ABSTRAK
ABSTRACT
LATAR BELAKANG
Diseluruh dunia, penyakit ini telah menjadi begitu luas sehingga pada tahun 1993
organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan keadaan darurat TB global. TB
saat ini menjadi penyebab kematian kedua penyakit infeksi di dunia dengan
spertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh TB. Setiap tahun lebih dari 8 juta
orang terinveksi TB hampir 2 juta meninggal akibat penyakit tersebut
(Wartono,E,2019).
Menurut data profil Dinas kesehatan provinsi Sumatera Utara tahun 2018
menyebutkan bahwa jumlah kasus baru TB paru di Sumatera Utara tahun 2018
ditemukan sebesar 69.517 kasus. Menurut data tersebut juga mengatakan bahwa
ada 3 (tiga) kabupaten / kota tertinggi angka kejadian Tuberculosis Paru,
diantaranya adalah kota Medan sebesar 10.928, kabupaten Deli Serdang sebesar
10.373 dan kabupaten Langkat sebesar 4.998 (Riskesdas, 2018). Jumlah pasien
rawat inap TB di RS Islam Malahayati selama tahun 2021 sebanyak 48 kasus (RS
Malahayati Medan, 2021 ).
Salah satu dari sejuta yang ditimbulkan akibat TBC adalah batuk, yaitu batuk
produktif dan non produktif, upaya untuk mengatasi masalah TBC dengan
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien TB yaitu
dengan cara batuk efektif ( Nanda,2015).
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar dimana dapat
menggunakan energi untuk batuk dengan seefektif mungkin sehingga tidak mudah
lelah dalam pengeluaran dahak secara maksimal (CHMK Nursing Scientific
Journal, Listiana 2020). Batuk efektif dilakukan untuk mengeluarkan sekter,
dengan prosedur tarik nafas dalam lewat hidung dan tahan nafas dalam beberapa
detik. Batuk 2 kali, pada saat batuk tekan dada dengan bantal, tamping secret pada
sputum pot. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan hipoksia (Judit M. Nancy R. Arhern. 2011).
METODE
Artikel ini menggunakan desain studi kasus (case study). Instrumen Penelitian
data menggunakan SOP Teknik Relaksasi napas dalam dan Batuk efektif Rumah
Sakit Islam Malahayati Medan. lembar observasi yaitu Lembar evaluasi yang
berisi sputum yang keluar, warna sputum, respiratory rate (RR), suara napas
pasien TB Paru.
Subyek yang diguunakan adalah Pasien Laki-laki Umur 52 tahun yang dirawat di
Rumah Sakit Islam Malahayti Medan.
HASIL
Pengkajian awal dilakukan pada tanggal 9 April 2022 dengan wawancara dan
Pemeriksaan fisik yaitu Keadaan umum Compos Menitis. dilakukan inspeksi pada
pasien yaitu bernapas spontan, batuk berdahak berwarna kuning kecoklatan.
Auskultasi terdengar suara napas ronchi dengan keluhan sesak napas, nyeri dada
disertai, suara napas terdengar ronchi di kedua lapang paru. Adapun tanda-tanda
vital Suhu tubuh 37°C, denyut nadi 125 kali per menit, tekanan darah 130/80
mmHg, pernapasan Pasien 26 kali per menit dan saturasi oksigen 98%. Tahap
implementasi dilakukan dengan menggunakan SOP Teknik relaksasi napas dalam
dan batuk efektif di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. yaitu dengan
menyedikan alat dan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan, menjaga
privasi pasien dengan menutup sampiran, mengatur posisi yang nyaman (semi
fowler atau fowler), memakai sarung tangan, meminta pasien meletakkan satu
tangan di dada dan satu tangan di perut, megnjurkan pasien melakukan napas
dalam melalui hidung selama 4 detik, jaga mulut tetap tertutup, tetap rileks,
jangan melengkungkan punggung dan meminta pasien konsentrasi pada
pengembangan perut, meminta pasien menahan napas selama 2 detik,
menganjurkan pasien menghembuskan napas perlahan melalui mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik, memasang perlak/ alas dan bengkok di
pangkuan klien bila duduk. Dan menganjurkan pasien mengulangi Tarik napas
dalam hingga 3 kali, selanjutnya meminta pasien batuk dengan kuat langsung
setelah Tarik napas dalam yang ke 3 pada bengkok yang sudah di sediakan. Dan
menganjurkan pasien membuang dahak pada tempat yang sudah disediakan.
Selanjutnya dilakukan evaluasi pada pasien yaitu dengan menanyakan bagaimana
perasaan pasien setelah dilakukan latihan napas dalam dan batuk efektif. Pasien
merasa lebih tenang dan sesak napas berkurang ditandai dengan RR 22 kali per
menit. Warna dahak kuning kecoklatan, jumlah sputum yang dikeluarkan sekitar
1,5 cc, suara napas ronchi.
PEMBAHASAN
Salah satu ciri dari penderita TB paru yaitu batuk berdahak, karena meningkatnya
sekresi mucus. Peningkatan sekresi mucus terjadi akibat infeksi oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis. Pada pasien TB paru sering kali mengalami batuk
yang tidak efektif, penyebabnya adalah pasien kurang pengetahuan tentang teknik
relaksasi napas dalam dan batuk efektif.
Menurut pennelitian yang dilakukan Hasaini (2018) bahwa di RSUD Ratu Zalecha
Martapura sebesar 93,34% responden mengalami ketidakefektifan bersihan jalan
napas sebelum dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif, hal ini dkarenakan
selama ini penanganan pasien TB Paru hanya dilakukan pengelolaan umum
dengan pemberian terapi farmakologi dan belum pernah dilakukan terapi non
farmakologi. Setelah dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif mayoritas
responden mengalami jalan napas efektif sebesar 73,34% yang dilakukan selama
dua hari (Hasaini, 2018).
Hal tersebut dikarenakan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif sangat
efektif untuk membantu pengeluaran sputum pada klien yang mengalami bersihan
jalan napas tidak efektif, karena teknik relaksasi napas dalam ini merupakan
teknik yang benar untuk pengeluaran sputum yang berfungi untuk membuka
diafragma pada paru-paru sehingga dapat membuka jalan napas dan
mempermudah pengeluaran sputum secara maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan bahwa intervensi teknik relaksasi napas
dalam dan batuk efektif yang dilakukan selama tiga hari terhadap seorang pasien
yang dirawat di RSI. Malahayati Medan dapat mengeluarkan sputum dan
menurunkan frekuansi napas pasien. Akan tetapi suara napas pasien masih
terdengar ronchi. Saran untuk pasien diharapkan pasien dapat melakukan teknik
relaksasi napas dalam dan batuk efektif secara mandiri pada saat pulang ke rumah.
DAFTAR PUSTAKA