A. Hasil Penerapan
kriteria yang penulis akan lakukan dan bersedia untuk diajarkan fisioterapi
dan nebulizer. Adapaun gambaran subjek pada studi kasus dapat dilihat
a. Pengkajian
38
39
b. Diagnosa Keperawatan
bersihan jalan napas. Adapun gambaran gejala mayor dan minor yang
Objektif :
c) Sputum berlebih.
Subjektif :
a) Dispnea.
b) Ortopnea.
Objektif :
a) Gelisah.
serta merasa lemah dan obstruksi jalan napas (Karyanto & Laili, 2018).
41
c. Tindakan keperawatan
2015).
42
obat bekerja langsung pada saluran nafas, onset kerjanya cepat, dosis
memeriksa pada bagian paru lobus bawah kanan, lobus tengah kanan,
lobus atas kanan, lobus bawah kiri tidak terdapat bunyi tambahan/
ronchi dan dibagian paru lobus atas kiri terdapat suara tambahan/
ronchi. terdengar suara tambahan/ ronchi dibagian paru lobus atas kiri,
sesak napas dengan RR: 26x /menit, Nadi 128 x/menit dan SPO2 94%
terhadap aliran udara (Padila, 2012). PPOK merupakan salah satu penyakit
Dalam perawatan pasien dengan PPOK salah satu terapi yang diberikan
pada saluran nafas, onset kerjanya cepat, dosis yang digunakan kecil, serta
efek samping yang minimal karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit
darah dan penurunan RR, dan perubahan pola napas dari rhonchi/wheezing
sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat, sehingga aksinya lebih cepat
selama perawatan di rumah sakit adapun obat yang diberikan pada pasien
PPOK untuk mengatasi keluhan pasien antara lain yaitu: Pycin 750 mg/8
jam, Terasma 2.5 mg/12 jam, Metil Prenisolon 4 mg/8 jam, Retaphyl sr 300
mg/24 jam.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Sesuai hasil dari pengkajian yang dapat penulis lakukan pada Tn. S pada
pada Tn. S yaitu berupa usia subjek 51 tahun, subjek berjenis kelamin laki-
laki dan subjek mengeluh batuk sejak ± 3 hari yang lalu dan mempunyai
Dari keluhan yang dialami Tn.S batuk dan sesak nafas hasil pengkajian
nebulizer.
46
kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV) menurun sejalan
dengan pendekatan desain One group pre – post test. Hasil statistik uji T
didapatkan angka signifikansi 0.008 dengan rerata pre-test 0,2 cc dan post-
napas. Hal- hal yang mempengaruhi terjadinya PPOK pada subjek yaitu
sebagai berikut :
a. Usia
elastisitas paru yang akan berdampak pada hasil tes fungsi paru.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dilakukan oleh Fajar tahun
pada organ paru, jantung dan pembuluh darah mulai menurun fungsinya.
atau obstruksi awal fase ekspirasi, udara mudah masuk kedalam alveolus
2015).
bahwa usia Tn.S 51 tahun masuk dalam kategori rata-rata pasien yang
b. Jenis Kelamin
pekerjaan laki-laki lebih berisiko terpapar zat atau partikel yang dapat
ini yang dianggap sebagai pemicu tingginya kasus derajat berat PPOK
pasien PPOK yang dirawat di rumah sakit didapatkan hasil dari total 398
pasien terdapat 352 (89%) orang berjenis kelamin laki- laki dan 45
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suradi
antara jenis kelamin dengan PPOK dengan nilai p value 0,008 (0,008 <
0,05 dan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi sebesar 63,4% dibandingkan
berisiko terpapar zat atau partikel yang dapat memicu PPOK, yang
c. Faktor kebiasaan
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ika di Rumah Sakit Umum Saiful
d. Pekerjaan
macam partikel gas yang terdapat di udara sekitar tempat kerja dapat
paru tingkat sedang. Data penyakit akibat kerja dari Dinas Kesehatan
Penelitian oleh Mahawati (2015). Hal ini bisa disebabkan karena faktor
terhadap system saraf dan akan lebih berisiko menderita PPOK. Faktor
petani.
PPOK.
2. Diagnosa keperawatan
53
terjadinya sesak nafas disebabkan oleh pengeluaran dahak yang tidak lancar
data subyektif yaitu pasien mengatakan batuk berdahak ± 3 hari yang lalu
dan klien mengatakan napasnya sesak. Data obyektif : suara napas klien
x/menit.
3. Intervensi Keperawatan
auskultasi suara nafas dan cek SPO2 sebelum dan setelah tindakan
pernafasan dan retraksi otot, monitor suara nafas tambahan, monitor pola
nafas, auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak
penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi suara nafas ronki di paru,
monitor kemampuan batuk efektif pasien, berikan bantuan terapi nafas jika
pasien PPOK meningkat, dengan kriteria hasil : pasien tidak sesak lagi, dan
Hal ini sesuai dengan penelitian Hal tersebut sesuai dengan penelitian oleh
metode observasi dengan pendekatan desain One group pre – post test.
Hasil statistik uji T berpasangan (wilcoxon test) untuk nilai p= 0,001 (p).
4. Tindakan nebulizer
Penelitian lain oleh Yuliana dan Agustina dengan judul Terapi nebulizer
mengurangi sesak nafas pada serangan asma bronkiale di ruang IGD RSUD
terdapat tekanan udara, efek puncak dari obat-obat bronkodilator sekitar 15-
20 menit puncak akhir 1-2 jam dan lama kerja obat-obat bronkodilator
Juni 2020 sebelum penerapan SPO2 pasien 94% dan sesudah penerapan
57
nebulizer SPO2 subjek meningkat menjadi 96%. Hal ini terbukti bahwa
dengan PPOK salah satu terapi yang diberikan antara lain Fisioterapi dada.
oksigen pada pasien PPOK. Desain penelitian ini quasi eksperimen dengan
– post test. Hasil statistik uji T berpasangan (wilcoxon test) untuk nilai p=
oksigen dalam darah sebelum dan sesudah intervensi pada pasien PPOK.
Berdasarkan dari hasil penerapan fisioterapi dada dan nebulizer pada Tn. S
dilakukan penerapan diperiksa pada bagian paru lobus bawah kanan, lobus
tengah kanan, lobus atas kanan, lobus bawah kiri tidak terdapat bunyi
tambahan/ ronchi dan dibagian paru lobus atas kiri terdapat suara
atas kiri, sesak napas dengan RR: 26x /menit, Nadi 128 x/menit dan disertai
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memiliki keterbatasan dalam penulisan ini
1. Waktu penulisan
secara maksimal dan melihat perubahan hasil yang dirasakan oleh pasien
dengan PPOK.
2. Sampel penulisan