Anda di halaman 1dari 6

RESUME 7 KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONCHIAL PADA AN.

R DI RUANGAN PEDIATRI LT 12 RSUD KOJA

(TANGGAL 27 JUNI 2022)

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS STASE KEPERAWATAN


ANAK

DOSEN PEMBIMBING :

NS. YULIA AGUSTINA, S.KEP M.KEP

OLEH :

RONA SAMSINAR

NIM : 210514048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA


JAKARTA 2022
RESUME KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Data Subyektif
- AN. K mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi Tidur terlentang dan saat
beraktifitas
- Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari dan saat

berbaring Data Obyektif

- An. K tampak batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahak


- Frekwensi napas cepat 37 x/mnt
- Suara napas wheezing
- Suara napas ronkhi
- IVFD KaEn 1B 20 tts/mnt
- Therapi Cefotaxim 3 x 1 gr, Dexametason 3x 8 mgmg, Azitromicin 1x 400 mg
Aminophilin 480 mg IV, Combivent 3x 2,5 mg inhalasi, ambroxol syrp 3x1 cth oral
- Nasal kanul 3 lt/mnt
- Pemeriksaan diagnostic tgl 26 JUNI 2022 Hasil HB 13,3 gr/dl, Ht 41%, euko
10,1/ul, trombo 573/ul, GDS 89 mg/dl
- TTV TD 115/78 mmHg, N 118x/mnt, RR 37 x/mnt, S 36C, O2 sat 98%

2. PATOFISOLOGI
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan napas dan hiperaktif dengan
responterhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Bahan iritasi atau allergen otot- otot
bronkus menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobulin E atau Ig E)
dengan adanya alergi. Ig E muncul pada reseptor sel mast yang menyebabkan
pengeluaran histamine dan zat mediatorlainnya yang akan memberikan gejala asma.
Respon asma terjadi dalam 3 tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam), tahap delayed dimana brokokonstriksi dapat berulang dalam
4-6 jam, tahap late di tandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan napas beberapa
minggu/ bulan. Selama serangan asma, bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan
sekresi mucus. Keadaan ini menyebabkan lumen jalan napas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan napas dan menimbulkan ditres pernapasan ( Marni, 2014)
Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar untuk ekshalasi Karena
adanya edema jalan napas. Kondisi seperti ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan
terjadi perubahan pertukaran gas. Jalan napas menjadi obstruksi kmudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi oksigennya, sehingga terjadi penurunan PaO2 (hipoksia), selama
serangan karbondioksida tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan napas selama
ekspirasi dan menyebabkan asidosis respiratorik dan hiperkapnia. Kemudian system
pernapasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernapasan (takipneu),
yang bisa menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan karbondioksida dalam
darah yang disebut sebagai hipokapnea (Suriadi dan yuliani,2010 : 14 di kutip dari
marni,2014)
3. PATHWAY
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan napas berhubungan dengan spasme jalan napas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan jalan napas tetap
paten dengan
Kriteria Hasil:
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputummenurun
- Mengi menurun
- Wheezing menurun
- Gelisah menurun
- Frekwensi napas membaik
- Pola napas membaik
5. INTERVENSI KEPERAWATAN I

Intervensi : Manajemen jalan napas


Observasi
a. Monitor bunyi napas tambahan
b. Monitor sputum
Terapeutik
a. Posisikan semifowler atau fowler
b. Berikan minum hangat
c. Berikan oksigen bila
perlu Edukasi
a. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian brokodilator, ekspektoran, mukolitik
Intervensi : Manajemen asma
Observasi
a. Monitor frewensi dan keadaan napas
b. Monitor tanda dan gejala hipoksia
c. Monitor bunyi napas tambahan
Terapeutik
a. Berikan posisi semifowler 30-45derajat
Edukasi
a. Anjurkan meminimalkan ansietas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
b. Anjurkan bernapas lambat dan dalam
c. Ajarkan mengidentifikasi dan menghindari pemicu

6. IMPLEMENTASI

Hari/tgl Implementasi Paraf

Jam

Senin/27 RONA.S
JUNI
2022
Mengobservasi TTV
15.00
Hasil : TD 115/78 mmHg, N 118 x/mnt, S 36,8 C, RR 37 x/mnt,
O2 saturasi 98%

Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas

Hasil : Frekwensi napas 37 x/mnt, terdengar bunyi napas


wheezing dan ronkhi

Memberikan oksigen dengan menggunakan nasal kanul

Hasil :

- Pemberian O2 3 lt/mnt

- An. R mengatakan merasa lebih enak saat bernapas


namun masih sesak

- Tidak ada tanda- tanda sianosis

Mengatur posisi agar jalan napas terbuka (semifowler)


Hasil : An. R mengatakan lebih enak saat bernapas dan sesak
berkurang

Memastikan asupan cairan adekuat ( konsumsi air hangat)

Hasil : An R tampak batuk dan mengeluarkan dahak setelah


meminum air hangat

Memberikan Bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl

Hasil :

- Pemberian nebulizer combiven 2,5 mg dengan


pengencer 3 ml NaCl 0,9% selama 10 menit

- An.R tampak batuk setelah dilakukan nebulizer

- An.R mampu mengeluarkan dahak

- An. R mengatakan masih merasa sesak

Melatih anak untuk melakukan batuk efektif

Hasil : An. R mampu mendemonstrasikan batuk efektif

7. Evaluasi
S : An.R mengatakan masih sesak, batuk berdahak

O:
- TTV TD 126/80 mmHg, N 90 x/mnt, RR 24 x/mnt, S 36,8 C, O2 sat 98 %
- Tidak ada tanda sianosis
- Bunyi napas wheezing dan ronkhi basah +
- An. R tampak batuk berdahak
- An. R mampu mengeluarkan sputum
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi manajemen jalan napas dan manajemen asma

Anda mungkin juga menyukai