Anda di halaman 1dari 4

Laporan Analisis Tindakan Keperawatan

Nama : Elsa Fitriyani


NIM/Ruang : 2010711022/Anggrek
Dinas : Dinas pagi

1. Tindakan Keperawatan : Terapi Nebulizer


Nama pasien : Tn. E
Diagnosa medik : Pneumonia

2. Pengertian: Terapi nebulizer adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup larutan
obat yang sudah diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut dengan bantuan alat
yang disebut nebulizer

3. Diagnosa keperawatan :
Pola nafas tidak efektif (D.0005)
4. Tujuan tindakan:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kadar gula darah seseorang. Pemeriksaan gula
darah sewaktu juga bisa dilakukan untuk mendeteksi penyakit diabetes, serta untuk
memantau pengobatan bagi pasien diabetes

5. Prinsip tindakan dan rasional:

Prinsip tindakan

Prinsip umum:
1. Persiapkan alat yang diperlukan dalam pemberian nebulizer
Rasional: dengan menyiapkan alat dengan benar maka dapat mempermudah
dalam pemberian nebulizer
2. Melakukan verifikasi program pengobatan pasien
Rasional: memastikan kembali tindakan yang diberikan sesuai dengan program
pengobatan pasien
3. Mencuci tangan
Rasional: mengurangi penularan mikroorganisme
4. Mengidentifikasi pasien dan menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
Rasional: mencegah terjadinya salah pasien dan mengurangi rasa cemas
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional: posisi nyaman membuat keadaan pasien rileks
6. Dekatkan alat didekat pasien
Rasional: mempermudah dalam melakukan tindakan
7. Jaga privasi pasien
Rasional: agar pasien merasa dihargai
8. Masukkan obat kedalam masker sesuai dengan program terapi
Rasional: memberikan efek terapi obat pada pasien
9. Hubungkan nebulizer dengan sumber listrik
Rasional: untuk menyalakan alat nebul
10. Pasangkan masker pada pasien dan atur tekanan pada alat nebulizer
Rasional: pemberian nebulizer
11. Instruksikan pasien untuk menghirup uap yang dihasilkan nebulizer dan nafas
panjang
Rasional: uap yang keluar merupakan bentuk obat yang perlu dihirup pasien
12. Setelah obat yang diberikan telah habis, matikan nebulizer
Rasional: tindakan pemberian nebulizer dihentikan
13. Rapikan pasien kembali
Rasional: agar pasien merasa nyaman kembali
14. Melakukan evaluasi tindakan
Rasional: mengetahui perasaan pasien setelah diberikan nebulizer
15. Membereskan alat dan merapikan pasien
Rasional: menjaga kebersihan tempat tidur pasien
16. Mencuci tangan
Rasional: mencegah penyebaran mikroorganisme
17. Melakukan dokumentasi
Rasional: mencatat tanggal, hari, jam, dan tindakan yang telah dilakukan
kepada pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.

6. Bahaya dan pencegahan


Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara pencegahannya:
Bahaya : terapi nebulizer memiliki resiko mual, muntah, bronkospasme Pencegahannya :
perlu adanya pemantauan perkembangan/perubahan yang terjadi pada pasien.

7. Hasil yang didapat/pencapaian tujuan


Dengan pemberian nebulizer, sesak nafas pasien berkurang, secret lebih encer, dan pasien
lebih nyaman.
8. Identifikasi tindakan yang lain
Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah/diagnose tersebut (mandiri dan kolaborasi):
Mandiri ;
a. berikan posisi yang nyaman pada pasien
b. pantau TTV, frekuensi dan kedalaman nafas
Kolaborasi : berikan sesuai dengan resep dokter.

9. Evaluasi diri
Mempraktikan kembali terapi nebulizer sesuai SOP
10. Lampirkan jurnal pendukung tindakan keperawatan
Hasil Penelusuran literature Review SPO Terapi Inhalasi Nebulizer Terhadap
Penurunan Sesak Napas pada Pasien Asma yang telah didukung oleh beberapa jurnal
terkait didapatkan hasil bahwa SPO setiap jurnal yang dilakukan berbeda-beda namun
hasil yang didapatkan tetap sama yaitu menurunkan sesak napas, maka dilakukanlah
pengembangan SPO oleh penulis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alvi Ratna Yuliana & S.I Agustina, 2017
(11), penelitian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, serta penyajian data
dengan analisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3
hari pada pasien asma, dengan memberikan terapi inhalasi nebulizer bisolvon, combivent
dan ventolin didapatkan adanya penurunan sesak napas dengan RR semula 30x/menit
menjadi 24x/menit. Pasien terlihat lebih nyaman, tidak terdengar ronchi di kedua Lapang
paru.
Menurut Penelitian oleh Siti Lestari, Siti Handayani, & Herman Bakri, 2018 (12),
penelitian dilakukan diruang IGD BBKPM Makasar Provinsi Sulawesi Selatan.
Pengambilan sampel terhadap 40 responden dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang signifikan antara skor
frekuensi napas prestest dan skor frekuensi napas posttest pada kelompok perlakuan
nebulizer dengan menggunakan combivent dan bisolvon. Frekuensi napas prestest
28x/menit dan posttest 22x/menit. Menurut penelitian Agus Santoso & Endiyono, 2017
(13), Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Dilakukan pada 30 responden asma yang mendapatkan terapi nebulizer. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan adanya penurunan frekuensi napas setelah diberikan terapi
nebulizer, RR pasien rata-rata sebesar 30-34x/menit namun setelah dilakukan nebulizer
RR pasien asma menurun menjadi 23-24x/menit.
Hasil analisis menunjukkan terapi nebulizer efektif untuk menurunkan frekuensi
pernapasan Berdasarkan hasil penelitian Didik Purnomo, Zainal Abidin, & Rio Ardianto,
2017 (14), Penelitian ini dilakukan di RSUD KRMT Wongsonegoro dengan mengambil
sampel sebanyak 8 orang partisipan dengan menggunakan metode quasi eksperimen jenis
pretestposttest. Intervensi yang diberikan berupa nebulizer, infrared, dan terapi latihan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil setelah diberikan
intervensi berupa nebulizer dengan combivent, lalu dilakukan infrared dan terapi latihan
terbukti adanya penurunan frekuensi pernapasan dan mengurangi sesak napas pada pasien
ppok et causa asma bronkial. Berdasarkan penelitian Agus Santosa, & Endiyono, 2018
(15), Penelitian dilakukan di RSUD dr. R. Goeteng taroenadibrata purbalingga.
Dilakukan pada 60 responden, Intrument yang dilakukan adalah jet nebulizer. Didapatkan
hasil bahwa terapi nebulisasi menggunakan jet nebulizer memberikan hasil lebih baik
dalam perubahan frekuensi napas dari 30x/menit menjadi 25x/menit dan suara napas
ronchi tidak terdengar lagi, dapat meningkatkan Spo2 dalam darah dan lebih memberi
dampak signifikan terhadap frekuensi napas, perubahan pola napas dari ronchi/wheezing
menjadi vesikuler serta adanya pengingkatan APE. Pemberian terapi inhalasi nebulizer
juga terbukti efektif dilakukan pada pasien dengan masalah Bronkopneumonia dengan
didukung oleh penelitian menurut Astuti, Marhamah, & Diniyah, (2019) (16)
menyebutkan bahwa sebelum dilakukan terapi inhalasi nebulizer dengan Nacl 1cc +
ventolin 1cc + Bisolvon 10 tetes selama 3x24 jam, frekuensi pernapasan 28x/menit.
Adapun hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan inhalasi nebulizer pasien
mengatakan merasa lebih nyaman, sesak napas berkurang, batuk berkurang dan saat
dilakukan pemeriksaan suara napas ronkhi berkurang. Dari hasil penelitian ini
mengatakan bahwa pemberian terapi inhalasi nebulizer terbukti efektif untuk mengatasi
masalah.
Penelitian yang dilakukan oleh Shokry, Saeed, & Rabea, (2020) (17) dengan judul
“Efektivitas Nebulizer Dan Kemanjuran Pemberian Bronkodilator Terhadap Penurunan
Sesak Napas Dan Peningkatan Volume Ekspansi Paru Pada Pasien Asma” menyebutkan
bahwa hasil dari penelitian ini bahwa terapi inhalasi yang diberikan efektif untuk
mengurangi sesak napas, dan peningkatan volume paru pada pasien asma. Nebulisasi
sangat efektif dan berpengaruh dalam pengobatan asma, karena nebulizer memiliki
manfaat memberikan relaksasi pada spasme otot pernapasan, membuat sputum atau
secret menjadi encer, membebaskan jalan napas dan membuat jalan napas menjadi
lembab (Azizah, Sasono, & Fikriana, 2020). (18) Setelah melakukan analisa terhadap 5
jurnal terkait pemberian nebulizer terhadap penurunan sesak napas tersebut di dapatkan
hasil bahwa tindakan yang dilakukan berbedabeda, namun hal yang menarik setelah
penulis menganalisa 5 jurnal ini, didapatkan bahwa pemberian obat dalam setiap jurnal
tersebut berbeda-beda ada yang memberikan Combivent yang berfungsi untuk
melonggarkan saluran napas, bisolvon untuk mengencerkan dahak, Nacl untuk
mengencerkan dahak, atrovent dan ventolin untuk melonggarkan saluran napas,
Ipratropium dan fenetrol berfungsi untuk meredakan gejala sesak napas (Purnomo, D.,
Abidin, Z & Ardianto, R, 2017) (19). Dapat disimpulkan bahwa pemberian obat yang
berbeda-beda tetap efektif karena memiliki fungsi yang sama untuk melonggarkan jalan
napas dan mengencerkan dahak selain itu pemberian obat berbeda juga di dukung oleh
beberapa penelitian.

Anda mungkin juga menyukai