1. laili nirazizah
3. Ammatul firdausa
5. Elvi Luthfiyah
7. Arnisa Firdinanti
PRODI D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami sebagai penulis ingin menyampaikan
salam yang penuh kebaikan kepada kita semua.
Makalah ini telah disusun dengan maksud untuk memperluas dan berbagi pengetahuan
tentang konsep yang penting dalam praktik keperawatan, yaitu komunikasi terapeutik. Sebagai
mahasiswa atau mahasiswi keperawatan, kami sangat mengakui betapa pentingnya memahami dan
menerapkan komunikasi terapeutik dalam berinteraksi dengan pasien. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi teman-teman sejawat, terutama mereka yang
berkecimpung di bidang kesehatan.
Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat yang positif dalam meningkatkan pemahaman
dan keterampilan komunikasi terapeutik bagi para pembaca. Kami selalu mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Untuk mengakhiri, kami berharap tulisan ini dapat bermanfaat dan mencapai tujuan
pendidikan serta meningkatkan kualitas praktik keperawatan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1 Menurut (Suhaila et al., 2017) Komunikasi terapeutik adalah komunikasiyang direncanakan
secara sadar, bertujuan, kegiatannya difokuskan pada kesembuhan pasien, perawat yang memiliki
ketrampilan berkomunikasi tidak mudah untuk menjalin hubungan rasa percaya dengan pasien,
juga mencegah terjadinya masalah illegal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit.
1. Realisasi Diri
Seorang perawat saat menghadapi pasiennya harus melakukan realisasi diri. Artinya,
seorang perawat haruslah melihat dirinyaalias bercermin terlebih dahulu apa yang ia
miliki dan apa yang tidak ia miliki. Dengan begitu, maka ia dapat memahami apa yang
Dimiliki dan apa yang tidak dimiliki oleh pasiennya. Di sinilah komunikasi terapeutik
dapat berjalan antara pasien dengan perawat dengan baik dan benar.
2. Penerimaan
Salin menerima dari apa yang sedang dialami adalah kunci dalam komunikasi terapeutik.
Dalam hal ini sama halnya dengan saling berkomunikasi dengan rasa dan logika sesuai
dengan realita yang ada. Penerimaan ini bisa secara fisik maupun mental, baik materil
maupun non materil.
3. Penghormatan
Kehormatan pada seorang individu adalah hal yang sangat penting, sehingga dengan
demikian seorang individu wajar saja kalau seorang individu ingin mempertahankan
kehormatannya dengan berbagai cara. Hal ini bisa saja dipertahankan dengan cara
menjaga kehormatannya dengan menjaga nama baik mereka menggunakan prestasi dan
martabat. Sama halnya dengan pasien yang juga memiliki kehormatan tersendiri. Jadi,
seorang perawat, Jangan sekalipun memandang remeh seorang pasien walaupun mereka
sedang mengalami sakit pada jiwanya. Karena mereka Juga manusia.
4. Perubahan
Komunikasi terapeutik dilakukan dengan tujuan bahwa adanya Perubahan dalam diri
individu setelah melakukan proses komunikasi. Tentunya perubahan tersebut diharapkan
merupakan perubahan yang lebih baik. Dengan kata lain, setelah seorang pasien
melakukan proses komunikasi terapeutik dengan Perawatnya, diharapkan pasien dapat
menjadi seorang pribadi yang lebih baik lagi dengan kelebihan dan
kekuarangannya.pasien yang tadinya merasa selalu rendah diri, maka ia dapat Menjadi
percaya diri. Pasien yang suka dengan narkoba, maka ia
Bisa menjauhi narkoba secara perlahan. Dan masih banyak lagi Perubahan yang lebih
baik lagi yang bisa dirasakan setelah Komunikasi terapeutik.
5. Keterbukaan
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik, maka seorang Pasien dapat belajar dan
memahami bagaimana menerima dan diterima oleh individu lain. Komunikasi terapeutik
ini jenis komunikasi yang terbuka alias harus adanya keterbukaan antara pasien dengan
perawat. Komunikasi terbuka ini bisa didasari dengan kejujuran dan penerimaan secara
tulus. Tentunya juga diperlukan adanya kepercayaan antara pasien dengan perawat agar
dapat saling terbuka.
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan
klien. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat
mengetahui perasaan klien. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
Menurut Varcarolis dalam Nurjannah I (2001), dengan mendengarkan akan menciptakan situasi
interpersonal dalam keterlibatan maksimal yang dianggap aman dan membuat klien merasa bebas.
Pencapaian hasil untuk mendapatkan kondisi riil dari klien akan lebih maksimal dan memudahkan
perawat dalam menentukan intervensi yang tepat. Untuk itu diperlukan konsentrasi yang maksimal
dan terlibat secara aktif dalam memersepsikan pesan orang lain dengan menggunakan semua indra.
Seluruh gerak gerik yang ditampilkan dan seluruh ucapan yang diutarakan menjadikan rujukan
dalam memersepsikan isi pesan tersebut. Hal ini dikarenakan mendengarkan
2.4 Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
a.Fase prainteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas perawat
pada fase ini yaitu:
1) Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasan itu;
2) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan
terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai teraleutik bagi klien, jika
merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok;
3) Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana
interaksi;
4) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di
implementasikan saat bertemu dengan klien.
b. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu
dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan der gan klien dan merupakan langkah
awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah
memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien
dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain:
fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai agar
tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan kegiatan pada
fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan
2.5 Hambatan teknis Adalah hambatan berupa keterbatasan fasilitas serta peralatan
komunikasi.
Contohnya, perkembangan teknologi yang kurang merata, dan kerusakan alat komunikasi. Baca
juga: Gangguan Teknis, Semantik, dan Psikologis dalam Proses Komunikasi Hambatan semantik
Adalah hambatan komunikasi dalam konteks penyampaian pesan secara efektif. Semantik lebih
mengarah pada pengungkapan suatu hal lewat bahasa dan kata-kata. Dalam proses komunikasi,
hambatan semantik diartikan sebagai penafsiran yang keliru atau kesalahpahaman dalam
menangkap sebuah makna yang dikirimkan oleh komunikator atau komunikan. Hambatan
manusiawi Adalah hambatan yang disebabkan oleh berbagai faktor manusia, seperti emosi,
prangsangka pribadi, persepsi, ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan, dan lain
sebagainya.
Mengutip jurnal Hambatan Komunikasi dan Stres Orangtua Siswa Tunarungu di Sekolah
Dasar (2019) karya Indah Damayanti dan Sri Hadiati Purnamasari, hambatan komunikasi bisa
dibagi menjadi lima, yakni: Hambatan dari pengirim pesan Contohnya, pesan yang dikirimkan
komunikator dirasa belum jelas menurut komunikan. Hambatan dalam penyandian atau simbol
Contohnya, penggunaan bahasa yang terlalu sulit, kata-kata ambigu, serta pemaknaan simbol yang
berbeda antara komunikator dan komunikan. Hambatan media Contohnya, gangguan sinyal radio
sehingga suara terputus-putus dan pendengar tidak bisa menyimak informasi yang disampaikan.
Hambatan dalam bahasa sandi Contohnya, komunikan memaknai pesan atau informasi yang
diterimanya berbeda dengan konteks sebenarnya yang disampaikan komunikator. Hambatan dari
penerima pesan Contohnya, komunikan kurang memperhatikan dan mendengarkan pesan yang
dikirim komunikator, serta komunikan menanggapi pesannya dengan keliru tanpa berupaya mencari
informasi lebih lanjut.
2.6 Pengkajian data dasar dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik, psikologi serta data penunjang adalah pemeriksaan laboratorium.
Validasi data dilakukan dengan data objektif dan subjektif. Data subjektif adalah deskripsi
verbal klien mengenai masalah kesehatannya sedangkan data objektif adalah hasil observasi
pengukuran berdasarkan standard yang telah diketahui dari status klien. Masalah yang dihadapi
pasien diidentifikasi dengan membandingkan keadaan klien dengan keadaan normal. Setelah data
dikumpulkan, divalidasi selanjutnya dilakukan identifikasi pola/masalah. Melalui identifikasi
masalah dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan dan penyebabnya yang dapat
diselesaikan melalui tindakan keperawatan, analisis datasebagai data dasar untuk menegakkan
diagnosis keperawatan.
Tujuan pengkajian adalah menyusun data dasar. Data yang dikumpulkan berguna untuk
menentukan aktivitas keperawatan dan juga sebagai sumber data bagi profesi yang lain. Pertukaran
data antar profesi sangat penting dalam peningkatan kualitas dan keabsahan pelayanan kesehatan
Perawat sering mengutamakan pengkajian fisiologis dan mengabaikan fsikologis, sosiobudaya,
perkembangan, spiritual dan interaksi. Dari kelima area pengkajian tersebut sangat diperlukan
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan klien serta dalam membantu klien mencapai
tingkat kesehatan yang optimal (Keliat, 2002). Proses keperawatan adalah metode ilmiahdan
sistematik untuk menyelesaikanmasalah klien melalui kerjasama antaraperawat dan klien dengan
tahapan-tahapan pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, implementasidan evaluasi.
2.7 Selama tahap diagnosa keperawatan, perawat menggunakan komunikasi untuk menyatu
dengan pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan lainnya dalam rangka mengidentifikasi
kebutuhan kesehatan dan menentukan prioritas dari tindakan keperaatan.Pengkajian adalah
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy (1995, dalam
Dermawan, 2012).Diagnosis keperawatan adalah proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman atau tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan aktual, potensial, dan proses kehidupan. Intervensi keperawatan atau
perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal
yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan
keperawatan.Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam
rencana keperawatan.
2.8 Penyelesaian
fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai
agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan kegiatan
pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan
Komunikasi Pada tahap Perencanaan
Pada tahap ini, tugas perawat adalah merumuskan tujuan keperawatan dan menetapkan kriteria
keberhasilan, merencanakan asuhan keperawatan, dan tindakan keperawatan maupun tindakan
kolaboratif yang akan dilakukan. Komunikasi yang penting dilakukan perawat pada fase ini adalah
mendiskusikan kembali rencana yang sudah disusun perawat dan bersama klien menentukan
kriteria keberhasilan yang akan dicapai. Dalam fase ini, keterlibatan keluarga juga penting
kaitannya dengan peran serta keluarga dalam perawatan klien. Rencana asuhan keperawatan
selanjutnya ditulis atau didokumentasikan dalam status klien sebagai bentuk tanggung jawab
profesional dan memudahkan komunikasi antar tim kesehatan untuk asuhan
Hal tersebut dilakukan untuk memberikan penanganan yang adekuat dan maksimal
kepada klien. Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi dengan pasien karena perawat
akan menggunakan seluruh kemampuan dalam komunikasi pada saat menjelaskan tindakan tertentu,
memberikan pendidikan kesehatan, memberikan konseling, menguatkan sistem pendukung,
membantu meningkatkan kemampuan koping, dan sebagainya. Perawat menggunakan komunikasi
verbal ataupun nonverbal selama melakukan tindakan keperawatan untuk mengetahui respons
pasien secara langsung (yang diucapkan) ataupun yang tidak diucapkan. Semua aktivitas
keperawatan/ tindakan harus didokumentasikan secara tertulis untuk dikomunikasikan kepada tim
kesehatan lain, mengidentifikasi rencana tindak lanjut, dan aspek legal dalam asuhan keperawatan.
“Tadi sudah saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan saya lakukan adalah melakukan
relaksasi nafas dalam. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri pada pasien. Nanti saya akan
mengajarkan pada bapak untuk pelaksanaannya. Apakah bapak sudah siap?”
Pada saat melakukan tindakan keperawatan, perawat menggunakan komun verbal dan perawat
harus menunjukkan sikap terapeutik secara fisik sel
Berkomunikasi, yaitu:
1 ekspresi wajah menyenangkan tanpa ikhlas
2 mendekat dan membungkuk ke arah klien
3 mempertahankan kelopak mata yang menunjukkan kesungguhan untuk
membantu
4 sikap terbuka tidak melihat tangan atau kaki saat interaksi terjadi
5 rileks
ketidakberhasilan tindakan yang dilakukan, serta bersama klien merencanakan tindak lanjut asuhan
keperawatannya. Jika belum berhasil, perawat dapat mendiskusikan kembali dengan klien apa yang
diharapkan dan bagaimana peran serta/keterlibatan klien atau keluarga dalam mencapai tujuan dan
rencana baru asuhan keperawatan klien.
Pada setiap fase dalam proses perawatan, perawat harus menggunakan teknik- teknik komunikasi
terapeutik dan menggunakan fase-fase berhubungan terapeutik perawat-klien, mulai fase orientasi,
fase kerja, dan fase terminasi. Untuk tahap prainteraksi, Anda dapat melakukan dengan cara
melakukan persiapan dengan membuat strategi pelaksanaan (SP)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh klient sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31586680/MAKALAH_KOMUNIKASI_TERAPEUTIK
https://www.academia.edu/49247249/Penerapan_Komunikasi_Terapeutik_pada_Setiap_Tahap_Pros
es_Keperawatan
https://www.sehatq.com/artikel/ragam-teknik-komunikasi-terapeutik-untuk-mendukung-kesembuh
an-pasien
https://id.scribd.com/presentation/362847311/Komunikasi-Pada-Tahap-Proses-Keperawatan
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/28/110000869/hambatan-komunikasi--pengertian-serta
-bentuk-hambatannya#:~:text=Setidaknya%20ada%203%20bentuk%20hambatan,proses%20komun
ikasi%20menjadi%20tidak%20efektif
https://repository.stikes-yrsds.ac.id/id/eprint/324/4/BAB%2011%20%20TINJAUAN%20PUSTAKA.
pdf
https://www.canva.com/design/DAFufr-_Bko/fUfxRAlVTFsZgiOS1WiSzQ/edit?utm_content=DA
Fufr-_Bko&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/28/110000869/hambatan-komunikasi--pengertian-serta
-bentuk-hambatannya