Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ETIK LEGAL DAN KULTUR SENSITIF

DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampuh : Ns. Cusmarih, S.kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Azizah Ayu M
2. Hurairoh
3. Peni Pujiarti
4. Rezeki Firnandes
5. Sulistiyawati
6. Teguh Dwi Kumbara
7. Tri Yuniastuti
8. Veta Marlina
9. Yusron
10. Yudendi

STIKES ABDI NUSANTARA

JAKARTA

2022
ETIK LEGAL DAN KULTUR SENSITIF

DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. Perawatan Gawat Darurat

Instalasi gawat darurat rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan


asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan
darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien
gawat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera yaitu cepat, tepat
dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu
pelayanan adalah waktu tanggap (respon time ) (Depkes RI,2006).

Perawat IGD memiliki beban kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perawat yang berkerja diruang lain. Kepadatan pasien di IGD selain
mengupayakan keselamatan pasien, juga mengancam privasi pasien, dan
membuat frustasi staf di IGD. Dilema etik sering dialami oleh perawat IGD dalam
merawat pasien. Aspek etika dan hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat
penting dilaksanakan sebagai pedoman agar pelayanan yang diberikan tidak
melanggar norma atau hukum yang dapat merugikan profesi keperawatan atau
masyarakat yang berakibat pada konflik.

Dalam pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit
tidak tertutup kemungkinan timbul konflik. Konflik tersebut dapat terjadi antara
tenaga kesehatan dengan pasien dan antara sesama tenaga kesehatan (baik
satu profesi atau antar profesi). Hal yang lebih khusus adalah dalam penanganan
gawat darurat fase pra-rumah sakit terlibat pula unsur-unsur masyarakat non-
tenaga kesehatan. Dalam mencegah dan mengatasi konflik biasanya digunakan 
etika dan norma hukum yang mempunyai tolak ukur masing-masing. Oleh karena
itu, dalam praktek keperawatan harus diperhatikan dalam dimensi yang berbeda.

B. Kode Etik
1. Definisi Kode Etik

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam


mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukkan
bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh
profesi (Kelly, 1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran
terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi
bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam
keperawatan, kode etik tersebut bertujuan sebagai pelindung antara perawat
dengan tenaga medis, klien dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta
kolaborasi maksimal.

2. Fungsi Kode Etik Keperawatan


Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau
pedoman bagi status perawat professional yaitu dengan cara :

a. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami


dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
b. Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etika.
c. Menetapkan hubungan-hubungan professional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advocator, perawat
dengan tenaga professional lain sebagai teman sejawat, dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan keperawatan
d. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi

3. Tujuan Kode Etik Keperawatan


a. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai standar minimum profesi
dan membantu mereka memahami perilaku keperawatan professional
b. Memberikan perawat komitmen profesi kepada masyarakat yang dilayani
c. Menguraikan garis besar pertimbangan etik utama profesi
d. Memberikan pedoman umum untuk perilaku professional
e. Membantu profesi dalam pengaturan diri
f. Mengingatkan perawat mengenai tanggung jawab khusus mereka pikul
saat merawat pasien
4. Kode Etik Keperawatan

Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus dimiliki oleh sorang
perawat professional yaitu:

a. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat


b. Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu,
keluarga dan masyarakat
c. Sikap dan perilaku perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas
sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
d. Menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat
dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan

5. Tanggung Jawab Perawat


a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
professional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak tepengaruh oleh pertimbangan dari
luar profesi keperawatan.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungn dan keselamatan klien
dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuannya.
f. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat
dan dengan tenaga kesehatan lainnya.
g. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesame perawat serta menerima pengetahuan
dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan
kemampuannya.
h. Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan
i. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan professional
secara mandiri dan bersama-sama dengan cara menambah ilmu
pengetahuan dan keterampilan.
j. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
k. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan
dan pelayanan keperawatan serat menerapkan dalam kegiatan dan
pendidikan keperawatan
l. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

6. Prinsip Moral Etik


a. Otonomi (Autonomy) yaitu prinsip yang didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Dalam kasus ini perawat diharuskan untuk berpikir secara logis
melakukan pertolongan kepada pasien tanpa melihat keadaan pasien
tersebut.
b. Berbuat Baik (Beneficience) berarti melakukan sesuatu yang baik. Pada
kasus ini perawat dapat berperilaku baik untuk pelayanan terbaik, untuk
pasien penerima pelayanan kesehatan.
c. Tidak Merugikan (Non-maleficence) yaitu setiap tindakan harus
berpedoman pada prinsip primum non nocere (yang paling utama jangan
merugikan). Resiko fisik, psikologis dan sosial hendaknya diminimalisir
semaksimalm mungkin.
d. Kejujuran (Veracity), yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan
sejujur-jujurnya tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan
dirasakan oleh klien. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan
tingkat pendidikan klien agar mudah memahaminya.
e. Keadilan (Justice), yaitu prinsip yang dibutuhkan untuk tercapai yang sama
dan adil terhadp orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Perawat diharapkan melakukan tindakan sesuai hukum,
standar praktik dan keyakinan yang benar.
f. Kerahasiaan (Confidentiality), yaitu perawat maupun dokter harus mampu
menjaga privasi klien meskipun klien telah meninggal dunia.
g. Menepati Janji (Fidelity), dibutuhkan untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.
h. Akuntabilitas (Accountability), merupakan standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.

C. Hukum dalam Pelayanan Kegawatdaruratan

Aspek etika dan hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat penting
dilaksanakan sebagai pedoman gara pelayanan yang diberikan tidak melanggar
norma atau hukum yang dapat merugikan profesi keperawatan atau masyarakat
yang berakibat pada konflik.
Landasan hukum pelayanan gawat darurat yaitu :

 UU No. 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan

 UU No. 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan

 UPP No. 23 Tahun 1996 Tenaga Kesehatan

 UU No. 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran

 UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

 UU No. 36 Tahun 2009 Kesehatan

 UU No. 44 Tahun 2009 Rumah Sakit

 UU No. 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian

 Bebagai Peraturan Menteri Kesehatan

 UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

 UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

Dengan berkembangnya keperawatan sebagai suatu profesi,diperlukan


penetapan standar praktik keperawatan.sebagai pedoman objektif di dalam
menilai asuhan keperawatan.Apabila sudah standar klien akan yakin bahwa ia
mendapatkan asuhan yang bermutu tinggi.Standar praktik juga sangat penting
jika terjadi kesalahan yang terkait dengan hukum (Sitorus,2008).Penempatan
standar ini juga bertujuan untuk mempertahankan mutu pemberian asuhan
keperawatan yang tinggi(PPNI,2002)

Tenaga keperawatan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang
menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan.Pelayanan
keperawatan prima secara psikologis merupakan sesuatu yang harus dimiliki dan
dikuasai oleh perawat (Kusnanto,2004).Menurut Kusnanto fungsi perawat adalah :

1. Mengkaji kebutuhan pasien,keluarga,kelompok dan masyarakat serta sumber


yang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan tersebut
2. Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu,keluarga,kelompok dan
masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan
3. Melaksanakan rencana keperawatan meliputi upaya peningkatan
kesehatan,pencegahan penyakit,penyembuhan,pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan termasuk pelayanan pasien dan keadaan terminal
4. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan
5. Mendokumentasikan proses keperawatan
6. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan
studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan pengembangan
keterampilan dan praktek keperawatan.
7. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada
pasien,keluarga,kelompok serta masyarakat.
8. Bekerjasama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien,keluarga,kelompok dan masyarakat.
9. Mengelola perawatan pasien dan berperan sebagai ketua tim dalam
melaksanakan kegiatan keperawatan

Kinerja profesi keperawatan dinilai tidak hanya berdasarkan konsep


keilmuan yang dimiliki tetapi juga berdasarkan pelayanan yang diberikan kepada
pasien.Untuk memberikan pelayanan yang prima seorang perawat tidak hanya
membutuhkan keahlian medis tetapi harus memilki empati dan tingakat
emosionalitas yang baik (PPNI,2002).
Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI) sudah menetapkan standar
praktek keperawatan yang dikembangkan berdasarkan standar praktik
keperawatan yang dikeluarkan oleh American Nursing Association/ANA
(PPNI,2002). Standar praktik keperawatan adalah:

1. Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien


2. Standar II : Perawat menetapkan diagnosa keperawatan
3. Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap klien
4. Standar IV : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang
berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
5. Standar V : Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan
dalam rencana asuhan keperawatan
6. Standar VI : Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai
hasil akhir yang sudah ditetapkan.

D. Kultur Sensitif Dalam Perawatan Gawat darurat

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat adalah
kompetensi kultural. Seorang perawat yang memiliki pertemuan perawat pasien
memadu kultur akan memperdulikan dan peka terhadap kebutuhan budaya
pasien yang menerima asuhan keperawatan (Noiveastri,2018).

Menurut Jacob (2016) perawat wajib menghargai harkat dan martabat


manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut
serta kedudukan sosial dalam memberikan pelayanan keperawatan. Meskipun
pasien terlantar yang tidak diketahui identitasnya, pasien tersebut tetap manusia
yang dari padanya melekat seluruh tanggung jawab perawat (Maria Ose,2017).

Pertemuan perawat pasien memadukan tiga sistem budaya, yaitu : budaya


perawat, budaya pasien dan budaya pengaturan (emergency nurses assosiation,
2018). Menurut Emergency Nurses Assosiation (ENA) ada beberapa hal yang
harus diperhatikan diantaranya yaitu :

1. Perawat emergency bertindak dengan pengetahuan, kasih sayang dan


menghormati martabat manusia dan keunikan individu.
2. Perawat emergency memberikan perawatan dengan cara yang menjaga dan
melindungi pasien dan otonomi keluarga, martabat, hak, nilai-nilai dan
keyakinan.
3. Perawat emergency mengenali dan mengintegrasikan pengetahuan tentang
keragaman budaya untuk mengembangkan dan menerapkan perawatan yang
sensitif secara budaya.
4. Perawat emergency menerapkan pengetahuan yang berkaitan dengan
identitas gender untuk mengembangkan dan menerapkan perawatan inklusif
gender.
5. Perawat emergency merefleksikan secara kritis nilai-nilai, keyakinan dan
warisan budaya mereka sendiri untuk memahami efeknya pada perawatan
yang aman, efektif dan penuh hormat.
6. Perawat emergency mengadvokasi masuknya keyakinan budaya pasien,
identitas gender dan praktek di semua dimensi perawatan kesehatan.
7. Perawat emergency dipersiapkan secara pendidikan untuk mempromosikan
dan memberikan kongruen budaya kesehatan.
8. Perawat emergency menggunakan komunikasi yang efektif dan kompeten
secara budaya dengan pasien dan keluarga yang mempertimbangkan bahasa
verbal dan nonverbal klien, nilai-nilai budaya dan konteks dan kebutuhan dan
persepsi perawatan kesehatan yang unik.

Anda mungkin juga menyukai