PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersihan jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak
normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan
oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,
imobilisasi, stasis sekret dan batuk efektif karena penyakit persyarafan
seperti cerbro vascular accident (CVA), efek pengobatan sedatif dan lain-
lin. Bersihan jalan nafas (Obstruksi jalan nafas) mempunyai tanda-tanda
seperti : batuk tidak efektif, tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan
nafas, suara nafas menunjukkan adanya sumbatan dan jumlah, irama dan
kedalaman pernafasan tidak normal.
Bersihan jalan nafas biasa terjadi pada orang yang menderita TB
Paru, sebab pada orang yang menderita TB Paru gejala utama yang
muncul adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan napas
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) (Depkes RI, 2008:5).
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta
penderita Tuberkulosis Paru baru dan 3 juta kematian akibat Tuberkulosis
Paru diseluruh dunia. Diperkirakan 95 % kasus Tuberkulosis Paru dan 98
% kematian akibat Tuberkulosis Paru didunia, terjadi pada Negara
berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat Tuberkulosis Paru
lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas
(Depkes RI, 2008).
1
Sekitar 75 % pasien Tuberkulosis Paru adalah kelompok usia yang
paling produktif secara ekonomis (15 – 50 tahun). Diperkirakan seorang
penderita Tuberkulosis Paru dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20 - 30 %. Jika ia meninggal
akibat Tuberkulosis Paru, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun (Depkes RI, 2008). Selain merugikan secara ekonomis, Tuberkulosis
Paru juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan
dikucilkan masyarakat (Notoatmojo, 2007). Di Indonesia Tuberkulosis
Paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah penderita
Tuberkulosis Paru di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah
India dan Cina dengan jumlah penderita sekitar 10 % dari total jumlah
penderita Tuberkulosis Paru di Dunia. Diperkirakan pada tahun 2004,
setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang.
Insidensi kasus Tuberkulosis Paru BTA positif sekitar 110 per 100.0000
penduduk (Depkes RI, 2008).
Pada pasien TB Paru terapi yang paling tepat adalah menggunakan
terapi nebulizer merupakan pilihan terbaik pada kasus-kasus yang
berhubungan dengan gangguan jalan napas, nebulizer yaitu alat yang
digunakan untuk merubah obat-obat bronkodilator dari bentuk cair ke
bentuk partikel aerosol atau partikel yang sangat halus, aerosol sangat
bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru. Cara
pengobatan nebulizer dengan memberi obat-obat bronkodilator dalam
bentuk uap secara langsung pada alat pernafasan menuju paru-paru, terapi
nebulizer dengan obatobat bronkodilator lebih efektif dari obatobatan oral
maupun intravena, karena langsung dihirup masuk ke paru-paru . Tujuan
dari terapi nebulizer dengan obatobat bronkodilator antara lain mengurangi
sesak nafas, rileksasi dari spasme bonkhiale, mengencerkan dahak,
melancarkan saluran pernafasan dan melembabkan saluran pernafasan.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan nebulizer terhadap klien dengan
ketidakbersihan jalan nafas.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian klien dengan ketidakbersihan jalan
nafas
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
ketidakbersihan jalan nafas
c. Melakukan implementasi dengan mengaplikasikan berdasarkan
Evidence Based Practice pada klien dengan dengan ketidakbersihan
jalan nafas
d. Melakukan evaluasi pada klien dengan dengan ketidakbersihan jalan
nafas
e. Menganalisa hasil pemberian nebulizer terhadap status pernafasan
klien dengan ketidakbersihan jalan nafas
C. Manfaat
1. Bagi Institusi
Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam manfaat
pemberian nebulizer terhadap status pernafasan klien dengan dengan
ketidakbersihan jalan nafas.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam manfaat
pemberian nebulizer pada klien yang mengalami dengan ketidakbersihan
jalan nafas sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat
pada klien.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan masyarakat tentang
manfaat pemberian nebulizer terhadap status pernafasan pada klien
dengan ketidakbersihan jalan nafas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
C. Mekanisme Kerja Alat/Bahan Untuk Mengtasi Ketidakbersihan Jalan Nafas
Salah satu upaya untuk mengatasi ketidakbersihan jalan nafas adalah
dengan memberikan terapi inhalasi. Terapi inhalasi adalah cara pengobatan
dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju
paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Pemberian per inhalasi adalah
pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui hirupan.
Terapi inhalasi adalah sistem pemberian obat dengan cara menghirup
obat dengan bantuan alat tertentu, misalnya nebulizer. Nebulizer adalah suatu
jenis cara inhalasi dengan menggunakan alat pemecah obat untuk menjadi
bagian-bagian seperti hujan/uap untuk dihisap. Biasanya untuk pengobatan
saluran pernafasan bagian lebih bawah.
Terapi inhalasi uap adalah cara pengobatan dengan alat nebulizer dapat
mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol terus menerus,
dengan tenaga yang berasal dari udar yang dipadatkan, atau gelombang
ultrasonik. aerosol yang berbentuk dihirup penderita melalui mouth piece
atausungkup Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer . memberikan
efek bronkodilatasi (pelebaran bronkus) yang bermakna tanpa menimbulkan
efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung
pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang menghasilkan
hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi, sehingga obat tidak
banyak terbuang.
Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth
piece dan pemompaan udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer
diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan latihan khusus
dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah
dapat digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI.
Kerugiannya adalah hanya 50 – 70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan
sisanya terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri. Jumlah cairan yang
terdapat di dalam hand held nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 – 8
liter/menit. Biasanya dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik
5
(asetilsistein) atau natrium bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya
digunakan larutan NaCl.
Pemberian terapi inhalasi yang bertujuan untuk 3 mempermudah
mengeluarkan dahak dan juga dapat melebarkan lumen bronchus Pemberian
terapi inhalasi yaitu tehnik yang dilakukan dengan pemberian uap dengan
menggunakan obat ventolin 1 ampul. Obat ventolin adalah obat yang
digunakan untuk membantu mengencerkan sekret yang diberikan dengan cara
diuap. Menurut Kasim (2014), Ventolin digunakan meredakan bronkospasme
pada asma bronkhial, bronkhopneumonia dan empysema.Jenis obat ini
disebut bronkodilator dan bekerja dengan melemaskan otot-otot di sekitar
saluran pernapasan yang menyempit sehingga udara dapat mengalir lebih
lancar ke dalam paru-paru. terapi nebulizer merupakan pilihan terbaik pada
kasus-kasus yang berhubungan dengan inflamasi terutama pada penderita
pada penderita dengan gangguan pernafasan.
Nebulizer yaitu alat yang digunakan untuk merubah obat-obat
bronkodilator dari bentuk cair ke bentuk partikel aerosol atau partikel yang
sangat halus, aerosol sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan
dalam organ paru, efek dari terapi nebulizer untuk mengembalikan kondisi
spasme bronchus. Cara pengobatan nebulizer dengan memberi obat-obat
bronkodilator dalam bentuk uap secara langsung pada alat pernafasan menuju
paru-paru, terapi nebulizer dengan obatobat bronkodilator lebih efektif dari
obatobatan oral maupun intravena, karena langsung dihirup masuk ke paru-
paru , Tujuan dari terapi nebulizer dengan obatobat bronkodilator antara lain
mengurangi sesak nafas, rileksasi dari spasme bonkhiale, mengencerkan
dahak, melancarkan saluran pernafasan dan melembabkan saluran pernafasan
6
D. Prosedur Instrumen
7
c. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
d. Mengatur posisi pasien sesuai dengan keadaan pasien
e. Memasukkan obat kewadahnya (bagian dari alat nebulizer).
f. Menghubungkan nebulizer dengan listrik
g. Menyalakan mesin nebulizer (tekan power on) dan mengecek out
flow apakah timbul uap atau embun.
h. Menghubungkan alat ke mulut atau menutupi hidung dan mulut
(posisi) yang tepat.
i. Menganjurkan agar klien untuk melakukan nafas dalam, tahan
sebentar, lalu ekspirasi.
j. Setelah selesai, mengecek keadaan umum klien, tanda-tanda vital,
dan melakukan auskultasi paru secara berkala selama prosedur.
k. Menganjurkan klien untuk melakukan nafas dalam dan batuk efektif
untuk mengeluarkan sekret.
Perhatian :
a. Tetap mendampingi klien selama prosedur (tidak meninggalkan
klien).
b. Observasi adanya reaksi klien apabila terjadi efek samping obat.
c. Tempatkan alat nebulizer pada posisi yang aman (jangan sampai
jatuh).
Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi hasil tindakan
b. Berpamitan dengan pasien
c. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
7 Referensi Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. WAKTU
8
Hari/ tanggal : Kamis, 23 Agustus 2018
Jam : 09.00 WIB
B. SASARAN
Klien dengan ketidakbersihan jalan nafas
C. TEMPAT
Ruang Gladiol RSUD Tidar Magelang
D. SETTING
Klien dengan ketidakbersihan jalan nafas yang diberikan terapi obat
bronkodilator untuk mengeluarkan sekret pada jalan nafas menggunakan alat
nebulizer.
E. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 23 Agustus 2018
Ruang : Gladiol
a. Biodata Pasien
1) Nama : Ny. W
2) Umur : 01 Juli 1963
3) Alamat : JL. Sugai Tiram Jakarta Utara
4) Pendidikan : SD
5) Pekerjaan :-
6) Tanggal masuk : 23 Agustus 2018
7) Diagnosa medis : TB Paru
8) Nomor register : 227788
9
Sesak napas disertai batuk dengan dahak kental dan susah dikeluarkan
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh sesak napas dan demam sejak 2 hari sebelum
masuk RS, sesak napas dirasakan semakin berat, kemudian diantar
keluarga ke RS. Tindakan/pengobatan yang dilakukan adalah
dengan membawa pasien ke Rumah Sakit atau ke Puskesmas
terdekat
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien pernah di rawat di rumah sakit dengan diagnosa medis asma.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit menurun
dan menular seperti hipertensi dan TB Paru.
4) Genogram
10
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
3) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
11
Klien mengatakan BAB 1x sehari dilakukan pada pagi hari
dengan feses lembek tidak keras dan tidak cair. Klien
mengatakan BAK ±6-7x setiap harinya dengan warna kuning
jernih.
b) Saat sakit
Klien mengatakan BAB 1x sehari dilakukan pada pagi hari
dengan feses lembek tidak keras dan tidak cair. Klien BAK
melalui urine kateter setiap harinya dengan warna kuning jernih.
4) Pola Istirahat dan Tidur
a) Sebelum sakit
Klien mengatakan biasanya tidur pukul 22.00 WIB dan
terbangun pada pukul 05.00 WIB dan tidur pulas tanpa ada
gangguan pola tidur ataupun cemas.
b) Saat sakit
Klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak dan sering terbangun
karena sesak nafas dan suasana yang tidak nyaman.
5) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Sebelum sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Monilisasi √
tempat
tidur
Berpindah √
Ambulasi √
Naik √
tangga
Keterangan :
0 : Mandiri
12
1 : Dibantu sebagian
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang dan peralatan
4 : Ketergantungan/tidak mampu
b) Saat sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Monilisasi √
tempat
tidur
Berpindah √
Ambulasi √
Naik √
tangga
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang dan peralatan
4 : Ketergantungan/tidak mampu
6) Pola Peran dan Hubungan
a) Sebelum Sakit
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik saja dan
tidak merasa dikucilkan dari keluarga serta masyarakat sekitar.
b) Saat Sakit
Klien mengatakan masih bisa berhubungan baik dengan keluarga
dan masyarakat dengan baik.
7) Pola Persepsi Kognitif dan Sensori
a) Sebelum Sakit
Klien dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
13
b) Saat Sakit
Klien masih dapat berkomunikasi dengan baik terhadap orang
lain.
8) Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Klien mengatakan cukup sedih dengan penyakit yang dideritanya
karena dalam keterbatasan dalam beraktivitas.
b) Identitas Diri
Klien mengatakan bersyukur diciptakan sebagai perempuan dan
sebagai ibu rumah tangga.
c) Peran Diri
Klien mengatakan berperan sebagai ibu rumah tangga dan nenek
dari cucu-cucunya.
d) Ideal Diri
Klien mengatakan harapannya segera sembuh dari penyakitnya
sehingga bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.
e) Harga Diri
Klien mengatakan senang dengan semua keluarga mendukung
saya dan merasa diperhatikan dan klien ingin segera cepat
sembuh serta segera beraktifitas seperti biasanya lagi.
9) Pola Seksual dan Reproduksi
Klien seorang wanita yang memiliki 5 anak.
10) Pola Mekanisme Koping
a) Sebelum Sakit
Klien mengatakan kalau ada masalah tidak terlalu terbuka
dengan aggota keluarganya. Namun jika ada masalah dalam
keluarga diselesaikan secara bersama-sama.
b) Saat Sakit
Klien mengatakan saat sakit terbuka dengan keluarga terutama
tentang keluhan dari penyakitnya.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
14
a) Sebelum Sakit
Klien mengatakan ibadah rutin 5 waktu dan dilaksanakan tepat
waktunya terkadang di rumah dan di masjid.
b) Saat Sakit
Klien mengatakan tidak menjalankan ibadah sholat selama di
rawat di rumah sakit.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : Composmentis
2) TB / BB : 150 cm / 65 kg
3) Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg, RR : 26 kali/menit
N : 80 kali/menit T : 36°C
4) Kepala
a) Kepala : Simetris, tidak ada lesi
b) Rambut : Kotor,warna rambut hitam, dan tidak rontok.
c) Mata : Simetris , konjungtiva nampak anemic, pupil
isokor, gerak bola mata normal
d) Hidung : Simetris, tidak ada secret dan polip, tidak ada
pendarahan
e) Mulut : Bibir tidak sianosis, tidak terdapat stomatitis, tidak
ada pembesaran tonsil.
f) Telinga : Simetris, tidak ada penumpukan serumen, bersih,
tidak menggunakan alat bantu pendengaran
g) Leher : Terdapat reflek menelan, tidak ada kekakuan ,tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid
5) Dada
a) Sistem Pernafasan
I : Simetris, warna kulit sama dengan yang lain,
pengembangan dada kanan = dada kiri, terdapat retraksi
dinding dada.
15
P : Voka fremitus kanan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan
pada dada
P : Sonor pada seluruh lapang paru
A : paru bagian kanan : tidak ada suara tambahan
Paru bagian kiri : terdapat bunyi napas tambahan ronkhi
b) Sistem Kardiovaskuler
I : Iktus kordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba pada IC IV – V, sejajar dengan
midklavikula
P : Tidak teraba pelebaran batas jantung
A : Bunyi suara jantung 1 dan 2 reguler, tidak terdapat suara
jantung tambahan
6) Abdomen
I : Simetris, warna kulit merata, datar.
A : bising usus 5 kali/menit
P : Tidak teraba massa
P : Thympani
7) Genetalia
Tidak ada gangguan, tidak terpasang kateter
8) Ekstremitas
- Ekstremitas kanan atas dan bawah normal, tidak ada oedem,
tidak terjadi kelemahan.
- Ekstremitas kiri atas dan bawah normal, tidak ada oedem, tidak
terjadi kelemahan.
- Ekstremitas atas dextra terpasang infus asering 10 tpm 5 5
5 5
F. Pemeriksaan diagnostik
16
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Metode
Hematologi
Rutin
Hemoglobin 10,1 g/dl 12.0 – 15.6
Hematokrit 30,2 % 33 – 45
Leukosit 21,1 Ribu/ul 4.5 – 11.0
Trombosit 426 Ribu/ul 150 – 450
Eritrosit 4.1 Juta/ul 4.10 – 5.10
Kimia klinik
GDS 126 mg/dl 70-140 Hexokinase
G. PROGRAM TERAPI
17
H. MASALAH KEPERAWATAN
18
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
19
J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2. Jum’at, 24 Dx.
09.00
1 1. Memonitor respirasi klien 1. S :
20
Agustus 2018 WIB - klien menga
sesak nafas
- klien
dahaknya b
dikeluarkan
O:
- Klien tampa
- Klien terpasa
2lt/menit
- terdapat bu
tambahan ro
paru kiri bawa
- RR : 26 kali/
21
O:
- Klien tampa
- Klien terpasa
2lt/menit
- terdapat bu
tambahan ro
paru kiri bawa
- RR : 25 kali/
22
ventoline - Klien mengat
diberikan neb
nafasnya berk
O:
- RR : 24x/men
- terdapat bu
tambahan ro
paru kiri bawa
23
K. CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL / DIAGNOSA
NO CATATAN PERKEMBANGA
JAM KEPERAWATAN
1. Minggu, Ketidakbersihan jalan S :
26 Agustus napas berhubungan - klien mengatakan sesak nafas berkurang dan
2018 dengan peningkatan O :
10.00 produksi sekret - klien tidak menggunakan alat bantu pernafas
- klien dapat mengeluarkan dahak
- tidak terdapat suara nafas tambahan
- RR : 24 kali/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Pemberian Terapi Bronkodilator
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN
A. Hasil Analisa Questioner/ Lembar Observasi
Berdasarkan hasil lembar observasi didapatkan hasil bahwa pada hari
pertama dilakukan pada hari Kamis tanggal 23 Agustus 2018 didapatkan data
ada suara nafas tambahan, ada batuk, ada perubahan pola pernafasan, ada
perubahan frekuensi pernafasan, tidak ada sianosis (kesulitan
komunikasi/bicara), tidak ada suara nafas berkurang, ada dispnea, ada dahak
berlebihan, ada batuk tidak efektif.
Pada hari kedua dilakukan pada hari Jum’at tanggal 24 Agustus 2018
didapatkan data ada suara nafas tambahan, ada batuk, ada perubahan pola
pernafasan, ada perubahan frekuensi pernafasan, tidak ada sianosis (kesulitan
komunikasi/bicara), tidak ada suara nafas berkurang, ada dispnea, ada dahak
berlebihan, ada batuk tidak efektif.
Pada hari ketiga dilakukan pada hari Sabtu tanggal 25 Agustus 2018
didapatkan data ada suara nafas tambahan, ada batuk, ada perubahan pola
pernafasan, ada perubahan frekuensi pernafasan, tidak ada sianosis (kesulitan
komunikasi/bicara), tidak ada suara nafas berkurang, ada dispnea, tidak ada
dahak berlebihan, tidak ada batuk tidak efektif.
24
Pada hari keempat dilakukan pada hari Minggu tanggal 26 Agustus 2018
didapatkan data tidak ada suara nafas tambahan, ada batuk, ada perubahan
pola pernafasan, ada perubahan frekuensi pernafasan, tidak ada sianosis
(kesulitan komunikasi/bicara), ada suara nafas berkurang, ada dispnea, tidak
ada dahak berlebihan, tidak ada batuk tidak efektif.
Berdasarkan hasil analisa lembar observasi pada hari keempat yaitu pada
hari Minggu tanggal 26 Agustus 2018 menunjukkan terjadinya peningkatan
kepatenan jalan napas setelah dilakukan terapi obat bronkodilator ventolin
menggunakan nebulizer 2,5 mg/ 8 jam.
B. Faktor Pendukung
Klien dan keluarga kooperatif saat penulis melakukan intervensi, mudah
dilakukan sehingga bisa lebih mempercepat proses intervensi terapi nebulizer
dan dirasa tepat guna untuk pasien.
C. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pada intervensi ini yaitu terbatasnya alat nebulizer yang
ada di ruangan, sehingga dalam melakukan intervensi klien perlu bergantian
dan menunggu klien yang lain
25
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan laporan aplikasi berdasarkan EBP terkait masalah gangguan
kebutuhan dasar manusia dalam oksigenasi yaitu sebagian besar klien yang
mengalami sesak nafas baik itu pasien sesak nafas karena TBC ataupun sesak
nafas biasa atau asma yang disebabkan oleh bebrapa alergen , penanganan
yang diperlukan penderita sesak nafas yaitu terapi nebulizer. Dimana terapi
nebulizer ini membantu penderita sesak nafas untuk membebaskan jalan nafas
dari tumpukan sekret yang ada di jalan pernafsan agar dapat bernafas dengan
nyaman seperti baisanya.
B. Saran
Terapi nebulizer dapat digunakan dalam penerapan asuhan keperawatan di
ruang perawatan. Dimana terapi nebulizer ini membantu dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia yang mengalami gangguan oksigenasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Marhana, I.A. dan Amin, M. 2009. Korelasi Saturasi Oksigen Perkutan dengan
Parameter Derajat Keparahan (severity) pada Asma Eksaserbasi
Berdasarkan Kriteria Global Initiative of Asthma 2008.Majalah Kedokteran
RespirasiVol.1, No.3 pp 5.
27
file:///E:/EBP%20GLADIOL%20FIXX/jurnaal%20mekanisme%20salbitol.pdf
file:///C:/Users/USER/Desktop/PROFESI%20NERS/KDP%20RS
%20TIDAR/jurnaal%20mekanisme%20salbitol.pdf
file:///E:/EBP%20GLADIOL%20FIXX/jurnaal%20mekanisme%20salbitol.pdf
LEMBAR OBSERVASI
LEMBAR OBSERVASI
28
Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tida
Ada Ada Ada k
Ada
Suara nafas tambahan √ √ √ √
Batuk √ √ √ √
Perubahan pola pernafasan √ √ √ √
Perubahan frekuensi pernafasan √ √ √ √
Sianosis, kesulitan berkomunikasi (bicara) √ √ √ √
Suara nafas berkurang √ √ √ √
Dispnea √ √ √ √
Dahak berlebihan √ √ √ √
Batuk tidak efektif √ √ √ √
LEMBAR OBSERVASI
29
LEMBAR OBSERVASI
30