya sampai menuju kematian
b) Selalu berada di dekat pasien
c) Pertahankan kontak mata
2. Fase anger ( marah )
 Pasien menunjukkan perasaan marah yang sering
diproyeksikan kepada orang di sekitarnya, bahkan
ditunjukkan pada dirinya sendiri.
 Menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak
betul
 Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain,
muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
menggepai.

Teknik komunikasi adalah:


a) Memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya dengan mendengar dan
menggunakan teknik respek
3. Fase bargaining ( tawar menawar )
 Apabila pasien sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar
 Respon ini sering dinyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya akan selalu berdoa “ .

Teknik komunikasi yang di gunakan adalah :


a) Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada
pasien apa yang di ingnkan
4. Fase depression
 Pasien sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai
pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan
ungkapan yang menyatakan keputus-asaan, perasaan tidak
berharga.
 Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak
makan, susah tidur, l etih, dorongan libugomenurun

Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:


 Jangan mencoba menenangkan pasien dan biarkan pasien
dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5. Fase acceptance ( penerimaan ):
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan.
Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata
kata
“apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh?”

Teknik komunikasi
a) Meluangkan waktu untuk pasien dan sediakan
waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga
terhadap kematian pasien
Breaking Bad News
=
Penyampaian Berita Buruk

• Berita buruk : Berita yang mengubah secara


drastis pandangan seseorang akan masa
depannya kearah lebih buruk.
• Erat kaitannya dengan diagnosis dan
prognosis pasien

31
KASUS
Wanita, 40 th dengan Ca Mamma D T4N1Mx +
metastase paru D
Pasien ingin tahu kondisi sakitnya dengan
pertanyaan

“Menurut dokter, saya tinggal berapa lama?”


 “Apakah yang anda maksud berapa lama
tinggal di rumah sakit, atau apakah anda ingin
tahu berapa lama bertahan hidup?”

BERIKAN INFORMASI SESUAI YANG DITANYAKAN


DENGAN DASAR DATA PEMERIKSAAN YANG ADA
HINDARI MEMBERIKAN BATASAN WAKTU /USIA
SECARA DETAIL
SELALU BERHARAP UNTUK YANG TERBAIK, TETAPI
HARUS SIAP UNTUK MENGHADAPI YANG TERBURUK
TIDAK MEMATIKAN HARAPAN DAN TIDAK
MEMBERIKAN HARAPAN PALSU
• Informasi yang mana yang diterima?
– Pengertian penyakit
– Perkiraan harapan/tujuan
– Perhatian / kekuatiran/ ketakutan
– Faktor Kultur / Spiritual yang mungkin mempengaruhi
pendekatan individu terhadap penyakitnya /proses
kematian/komunikasi
– Mikro (keluarga) vs Macro (budaya)
Hindari
• Menghalangi / interupsi Pasien yang sedang
bicara
• Jangan cepat memberi pendapat, penilaian 
bukan nasehat
• Bicara tanpa arah
• Wawancara terlalu lama ( cukup ½ - 1 jam)
•  bila perlu dilakukan 3-4 kali pertemuan
PENYAMPAIAN INFORMASI SEBAIKNYA
SEDINI MUNGKIN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN :

1. KONDISI FISIK PASIEN  RASA NYERI


2. KONDISI PSIKOLOGIS PASIEN
3. KONSENTRASI, DAYA INGAT DAN KESADARAN
PASIEN AKIBAT GANGGUAN PADA OTAK.
4. FAKTOR BUDAYA

PASIEN MASIH MEMILIKI KAPASITAS UNTUK


MEMBUAT KEPUTUSAN
DAN TIDAK TERTUNDA HINGGA KONDISI YANG
MEMBURUK
Mengapa kadang sulit
menyampaikan berita buruk?

• Perasaan kurang nyaman dan


persepsi dokter akan kematian
• Ketidaksiapan & kekhawatiran dokter
terhadap dampak pasien.
• Permintaan Keluarga
(kolusi)

37
Tujuan :
• Memelihara kepercayaan  pendampingan
efektif
• Mengurangi ketidakpastian  merencanakan
masa depan
• Mencegah harapan yang tidak sesuai  lebih
realistis & bukan harapan palsu
• Menyediakan penyesuaian diri yang sesuai
sehingga dapat membuat keputusan-keputusan
• Mencegah “gerakan tutup mulut”

38
PROTOKOL DALAM BREAKING BAD NEWS
Non Disclosure

• Tradisional, khusus kanker


• Diagnosa disampaikan kepada keluarga
• Asumsi: Pasien perlu dilindungi dari berita buruk,
pasien tidak ingin tahu berita buruk tentang dirinya.
• Tidak dianjurkan  menghilangkan hak otonomi
pasien, menghalangi “saling mendukung”, merusak
relationship dokter-pasien.
40
Full Disclosure

• Informasi penuh diberikan ke pasien segera setelah


dokter mengetahui diagnosis.
• Asumsi: pasien berhak mendapat informasi penuh
tentang penyakitnya.
• Tidak dianjurkan  Model Paternalistik: tidak
memperhitungkan keinginan pasien akan jumlah dan
kapan saatnya informasi diberikan.
Blackhall et al: Terdapat perbedaan keinginan
mengetahui diagnosis pada kultur yang berbeda.

41
Individual disclosure

• Jumlah dan waktu penyampaian sesuai keinginan


dan kebutuhan pasien.
• Dianjurkan o.k:
- Jumlah informasi yang diinginkan dan metode
coping berbeda pada setiap orang
- Butuh waktu untuk menyerap dan menyesuaikan
diri terhadap berita buruk.
- Pengambilan keputusan berdasarkan kerja sama
dokter-pasien. 42
REAKSI TERHADAP PENYAMPAIAN
BERITA BURUK

• MENERIMA
• DISTRESS
• DENIAL
• HARAPAN YANG TIDAK
REALISTIK
• KOLUSI
Komunikasi dengan caregiver

Disediakan log-book yang memuat :


• Catatan tentang tujuan perawatan
• Pilihan-pilihan dalam pengobatan
• Apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat
• Apa yang boleh/tidak boleh dilakukan
• Informasi tentang cara-cara menghubungi dokter
• Waspadai terjadinya “Burn Out”  manajemen
stress untuk membantu menghadapi pasien
“Mengurangi penderitaan adalah menjadi hal yang sangat
penting dalam setiap layanan kesehatan ketika usaha
untuk mencapai kesembuhan tidak lagi memungkinkan.

Hal tersebut sangat diharapkan oleh pasien dan keluarganya


dan mereka memiliki hak untuk mengharapkannya.

Oleh karena itu, setiap tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab


untuk menyediakannya bila indikasi ditemukan”

(Derek Doyle, 1999)


TERIMA KASIH

SUSI ERNAWATI
0811379737

Anda mungkin juga menyukai