Anda di halaman 1dari 40

PENERAPAN PSIKOSOSIAL DALAM

PRAKTEK KEPERAWATAN YANG BEKAITAN DENGAN


SEKSUALITAS

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PBDK

Dosen pembimbing

Ghulam Ahmad.Skp.,Mkep

Disusun oleh :

1. Asep Saepudin (C1AA19010)


2. Eva Erviani Sari (C1AA19034)
3. Nutria Ayuning Tyiyas(C1AA19078)
4. Ruslan Ramli (C1AA19090)
5. Vitka Febriani (C1AA19112)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA

SUKABUMI

2020
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat allah SWT, berkat dan rahmat-Nya,penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Praktek keperawatan yang berkaitan dengan
seksualitas. Makalah ini disusun untuk menunjang proses belajar mahasiswa, khususnya
untuk memenuhi tugas psikososial Budaya Dasar Kperawatan .

Isi makalah ini memuat tentang konsep seksualitas, dimensi seksualitas, sikap
terhadap kesehatan seksual, anatomi dan fisiologi seksual, perkembangan seksual, respon
seksual, bagaimana masalah yang berhubungan dengan seksualitas, tentang seksualitas dan
proses keperawatan

Dalam menulis makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis menerima saran dan masukan dengan lapang dada.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memenuhi tugas psikososial Budaya Dasar
Kperawatan dan memberikan nilai tambah serta manfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada
umumnya.

Sukabumi, Maret 2020

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.2Latar belakang
1.3Rumusan masalah
1.4Tujuan

BAB II PEMBAHASANAN

2.1 konsep seksualitas

2.2 dimensi seksualitas

2.3 sikap terhadap kesehatan seksualitas

2.4 Review anatomi dan fisiologi seksual

2.5 perkembangan seksual

2.6 Respon seksual

2.7 masalah yang berhubungan dengan seksualitas

2.8 seksualitas dan proses keperawatan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.Seksualitas di


definisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab,intim dari lubuk
hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri
manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan
sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan
fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan aspek yang sering di bicarakan dari
bagian personalitas total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai
kematian.

Banyak elemen-elemen yang terkait dengan keseimbangan seks dan


seksualitas. Elemen-elemen tersebut termasuk elemen biologis; yang terkait dengan
identitas dan peran gender berdasarkan ciri seks sekundernya dipandang dari aspek
biologis. Elemen sosiokultural, yang terkait dengan pandangan masyarakat akibat
pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan seksualitas yang dilakukan individu.
Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen perkembangan psikososial laki-laki
dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang
kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek psikososial. Termasuk tahapan
perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh individu berdasarkan gendernya.
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan seksualitas yang sehat yang berhubungan
dengan fungsi dan proses sistem reproduksi. Seksualitas dalam hal ini berkaitan erat
dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia dan
dampaknya bagi kehidupan fisik dan biologis manusia.

1.3 Rumusan Masalah


1. Jelaskan konsep tentang seksualitas !
2. Jelaskan tentang dimensi seksualitas !
3. Bagaimana sikap terhadap kesehatan seksual?
4. Jelaskan anatomi dan fisiologi seksual !
5. Jelaskan tentang perkembangan seksual !
6. Bagaimana respon seksual ?

1
2

7. Bagaimana masalah yang berhubungan dengan seksualitas?


8. Jelaskan tentang seksualitas dan proses keperawatan !

1.4 Manfaat dan Tujuan

1.Untuk mengetahui dan memahami konsep seksualitas

2. Untuk mengetahui dan memahami tentang dimensi seksualitas

3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sikap terhadap kesehatan seksual

4.Untuk mengetahui dan memahami bagaimana anatomi dan fisiologi seksual

5.Untuk mengetahui dan memahami tentang perkembangan seksual

6.Untuk mengetahui dan memahami bagaimana respon seksual

7.Untuk mengetahui dan memahami bagaimana masalah yang berhubungan dengan


seksualitas

8.Untuk mengetahui dan memahami tentang seksualitas dan proses keperawatan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep tentang seksualitas

Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat di pisahkan
dari kehidupan manusia dan merupakan ekspresi dan pengalaman diri sebagai mahluk
seksual. Dalam menerapkan pendekatan yang holistic, aspek seksual perlu di perhatikan
perawat, walaupun tidak berarti bahwa perawat harus ahli dan menguasai mengenai
seksualitas, tetapi perawat di harapkan akan lebih mengerti kebutuhan dan masalah seksual
klien.

2.2 Dimensi Seksualitas


A. Dimensi sosiokultural
Topik seksual seringkali menimbulkan kontroversi dan mengandung nilai-
nilai. Tetapi kontroversi sering bersifat relatif terhadap waktu, tempat, dan
lingkungan. Apa yang disebut “moral” atau “hak” berbeda dari satu budaya ke budaya
lain, dari masa ke masa. Banyak isu moral mengenai seks berhubungan dengan tradisi
keagamaan, tetapi agama tidak mempunyai monopoli atas moralitas.

Tidak ada sistem nilai seksual yang baik bagi setiap orang dan tidak ada
satupun kode moral yang tidak dapat diperdebatkan dan dapat digunakan secara
universal. Perubahan perilaku seksual yang terjadi di mana-mana, termasuk di
Indonesia, tidak terlepas dari dimensi kultural. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan perubahan itu.

Pertama, perubahan peran jender. Secara tradisional, wanita diperlakukan


sebagai mahluk yang pasif dan tidak responsif secara seksual, sedang pria dianggap
sebagai agresor seksual. Sesuai dengan pandangan ini, pria diharapkan menjadi
pengambil inisiatif dan pintar dalam urusan seksual, dan wanita yang agresif atau
sangat menikmati seks dianggap aneh. Pandangan ini kini telah diganti oleh suatu
konsep partisipasi dan kepuasan bersama.

Kedua, semakin terbukanya segala sesuatu tentang seksualitas. Semua bentuk


media, dari media cetak, televisi sampai bioskop merupakan refleksi perubahan ini,

3
4

dan akibatnya seks semakin tidak dianggap sebagai sesuatu yang menimbulkan rasa
malu dan misterius.

Ketiga, semakin diterimanya hubungan seksual untuk tujuan rekreasi dan


relasi, sebagai lawan dari reproduksi. Perubahan ini terutama disebabkan oleh
beredarnya kontrasepsi. Munculnya filosofi seks yang positif ini juga berkaitan erat
dengan emansipasi seksual wanita dan keterbukaan masyarakat terhadap seks

B. Dimensi agama etik

Pandangan agama tertentu yang di ajarkan, ternyata berpengaruh terhadap


eksprei seksualitas seseorang. Berbagai bentuk ekspresi.seksual yang diluar kebiasan.
Dianggap tidak wajar. Konsep tentang keperawanan,dapat diartikan sebagai kesucian
dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu.

Seksualitas yang sehat menurut Taylor,Lilis dan Le Mone (1997) tergantung


pada terbebasnya individu dari rasa bersalah dan ansietas. Apa yang diyakini salah
oleh seseorang, bias saja wajar bagi orang lain. Ada individu yang menganggap
ekspresi seksual tertentu dianggap tidak normal. Sebenarnya yang penting
dipertimbangkan adalah rasa nyaman terhadap pilihan ekspresi seksual yang sesuai,
yang hanya bisa dicapai apabila bebas dari rasa bersalah dan perasaan cemas.

C. Dimensi psikologis

dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi


sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis, serta bagaimana dinamika
aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu
sendiri.

D. Dimensi biologis

dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin,


termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ
reproduksi dan dorongan seksual.

Dimensi biologi seksualitas bersifat luas. Faktor biologi mengontrol


perkembangan seksual dari konsepsi sampai kelahiran dan kemampuan bereproduksi
setelah pubertas. Sisi biologi seksualitas juga mempengaruhi dorongan seksual,
5

fungsi seksual, dan kepuasan seksual. Bahkan kekuatan biologi juga mempengaruhi
diferensiasi seks tertentu dalam hal perilaku, misalnya kecenderungan pria untuk
bertindak lebih agresif daripada wanita. Reaksi seksual menghasilkan peristiwa
biologi yang spesifik, misalnya meningkatnya nadi, reaksi pada organ kelamin, dan
sensasi yang dirasakan pada seluruh tubuh

2.3Sikap terhadap kesehatan seksual

sikap yang ditujukan pada perasaan dan prlaku seksual berubah sejalan dengan
perkembangan dan pertumbuhan seseorang sampai tua. perubahan ini mungkin menjadi
lebih tradisional atau liberal karena perubahan masyarakat, dan keterlibatan dalam
kelompok keagaamn dan komunitas.

karena kesejahteraan mencakup kesehatan seksual, maka seksualitas harus


menjadi bagian dari program perawatan kesehatan. namun pengkajian dan intervensi
seksual tidak selalu termasuk dalam perawatan ksehatan. bidang seksualitas mungkin
bersifat sangat emosional bagi perawat dan klien karena kurang informasi, konflik, sistem
nilai, atau rasa bersalah mmungkin tiddak memberlakukan maksud terbaik perawat untuk
meningkatkan kesehatan seksual. klien mungkin tidak mendisakusikan kekuatiran seksual
tertentu karena mereka seperti ini “berlebihan” atau mereka takut bahwa perawat akan
menghakimi mereka. perawat mungkin mengabaikan isyarat klien tentang kekuatiran
seksual karena mereka merasa tidak nyaman dengan seksualitas. kata kata seperti
masturbasi, seksualitas, dan orgasme mungkin mempunyai konotasi emosional yang
mungkin membuat orang merasa tidak nyaman.

A. sikap seksual klien


semua orang mempunyai sistem nilai seksual yaitu keyakinan dan
keinginan yang berkaitan dengan seksualitas yang didapat sepanang hidupnya
pengalamn. pengalaman ini dapat dengan mudah bagi klien untuk berhadapan
dengan masalah seksual dalam lingkungan keperawatan kesehatan atau dapat
menghambat klien untuk mengekspresikannya. beberapa klien mungkin
bingung tentang sistem nilai seksual mereka dan karennanya mengalami
perasaan ambigu atau menegangkan ketika menghadapi seksulaitas mereka
sendiri.
6

selain itu, jika klien percaya dalam peran yang sesuai berdasarkan
trdisional, mereka mungkin menganggap “perawat” sebagai wanita dan
bersikap tunduk gambaran historis tentang perawat adalah sesorang dengan
kedisiplinan, kesucian, dan kebersihan. karena perawat mempunyai hak untuk
menyentuh tubuh klien yang dirawat dirumah sakit dan melakukan kebersihan
diri klien, maka mereka diharapkan menekan seksualitas mereka sendiri.
namun demikian, perhatian utama tentang klien adallah apakahh
prilaku, sipat , perasaan, dan sikap seksual spesfik adalah normal. karena
masyarakat tidak didorong runtuk secara terbuka membicareakan tentang
seksualitas, maka ansietas seperti diatas dapat dipahami. agama, masyarakat,
media, keluarga, teman sebaia, dan pengalamn kadang menyampaikan pesan
yang menimbulkan konflik tentang kenormalan seksual.
klien mungkin kwuatir tentang efek intervensi keperawatan terhadap
kemampuan perawatan diri dan aktivitas seksual mereka. suatu cedara atau
penyakit dapat menyebabkan perubahan dalam cara seseorang
mengekspresikan diri mereka secara seksual. klien yang dirawat haruys diberi
privasi ketika dikunungi oleh pasangan seksualnya. privasi ini
memungkuinkan waktu untuk pembicaraan intim, menyentuh, berciuman.
dilingkungan rumah, perawat meluangkan waktu untuk membantu klien
beradaptasi terhadap setiap keterbatasan fisik sehingga aktivitas seksual dapat
dipertahankan.
B. sikap perawat terhadap seksualitas
karena profesional keperawatan kesehatan mewakili masyarakta dan
sikap serta prilaku seksualnya yang beragam , maka keragaman itu dipahmi
dan diharapkan diantar profesional keperawatan kesehatan. perawat dapat
menghadapi sikap personal dengan menerima keberadaan mereka, menggali
sumber mereka, dan menemukan cara ntuk bekerja dengan mereka. prilaku
profesional tidak harus berkompromi dengan etik seskual personal dari
perawat atau klien.. dan perilaku profesional harus menjamin bahwa klien
menerima perawatan kesehatan terbaik yang paling meungkin tanpa
menmghilangkan nilai diri mereka.
perawat mungkin menemukan kesulitan untuk tidak mengfhakimi
seksualitas klien ketika orientasi atau nilai seksual klien berbeda. situasi yang
tampak ameh atau salah bagi perawat mungkin tamapak normal dan dapat
7

diterima oleh klien. dngan berupaya untuk mengubah sikap dan prilaku
seksual klien akan mengabaikan perbedaan mendasar dalam sikap diantara
mausia. promosi tentang edukasi sek dan pemeriksaan nilai dan keyakinan
seksual dengan jujur dapat membantu dalam engurangi bias seksual klien
membutuhkan informasi yang akurat, jujur, tentang efek penyakit pada
seksualitas dan cara yang dapat menunjang kesejahteraan. perawat harus
memberikan indformasi ini sehingga bias-bias tidak mengganggu kperawatan.

2.4 Anatomi dan fisiologi seksual

A. Struktur Reproduksi Pria

Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan
kelamin luar, terletak dibagian ginjal, membentuk kelenjar reproduksi berisi sel
benih, dan membentuk struktur sekelilingnya. Organ reproduksi (traktus genetalis)
berhubungan dengan traktus urinarius tetapi tidak tersambung. Sebagian besar organ
reproduksi pria terletak diluar pelvis. Organ reproduksi pria terdiri dari:

Kelenjar: testis,vesika seminalis, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretralis


Duktus: epididimis, duktus seminalis, uretra
Bangun penyambung : skrotum, fenikulus spermatikus, penis.
1. Kelenjar
a. Testis

Testis merupakan 2 buah organ grandula yang memproduksi semen, terdapat


di dalam skrotum dan digantung oleh fenikulus spermatikus. Pada janin, testes
terdapat dalam kavum abdominimalis dibelakang peritonium. Sebelum kelahiran akan
turun ke kanalis inguinalis bersama dengan fenikulus spermartikus kemudian masuk
ke dalam skrotum. Testis merupakan tempat di bentuknya spermatozoa dan hormon
laki-laki, terdiri dari belahan-belahan disebut lobulus testis.

Testis menghasilkan hormon testosteron yang menimbulikan sifat kejantanan


setelah masa pubertas, disamping iu folicle stimulating hormone (FSH) dan lutein
hormone (LH). Testes dibungkus oleh:

1) Fasia spermatika eksterna, suatau membrane yang tipis memanjang ke arah bawah
diantara fenikulus dan testes,berakhir pada cincin subkutan ingunalis.
8

2) Lapisan kremasterika , terdiri dari selapis otot. Lapisan ini sesuai dengan M.
obliqus abdominis internus dan kasies abdominus internus.
3) Fascies spermatika interna, suatu membrane tipis dan menutupi fenikulus
spermatikulus.

Pembuluh darah testis:

 Aretri pundenda eksterna pars superfisialis merupakan cabang dari arteri femoralis.
 Arteri ferinalis superfisialis cabang dari arteri pudenda interna.
 Arteri kremasterika cabang dari arteri epigasterika inferior.

Untuk pembuliuh darah vena mengikuti arteri.

Persarapan testis meliputi N. Ilionguinalis, N. Lumboinguinalis cabang darei pleksus


lumbalis, N.perinealis pars superfisialis.

b. Vesika seminalis

Vesika seminalis merupakan ruangan diantara fundus vesika urinaria dan rektum,
masing-masing ruangan berbentuk piramid. Permukaan posterior terletak diatas rektum
yang di pisahkan oleh fasia rektovisikalis. Panjang kelenjar ini 5 sampai 10 cm,
merupakan kelenjar sekresi yang menghasilkan zat mukoid. Sekresi vesika seminalis
merupakan komponen pokok dari air mani yang menghasilkan cairan yang di sebut semen
sebagai pelindung spematozoa. Selama ejakulasi vesika seminalis mengosongkan isinya
kedalam duktus ejakulatorius sehingga menambah semen ejakulasi serta mukosa duktus
ejakulatorius berjumlah dua buah pada sisi lain dari garis tengah. Masing-masing duktus
akan membentuk gabungan vesikula seminalis dan duktus diferens.

Arteri yang menyuplai vesika seminalis adalah cabang dari arteri vesikalis medialis,
arteri vesikalis interior, dan arteri haeromoloidalis medialis.

c. Grandula prostata

Grandula prostata terdapat dibawah orifisium uretra internal dan sekeliling permukaan
uretra, melekat di bawah vesika urinaria dalam rongga velvis dibawah simfisis pubis
posterior. Prostat merupakan suatu kelenjar yang mempunyai empat lobus,yaitu posterior,
anterior, lateral, dan medial.
9

Fungsi kelenjar prostat mengeluarkan cairan alkali yang encer seperti susu yang
mengandung asam sitrat yang berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan
pada uretra. Basis prostat menghadap keatas berhubungan dengan permukaan inferior
vesika urinaria. Permukananya berhubungan dengan vesika urinaria. Uretra menembus
grandula prostat tepi anterior dan posterior. Apeks prostat mengarah ke bawah
berhubungan dengan diafragma urogenitalis.

Prostat dipertahankan posisinya oleh:

1. Ligamentum puboprostatika
2. Lapisan dalam diafragma urogenitalis
3. M. levator ani pars anterior
4. M. levator prostat bagian dari m.lavator ani.

Pembuluh darah dan saraf untuk glandula prostat meliputi arteri pudenda interna,
arteri sesikalis inerior, arteri haemoroidalis medialis.

d. Kelenjar Bulbouretralis

Kelenjar ini terdapat dibelakang lateral pars membranasea uretra, diantara kedua
lapisan diafragma urogenitalis dan di sebelah bawah kelenjar prostat. Bentuknya bundar,
kecil, dan warnanya kuning, panjangnya 2,5 cm. fungsinya hampir sama dengan kelenjar
prostat.

2. Duktus
a. Epididimis

epididimis adalah saluran halus yang panjangnya kira-kira 6 cm, terletak


disepanjang atas tepid an belakang testes dan terdiri dari:

1) Kaput epdidimis, yang berhubungan erat dengan bagian atas testis sebagai
ductus eferens dari testis.
2) Kaput epididimis: badan ditutupi oleh membrane serosa servikalis sepanjang
tepi posterior
3) Kauda epididimis: ekor disebut juga globulus minor ditutupi oleh membrane
serosa yang berhubungan dengan ductus deferns.
4) Ekstermitas superior: bagian yang besar
5) Ekstermitas inferior: seperti titik.
10

Diantara korpus dan testis terdapat ruangan yang disebut sinus epididimis (fossa
digitalis). Epididymis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral. Lapisan bagian ini
mediastinum menjadi lapisan parietal, dikelilingi oleh jaringan ikat spermatozoa
melalui ductus eferen, merupakan bagian dari kaput epididimis tempat bermuaranya
spermatozoa lalu disimpan masuk ke dalam vas deferens. Fungsinya sebagai saluran
penghantar testis, mengatur seperma sebelum diejakulasi, dan memproduksi sperma.

b. Duktus Diferens

Duktus deferens adalah duktus ekskretorius dari testis, merupakan lanjutan


dari kanalis epididimis, panjangnya 50-60 cm. mulai dari bagian bawah
kauda/epididimis berbelit-belilt, secara berangsur-angsur naik sepanjang tepi posterior
testis dan sisi medialis bagian fenikulus spermatikus, membelok sepanjang sisi lateral
arteri epigastrika kemudian menjurus kebelakang agak turun ke fosa iliaka eksterna
dan mencapai kavum pelvis.

Duktus dieferns keras seperti tali dan berbentuk silinder. dinding salurannya sangat
kecil. pada fundus vesika urinaria membesar dan berbelok-belok, disebut ampula.

c. Uretra

Uretra merupakan saluran kemih dan saluran ejakulasi pada pria. pengeluaran
urine tidak bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan kontraksi prostat.

3. Bangun Penyambung
a. Skrotum

Skrotum adalah sepasang kantong yang menggantung di dasar pelvis. skrotum


atau kandung buah pelir berupa kantong terdiri dari kulit tanpa lemak dan memiliki
sedikit jaringan otot. pembungkusnya disebut tunika vaginalis yang dibentuk dari
peritonium skrotum yang menggandung pigmen, di dalamnya terdapat kantong-
kantong, setiap kantong berisi epididimis fenikulus.

Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. skrotum bervariasi
dalam beberapa keadaan, misalnya pengaruh panas pada lansia, dan keadaan lemah,
skrotum akan memanjang dan lemas. sedangkan dalam keadaan dingin dan pada
orang muda akan memendek dan berkerut.
11

skrotum terdiri dari dua lapisan:

1) Kulit: Warna kecokelatan, tipis dan mempunyai filika/rugae, terdapat folikel sebasea
dikelilingi rambut keriting yang akarnya terlihat melalui kulit.

2) Tunika dartos: Berisi lapisan otot polos yang tipis sepanjang basis skrotum. tunika
dartos ini membentuk septum yang membagi skrotum menjadi dua ruangan untuk
testis yang terdapat dibawah permukaan penis.

Pada skrotum terdapat M. kremaster yang muncul dari M. Obligue internus


abdominalis yang menggantungkan testis dan mengangkat testis menurut kemauan
dan refleks ejakulasi.

b. Fenikulus Spermatikus

Fenikulus merupakan bangun penyambung yang berisi duktus seminalis,


pembuluh limfe, dan serabut saraf. Fenikulus spermatikus memanjang dari abdomalis
inguinalis dan tersusun konvergen ke bagian belakang testis, melewati cincin
subkutan dan hampir turun vertical ke skrotum. fenikulus kiri lebih panjang dari yang
kanan karena testis kiri tergantung lebih rendah dari testis kanan.

Pembuluh limfe terdiri dari dua bagian, permukaan luar dan permukaan dalam
yang berasal dari permukaan tunika vaginalis epididimis dan korpus testis. pembuluh
ini akan membentuk 4-8 traktus dan berakhir pada bagian lateral dari pronatik dan
nervous lumbalis II. pleksus spermatikus yang merupakan saraf simpatis bergabung
dengan cabang dari pleksus pelvis yang menyertai duktus deferens.

c. Penis

Penis terletak menggantung di depan skrotum. bagian ujung disebut galans


penis, bagian korpus tengah korpus penis, dan bagian pangkal radiks penis. kulit
pembungkus amat tipis tidak berhubungan dengan bagian permukaan dalam dari
organ dan tidak mempunyai jaringan adipose. kulit ini berhubungan dengan pelvis,
skrotum dan perineum.

Dibelakang orifisium urertra eksterna kulit ini membentuk perlipatan kecil


yang disebut frenulum prepusium. Kulit yang menutupi glans penis bersambung
dengan membrane mukosa uretra pada orifisium dan tidak mempunyai rambut.
Prepusium menutupi glans, dipisahkan dari prepusium terdapat ruangan yang dangkal.
12

Fasia superfisialis secara langsung berhubungan dengan fasia skrotum dengan


lapisan sel otot polos. Diantara superfisialis dan profunda terdapat celah yang
menyebabkan kulit bergerak bebas. Pada bagian anterior dari ujung M.
bulbokavernosus dan M. iskiakavernosus terbelah menjadi lapisan dalam dan lapisan
luar. Lapisan luar menutupi permukaan superior otot-otot ini dan fasia perinealis dari
perineum, lapisan dalam merupakan lanjutan fasia penis, lamina profunda, dan fasia
profunda dari penis menutupi organ dengan kapsul yang kuat.

Korpora kavernosa penis terdiri dari dua masa silinder yang erektil terdiri dari
3/4 dari bagian anterior batang penis. Korpora kavernosus penis ditutupi oleh kapsul
yang kuat terdiri dari benang-benang superfisialis dan profunda, mempunyai arah
longitudinal dan membentuk septum penis. septum ini terdiri dari bangunan vertical,
disebut septum pektiniformis.

Permukaan atas terdapat celah kecil tempat vena dorsalis penis profunda dan
permukaan bawah terdapat celah yang dalam dan luas berisi korpus kavernosa uretra.
Bagian anterior korpus kavernosa penis akan melebar, disebut korpus bulbus korpus
kavernosa. Bagian terikat kuat pada ramus iskiumu pubis yang ditutupi oleh M.
Korpus kavernosa uretra bagian dari penis yang berisi uretra di dalam batang penis
berbentuk silinder, lebih kecil dri kavernosa, pada ujungnya agak melebar, bagian
anterior membentuk bulbus uretra.

Glans penis adalah bagian akhir anterior dari kavernosa uretra, memanjang
kedalam dan bentuknya seperti jamur. glans penis licin dan kuat, bagian perifer lebih
besar sehingga membentuk tepi yang bundar, disebut korona glandis. Bagian perifer
menyempit membentuk bulbus retroglansdularis dari leher penis, dan pada puncak
glans penis terdapat celah dari orifisium uretra eksterna.

Bulbus uretra merupakan pembesaran bagian posterior 3-4 cm dari korpus


kavernosa. uretra letaknya superfisialis dari diafragma urogenitalis. fasia super fisialis
bercampur dengan kapsula fibrosa, disebut lilgamentum bulbus dan ditutupi oleh fasia
bulbus kavernosus.

penggantung penis:

1) Ligamentum fundiformis penis: lapisan tebal yang berasal dari fascia superfisialis dari
dinding abdominalis anterior di atas pubis.
13

2) ligamentum suspensorium penis: berupa benang berbentuk seitiga akar penis kebagian
inferior linea alba, simfisis pubis, dan ligamentum arquarta pubis, Krusis iskhio pubis
dan bulbus diafragma urogenitalis sebagai alat penggantung penis.

pembuluh darah penis:

1) Arteri pudenda interna: cabang arteri hipogastrika yang menyuplai darah untuk
ruangan kavernosus.

2) Arteri profunda penis: cabang dari arteri dorsalis penis, bercabang terbuka langsung
ke ruangan kavernosa. cabang kapiler menyuplai darah ke trabekula ruangan
kavernosa, dikembalikan ke vena pada dorsum. vena dorsalis penis melewati
permukaan superior korpora kavernosa dan bergabung dengan vena yang lain.

Fisiologi Reproduksi Pria

Fungsi reproduksi pada pria dapat dibagi menjadi tiga bagian:

A. Spermatogenesis

Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran


kecil dinamakan spermatogenia. sel ini membelah diri membentuk dua spermatosit yang
masing-masing mengandung 23 kromosom. Setelah beberapa minggu menjadi spermatozoa.
Spermatid ketika pertama kali dibentuk masih mempunyai sifat umum sel epiteloid,
kemudian sitoplasma menghilang, spermatid memanjang menjadi spermatozoa yang terdiri
dari kepala, leher, badan dan ekor.

Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk seminiferus selama 18 jam


sampai 10 hari hingga mengalami proses pematangan. Epididimis menyekresi cairan yang
mengandung hormone, enzim, dan gizi yang sangat penting dalam proses pematangan
sperma, sebagian besar pada vas deferns dan sebagian kecil di dalam epididimis.

B. Penyimpanan dan pematangan sperma

Setelah terbentuk dalam tubulus seminiferous sperma mumbutuhkan waktu beberapa


hari untuk melewati epididimis. sperma memiliki kemampuan motilitas.

Kedua testis dapat membentuk sperma kira-kira 120 juta setiap hari. Sejumlah kecil
sperma dapat disimpan di epididymis dan sebagian disimpan dalam vas deferens dan ampula
14

vas deferens, dan dapat mempertahankan fertilitasnya dalam duktus genitalis selama 1 bula.
pada aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan hanya beberapa hari saja.

Epitel sekretorik vesika seminalis menyekresi bahan mukus yang mengadung


fruktosa, asam sitrat, prostaglandin dan fibrinogen. setelah vas deferens mengeluarkan
sperma, mukus ini akan menambah semen yang akan diejakulasi. Fruktosa dan zat gizi
lainnya dalam cairan yang dibutuhkan oleh sperma yang diejakulasi sampai salah satu dari
sperma membuahi ovum.

Kelenjar prostat meghasilkan cairan encer yang mengandung fosfat, enzim membeku,
dan profibrinolisin. selama pengisian kelejar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi
vas deferens sehingga cairan encer dikeluarkan dan menambah lebih banyak semen.

C. Semen

Semen berasal dari vas deferens, semen berfungsi untuk mendorong sperma keluar
dari duktus ejakulatorius dan uretra. cairan dari vesikula seminalis membuat semen lebih
kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dan cairan vesikula
seminalis membentuk kuagulum yang lemah. Sperma dapat hidup beberapa miggu dalam
duktus genitalia pria. Setelah sperma diejakulasi ke dalam semen, jangka hidup maksimal
sperma hanya 24-48 jam.

D. Hormon
a. Hormon testosterone

Hormon testosteron dihasilkan oleh sel intersisial leyding yang terletak di antara
tubulus seminiferous. Sel intersisial banyak menghasilkan hormone testosterone setelah
disekresi testis.

fungsi testosterone:

1) Efek desensus testis. Hal ini menunjukan bahwa testosterone merupakan hal yang
penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan factor
keturunan.

2) Perkembangan seksual primer dan sekunder: Sekresi testosterone setelah pubertas


menyebabkan penis, testis dan skrotum membesar sampai usia 20

3) tahun, mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pra mulai pada masa
pubertas
15

b. Hormon gonadotropin

Kelenjarar hipofisis anterior mengahaslikan dua macam hormone yaitu luteinzing


hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). sekresi testosterone selama
kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks pria.

c. Hormon estrogen

Hormon estrogen dibentuk dari testosterone dan dirangsang oleh hormon perangsang
folikel yang memungkinkan spermatogenesis menyekresi protein pengikat endogen
untuk mengikat testosterone dan estrogen serta membawa keduanya kedalam cairan
lumen tubulus seminiferus untuk pematangan sperma.

d. Hormon pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme


testis. Secara khusus meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis. Bila tidak
terdapat hormon pertumbuhan spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama
sekali.

Kegiatan seksual pria

Rangsangan akhir organ sensorik dan sensasi seksual menjalar melalui saraf
pudendus. pleksus sakralis dari medulla spinalis yang meningkatkan sensasi seksual yang
berasal dari struktur intrena. akibat dari dorongan seksual akan mengisi organ seksual dengan
secret yang menyebabkan keinginan seksual dengan merangsang kandung kemih dan mukosa
uretra.

Unsur psikis rangsangan seksual sesuai dengan meningkatnya kemampuan seseorang


untuk melakukan kegiatan seksual dengan memikirkan/berkhayal sehingga menyebabkan
terjadi aksi seksual dan menimbulkan ejakulasi atau pengeluaran selama mimpi terutama
pada usia remaja. Fungsi otak tidak terlalu penting karena rangsangan genital yang
menyebabkan ejakulasi dihasilkan dari mekanisme refleks yang telah terintegrasi pada
medulla spinalis, mekanisme ini dapat dirangsang secara psikis dan seksual yang nyata serta
kombinasi keduanya.
16

B. organ reproduksi wanita


Alat reproduksi wanita terdiri dari traktus genitalis yang terletak didalam
rongga panggul kecil. Alat kelamin luar teridiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora,
klitoris, vestibulum vagina, himen, orifisium vagina, bulbovestibularis, dan glandula
vestibularis. Alat kelamin interna terdiri dari vagina, uterus, tuba valopi, dan ovarium.
1. Genitalia eksternal
Organ reproduksi wanita bagian luar berkelompok di daerah bernama vulva, yang
letaknya di luar vagina. Organ-organ tersebut termasuk:
1) Labia
Labia adalah organ reproduksi wanita bagian luar yang terdiri dari dua pasang
lipatan kulit di kedua sisi bukaan vagina, bernama labia mayora dan labia
minora. Labia mayora (bibir kemaluan besar) berada di bagian luar dan akan
ditutupi dengan rambut kemaluan setelah memasuki masa pubertas, sedangkan
labia minora (bibir kemaluan kecil) tidak berambut
2) Mons pubis
Tonjolan lemak di atas labia yang ditutupi dengan rambut setelah memasuki
masa pubertas. Bagian ini mengeluarkan zat feromon yang diduga berperan
dalam proses terjadinya ketertarikan seksual.
3) Lubang vagina
Ini merupakan pintu masuk ke vagina.
4) Lubang uretra
Lubang uretra adalah tempat keluarnya urine dari kandung kemih.
5) Klitoris
Klitoris merupakan tonjolan kecil di bagian atas labia minora, yang sangat
sensitif dan merupakan sumber utama kenikmatan seksual wanita.
6) Kelenjar Bartholin dan kelenjar vestibular
Kelenjar ini terletak di kedua sisi bukaan vagina, dan berfungsi menghasilkan
lendir kental untuk melumasi vagina ketika berhubungan seksual
2. Genitalia internal
Organ reproduksi wanita yang ada di dalam tubuh, terletak dalam rongga panggul
(pelvis). Organ-organ tersebut termasuk:
1) Vagina
17

Organ ini terletak antara bagian bawah rahim dan tubuh bagian luar. Vagina
merupakan lorong atau jalan keluar untuk melahirkan, serta tempat masuknya
penis selama berhubungan seksual.
2) Serviks atau leher Rahim
Leher rahim adalah pintu masuk antara vagina dan rahim, yang berupa lorong
sempit. Dinding serviks bersifat fleksibel, sehingga dapat meregang dan membuka
jalan lahir saat persalinan.
3) Uterus atau Rahim
Merupakan organ berbentuk seperti buah pir yang menjadi rumah bagi janin yang
sedang berkembang
4) Ovarium
Organ ini merupakan kelenjar kecil berbentuk oval yang terletak di kedua sisi
rahim. Ovarium berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan memproduksi hormon
seks utama, yakni estrogen dan progesteron, yang dilepaskan ke dalam aliran
darah.
5) Saluran telur atau tuba palopi
Tuba fallopi adalah saluran sempit yang melekat pada bagian atas rahim mengarah
ke ovarium. Saluran ini merupakan jalan bagi telur dari ovarium ke rahim, serta
tempat terjadinya pembuahan telur oleh sperma.
FISIOLOGIS REPRODUKSI WANITA

1. Oogenesis
Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur.
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan,
yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi
perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun,
meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan
tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut
berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung
sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuanhanya memiliki
sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainny
18

a mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.


Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon
yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang
mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit
pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder,
sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit
primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua).
Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap
akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit
sekunder akan mengalami degenerasi.
2. Menstruasi (haid)
adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan
endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus
menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium
disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan
ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang
mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi
1) Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus
luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya
kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus
yang menebal (endometrium).
2) Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan
hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan
FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium
yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh
sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf
dengan ovum di dalamnya.
3) Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan
produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan
19

FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan


hipofisis melepaskan LH.
LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah
disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf
dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
4) Fase pasca-ovulasi

Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit


sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesterone

Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam


uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada
endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga
estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada
uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.

Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28.
Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi
estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan
progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk
melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan
tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya

3. Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder
memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-
tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar
oosit sekunder yang disebut korona radiata.Kemudian, sperma juga harus menembus
20

lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan
di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit
sekunder.Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi
aktivitas yang saling mendukung.

4. Gestasi (Kehamilan)

Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya


ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut
berupa sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang
disebut tahap morula. Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap
ini disebut blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol).
Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.

2.5 Perkembangan Aspek Seksualitas

Perkembangan aspek seksualitas pada manusia mengikuti tahap perkembangan dalam


kehidupan yang didapat dalam kehidupan, yang dapat ditinjau dari segi fisiologis,
psikologis dan social. Perkembangan seksualitas disajikan dalam bentuk tabel.

Respons Adaftif Respons Maladaftif

Perilaku seksual Ganguan prilaku Disfungsi Perilaku seksual


yang memuaskan aseksual karena penampilan seksual yang berbahaya,
dengan antisietas yang memaksa, tidak
menghargai pihak disebabkan oleh dilakukan ditempat
lain penilaian pribadi atau tertutup atau tidak
masyarakat dilakukan antara
orang dewasa
21

Gambar; Rentang Respon seksual

Tabel Perkembangan Seksualitas Sepanjang Kehidupan Manusia

Tahap Karakteristik Implikasi keperawatan & panduan


perkembangan penyuluhan

Bayi: lahir 18  Membutuhkan kasih  Hindarkan penyapihan


bulan sayang dan stimulasi terlalu dini untuk mencegah
sentuhan. deprivasi oral.
 Anak laki-laki  Sarankan orang tua untuk
mengalami eraksi memberikan sentuhan fisik,
dan wanita potensial karena kekurangan sentuhan
orgasme. dapat menyebabkan kurang
 Secara bertahap berkembangnya fisik dan
dapat membedakan mental bayi.
diri sendiri dari  Manipulasi genital yang
orang lain. dilakukan sendiri
 Berpakaian sesuai merupakan perilaku normal;
jender. hindarkan kata-kata tidak
 Mainan sesuai baik.
jender.  Hindarkan keracunan seks
dengan mengenalkan secara
konsisten peran anak laki-
laki dan perempuan
Toddier: 1-3  Mengembangkan  Biarkan anak menentukan
tahun pengendalian kesepiannya untuk latihan
terhadap buang air buang air besar dan buang
besar dan buang air air kecil (toilet training).
kecil. Karena jika dipaksakan
 Kedua jenis seks akan menimbulkan perilaku
menikmati komplusif.
memegang  Hukuman karena
genitalinya. memegang genitalinya akan
 Mampu menimbulkan rasa bersalah
22

mengidentifikasi dan malu terhadap perilaku


jenis kelaminnya seksual dalam
sendiri. kehidupannya lebih lanjut.
 Mengembangkan  Gunakan istilah yang sesuai
perbendaharaan kata untuk bagian tubuh tertentu.
terkait dengan
anatomi

Tabel Perkembangan Seksualitas Sepanjang Kehidupan Manusia (Lanjutan)

Tahap Karakteristik Implikasi keperawatan & panduan


perkembangan penyuluhan
Pra-sekolah:  Sampai usia 6  Orang tua dapat
4-6 tahun tahun,seksualitas menimbulkan ansietas pada
sudah anak-anak dengan tidak
diinternalisasikan. mentoleransi terhadap
 Cara bermain dan idiosin krasi perilaku peran
berpakaian sesuai seks.
dengan jender.  Orang tua yang memberikan
23

 Menikmati reaksi berlebihan terhadap


mengeksplor bagian perilaku masturbasi
tubuh sendiri dan anak,dapat menimbulkan
teman bermain. keyakinan bahwa genital
 Terlibat masturbasi dan seks adalah buruk dan
kotor
Usia sekolah:  Terdapat keterkaitan  Lebih memilih hubungan
6-10 tahun emosional antara dengan jenis seks yang
orangtua dan anak sama tidak berarti
dengan jenis seks cenderung untuk homoseks
yang berbeda. atau heteroseks.
 Kecenderungan  Beri informasi pada anak
untuk berteman yang diinginkan secara jelas
dengan jenis seks dalam bentuk nyata.
yang sama.  Mungkin akan mencari
 Keingintahuan informasi dari teman
tentang seks dan sebayanya yang justru
berbagai rasa takut. mungkin salah.
 Peningkatan
kesadaran diri.

Tabel Perkembangan Seksualitas Sepanjang Kehidupan Manusia (Lanjutan)

Tahap Karakteristik Implikasi keperawatan & panduan


perkembangan penyuluhan
Pra-remaja:  Pubertas mulai  Perlu diberi informasi
10-13 tahun terihat tentang perubahan tubuh
perkembangan untuk mengurangi rasa
karakteristik seks takut.informasi ini diberikan
sekunder. kepada remaja,sebelim
 Mulai menstruasi. terjadi perkembangan
 Mungkin menguji pubertas.
batasan prilaku .  Orangtua perlu memberikan
batasan berdasarkan nilai
24

dan norma tentang yang


baik dan tidak baik dalam
perilaku seksual.
 Perlakukan perubahan citra
tubuh dengan sikap positif
untuk mencegah citra diri
rendah.
Remaja: 13-19  Mulai menjalin  Orangtua berbagi system
tahun hubungan dengan nilai moral dan keyakinan
jenis kelamin dengan remaja.
berbeda.  Remaja mungkin berbagi
 Fantasi seksual perasaan mereka dengan
marupakan hal yang orangtua. jika tidak
biasa. ditangani dengan serius
 Masturbasi dapat menimbulkan
merupakan hal yang kesenjangan dalam
biasa. berkomunikasi dan
 Mungkin sudah hilangnya rasa percaya
mulai mencoba kepada orangtua.
kegiatan hubungan  Remaja memerlukan
seksual. informasi tentang penularan
 Anak wanita peduli penyakit kelamin dan resiko
dengan reputasi dan lain yang mungkin terjadi
citra diri. sebagai akibat hubungan
 Anak laki-laki tidak seksual.
pedulli dengan
persaingan dalam
kegiatan seksual.
 Kehamilan pada
remaja makin
meningkat
Dewasa:20-35  Melakukan  Mendukung keterbukaan
tahun hubungan seksual. komunikasi antara suami
 Pegetahuan tentang istri tentang kebutuhan
25

respons seksual seksual dan perbedaannya


meningkatkan  Mengajarkan cara
kepuasan hubungan. kotraseptif untuk mencegah
 Mungkin kehamilan yang belum
mencobakan diinginkan
berbagai ekspresi  Memberikan konseling bagi
seksual. pasangan untuk mencegah
 Mengembangkan penularan penyakit kelamin
system nilai dan dan hilangnya kepercayaan
menghargai system terhadap pasangan hidup.
nilai orang lain.  Komunikasi yang baik
 Berbagai tanggung setiap hari sangat diperlukan
jawab finansial dan untuk mengventilasikan
tugas rumah tangga stress dan mengatasi
dengan pasangan kesuiltan yang sedang
hidup. dihadapi.
Dewasa: 35-55  Perubahan tubuh  Baik suami maupun istri
tahun karena menopause. memerlukan dukungan
 Pasangan positif tentang apa yang
memusatkan pada baik dalam hubungan
kualiltas bukan mereka.
kuantitas  Mengajarakan kepada
pengalaman seksual. orangtua tentang empty nest
 Mungkin terjadi syndrome yaitu perasaan
perceraian hampa karena ditinggal oleh
 Anak-anak mulai anak-anak yang sudah
meninggalkan rumah dewasa.
dan mulai dengan  Anjurkan pasangan untuk
pengalaman seksual mrenggunakan masa ini
mereka sendiri. sebagai pembaruan dalam
 Kepuasan seksual hubungan perkawinan
mungkin meningkat mereka.
karena hilangnya
26

rasa takut hamil


Dewasa lanjut  Orgasme mungkin  Kegiatan seks tidak perlu
dan lanjut usia: lebih jarang dicapai dibatasi oleh usia.
dari 55 tahun baik bagi suami  Ajarkan pasangan bahwa
maupun istri adaptasi terhadap perubahan
 Sekresi vagina dapat dimungkinkan dengan
berkurang dan masa menggunakan posisi dan
resolusi bagi pria memperpanjang waktu
memanjang stimulasi.
 Mungkin merasa  Ajarkan alternative
perlu mendapatkan kegiatan seksual lain jika
informasi tentang mengalami keterbatasan
proses menua dan kondisi fisik atau gangguan
pengaruhnya ksesehatan.
terhadap hubungan  Pasangan yang secara
seksual kosistenaktif melakukan
kegiatan seksual sebelum
nya mungkin dapat.

2.6 Respon Seksual

Para pakar yang mendalami masalah seksualitas tidak setuju tentang tipe perilaku seksual
yang disebut normal. Pada masa sebelumnya, diyakini bahwa setiap penyimpangan hubungan
seksual antara pasangan perkawinan yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, dianggap
bermasalah atau tidak normal. Sekarang ekspresi seksualitas merupakan rentang respon
adaptif dan maladaptif. Respon seksual yang paling adaptif menurut stuart & sundeen (1995),
terlihat dari perilaku yang memenuhi kriteria berikut ini :

A. Terjadi antara dua orang dewasa.


B. Memberikan kepuasan timbal balik bagi pihak yang terlibat.
C. Tidak membahayakan kedua belah pihak baik secara psikologis maupun fisik.
D. Tidak ada paksaan.
E. Tidak dilakukan ditempat umum.
27

Sedangkan respon perilaku seksual maladaptif meliputi perilaku yang tidak memenuhi
satu atau lebih kriteria tersebut. Perlu berhati-hati dalam menentukan perilaku seksual yang
adaptif dan maladaptif. Perilaku seksual dapat saja memenuhi kriteria tetapi belum tentu
memuaskan bagi individu terutama jika pandangan masyarakat turut mempengaruhi. Respon
perilaku seksual maladaptif meliputi perilaku yang tidak memenuhi satu atau lebih kriteria
yang diuraikan sebelumnya.

Perawat harus berhati-hati dalam menentukan perilaku seksual yang adaptif dan
maladaptif. Sebagai contoh, perilaku seksual dapat memenuhi kriteria tetapi tetap tidak
memuaskan bagi individu jika diubah oleh dampak pandangan masyarakat sebagai perilaku
yang dapat dan tidak dapat diterima.

2.7. Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi gangguan dalam fungsi seksual,
diantaranya :

A. Tidak adanya panutan (role model).


B. Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti adanya trauma, obat, kehamilan, atau
abnormalitas anatomi genitalia.
C. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai masalah seksual.
Penganiayaan secara fisik.
D. Adanya penyimpangan psikoseksual.
E. Konflik terhadap nilai.
F. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian.

Secara umum bentuk-bentuk gangguan seksual manusia dikelompokkan atas tiga bagian
yaitu:

1) Gangguan identitas seksual (gender identity disorder).


2) Disfungsional seksual (disfunctional sexual).
3) Parafilia.
a) Gangguan identitas seksual
Adalah ketidakpuasan terhadap jenis kelamin biologis sendiri dan ketidakpuasan
psikologis atau perasaaan diri sebenarnya memiliki jenis kelamin yang berlawanan dengan
realitas (gangguan sense identity) pada seks biologisnya.
Ciri-ciri dari gangguan identitas seksual yaitu :
28

Dapat kelihatan pada usia 18 bulan hingga 3 tahun. Gangguan tidak secara spesifik
bersifat seksual tetapi berupa sense identitas seseorang sebagai laki-laki atau perempuan.
Gender fisik tidak konsisten, esensi maskuliin atau feminimnya seseorang tertanam pada
perasaan pribadi yang sangat mendalami pada diri seseorang. Tujuan utamanya bukan
rangsangan seksual, namun lebih berupa keinginan untuk menjalani kehidupan lawan
jenisnya disebut juga sebagai transeksualisme.
Secara umum bentuk-bentuk dari gangguan identitas seksual (transeksualisme) yaitu :
 Transvestite fetishism (fetisisme transvestisme) adalah rangsangan
seksual dengan prefensi lawan jenisnya untuk mendapatkan kepuasan
seks dengan menggunakan cross-dressing (pakaian lawan jenis).
 Male to female adalah laki-laki yang memiliki identitas gender feminim,
tertarik secara seksual perempuan dan membuat teknik rangsangan seks
bersifat homoseksual. Merupakan suatu keinginan pria untuk menjadi
perempuan.
 Female to male adalah perempuan yang memiliki gender maskulin, dan
tertarik secara seksual laki-laki dan membuat rangsangan seks bersifat
lesbian. Merupakan suatu keinginan seorang wanita untuk menjadi laki-
laki.
 Intersexed individual (hermafrodit) adalah seseorang yang lahir dengan
alat kelamin yang tidak jelas atau adanya abnormal hormonal dan
abnormal fisik lainnya.
b) Gangguan disfungsi seksual (disfunction sexual)
Adalah gangguan seksual dimana seseorang mengalami gangguan atau kesulitan
untuk berfungsi secara adekuat selama berhubungan seks.
Secara umum bentuk-bentuk disfungsi seksual yaitu :
 Gangguan nafsu seksual hipoaktif yaitu jenis disfungsi seksual yang
ditandai dengan kurang adanya minat melakukan hubungan seksual
dalam kurun waktu yang berulang-ulang sebagai akibat distres yang
signifikan atau kesulitan dalam hubungan interpersonal.
 Gangguan aversi seksual adalah jenis disfungsi seksual yang ditandai
dengan perasaan tidak suka yang persisten dan ekstrem terhadap
hubungan seksual sebagai akibat kecemasan yang memicu kepanikan
dalam kontak seksual sehingga timbul rasa muak dalam hubungan seks.
29

 Gangguan rangsangan seksual adalah jenis disfungsi seksual yang


ditandai dengan adanya gangguan ereksi atau impotensi dan gangguan
frigiditas, pada pria disebut gangguan ereksi sedangkan pada wanita
lubrikasi vagina.
 Gangguan orgasme seksual pada pria disebut sebagai ejakulasi
sedangkan pada wanita disebut hambatan orgasme.
c) Gangguan seks parafilia
Istilah parafilia terdiri dari kata para = ketertarikan yang abnormal, dan
Filia = rasa kuat yang tidak semestinya. Jadi parafilia adalah penyimpangan seks dimana
keterangsangan seks timbul terutama dalam konteks objek-objek / individu yang tidak
semestinya.
Ciri-ciri gangguan parafilia yaitu :
 Diferensiasi yang sudah ada sebelumnya.
 Unsur sama-sama suka sehingga para penderita memperoleh
keterampilan objek seksual menurut stimulus yang diterima dari orang
deawsa pada masa kanak-kanak.
 Fantasi seks masa kanak-kanak yang selalu diperkuat dengan kegiatan
masturbasi dan dorongan seks ekstrem kuat yang dikombinasi berpikir
yang abnormal.

Secara umum bentuk-bentuk dari parafilia adalah :

 Fatisme adalah dorongan, fantasi dan perilaku seks yang melibatkan


benda-benda mati dan tidak lazim.
 Voyeurisme adalah dorongan fantasi dan perilaku seks muncul dengan
cara mengintip orang lain melakukan hubungan seks.
 Pedofilia adalah fantasi dorongan dan perilaku seksual yang terangsang
melalui hubungan seks dengan anak-anak.
 Incest adalah fantasi dorongan dan perilaku seksual yang terangsang
terhadap sesama anggota keluarga.

2.8 seksualitas dan proses keperawatan

Penerapan proses keperawatan meliputi pengkajian menyeluruh, perencanaan yang


cermat, strategi implementasi yang tepat dan evaluasi berkesinambungan terhadap klien
dengan masalah psikoseksual sangat penting, karena proses keperawatan memberikan
30

kerangka kerja untuk menyusun, mengimplementasi dan mengevaluasi strategi keperawatan


yang diawali dengan pengkajian.

a. Pengkajian

Menurut pasquali, Arnold dan De Basio (1989) dan Craven & Hirnle (1996),
penggunaan diri secara terapeutik sangat penting dalam menciptakan lingkungan di
mana kesehatan seksual dipersepsikan sebagai bagian integral dari riwayat
menyeluruh klien. Ketepatan pengumpulan data tergantung pada kemamp-uan
perawat untuk menciptakan lingkungan yangmenunjang suasana wawancara. Berikut
ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data dan berkaitan dengan
aspek psikoseksual.

a. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari


bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual.
b. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
c. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan
terburu buru
d. Menggunakan pertanyaan yang terbuka umum dan luas untuk mendapatkan
informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan
dengan seksualitas.
e. Jangan medesak klien untuk membiicarakan mengenai seksualitas, biarkan
terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan dating.
f. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari hari dan fungsi sebelum sakit dapat di
pakai untuk mulai membahas masalah seksual.
g. Amati klien selama interaksi, dapat memeberikan informasi tentang masalah
apa yang di bahas, begitu pula masalah apa yang dihadapi klien.
h. Minta klien untuk mengklarisfikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang
belum jelas.
i. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien sebagai
makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah
seksual.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan primer menurut North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) yang ditulis oleh Stuart dan Sundeen (1995) adalah perubahan
31

pola seksualitas termasuk tidak mengalami kepuasan seksual yang melibatkan konflik
antara peran seks dan nilai, disfungsi seksual yang meliputi keterbatasan fisik.
Contoh diagnosa keperawatan terkait aspek seksual dalam asuhan
keperawatan, yaitu :
a. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan rasa malu setelah
mastektomi, ditandai oleh tidak adanya keinginan seksual.
b. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencapai orgasme, ditandai oleh tidak adanya kepuasan seksual.
c. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan konflik perkawinan,
ditandai oleh tidak timbul gairah pada saat pemanasan sebelum berhubungan
intim.
d. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan minum alkohol yang berlebihan,
ditandai oleh ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi.
e. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan rasa takut terhadap penetrasi,
ditandai rasa sakit ketika berhubungan intim.
c. Perencanaan
Pendidikan merupakan suatu metode pencegahan primer yang biasa dilakukan
terhadap klien dengan masalah seksual. Tujuan umum adalah mepertahankan
hubungan profesional antra perawat-pasien yang akan memungkinkan perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan yang terapeutik.
Perawat perlu memahami masalah seksual yang mungkim dialami oleh klien
serta gambaran utamanya, sebagai berikut :
a. Transeksualisme: Rasa tidak nyaman yang menetap dan adanya ketidak
wajaran seks dengan preokupasi yang menetap (sedikitnya untuk 2 tahun)
dengan menyisihkan karakteristik seks primer dan sekunder dan memperoleh
karakteristik lawan jenis.
b. Gangguan Identitas jender pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa:
Tekanan yang kuat dan menetap mengenai status sebagai laki-laki atau
perempuan dengan keinginan yang kuat untuk berjenis kelamin lawan seks,
preokupasi dengan kegiatan dari lawan seks, dan penanggalan struktur
anatomis individu.
c. Pedofilia: Terjadi hubungan yang menetap sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tidakan, fantasi, atau
32

rangsangan lain yang melibatkan seorang anak atau lebih yang berusia 13
tahun kebawah.
d. Eksibisionisme: Terjadi hubungan yang menetap sedikitnya berlangsung 6
bulan, antara rangsangan dan keingian seksual, tindakan, fantasi, atau
rangsangan lain dengan memamerkan genitalnya kepada orang asing/orang
yang belum dikenal.
e. Gangguan keinginan seksual hipoaktif: Defisit yang menetap/berulang atau
tidak terdapatnya fantasi seksual dan keinginan untuk melakukan kegiatan
seksual.
f. Gangguan keengganan seksual: Keengganan yang berlebihan dan menetap dan
menghindari semua atau hampir semua kontak dengan pasangan seksual.
g. Gangguan rangsangan seksual: Kegagalan yang menetap atau sebagian untuk
mencapai atau mempertahankan respons fisiologis dari kegiatan seksual atau
hilangnya kepuasan seksual selama kegiatan seksual dilakuakn.
h. Hambatan orgasme: Keterlambatan yang menetap atau tidak adanya orgasme
yang menyertai pada saat fase puncak hubungan seksual, walaupun menurut
tenaga profesional terdapat intensitas, lama dan fokus yang sesuai dengan usia
individu.
d. Implementasi
Sebelum melakukan pendidikan atau konseling kesehatan, perawat perlu
meninjau nilai dan keyakinan dirinya sendiri tentang pasien yang berperilaku seksual
yang mungkin berbeda. Hal ini dapat difasilitasi dengan menggali pandangan khusus
masyarakat terhadap seksualitas manusia.
Intervensi keperawatan terhadap klien dengan masalah psikoseksual
mencakup mendengarkan dengan penuh perhatian, membina rasa percaya,
menggunakan teknik komunikais terapeutik, menerima perubahan dan merujuk pada
konselor seksual.
Intervensi keperawatan:
a. Anjurkan klien untuk berbicara secara terbuka dengan suaminya tentang
perasaan dan rasa takutnya.
b. Beri dukungan positif dengan mengidentifikasi aspek positif yang ada pada
klien.
c. Berikan informasi kepada klien tentang pakaian dan perlengkapan lain untuk
mengurangi efek mastektomi.
33

d. Hubungi sistem pendukung yang dapat membantu klien beradaptasi dengan


mastektomi yang dialaminya.
Kompetensi perawat
Kompetensi khusus yang perlu dimiliki perawat agar dapat memberikana
asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah psikoseksual dan
meperhatikan aspek psikoseksual dalam asuhan keperawatan yang
dilakukannya, menurut Taylor, Lillis dan Le Mone (1997) adalah sebagai
berikut:
1. Kompetensi kognitif dan teknikal
a. Pengetahuan yang memadai tentang seksualitas manusia, termasuk
anatomi dan fisiologi, tumbuh kembang, mitos seksual dan isu
terakhir tentang seksualitas.
b. Keterampilan pengkajian yang baik dalam mewawancarai klien
dengan kepedulian tentang seksualitas.
c. Keterampilan mengajar untuk memberikan klien informasi dan
keterampilan yang diperlukan.
2. Kompetensi interpersonal
a. Keterampilan komunikasi interpersonal untuk membina hubungan
yang penuh rasa percaya dengan klien remaja.
b. Sikap tidak menghukum untuk menghindarkan bias, yang dapat
mempengaruhi hubungan perawat-klien yang didasari rasa percaya.
c. Keterampilan konseling untuk mengatasi masalah ansietas terkait
dengan tumbuh kembang seksual yang dialami klien.
d. Merasa nyaman dengan seksualitas dan hal-halt erkait dengan
seksualitas.
3. Kompetensi legal dan etik
a. Pengetahuan tentang tanggung jawab profesional dan kemampuan
kesediaan untuk menggunakan secara tepat untuk membantu
mengatasi maslah klien.
E. Evaluasi.
Untuk mengevaluasi rencana asuhan keperawatan, perawat perlu
menggunakan informasi yang diberikan klien dalam menetapkan kriteria
keberhasilan. Tidak realistik, apabila perawat mengevaluasi klien dengan mengamati
ekspresi seksualitas klien saja, tetapi perlu dievaluasi perkembangan klien yang
34

mengarah kepada pencapaian tujuan melalui penampilan, tingkat rasa percaya diri,
dan sikap klien.
Evalausi hanya mungkin dilakukan jika perawat mempunyai hubungan yang
cukup lama dengan klien, sehingga perkembangan penanganan masalah seksual dapat
terlihat. Klien dapat diminta untuk mengevaluasi sendiri perkembangannya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat di pisahkan
dari kehidupan manusia dan merupakan ekspresi dan pengalaman diri sebagai mahluk
seksual. Dalam menerapkan pendekatan yang holistic, aspek seksual perlu di perhatikan
perawat, walaupun tidak berarti bahwa perawat harus ahli dan menguasai mengenai
seksualitas, tetapi perawat di harapkan akan lebih mengerti kebutuhan dan masalah seksual
klien.

dimensi seksual terdiri dari dimensi sosiokultural, dimensi agama etik, dimensi
fsikologis, dimensi biologis.

sikap yang ditujukan pada perasaan dan prlaku seksual berubah sejalan dengan
perkembangan dan pertumbuhan seseorang sampai tua. perubahan ini mungkin menjadi lebih
tradisional atau liberal karena perubahan masyarakat, dan keterlibatan dalam kelompok
keagaamn dan komunitas

anatomi dan fisiologi seksual manusia terdiri pria dan wanita, anatomi seksual wanita
terdiri dari, mons pubis, mons veneris, labia minora, labia mayora, klitoris, vestibula, vagina,
uterus, tuba palofi, ovarium. anatomi seksual pada pria, penis, skrotum, kelenjar cowveri,
kelenjar prostat,testis.

Perkembangan aspek seksualitas pada manusia mengikuti tahap perkembangan dalam


kehidupan yang didapat dalam kehidupan, yang dapat ditinjau dari segi fisiologis, psikologis
dan social.

Para pakar yang mendalami masalah seksualitas tidak setuju tentang tipe perilaku
seksual yang disebut normal. Pada masa sebelumnya, diyakini bahwa setiap penyimpangan
hubungan seksual antara pasangan perkawinan yang bertujuan untuk meneruskan keturunan,
dianggap bermasalah atau tidak normal. Sekarang ekspresi seksualitas merupakan rentang
respon adaptif dan maladaptif

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi gangguan dalam fungsi seksual,
diantaranya :

35
36

Tidak adanya panutan (role model), Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti adanya
trauma, obat, kehamilan, atau abnormalitas anatomi genitalia, Kurang pengetahuan atau
informasi yang salah mengenai masalah seksual,Penganiayaan secara fisik, Adanya
penyimpangan psikoseksual, Konflik terhadap nilai,Kehilangan pasangan karena perpisahan
atau kematian.

Penerapan proses keperawatan meliputi pengkajian menyeluruh, perencanaan yang


cermat, strategi implementasi yang tepat dan evaluasi berkesinambungan terhadap klien
dengan masalah psikoseksual sangat penting, karena proses keperawatan memberikan
kerangka kerja untuk menyusun, mengimplementasi dan mengevaluasi strategi keperawatan
yang diawali dengan pengkajian.

3.2 saran

untuk memehami psikoseksual dalam preaktek keperawatan selain membaca dan


memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada kita harus bisa mengaitakn materi
materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari agar lebih mudah dipahami.

dan tentunya makalh ini masih banyak celah yang belum tergarap akan lebih baik jika
kedepannya kita semua dapat membuat karyua tulis ilmiah dalam bidang apapun demi
kebutuhan kita terhadap ilmu pengetahuan.kami sangat berlapang dada menrima keritik dan
saran yang membangun karya tulis ilmiah ini.
Daftar pustaka

Hamid, Achir Yani S. (1999). Aspek psikoseksual dalam keperawatan. Jakarta : Widiya
Medika

Potter., & Perry. (1999). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku kedokteran EGC

Syaifuddin. (2010). Anatomi Fisiologi. Jakarta : Buku kedokteran EGC

37

Anda mungkin juga menyukai