Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS SINTESIS PEMBERIAN TINDAKAN NEBULIZER

TERHADAP FREKUENSI NAPAS PASIEN NY.L DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI (ASMA
BRONKHIAL) DI RSJD KLATEN
Disusun untuk memenuhi syarat tugas stase Keperawatan Dasar Profesi
Program Studi Profesi Ners Program Profesi

DISUSUN OLEH :
WAHYU ASAL TENTREM
NIM.SN221167

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Analisis Sintesis Pemberian Tindakan Nebulizer Terhadap Frekuensi Napas
Pasien Ny.L Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi (Asma Bronkhial) Di
RSJD Klaten
Hari : Selasa
Tanggal : 1 November 2022
A. Keluhan Utama
Sesak Napas (Dispnea)
B. Diagnosis Medis
Asma Bronkhial
C. Diagnosis Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
sekresi yang tertahan ditandai dengan batuk berdahak, mengeluh sesak napas,
bunyi nafas tambahan (bronkhovesikuler, wheezing), nadi berubah, pola napas
berubah (D.0001)
(PPNI, 2016)
D. Data Yang Mendukung Diagnosis Keperawatan
DS :
• Pasien mengatakan bahwa sesak napas
• Pasien mengatakan sesak napas dirasakan jika dalam keadaan duduk,
berbaring serta akibat dingin dan polutan
• Ny.L mengatakan bahwa memiliki riwayat asma sejak 10 tahuh yang lalu
• Ny.L mengatakan bahwa batuk ada dahaknya
DO :
• Keadaan Umum : baik
• Kesadaran : compos mentis
• GCS : E4V5M6
• Frekuensi napas meningkat : 28x/menit (nilai normal 16-20x/menit)
• Frekuensi nadi normal :73x/menit (nilai normal 60-120x/menit)
• Suhu : 36,6 derajat celcius
• Pasien nampak nafas cuping hidung
• Pasien nampak retraksi dinding dada
E. Dasar Pemikiran
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang bayak
mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Terganggunya sistem pernapasan dapat mengakibatkan gangguan
dalam sirkulasi udara dan proses pertukaran gas, yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan terganggunya proses transportasi makanan kedalam jaringan
dan sel-sel tubuh manusia. Asma merupakan salah satu penyakit saluran napas
yang banyak dijumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa. Menurut Survei
Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas
merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah
penyakit gangguan pembuluh darah (Ikawati, 2006). Prevalensi asma di
seluruh dunia adalah sebesar 8%-10% pada anak dan 3%-5% pada dewasa. Di
Jepang dilaporkan meningkat 3 kali yaitu 1,2% menjadi 3,14%, lebih banyak
pada usia muda (Dahlan, 1998). Di Amerika, 14-15 juta orang menderita
asma, dan kurang lebih 4,5 juta di antaranya adalah anakanak (Rahmatang,
2021).
Tujuan pengobatan asma untuk menghentikan serangan secepat
mungkin dan mencegah serangan berikutnya. Untuk mencapat tujuan tersebut
diberikan obat bronkodilator pada waktu serangan dan obat anti inflamasi
untuk menurunkan hiperaktivitas bronkus sebagai tindakan pencegahan.
Pemberian obat asma bisa dilakukan dengan cara perenteral, oral dan inhalasi.
Pemberian obat secara parenteral atau oral sering menimbulkan efek samping
seperti gangguan gastrointestinal atau efek samping lain. Terapi inhalasi
adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
penghisapan. Terapi pemberian ini, saat ini makin berkembang luas dan
banyak dipakai pada pengobatan penyakit-penyakit saluran napas.
Berbagai macam obat seperti antibiotik, mukolitik, anti inflamasi dan
bronkodilator sering digunakan pada terapi inhalasi. Obat asma inhalasi yang
memungkinkan penghantaran obat langsung ke paru-paru, dimana saja dan
kapan saja akan memudahkan pasien mengatasi keluhan sesak napas. Untuk
mencapai sasaran di paru-paru, partikel obat asma inhalasi harus berukuran
sangat kecil (2-5 mikron). Nebulizer digunakan dengan cara menghirup
dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah menjadi bentuk kabut.
Nebulizer sangat cocok digunakan untuk anak-anak, usila dan mereka yang
sedang mengalami serangan asma parah.
Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi pada jalan nafas yang
di tandai oleh obstruksi aliran udara napas dan respon jalan nafas yang
berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan. Obstruksi jalan nafas yang
menyebar luas tetapi bervariasi ini disebabkan oleh bronkospasme, edema
mukosa jalan nafas dan peningkatan produksi mukus (lendir) disertai
penyumbatan (plugging) serta remodelling jalan nafas (Putu et al., 2020).
Penyakit asma merupakan masalah kesehatan didunia, karena
menurunkan kualitas hidup dan produktivitas pasiennya. Saat ini, pasien asma
diseluruh dunia mencapai 300 juta orang, dari kalangan semua usia yang
berasal dari berbagai latar belakang suku etnis, jumlah ini diperkirakan akan
bertambah lagi 100 juta orang pada tahun 2025. Jumlah ini menyerupai
kecacatan akibat penyakit diabetes, sirosis hati, dan skizofrenia. Selain itu
diperkirakan kematian asma adalah 1 hari tiap 250 kematian (Global Burden
Report of Asthma, 2019 ).
Menurut World Health Organization (2019) pada bulan Mei tahun
2014, angka kematian akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24.773
orang atau sekitar 1,77 persen dari total jumlah kematian penduduk. Apabila
diproyeksikan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yang
berjumlah lebih dari 248 juta jiwa, maka jumlah pasien asma di Indonesia
lebih dari 11 juta.

F. Prinsip Tindakan
Standar Operasional Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer :

No. Aspek Yang Dinilai

A Pra interaksi
1. Melihat program terapi pasien
2. Mengecek urutan prosedur
3. Menyiapkan peralatan
B Fase Orientasi
1. Mencuci tangan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Memastikan identitas : cek gelang pasien( nama, TTL,alamat, usia)
5. Menanyakan kesediaan
6. Mempertahankan privasi
C Fase kerja
1. Mendekatkan alat
2. Mendengarkan suara napaas menggunakan stetoskop
3. Mengambil obat kemudian memasukkan ke dalam tempat obat pada
mesin nebulizer
4. Memasang tutup adaptor kemudian menyalakan dengan menekan
tombol ON
5. Memasang masker pada hidung pasien
6. Menganjurkan pasien napas panjang sambil menghisap udara yang
keluar dari nebulizer dan melalui mulut sebanyak 10 kali
7. Mematikan nebulizer dan melakukan clapping untuk mempermudah
mengeluarkan sekret
8. Melepaskan masker, menganjurkan pasien untuk batuk dan
mengeluarkan dahak
mendengarkan lagi suara napas dengan stetoskop
9. Mengulangi prosedur no 6-10 s.d obat habis
10. Membersihkan area sekitar mulut pasien dengan tissue
11. Membereskan alat
D Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien
2. Membereskan alat & mencuci tangan
3. Melakukan dokumentasi
E Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan
2. Ketelitian
3. Menjaga keamanan pasien dan perawat

G. Analisis Tindakan
Penyakit asma gejala asma pada penyempitan jalan nafas akan terasa
sesak dan mengalami batuk sering dan sering terjadi pada malam hari dan saat
udara dingin, biasanya bermula mendadak dengan batuk non produktif,
kemudian menghasilkan sputum yang kental dan rasa tertekan didada, disertai
dengan sesak nafas (dyspnea) dan mengi sehingga ekspirasi selalu lebih sulit
dan pendek dibanding inspirasi yang mendorong pasien untuk duduk tegak
dan menggunakan setiap otot aksesoris pernafasan (Brunner dan Suddart,
2011 dalam Tafdhila 2019).
Pada serangan asma, terapi yang paling tepat adalah menggunakan
terapi nebulizer, nebulizer yaitu alat yang digunakan untuk merubah obat-obat
bronkodilator dari bentuk cair ke bentuk partikel aerosol atau partikel yang
sangat halus, aerosol sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan
dalam organ paru, efek dari terapi nebulizer adalah untuk mengembalikan
kondisi spasme bronchus (Yuliana, 2015).
Nebulizer merupakan alat yang digunakan untuk memberikan terapi
pengobatan bagi pasien yang terserang gangguan saluran pernapasan dengan
memanfaatkan cairan uap yang sudah tercampur dengan obat. Alat ini dapat
digunakan untuk terapi inhalasi saluran respiratori atas dan bawah
(Rahmatang, 2021). Sputum yang sulit dikeluarkan bisa terlebih dahulu di
encerkan dengan menggunakan alat nebulizer yang berfungsi untuk mengubah
obat yang larut menjadi uap yang dapat di hirup kedalam paru-paru, sehingga
obat yang masuk dapat mempermudah pengeluaran secret sehingga dapat pula
membuat pernapasan menjadi lega. (Brunner, 2016)
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian
nebulizer berpengaruh dalam mempertahankan kepatenan jalan
napas dengan menganalisis inspirasi dan ekspirasi dengan baik sehingga
berdampak terhadap pelebaran saluran pernapasan dan dahak menjadi encer
dapat mengurangi sesak nafas .
H. Bahaya Dilakukannya Tindakan
Berdasarkan sumber referensi jurnal menyatakan bahwa tidak ada bahaya dari
dilakukannya tindakan pemberian terapi bronkodilator menggunakan
nebulizer untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada
pasien dengan asma (gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi). Sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Purnomo et al (2017) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa bronkodilator yang diberikan dengan
nebulizer memberikan efek bronkodilatasi yang bermakna tanpa
menimbulkan efek samping.
I. Tindakan Keperawatan Lain Yang Dilakukan
Selain pemberian terapi nebulizer, klien tidak diberikan terapi lainnya.
J. Hasil Yang Didapatkan Setelah Dilakukan Tindakan
• S : Klien mengatakan sesak napas nya sudah berkurang
• O : Klien nampak berbaring di kasur
Hasil pengkajian :
RR = 20x/menit
Nadi = 68x/menit
A : Masalah Teratasi
• P : Hentikan Intervensi
K. Evaluasi Diri
Setelah dianalisis berdasarkan SOP dan jurnal-jurnal referensi yang
didapatkan. Bisa diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat kesejangan antara
langkah prosedur yang telah dilakukan dengan SOP yang ada terkait dengan
pemberian terapi nebulizer pada pasien dengan asma terhadap perubahan
frekuensi napas dan mengurangi masalah sesak napas, batuk berdahak. Semua
jurnal menarik kesimpulan dan hasil bahwa pemberian terapi bronkodilator
pada pasien terdiagnosis asma dengan masalah keperawatan bersihan napas
tidak efektif, terapi ini mampu memperbaiki pola napas pasien menjadi lebih
baik atau meningkat. Dan batuk berdahak menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & S. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. EGC.


PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1.
Putu, N., Sukma, W., S, W. C. W., Y, P. C. D., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F.,
Udayana, U., & Udayana, U. (2020). Profil Sitologi Efusi Pleura Maligna di
RSUP Sanglah Tahun 2015/2017. Medika Udayana, 9(1), 22–27.
Rahmatang. (2021). LITERATURE REVIEW: EFEKTIVITAS PEMBERIAN
NEBULIZER TERHADAP STATUS PERNAPASAN PADA PASIEN ASMA
BRONKHIAL.
World Health Organization. (2019). WHO. Informasi Terkini Seputar Penyakit Asma

Anda mungkin juga menyukai