Anda di halaman 1dari 21

Tugas

Presentasi
Kelompok 2
Anggota Tim:
1.Albertina Nesta Bani-2020610025
2.Yuliani Lende-2020610023
3.Vemi Roslince Mesa-2020610021
4.Siti Fatmawati-2020610018
5.Irene Milla Dadi-2020610020
6.Angelina Merici Mimim-2020610017
BAB 1
PENDAHULUAN
Definisi
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau
saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi
jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang
menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi
sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu
lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada
kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung
masih cukup tinggi (Aspani, 2016)
Asuhan keperawatan
Chf Pengkajian
Tahap pengumpulan data dasar meliputi data
subjektif dan data objektif. Data subjektif klien
meliputi umur klien 69 tahun.

Data pemeriksaan fisik menunjukan keadaan umum klien


sedang, kesadaran umum compos mentis, turgor kulit baik,
mukosa bibir lembab, TD: 140/90 mmHg, RR: 36 kali/menit, N:
72 kali/menit, S: 36˚C. Menurut Michelle , et al., (2008), RR: 36
kali/menit meyebutkan bahwa orang dewasa dengan tingkat
pernapasan lebih dari 20 kali/menit menunjukan tidak sehat
klien cenderung sakit kritis
LANJUTAN
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny S untuk
menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan foto thorax yang
menunjukan kesan cardiomegaly (LVH) dengan edema pulmo
menyokong gambaran congestive cor yang disebabkan oleh
tekanan vena pulmonalis dan tekanan kapiler paru meningkat.
Terapi yang diberikan pada Ny S adalah infus NaCl 0.9% 12 tpm
dengan cara pemberian melalui IV.
Terapi pemberian nebulizer ventolin dan flixotide 3 kali 1
ampul dengan cara pemberian melalui inhalasi. Hal ini sesuai
dengan teori Udjanti, (2010) yang bertujuan untuk
mengembalikan kondisi spasme bronkus dengan cara
mengeluarkan sekret di daerah paru-paru dan mengencerkan
dahak. (Evy, Bambang, & Dwi, 2021)
Analisa Data
DS: Ds :
klien mengatakan masih batuk merasa sesak nafas
berdahak, Do :
DO : Terdengar suara ronchi. TTV: S=36˚C,
Terdengar suara ronchi. TTV: S=36˚C, N: 72 kali/menit, TD: 140/90 mmHg,
N: 72 kali/menit, TD: 140/90 mmHg, RR: 36 kali/menit
RR: 36 kali/menit
Etiologi : Hambatan Upaya nafas
Etiologi : Sekresi yang tertahan
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan efektif D.0005
tidak efektif D.0001 Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi
Definisi : Ketidakmampuan yang tidak memberika ventilasi adekuat
membersihkan secret atau obstruksi
jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetap paten
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan Sekresi yang
tertahan D.0001
2.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan
Upaya nafas D.0005
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX : Bersihan jalan tidak efektif berhubungan Tindakan
dengan Sekresi yang tertahan D.0001
Observasi :
SLKI : Tujuan : setelah melakukan asuhan Identifikasikemampuan batuk
keperawatan selama 3x24 jam Ny. S di Monitor adanya retensi
harapkan bersihan jalan nafas meningkat. sputum
SLKI : Bersihan Jalan nafas L.01001
Kriteria Hasil : Monitor tanda dan gejala
Batuk Efektif (3), Produksi Sputum(2), infeksi saluran napas
Dispnea(2), Frekuensi nafas (2), Pola nafas (2) Monitor input dan output
cairan (mis. jumlah dan
SIKI : Latihan batuk efektif ( I.01006
Definisi : karakteristik)
Melatih pasien yang tidak memiliki Terapeutik :
kemampuan batuk secara efektif untuk Atur posisi semi-Fowler atau
membersihkan laring, trakea dan bronkiolus Fowler
dari sekret atau benda asing di jalan napas.
Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
LANJUTAN

Buang sekret pada tempat sputum


Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
Anjurkan mengulangitarik napas dalam hingga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
LANJUTAN
DX : Pola nafas tidak efektif berhubunganTindakan
dengan Hambatan Upaya nafas D.0005Observasi :
Monitor pola napas
SLKI : Tujuan: setelah melakukan asuhan(frekuensi,kedalaman, usaha napas) keperawatan
selama 3x24 jam Ny. S diMonitor bunyi napas tambahn harapkan Ny.S Ekspetasi:
Membaik.9mis.Gurgling, mengi, wheezing, SLKI : Pola nafas I.01004ronkhikering)-
Kriteria Hasil : Monitor sputum (jumlah, Kapasitas thoraks anterior (3),
Tekananwarna,aroma)-
ekspirasi (3), Tekanan inspirasi (3), Dispnea Terapeutik :
(2), Frekuensi napas (2), Kedalaman napas (2),Pertahankan kepatenan jalannapas Ekskursi
dada (2)dengan head.till dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga traumaservikal)-
SIKI : Manajemen Jalan Napas I.01011Posisikan semi-fowler atau fowler Definisi:
Mengendentifikasi dan mengelola
jalan nafas
LANJUTAN
Berikan minum hangat Edukasi :
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Anjurkan asupan
Lakukan penghisapan cairan2000ml/hari, jika
lendirkurang dari 15 detik tidakkontraindikasi
Lakukan hiperoksigenasi sebelum Ajarkan teknik batuk efektif
penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda Kolaborasi :
padatdengan forsep McGill Kolaborasi pembeian
Berikan oksigen, jika perlu bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
LITERATUR REVIEW
1.Judul : Studi Kasus: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gagal Jantung Kongestif
2.Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung
kongestif
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
rancangan studi kasus menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang
mengalami gagal jantung kongestif. Sampelnya adalah Ny. S teknik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian ini
dilakukan di RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang (bangsal gerontik) pada
bulan Februari 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Instrument penelitian
adalah peneliti sendiri dengan alat bantu sphygmomanometer,
stetoskop, serta pedoman pengkajian
LANJUTAN
Hasil : Peneliti akan menjabarkan hasil penelitan
berdasarkan tahapan proses keperawatan. Data hasil
pengkajian menunjukan data subjektif: klien mengatakan
masih batuk berdahak, merasa sesak nafas, dan terdengar
suara ronchi. Data objektif : TTV: S=36˚C, N: 72 kali/menit, TD:
140/90 mmHg, RR: 36 kali/menit.
Berdasarkan analisa data yang diperoleh dapat ditegakan
diagnosis keperawatan yang pertama ketidakefektifan jalan
nafas berhubungan dengan mukus yang berlebih ditandai
dengan terdengar suara ronchi dan diagnosis keperawatan
yang kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi ditandai dengan RR: 36 kali/menit.
INTEGRASI HASIL PENELITIAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF
Author : Evy Aulia Anita, Bambang Sarwono, Dwi Ari Murti Widigdo
Tahun : 2021
Volume Angka : Vol. 18
Judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gagal Jantung
Kongestif
Metode PICO 1 :
P : pasien terdiagnosa ketidakefektifan jalan nafas berhubungan
dengan mukus yang berlebih ditandai dengan terdengar suara
ronchi
LANJUTAN
I:
monitor pernapasan dengan kaji fungsi pernapasan
Mengatur posisi semi fowler untuk meringankan ventilasi
Berikan bantuan terapi napas (nebulizer)
Melatih batuk efektif

C : Berdasarkan diagnosa yang diangkat dari pasien yaitu :


ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan mukus yang
berlebih ditandai dengan terdengar suara ronchi. Masalah
keperawatan yang di angkat dan intervensi dari intervensi yang ada
di konsep asuhan keperawatan.
Intervensi yang diangkat sesuai dengan kebeutuhan klien dan
dilakukan klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan
LANJUTAN
O : setelah dilakukan tindakan keperawatan
monitor pernapasan dengan kaji fungsi pernapasan
Mengatur posisi semi fowler untuk meringankan ventilasi
Berikan bantuan terapi napas (nebulizer)
Melatih batuk efektif selama 3 kali 24 jam, masalah teratasi
dengan kriteria hasil klien mengatakan batuk berdahak
berkurang atau hilang, frekuensi pernafasan normal, tidak ada
sekret, dan mampu mengeluarkan sekret
LANJUTAN
Metode PICO 2 :
P : pasien terdiagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hambatan upaya napas

I:
monitor pernapasan dengan monitoring pernapasan
Mengatur posisi semi fowler untuk meringankan ventilasi
Monitor pernapasan dengan mengauskultasi ada tidaknya suara
tambahan
C : Berdasarkan diagnosa yang diangkat dari klien yaitu
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hambatan upaya
napas. Masalah keperawatan yang di angkat dan intervensi dari
intervensi yang ada di konsep asuhan keperawatan.
Intervensi yang diangkat sesuai dengan kebeutuhan klien dan
dilakukan klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan
LANJUTAN
O : setelah dilakukan tindakan keperawatan
monitor pernapasan dengan monitoring pernapasan
Mengatur posisi semi fowler untuk meringankan ventilasi
Monitor pernapasan dengan mengauskultasi ada tidaknya
suara tambahan selama 3 kali 24 jam, masalah teratasi,
dengan kriteria hasil klien mengatakan sesak napas
berkurang saat istirahat dan aktivitas ringan, dan
frekuensi nafas normal.
LANJUTAN
Hasil Penelitian :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24
jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil klien
mengatakan batuk berdahak berkurang atau hilang,
frekuensi pernafasan normal, tidak ada sekret, dan mampu
mengeluarkan sekret.
Intervensi keperawatan yang kedua untuk masalah
ketidakefektifan pola nafas adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam, masalah
teratasi, dengan kriteria hasil klien mengatakan sesak
napas berkurang saat istirahat dan aktivitas ringan, dan
frekuensi nafas normal.
Data Base :
Google scoler
https://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JSH
DAFTAR PUSTAKA
Evy, A. A., Bambang, S., & Dwi, W. A. (2021). Studi Kasus: Asuhan
Keperawatan Pada pasien Dengan Gagal jantung Konggestif. Jurnal Skala
Husada , 34-38. PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
jakarta selatan 12610: Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional
Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta
selatan 12610: Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta
selatan 12610: Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional
indonesia.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai