MAKALAH
Dosen pembimbing
Ghulam Ahmad.Skp.,Mkep
Disusun oleh :
SUKABUMI
2020
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat allah SWT, berkat dan rahmat-Nya,penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Praktek keperawatan yang berkaitan dengan
seksualitas. Makalah ini disusun untuk menunjang proses belajar mahasiswa, khususnya
untuk memenuhi tugas psikososial Budaya Dasar Kperawatan .
Isi makalah ini memuat tentang konsep seksualitas, dimensi seksualitas, sikap
terhadap kesehatan seksual, anatomi dan fisiologi seksual, perkembangan seksual, respon
seksual, bagaimana masalah yang berhubungan dengan seksualitas, tentang seksualitas dan
proses keperawatan
Dalam menulis makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis menerima saran dan masukan dengan lapang dada.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memenuhi tugas psikososial Budaya Dasar
Kperawatan dan memberikan nilai tambah serta manfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada
umumnya.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2Latar belakang
1.3Rumusan masalah
1.4Tujuan
BAB II PEMBAHASANAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
PEMBAHASAN
Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat di pisahkan
dari kehidupan manusia dan merupakan ekspresi dan pengalaman diri sebagai mahluk
seksual. Dalam menerapkan pendekatan yang holistic, aspek seksual perlu di perhatikan
perawat, walaupun tidak berarti bahwa perawat harus ahli dan menguasai mengenai
seksualitas, tetapi perawat di harapkan akan lebih mengerti kebutuhan dan masalah seksual
klien.
Tidak ada sistem nilai seksual yang baik bagi setiap orang dan tidak ada
satupun kode moral yang tidak dapat diperdebatkan dan dapat digunakan secara
universal. Perubahan perilaku seksual yang terjadi di mana-mana, termasuk di
Indonesia, tidak terlepas dari dimensi kultural. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan perubahan itu.
3
4
dan akibatnya seks semakin tidak dianggap sebagai sesuatu yang menimbulkan rasa
malu dan misterius.
C. Dimensi psikologis
D. Dimensi biologis
fungsi seksual, dan kepuasan seksual. Bahkan kekuatan biologi juga mempengaruhi
diferensiasi seks tertentu dalam hal perilaku, misalnya kecenderungan pria untuk
bertindak lebih agresif daripada wanita. Reaksi seksual menghasilkan peristiwa
biologi yang spesifik, misalnya meningkatnya nadi, reaksi pada organ kelamin, dan
sensasi yang dirasakan pada seluruh tubuh
sikap yang ditujukan pada perasaan dan prlaku seksual berubah sejalan dengan
perkembangan dan pertumbuhan seseorang sampai tua. perubahan ini mungkin menjadi
lebih tradisional atau liberal karena perubahan masyarakat, dan keterlibatan dalam
kelompok keagaamn dan komunitas.
selain itu, jika klien percaya dalam peran yang sesuai berdasarkan
trdisional, mereka mungkin menganggap “perawat” sebagai wanita dan
bersikap tunduk gambaran historis tentang perawat adalah sesorang dengan
kedisiplinan, kesucian, dan kebersihan. karena perawat mempunyai hak untuk
menyentuh tubuh klien yang dirawat dirumah sakit dan melakukan kebersihan
diri klien, maka mereka diharapkan menekan seksualitas mereka sendiri.
namun demikian, perhatian utama tentang klien adallah apakahh
prilaku, sipat , perasaan, dan sikap seksual spesfik adalah normal. karena
masyarakat tidak didorong runtuk secara terbuka membicareakan tentang
seksualitas, maka ansietas seperti diatas dapat dipahami. agama, masyarakat,
media, keluarga, teman sebaia, dan pengalamn kadang menyampaikan pesan
yang menimbulkan konflik tentang kenormalan seksual.
klien mungkin kwuatir tentang efek intervensi keperawatan terhadap
kemampuan perawatan diri dan aktivitas seksual mereka. suatu cedara atau
penyakit dapat menyebabkan perubahan dalam cara seseorang
mengekspresikan diri mereka secara seksual. klien yang dirawat haruys diberi
privasi ketika dikunungi oleh pasangan seksualnya. privasi ini
memungkuinkan waktu untuk pembicaraan intim, menyentuh, berciuman.
dilingkungan rumah, perawat meluangkan waktu untuk membantu klien
beradaptasi terhadap setiap keterbatasan fisik sehingga aktivitas seksual dapat
dipertahankan.
B. sikap perawat terhadap seksualitas
karena profesional keperawatan kesehatan mewakili masyarakta dan
sikap serta prilaku seksualnya yang beragam , maka keragaman itu dipahmi
dan diharapkan diantar profesional keperawatan kesehatan. perawat dapat
menghadapi sikap personal dengan menerima keberadaan mereka, menggali
sumber mereka, dan menemukan cara ntuk bekerja dengan mereka. prilaku
profesional tidak harus berkompromi dengan etik seskual personal dari
perawat atau klien.. dan perilaku profesional harus menjamin bahwa klien
menerima perawatan kesehatan terbaik yang paling meungkin tanpa
menmghilangkan nilai diri mereka.
perawat mungkin menemukan kesulitan untuk tidak mengfhakimi
seksualitas klien ketika orientasi atau nilai seksual klien berbeda. situasi yang
tampak ameh atau salah bagi perawat mungkin tamapak normal dan dapat
7
diterima oleh klien. dngan berupaya untuk mengubah sikap dan prilaku
seksual klien akan mengabaikan perbedaan mendasar dalam sikap diantara
mausia. promosi tentang edukasi sek dan pemeriksaan nilai dan keyakinan
seksual dengan jujur dapat membantu dalam engurangi bias seksual klien
membutuhkan informasi yang akurat, jujur, tentang efek penyakit pada
seksualitas dan cara yang dapat menunjang kesejahteraan. perawat harus
memberikan indformasi ini sehingga bias-bias tidak mengganggu kperawatan.
Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan
kelamin luar, terletak dibagian ginjal, membentuk kelenjar reproduksi berisi sel
benih, dan membentuk struktur sekelilingnya. Organ reproduksi (traktus genetalis)
berhubungan dengan traktus urinarius tetapi tidak tersambung. Sebagian besar organ
reproduksi pria terletak diluar pelvis. Organ reproduksi pria terdiri dari:
1) Fasia spermatika eksterna, suatau membrane yang tipis memanjang ke arah bawah
diantara fenikulus dan testes,berakhir pada cincin subkutan ingunalis.
8
2) Lapisan kremasterika , terdiri dari selapis otot. Lapisan ini sesuai dengan M.
obliqus abdominis internus dan kasies abdominus internus.
3) Fascies spermatika interna, suatu membrane tipis dan menutupi fenikulus
spermatikulus.
Aretri pundenda eksterna pars superfisialis merupakan cabang dari arteri femoralis.
Arteri ferinalis superfisialis cabang dari arteri pudenda interna.
Arteri kremasterika cabang dari arteri epigasterika inferior.
b. Vesika seminalis
Vesika seminalis merupakan ruangan diantara fundus vesika urinaria dan rektum,
masing-masing ruangan berbentuk piramid. Permukaan posterior terletak diatas rektum
yang di pisahkan oleh fasia rektovisikalis. Panjang kelenjar ini 5 sampai 10 cm,
merupakan kelenjar sekresi yang menghasilkan zat mukoid. Sekresi vesika seminalis
merupakan komponen pokok dari air mani yang menghasilkan cairan yang di sebut semen
sebagai pelindung spematozoa. Selama ejakulasi vesika seminalis mengosongkan isinya
kedalam duktus ejakulatorius sehingga menambah semen ejakulasi serta mukosa duktus
ejakulatorius berjumlah dua buah pada sisi lain dari garis tengah. Masing-masing duktus
akan membentuk gabungan vesikula seminalis dan duktus diferens.
Arteri yang menyuplai vesika seminalis adalah cabang dari arteri vesikalis medialis,
arteri vesikalis interior, dan arteri haeromoloidalis medialis.
c. Grandula prostata
Grandula prostata terdapat dibawah orifisium uretra internal dan sekeliling permukaan
uretra, melekat di bawah vesika urinaria dalam rongga velvis dibawah simfisis pubis
posterior. Prostat merupakan suatu kelenjar yang mempunyai empat lobus,yaitu posterior,
anterior, lateral, dan medial.
9
Fungsi kelenjar prostat mengeluarkan cairan alkali yang encer seperti susu yang
mengandung asam sitrat yang berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan
pada uretra. Basis prostat menghadap keatas berhubungan dengan permukaan inferior
vesika urinaria. Permukananya berhubungan dengan vesika urinaria. Uretra menembus
grandula prostat tepi anterior dan posterior. Apeks prostat mengarah ke bawah
berhubungan dengan diafragma urogenitalis.
1. Ligamentum puboprostatika
2. Lapisan dalam diafragma urogenitalis
3. M. levator ani pars anterior
4. M. levator prostat bagian dari m.lavator ani.
Pembuluh darah dan saraf untuk glandula prostat meliputi arteri pudenda interna,
arteri sesikalis inerior, arteri haemoroidalis medialis.
d. Kelenjar Bulbouretralis
Kelenjar ini terdapat dibelakang lateral pars membranasea uretra, diantara kedua
lapisan diafragma urogenitalis dan di sebelah bawah kelenjar prostat. Bentuknya bundar,
kecil, dan warnanya kuning, panjangnya 2,5 cm. fungsinya hampir sama dengan kelenjar
prostat.
2. Duktus
a. Epididimis
1) Kaput epdidimis, yang berhubungan erat dengan bagian atas testis sebagai
ductus eferens dari testis.
2) Kaput epididimis: badan ditutupi oleh membrane serosa servikalis sepanjang
tepi posterior
3) Kauda epididimis: ekor disebut juga globulus minor ditutupi oleh membrane
serosa yang berhubungan dengan ductus deferns.
4) Ekstermitas superior: bagian yang besar
5) Ekstermitas inferior: seperti titik.
10
Diantara korpus dan testis terdapat ruangan yang disebut sinus epididimis (fossa
digitalis). Epididymis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral. Lapisan bagian ini
mediastinum menjadi lapisan parietal, dikelilingi oleh jaringan ikat spermatozoa
melalui ductus eferen, merupakan bagian dari kaput epididimis tempat bermuaranya
spermatozoa lalu disimpan masuk ke dalam vas deferens. Fungsinya sebagai saluran
penghantar testis, mengatur seperma sebelum diejakulasi, dan memproduksi sperma.
b. Duktus Diferens
Duktus dieferns keras seperti tali dan berbentuk silinder. dinding salurannya sangat
kecil. pada fundus vesika urinaria membesar dan berbelok-belok, disebut ampula.
c. Uretra
Uretra merupakan saluran kemih dan saluran ejakulasi pada pria. pengeluaran
urine tidak bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan kontraksi prostat.
3. Bangun Penyambung
a. Skrotum
Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. skrotum bervariasi
dalam beberapa keadaan, misalnya pengaruh panas pada lansia, dan keadaan lemah,
skrotum akan memanjang dan lemas. sedangkan dalam keadaan dingin dan pada
orang muda akan memendek dan berkerut.
11
1) Kulit: Warna kecokelatan, tipis dan mempunyai filika/rugae, terdapat folikel sebasea
dikelilingi rambut keriting yang akarnya terlihat melalui kulit.
2) Tunika dartos: Berisi lapisan otot polos yang tipis sepanjang basis skrotum. tunika
dartos ini membentuk septum yang membagi skrotum menjadi dua ruangan untuk
testis yang terdapat dibawah permukaan penis.
b. Fenikulus Spermatikus
Pembuluh limfe terdiri dari dua bagian, permukaan luar dan permukaan dalam
yang berasal dari permukaan tunika vaginalis epididimis dan korpus testis. pembuluh
ini akan membentuk 4-8 traktus dan berakhir pada bagian lateral dari pronatik dan
nervous lumbalis II. pleksus spermatikus yang merupakan saraf simpatis bergabung
dengan cabang dari pleksus pelvis yang menyertai duktus deferens.
c. Penis
Korpora kavernosa penis terdiri dari dua masa silinder yang erektil terdiri dari
3/4 dari bagian anterior batang penis. Korpora kavernosus penis ditutupi oleh kapsul
yang kuat terdiri dari benang-benang superfisialis dan profunda, mempunyai arah
longitudinal dan membentuk septum penis. septum ini terdiri dari bangunan vertical,
disebut septum pektiniformis.
Permukaan atas terdapat celah kecil tempat vena dorsalis penis profunda dan
permukaan bawah terdapat celah yang dalam dan luas berisi korpus kavernosa uretra.
Bagian anterior korpus kavernosa penis akan melebar, disebut korpus bulbus korpus
kavernosa. Bagian terikat kuat pada ramus iskiumu pubis yang ditutupi oleh M.
Korpus kavernosa uretra bagian dari penis yang berisi uretra di dalam batang penis
berbentuk silinder, lebih kecil dri kavernosa, pada ujungnya agak melebar, bagian
anterior membentuk bulbus uretra.
Glans penis adalah bagian akhir anterior dari kavernosa uretra, memanjang
kedalam dan bentuknya seperti jamur. glans penis licin dan kuat, bagian perifer lebih
besar sehingga membentuk tepi yang bundar, disebut korona glandis. Bagian perifer
menyempit membentuk bulbus retroglansdularis dari leher penis, dan pada puncak
glans penis terdapat celah dari orifisium uretra eksterna.
penggantung penis:
1) Ligamentum fundiformis penis: lapisan tebal yang berasal dari fascia superfisialis dari
dinding abdominalis anterior di atas pubis.
13
2) ligamentum suspensorium penis: berupa benang berbentuk seitiga akar penis kebagian
inferior linea alba, simfisis pubis, dan ligamentum arquarta pubis, Krusis iskhio pubis
dan bulbus diafragma urogenitalis sebagai alat penggantung penis.
1) Arteri pudenda interna: cabang arteri hipogastrika yang menyuplai darah untuk
ruangan kavernosus.
2) Arteri profunda penis: cabang dari arteri dorsalis penis, bercabang terbuka langsung
ke ruangan kavernosa. cabang kapiler menyuplai darah ke trabekula ruangan
kavernosa, dikembalikan ke vena pada dorsum. vena dorsalis penis melewati
permukaan superior korpora kavernosa dan bergabung dengan vena yang lain.
A. Spermatogenesis
Kedua testis dapat membentuk sperma kira-kira 120 juta setiap hari. Sejumlah kecil
sperma dapat disimpan di epididymis dan sebagian disimpan dalam vas deferens dan ampula
14
vas deferens, dan dapat mempertahankan fertilitasnya dalam duktus genitalis selama 1 bula.
pada aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan hanya beberapa hari saja.
Kelenjar prostat meghasilkan cairan encer yang mengandung fosfat, enzim membeku,
dan profibrinolisin. selama pengisian kelejar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi
vas deferens sehingga cairan encer dikeluarkan dan menambah lebih banyak semen.
C. Semen
Semen berasal dari vas deferens, semen berfungsi untuk mendorong sperma keluar
dari duktus ejakulatorius dan uretra. cairan dari vesikula seminalis membuat semen lebih
kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dan cairan vesikula
seminalis membentuk kuagulum yang lemah. Sperma dapat hidup beberapa miggu dalam
duktus genitalia pria. Setelah sperma diejakulasi ke dalam semen, jangka hidup maksimal
sperma hanya 24-48 jam.
D. Hormon
a. Hormon testosterone
Hormon testosteron dihasilkan oleh sel intersisial leyding yang terletak di antara
tubulus seminiferous. Sel intersisial banyak menghasilkan hormone testosterone setelah
disekresi testis.
fungsi testosterone:
1) Efek desensus testis. Hal ini menunjukan bahwa testosterone merupakan hal yang
penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan factor
keturunan.
3) tahun, mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pra mulai pada masa
pubertas
15
b. Hormon gonadotropin
c. Hormon estrogen
Hormon estrogen dibentuk dari testosterone dan dirangsang oleh hormon perangsang
folikel yang memungkinkan spermatogenesis menyekresi protein pengikat endogen
untuk mengikat testosterone dan estrogen serta membawa keduanya kedalam cairan
lumen tubulus seminiferus untuk pematangan sperma.
d. Hormon pertumbuhan
Rangsangan akhir organ sensorik dan sensasi seksual menjalar melalui saraf
pudendus. pleksus sakralis dari medulla spinalis yang meningkatkan sensasi seksual yang
berasal dari struktur intrena. akibat dari dorongan seksual akan mengisi organ seksual dengan
secret yang menyebabkan keinginan seksual dengan merangsang kandung kemih dan mukosa
uretra.
Organ ini terletak antara bagian bawah rahim dan tubuh bagian luar. Vagina
merupakan lorong atau jalan keluar untuk melahirkan, serta tempat masuknya
penis selama berhubungan seksual.
2) Serviks atau leher Rahim
Leher rahim adalah pintu masuk antara vagina dan rahim, yang berupa lorong
sempit. Dinding serviks bersifat fleksibel, sehingga dapat meregang dan membuka
jalan lahir saat persalinan.
3) Uterus atau Rahim
Merupakan organ berbentuk seperti buah pir yang menjadi rumah bagi janin yang
sedang berkembang
4) Ovarium
Organ ini merupakan kelenjar kecil berbentuk oval yang terletak di kedua sisi
rahim. Ovarium berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan memproduksi hormon
seks utama, yakni estrogen dan progesteron, yang dilepaskan ke dalam aliran
darah.
5) Saluran telur atau tuba palopi
Tuba fallopi adalah saluran sempit yang melekat pada bagian atas rahim mengarah
ke ovarium. Saluran ini merupakan jalan bagi telur dari ovarium ke rahim, serta
tempat terjadinya pembuahan telur oleh sperma.
FISIOLOGIS REPRODUKSI WANITA
1. Oogenesis
Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur.
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan,
yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi
perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun,
meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan
tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut
berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung
sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuanhanya memiliki
sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainny
18
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28.
Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi
estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan
progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk
melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan
tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya
3. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder
memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-
tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar
oosit sekunder yang disebut korona radiata.Kemudian, sperma juga harus menembus
20
lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan
di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit
sekunder.Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi
aktivitas yang saling mendukung.
4. Gestasi (Kehamilan)
Para pakar yang mendalami masalah seksualitas tidak setuju tentang tipe perilaku seksual
yang disebut normal. Pada masa sebelumnya, diyakini bahwa setiap penyimpangan hubungan
seksual antara pasangan perkawinan yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, dianggap
bermasalah atau tidak normal. Sekarang ekspresi seksualitas merupakan rentang respon
adaptif dan maladaptif. Respon seksual yang paling adaptif menurut stuart & sundeen (1995),
terlihat dari perilaku yang memenuhi kriteria berikut ini :
Sedangkan respon perilaku seksual maladaptif meliputi perilaku yang tidak memenuhi
satu atau lebih kriteria tersebut. Perlu berhati-hati dalam menentukan perilaku seksual yang
adaptif dan maladaptif. Perilaku seksual dapat saja memenuhi kriteria tetapi belum tentu
memuaskan bagi individu terutama jika pandangan masyarakat turut mempengaruhi. Respon
perilaku seksual maladaptif meliputi perilaku yang tidak memenuhi satu atau lebih kriteria
yang diuraikan sebelumnya.
Perawat harus berhati-hati dalam menentukan perilaku seksual yang adaptif dan
maladaptif. Sebagai contoh, perilaku seksual dapat memenuhi kriteria tetapi tetap tidak
memuaskan bagi individu jika diubah oleh dampak pandangan masyarakat sebagai perilaku
yang dapat dan tidak dapat diterima.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi gangguan dalam fungsi seksual,
diantaranya :
Secara umum bentuk-bentuk gangguan seksual manusia dikelompokkan atas tiga bagian
yaitu:
Dapat kelihatan pada usia 18 bulan hingga 3 tahun. Gangguan tidak secara spesifik
bersifat seksual tetapi berupa sense identitas seseorang sebagai laki-laki atau perempuan.
Gender fisik tidak konsisten, esensi maskuliin atau feminimnya seseorang tertanam pada
perasaan pribadi yang sangat mendalami pada diri seseorang. Tujuan utamanya bukan
rangsangan seksual, namun lebih berupa keinginan untuk menjalani kehidupan lawan
jenisnya disebut juga sebagai transeksualisme.
Secara umum bentuk-bentuk dari gangguan identitas seksual (transeksualisme) yaitu :
Transvestite fetishism (fetisisme transvestisme) adalah rangsangan
seksual dengan prefensi lawan jenisnya untuk mendapatkan kepuasan
seks dengan menggunakan cross-dressing (pakaian lawan jenis).
Male to female adalah laki-laki yang memiliki identitas gender feminim,
tertarik secara seksual perempuan dan membuat teknik rangsangan seks
bersifat homoseksual. Merupakan suatu keinginan pria untuk menjadi
perempuan.
Female to male adalah perempuan yang memiliki gender maskulin, dan
tertarik secara seksual laki-laki dan membuat rangsangan seks bersifat
lesbian. Merupakan suatu keinginan seorang wanita untuk menjadi laki-
laki.
Intersexed individual (hermafrodit) adalah seseorang yang lahir dengan
alat kelamin yang tidak jelas atau adanya abnormal hormonal dan
abnormal fisik lainnya.
b) Gangguan disfungsi seksual (disfunction sexual)
Adalah gangguan seksual dimana seseorang mengalami gangguan atau kesulitan
untuk berfungsi secara adekuat selama berhubungan seks.
Secara umum bentuk-bentuk disfungsi seksual yaitu :
Gangguan nafsu seksual hipoaktif yaitu jenis disfungsi seksual yang
ditandai dengan kurang adanya minat melakukan hubungan seksual
dalam kurun waktu yang berulang-ulang sebagai akibat distres yang
signifikan atau kesulitan dalam hubungan interpersonal.
Gangguan aversi seksual adalah jenis disfungsi seksual yang ditandai
dengan perasaan tidak suka yang persisten dan ekstrem terhadap
hubungan seksual sebagai akibat kecemasan yang memicu kepanikan
dalam kontak seksual sehingga timbul rasa muak dalam hubungan seks.
29
a. Pengkajian
Menurut pasquali, Arnold dan De Basio (1989) dan Craven & Hirnle (1996),
penggunaan diri secara terapeutik sangat penting dalam menciptakan lingkungan di
mana kesehatan seksual dipersepsikan sebagai bagian integral dari riwayat
menyeluruh klien. Ketepatan pengumpulan data tergantung pada kemamp-uan
perawat untuk menciptakan lingkungan yangmenunjang suasana wawancara. Berikut
ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data dan berkaitan dengan
aspek psikoseksual.
pola seksualitas termasuk tidak mengalami kepuasan seksual yang melibatkan konflik
antara peran seks dan nilai, disfungsi seksual yang meliputi keterbatasan fisik.
Contoh diagnosa keperawatan terkait aspek seksual dalam asuhan
keperawatan, yaitu :
a. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan rasa malu setelah
mastektomi, ditandai oleh tidak adanya keinginan seksual.
b. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencapai orgasme, ditandai oleh tidak adanya kepuasan seksual.
c. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan konflik perkawinan,
ditandai oleh tidak timbul gairah pada saat pemanasan sebelum berhubungan
intim.
d. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan minum alkohol yang berlebihan,
ditandai oleh ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi.
e. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan rasa takut terhadap penetrasi,
ditandai rasa sakit ketika berhubungan intim.
c. Perencanaan
Pendidikan merupakan suatu metode pencegahan primer yang biasa dilakukan
terhadap klien dengan masalah seksual. Tujuan umum adalah mepertahankan
hubungan profesional antra perawat-pasien yang akan memungkinkan perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan yang terapeutik.
Perawat perlu memahami masalah seksual yang mungkim dialami oleh klien
serta gambaran utamanya, sebagai berikut :
a. Transeksualisme: Rasa tidak nyaman yang menetap dan adanya ketidak
wajaran seks dengan preokupasi yang menetap (sedikitnya untuk 2 tahun)
dengan menyisihkan karakteristik seks primer dan sekunder dan memperoleh
karakteristik lawan jenis.
b. Gangguan Identitas jender pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa:
Tekanan yang kuat dan menetap mengenai status sebagai laki-laki atau
perempuan dengan keinginan yang kuat untuk berjenis kelamin lawan seks,
preokupasi dengan kegiatan dari lawan seks, dan penanggalan struktur
anatomis individu.
c. Pedofilia: Terjadi hubungan yang menetap sedikitnya berlangsung selama 6
bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tidakan, fantasi, atau
32
rangsangan lain yang melibatkan seorang anak atau lebih yang berusia 13
tahun kebawah.
d. Eksibisionisme: Terjadi hubungan yang menetap sedikitnya berlangsung 6
bulan, antara rangsangan dan keingian seksual, tindakan, fantasi, atau
rangsangan lain dengan memamerkan genitalnya kepada orang asing/orang
yang belum dikenal.
e. Gangguan keinginan seksual hipoaktif: Defisit yang menetap/berulang atau
tidak terdapatnya fantasi seksual dan keinginan untuk melakukan kegiatan
seksual.
f. Gangguan keengganan seksual: Keengganan yang berlebihan dan menetap dan
menghindari semua atau hampir semua kontak dengan pasangan seksual.
g. Gangguan rangsangan seksual: Kegagalan yang menetap atau sebagian untuk
mencapai atau mempertahankan respons fisiologis dari kegiatan seksual atau
hilangnya kepuasan seksual selama kegiatan seksual dilakuakn.
h. Hambatan orgasme: Keterlambatan yang menetap atau tidak adanya orgasme
yang menyertai pada saat fase puncak hubungan seksual, walaupun menurut
tenaga profesional terdapat intensitas, lama dan fokus yang sesuai dengan usia
individu.
d. Implementasi
Sebelum melakukan pendidikan atau konseling kesehatan, perawat perlu
meninjau nilai dan keyakinan dirinya sendiri tentang pasien yang berperilaku seksual
yang mungkin berbeda. Hal ini dapat difasilitasi dengan menggali pandangan khusus
masyarakat terhadap seksualitas manusia.
Intervensi keperawatan terhadap klien dengan masalah psikoseksual
mencakup mendengarkan dengan penuh perhatian, membina rasa percaya,
menggunakan teknik komunikais terapeutik, menerima perubahan dan merujuk pada
konselor seksual.
Intervensi keperawatan:
a. Anjurkan klien untuk berbicara secara terbuka dengan suaminya tentang
perasaan dan rasa takutnya.
b. Beri dukungan positif dengan mengidentifikasi aspek positif yang ada pada
klien.
c. Berikan informasi kepada klien tentang pakaian dan perlengkapan lain untuk
mengurangi efek mastektomi.
33
mengarah kepada pencapaian tujuan melalui penampilan, tingkat rasa percaya diri,
dan sikap klien.
Evalausi hanya mungkin dilakukan jika perawat mempunyai hubungan yang
cukup lama dengan klien, sehingga perkembangan penanganan masalah seksual dapat
terlihat. Klien dapat diminta untuk mengevaluasi sendiri perkembangannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat di pisahkan
dari kehidupan manusia dan merupakan ekspresi dan pengalaman diri sebagai mahluk
seksual. Dalam menerapkan pendekatan yang holistic, aspek seksual perlu di perhatikan
perawat, walaupun tidak berarti bahwa perawat harus ahli dan menguasai mengenai
seksualitas, tetapi perawat di harapkan akan lebih mengerti kebutuhan dan masalah seksual
klien.
dimensi seksual terdiri dari dimensi sosiokultural, dimensi agama etik, dimensi
fsikologis, dimensi biologis.
sikap yang ditujukan pada perasaan dan prlaku seksual berubah sejalan dengan
perkembangan dan pertumbuhan seseorang sampai tua. perubahan ini mungkin menjadi lebih
tradisional atau liberal karena perubahan masyarakat, dan keterlibatan dalam kelompok
keagaamn dan komunitas
anatomi dan fisiologi seksual manusia terdiri pria dan wanita, anatomi seksual wanita
terdiri dari, mons pubis, mons veneris, labia minora, labia mayora, klitoris, vestibula, vagina,
uterus, tuba palofi, ovarium. anatomi seksual pada pria, penis, skrotum, kelenjar cowveri,
kelenjar prostat,testis.
Para pakar yang mendalami masalah seksualitas tidak setuju tentang tipe perilaku
seksual yang disebut normal. Pada masa sebelumnya, diyakini bahwa setiap penyimpangan
hubungan seksual antara pasangan perkawinan yang bertujuan untuk meneruskan keturunan,
dianggap bermasalah atau tidak normal. Sekarang ekspresi seksualitas merupakan rentang
respon adaptif dan maladaptif
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi gangguan dalam fungsi seksual,
diantaranya :
35
36
Tidak adanya panutan (role model), Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti adanya
trauma, obat, kehamilan, atau abnormalitas anatomi genitalia, Kurang pengetahuan atau
informasi yang salah mengenai masalah seksual,Penganiayaan secara fisik, Adanya
penyimpangan psikoseksual, Konflik terhadap nilai,Kehilangan pasangan karena perpisahan
atau kematian.
3.2 saran
dan tentunya makalh ini masih banyak celah yang belum tergarap akan lebih baik jika
kedepannya kita semua dapat membuat karyua tulis ilmiah dalam bidang apapun demi
kebutuhan kita terhadap ilmu pengetahuan.kami sangat berlapang dada menrima keritik dan
saran yang membangun karya tulis ilmiah ini.
Daftar pustaka
Hamid, Achir Yani S. (1999). Aspek psikoseksual dalam keperawatan. Jakarta : Widiya
Medika
Potter., & Perry. (1999). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku kedokteran EGC
37