Anda di halaman 1dari 12

Nama : Sunardi

NIM : 2019.C.11a.1029

Kelas : S1 Keperawatan Tingkat 2A


Mata Kuliah : Komunikasi Dalam Keperawatan II
Dosen : Sarah H Rintuh,MPd

Resume Pertemuan 1 dan 2


1. Konsep Komunikasi Teraupeutik

Komunikasi merupakan faktor penting bagi perawat dalam melakukan asuhan


keperawatan dengan klien. Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin berkualitas
pula asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien karena komunikasi yang baik dapat
membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja
mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, tapi juga dapat menumbuhkan
sikap empati dan caring, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan bahkan dapat meningkatkan citra profesi
keperawatan serta citra rumah sakit.Komunikasi dalam praktik keperawatan dapat
menjadi elemen terapi. Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik
akan mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien dan memberikan
kepuasan serta meningkatkan citra profesi keperawatan.
2. Definisi Komunikasi Terapeutik
Secara ringkas definisi komunikasi terapeutik sebagai berikut.Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang dilakukan
secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh
pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien serta
memperbaiki pengalaman emosional klien yang pada akhirnya mencapai
kesembuhan klien.
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Berdasarkan definisi komunikasi terapeutik, berikut ini tujuan dari komunikasi


terapeutik.
a. Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban perasaan dan
pikiran.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.
c. Memperbaiki pengalaman emosional klien.
d. Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.
4. Kegunaan Komuniksi Terapeutik
a. Merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan
b. Mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien.
c. Mengetahui keberhasilan tindakan kesehatan yang telah dilakukan.
d. Sebagai tolok ukur kepuasan pasien.
e. Sebagai tolok ukur komplain tindakan dan rehabilitasi.
5. Komunikasi Sebegai Elemen Terapi

Komunikasi sebagai elemen terapi sangat nyata sekali dilakukan dalam


perawatan pada pasien yang mengalami masalah psikososial atau mengalami
gangguan jiwa. Untuk mengubah dan membantu proses adaptasi pasien gangguan
jiwa, satu-satunya alat kerja yang efektif untuk mencapai kesembuhan pasien adalah
komunikasi yang dilakukan perawat. Komunikasi yang dilakukan perawat, baik
verbal maupun nonverbal, dapat memberikan kesembuhan buat klien.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

Berhasilnya pencapaian tujuan dari suatu komunikasi sangat tergantung dari


faktor-faktor memengaruhi sebagai berikut.
a. Spesifikasi tujuan komunikasi
b. Lingkungan nyaman
c. Privasi (terpeliharanya privasi kedua belah pihak)
d. Percaya diri
e. Berfokus kepada klien
f. Stimulus yang optimal
g. Mempertahankann jarak personal

7. Prinsip dasar dalam komunikasi terapeutik


a. Komunikasi berorientasi pada proses percepatan kesembuhan
Saat berkomunikasi dengan klien,maka semua percakapan berorientasi
bagaimana percakapan ini bisa mendukung perawat untuk mendapatkan yang
berharga dalam menentukan sikap dan tindakan. Klien merasa diajak mendiskusikan
masalah kesehatan yang dihadapinya akan merasa terayomi dan merasa mendapat
perhatian yang penuh dari perawat sehingga bisa menurunkan kecemasannya akibat
penyakit yang diderita.
Komunikasi yang terjadi antara perawat dan klien merupakan komunikasi
yang mengarah pada penemuan masalah keperawatan melalui pengkajian sampai
pada evaluasi darihasil tindakan yang dilakukan oleh perawat. Oleh karena itu
perawat harus menghindarkan diri dari kebuntuan komunikasi terapeutik antara lain
resisten,transferens,kontratransferens dan pelanggaran batas.
b. Komunikasi terstruktur dan direncanakan
Perawat yang akan melakukan komunikasi dengan klien sudah merencanakan
cara-cara yang akan dilakukan atau hal-hal yang akan dikomunikasikan kepada klien.
Perawat harus mempersiapkan materi yang akan disampaikan dengan matang,bila
perlu membuka buku tentang apa yang akan disampaikan dengan matang. Untuk itu
dibutuhkan strategi pelaksanaan komunikasi yg baik. Strategi pelaksanaan
komunikasi merupakan pendamping saat berkomunikasi dengan klien. Dengan
strategi ini akan menuntun dan memberi petunjuk serta mengarahkan perkataan apa
saja yang akan disampaikan kepada klien. Hal ini akan menghindari bias saat
berkomunikasi.
c. Komunikasi terjadi dalam konteks Topik, Ruang dan waktu
Saat berkomunikasi perawat harus memilih topik yang dibutuhkan klien sesuai
dengan keluhan yang dirasakan atau masalah klien. Perlu diperhatikan bahwa klien
itu unik karena perbedaannya,oleh karena itu perawat harus mampu beradaptasi
dengan keunikannya.
Menghadapi klien satu dengan lainnya tentunya tidak sama,baik topik maupun
cara berhubungan atau berkomunikasi sehingga perawat harus memperhatikan dari
sisi dimensi isi dan hubungan.Perawat harus memprediksi dan menentukan isi pesan
apa yang akan disampaikan.Isi pesan yang akan disampaikan harus dapat
memberikan efek terapeutik bagi klien. Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh
pihak komunikan baik secara verbal dan non verbal harus disesuaikan dengan tempat
dimana proses komunikasi itu berlangsung kepada siapa pesan itu disampaikan dan
kapan komunikasi itu berlangsung.
Perawat harus membuat kontrak pertemuan dengan klien terutama kapan dan
dimana pertemuan tsb dilaksanakan sehingga diharapkan komunikasi yang
berlansung sesuai dengan waktu yg ditentukan dan materi/ topik yang akan
dibicarakan atau disampaikan sesuai dengan tempat yang telah disepakati. Hal ini
akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat dan akan meningkatkan
hubungan saling percaya klien dan perawat.
d. Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman klien
Tingkat retensi atas pengetahuan yang diterima peserta komunikasi memberikan
gambaran seberapa jauh pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh peserta
komunikasi. Harapan kerangka pengalaman kedua belah pihak memiliki kemiripan
yaitu agar tujuan penyampaian pesan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu
seseorang yang akan menyampaikan pesan perlu melihat hal – hal berikut ini :
a. Latar belakang budaya
b. Bahasa
c. Agama
d. Tingkat pendidikan
e. Kemampuan kognitif
f. Kondisi psikologis dari lawan bicara
e. Komunikasi memerlukan keterlibatan maksimal dari klien dan keluarga
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya,nilai adat , pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tsb. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Dalam proses komunikasi antara perawat dan klien/ keluarga akan terjadi
proses transformasi, ada diskusi yang saling mengisi dan menerima, untuk itu
perawat harus memperhatikan latar belakang yg dipunyai klien/ keluarga tsb agar
pesan yang disampaikan mampu memberikan efek terapeutik bagi klien/ keluarga.
Dalam proses diskusi tsb harus ada keputusan yang disepakati, baik menolak
maupun menerima, yg dituangkan dalam Informed Consent. Perawat haarus
mengarahkan pesan tsb pada kondisi pesan bersifat Coercion yaitu pesan yang
bersifat instruksi yang mengikat, namun tetap harus memperhatikan kapasitas dan
kemampuan dari klien/keluarga .
Harapan dari instruksi yang mengikat tsb adalah supaya klien mengikuti pesan
tsb , karena pesan itu memang harus diikuti oleh klien/ keluarga dalam upaya
mempercepat proses proses penyembuhan. Untuk itu perawat harus menampilkan
kesungguhan dari perawat dimana pesan verbal sesuai dengan pesan non verbal
atau pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien.
f. Keluhan utama sebagai pijakan pertama dalam komunikasi
Keakuratan perawat untuk menentukan sikap dan tindakan pada klien
tergantung pada pernyataan klien atas keluhan yang disampaikan. Keluhan yang
sangat dirasakan ( keluhan utama) merupakan kata – kata yang pertama terucap
dari klien, dengan harapan keluhan itu yang didahulukan untuk diselesaikan.
Perawat dengan tanggap melakukan penelusuran atas keluhan yang disampaikan
dengan mengkaitkan data tambahan melalui rujukan-rujukan yang telah dipelajari
sebelum menentukan sikap dan tindakan tsb.Keluhan utama tsb merupakan kata
kunci dalam menggali masalah keperawatan.
Konsep Triple N ( Nanda,NIC dan NOC) merupakan aplikasi bagaimana
pentingnya keluhan utama dalam menentukan diagnosis keperawatan, rencana
tindakan , dan kriteria evaluasi yang dilaksanakan bersama – sama untuk
memperoleh gambaran yang signifikan dalam pelaksanaan proses keperawatan.
Kesamaan diagnosis, intervensi dan implementasi akan sangat terlihat apabila
Perawat menggunakan keluhan utama sebagai pijakan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan. Melalui penelusuran yang diawali dari keluhan utama dan
selanjutnya perawat melaksanakan penelusuran dengan melihat kelompok
diagnosis keperawatan yang ada hubungannya dengan keluhan utama tsb yg
selanjutnya melakukan konfrontasi dengan data tambahan yang menyertai keluhan
utama tsb sehingga ditentukan diagnosis keperawatan. Sebelum melaksanakan
tindakan keperawatan perlu kiranya untuk melihat pengelompokkan dari kriteria
hasil yg dijadikan rujukan dalam menentukan rencana tindakan keperawatan.
g. Menurut Carl Rogers (1961), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
meliputi:
1) Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self awareness) yang berarti
memahami nilai-nilai yang di anut
2) Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya
dan saling menghargai
3) Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun
mental
4) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas
berkembang tanpa rasa takut
5) Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan klien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya
sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi
6) Perawat harus mampu mengontrol perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan emosional seperti perasaan gembira,
sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi
7) Perawat harus mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistensinya
8) Perawat harus mampu memahami arti empati dan menggunakannya
sebagai tindakan yang terapeutik, dan mampu memahami arti simpati
yang bukan sebagai tindakan terapeutik
9) Perawat harus mampu memahami bahwa kejujuran dan komunikasi
terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik
10) Perawat harus mampu menjadi role model agar dapat meyakinkan dan
sebagai contoh kepada orang lain tentang perilaku
11) Perawat harus mampu mengungkapkan perasaan dan menyatakan sikap
yang jelas
12) Perawat mampu memiliki sifat altruisme yang berarti menolong atau
membantu permasalahan klien tanpa mengharapkan imbalan apapun dari
klien
13) Perawat harus mampu mengambil keputusan berdasarkan prinsip
kesejahteraan manusia
14) Bertanggung jawab pada setiap sikap dan tindakan yang dilakukan
h. Hubungan Membantu ( Helping Relationship ).
Hubungan mempunyai arti sebagai interaksi antar individu selama suatu
periode tertentu.Hubungan membantu merupakan interaksi yang membentuk
suasana gerak individu- indididu yang bersangkutan dalam mencapai tujuan
bersama. Tujuan tersebut muncul karena adanya kebutuhan manusia.
Hubungan membantu terjalin antar banyak orang yang memberikan dan
menerima bantuan dalam upaya memenuhi kebutuhan masing-masing.Jika
Perawat dan klien berada dalam hubungan membantu maka Perawat akan
membantu klien tersebut untuk mencapai tujuan agar kebutuhan manusiawinya
terpenuhi. Hal ini dapat dikatakan bahwa Perawat adalah orang yang
membantu, sedangkan klien adalah orang yang dibantu.Hubungan membantu
antara Perawat dan klien ini disebut hubungan Perawat Klien.
a. Pengertian Helping Relationship

Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan sebuah pengalaman belajar


yang saling menguntungkan, pengalaman yang berdasarkan kemanusiaan antara
perawat dan klien dengan saling menghargai dan saling menerima perbedaan
sosial-budaya antara keduanya. Pada hubungan ini, perawat menggunakan dirinya
sendiri dan teknik komunikasi dalam asuhan keperawatan yang diberikannya untuk
merubah pola fikir dan perubahan perilaku pada klien.Helping relationship adalah
hubungan yang terjadi antara dua atau lebih individu maupun kelompok yang
saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi
kebutuhan dasar sepanjang kehidupan. Perawat adalah sebagai helper yang
berperan membantu klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia klien.
Resume Pertemuan 3
Self Awareness (kesadaran interpersonal dalam hubungan interpersonal):
Self-awareness (kesadaran diri), berkaitan dengan bagaiman membuat
konsep diri semakin jelas. Kesadaran diri memungkinkan untuk memahami
orang lain, bagaimana orang lain memandang kita dan tanggapan kita kepada
orang tersebut pada waktu tertentu. Dengan kesadaran diri seseorang dapat
bergerak lebih dekat untuk hidup berdasarkan nilai-nilai kita dan mewujudkan
semua impian itu dalam kehidupan nyata.
1. Kesadaran Diri
Helper yang efektif adalah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya?
Perawat adalah orang yang care akan kebutuhan pasien baik biologi,
psikologi dan sosiokultural dengan melihat rata-rata penampilan yang
dimilikinya. Perawat belajar tentang kecemasan, kemarahan, kesedihan
dan kegembiraan dalam membantu pasien terhadap kontinyu sehat dan
sakit.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perawat perlu menjawab
pertanyaan “siapa saya”. Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi
dan perilakunya secara pribadi maupun sebagai pemberi perawatan.
Kesadaran diri akan membuat perawat menerima perbedaan dan keunikan
klien.

Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model


keperawatan secara holistik meliputi komponen psikologik, fisik,
lingkungan dan pilosopi :
a. Komponen psikologi
Termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti.
b. Komponen fisik
Adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga
termasuk sensasi tubuh, gambaran diri dan potensial fisik.
c. Komponen lingkungan
Berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain,
dan pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam.
d. Komponen pilosopi
Adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa
tentang kehidupan dan kematian baik yang disadari maupun tidak
disadaritermasuk kemampuan superior, tetapi juga meliputi tanggung
jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata.
Kesemua komponen merupakan model yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesadaran diri dan perkembangan diri perawat dan pasien
untuk mengerti akan dirinya. Kesadaran diri dan perkembangan diri
perawat perlu ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik dapat
lebih efektif.
2. Eksplorasi Perasaan
Agar perawat dapat berperan efektif dan therapeutic, ia harus menganalisa
dirinya melalui eksplorasi perasaan. Seluruh prilaku dan pesan yang
disampaikan perawat ( verbal dan non verbal ) hendaknya bertujuan
therapeutic untuk klien.dengan mengenal dan menerima diri sendiri,
perawat akan mampu mengenal dan menerima keunikan klien.analisa
hubungan intim yang therapeutic antara perawat klien perlu dilakukan
untuk evaluasi perkembangan huibungan dan menentukan tehnik dan
keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien
dengan prinsip disini dan saat ini ( here and now )

Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang


muncul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain , dimana
eksplorasi perasaan membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif
secara komplit dan sikap yang sangat berpengaruh.ini menggambarkan
tentang ketidakbenaran. Objektif yang komplit dan sikap yang sangat
berpengaruh dijabarkan sebagai seseorang adalah tidak responsif,
kesalahan, mudah ditemui, tidak mengenai orang tertentu dimana mutu
hubungan therapeutic perawat sangat terbuka, sadar dan kontrol diri, akal,
perasaan dimana dapat membantu pasien.

Sebagai perawat, kita perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan kita dan
mengontrolnya agar kita dapat menggunakan diri kita secara therapeutic.
Jika perawat terbuka pada perasaannya maka ia akan mendapatkan dua
informasi penting, yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana
penampilannya pada klien sehingga pada saat berbicara dengan klien,
perawat harus menyadari responnya dan mengontrol
penampilannya.bagaimana perasaan perawat terhadap proses interaksi
berpengaruh terhadap respon dan penampilannya yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap perasaan klien ( Stuart, GW, 1998 )

Seorang perawat yang merasa cemas pada saat interaksi akan tampak pada
ekspresi wajah dan prilakunya. Kecemasan perawat ini akan membuat
klien merasa tidak nyaman dan karena adanya untuk pemindahan perasaan
( transfer feeling ) mungkin klien juga akan menjadi cemas dan hal ini
akan mempengaruhi interaksi secara keseluruhan.

Perasaan perawat merupakan tujuan penting dalam membantu


pasien.perasaan merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan
dengan orang lain,membantu orang lain.perawat akan menggunakan
perasaan-perasaanya, kurang memperhatikan kebutuhan pasien, tidak
menepati janji sehingga pasien mengalami kemunduran, distress sehingga
pasien tidak mau menemui, marah karena pasien banyak permintaan atau
manipulasi dan kekuatan karena pasien terlalu tergantung pada perawat.
Perawat harus terbuka akan perasaan pasien dan bagaimana perawat
mengerti akan pasien serta bagaimana pendekatan dengan pasien.
Perasaan perawat adalah petunjuk tentang kemungkinan nilai dari masalah
pasien.
3. Kemampuan Menjadi Model
Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat,
hubungan interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi
hubungannya dengan klien (Stuart dan Sundeen, 1987, h.102)
Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapat memisahkan
hubungan profesional dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin
pada asuhan kesehatan jiwa karena perawat memakai dirinya secara
terapeutik dalam menolong klien.
Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan
memuaskan kehidupan pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distres
atau pengingkaran dan memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang
sehat. Perawat diharapkan bertanggung jawab atas perilakunya, sadar akan
kelemahan dan kekurangannya.
Ciri perawat yang dapat menjadi role model
a. Puas akan hidupnya
b. Tidak didominasi oleh stress
c. Mampu kembangkan kemampuan
d. Adaptif
4. Panggilan Jiwa
Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang
lain? helper yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong
dengan cara mencintai dari manusia tersebut. Secara benar bahwa
seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan dan penyelesaian dari
kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan keseimbangan antara
kedua kebutuhan tersebut.
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri.
5. Etika dan Tanggung Jawab
Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa
kesadaran akan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat
umumnya menampilkan penguatan nilai hubungan perawat-klien dan
tanggung jawab dan pemberian pelayanan yang merupakan rujukan untuk
semua perawat dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan pasien
dan tanggung jawab sosial. Pilihan etik bertanggung jawab dalam
menentukan pertanggung jawaban, risiko, komitmen dan keadilan.

Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab


untuk merubah perilaku. Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan dan
kemampuan yang dimiliki. Juga dilakukan oleh anggota tim kesehatan,
perawat yang setiap waktu siap untuk menggali pengetahuan dan kemampuan
dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna
dipertanggung jawabkan.

Anda mungkin juga menyukai