Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM DAN BATUK

EFEKTIF DENGAN MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN


NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU
DI RSI MALAHAYATI MEDAN

Mona Hastuti2, Armi Mawaddah1, Anisya Saranita2


Akper Malahayati Medan
1
monahastuti77@gmail.com, 2armimawaddah513@gmail.com,
3
anisyasaranita01@gmail.com

ABSTRAK

Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh


Mycobacterium tubercullosa yang dapat menularkan kepada orang lain melalui
udara. Teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif dilakukan untuk membantu
pengeluaran sputum pada pasien TB paru. Artikel ini menggunakan desain studi
kasus (case study) dan subyek yang digunakan dalam adalah pasien TB Paru yang
dirawat di ruang Isolasi RSI Malahayati Medan dengan masalah ketidakefektifan
jalan napas. Hasil penerapan intervensi menunjukkan bahwa setelah dilakukan
penerapan teknik batuk efektif selama 3 hari pasien menunjukkan bahwa pasien
dapat mengeluarkan sputum, frekuensi pernapasan menurun menjadi 22 kali per
menit, namun masih terdapat suara napas ronkhi. Kesimpulan: penerapan relaksais
napas dalam dan teknik batuk efektif pada pasien dapat digunakan untuk
mengeluarkan sputum, dan menurunkan frekuensi pernapasan pada pasien TB
Paru. Saran diharapkan kepada pasien agar rutin melakukan relaksasi napas dalam
dan batuk efektif secara mandiri di rumah sakit atau pun pada saat di rumah.

Kata kunci : Teknik relaksasi napas dalam, batuk efektif, TB Paru

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis is a lung infection disease caused by Mycobacterium


tuberculosis which can be transmitted to other people through the air. Effective
deep breathing and coughing relaxation techniques are used to help expel sputum
in pulmonary TB patients. This article uses a case study design and the subjects
used in this article are pulmonary TB patients who are treated in the Isolation
Room of the Malahayati Hospital Medan with airway ineffectiveness problems.
The results of the application of the intervention showed that after applying the
effective cough technique for 3 days the patient showed that the patient was able
to expel sputum, the respiratory frequency decreased to 22 times per minute, but
there were still rhonchi breath sounds. Conclusion: the application of deep
breathing relaxation and effective coughing techniques in patients can be used to
expel sputum, and reduce respiratory frequency in pulmonary TB patients.
Suggestions are expected for patients to routinely do deep breathing relaxation
and effective coughing independently in the hospital or at home.

Keyword : Deep breathing relaxation techniques, effective coughing,Tuberculosis

LATAR BELAKANG

Tuberculosis paru (TB Paru) merupakan permasalahan kesehatan global yang


menjadi perhatian dunia selama dua dekade terakhir. WHO memperkirakan
terdapat 9,6 juta kasus TB pada tahun 2014 namun hanya enam juta kasus yang
terlapor. 58 % kasus TB dunia antaranya terdapat di Asia Tenggara. Indonesia
menempati posisi terbesar kedua kasus TB setelah India yaitu sebesar 10%
(WHO,2015).

Diseluruh dunia, penyakit ini telah menjadi begitu luas sehingga pada tahun 1993
organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan keadaan darurat TB global. TB
saat ini menjadi penyebab kematian kedua penyakit infeksi di dunia dengan
spertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh TB. Setiap tahun lebih dari 8 juta
orang terinveksi TB hampir 2 juta meninggal akibat penyakit tersebut
(Wartono,E,2019).

Tuberculosis masih menjadi pembunuh terbanyak di antara penyakit menular.


Dunia pun masih belum bebas dari TBC. Berdasarkan laporan WHO 2017
diperkirakan ada 1.020.000 kasus di Indonesia, namun baru terlaporkan ke
kementrian kesehatan sebanyak 420.000 kasus, mereka yang belum diperiksa dan
diobati akan menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya. Hal ini yang
menyebabkan seakan-akan masalah TBC tak kunjung selesai. Dunia ingin
mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030 dan Indonesia turut berkomitmen
mencapainya (Kemenskes 2017-2018).

Menurut data profil Dinas kesehatan provinsi Sumatera Utara tahun 2018
menyebutkan bahwa jumlah kasus baru TB paru di Sumatera Utara tahun 2018
ditemukan sebesar 69.517 kasus. Menurut data tersebut juga mengatakan bahwa
ada 3 (tiga) kabupaten / kota tertinggi angka kejadian Tuberculosis Paru,
diantaranya adalah kota Medan sebesar 10.928, kabupaten Deli Serdang sebesar
10.373 dan kabupaten Langkat sebesar 4.998 (Riskesdas, 2018). Jumlah pasien
rawat inap TB di RS Islam Malahayati selama tahun 2021 sebanyak 48 kasus (RS
Malahayati Medan, 2021 ).

Salah satu dari sejuta yang ditimbulkan akibat TBC adalah batuk, yaitu batuk
produktif dan non produktif, upaya untuk mengatasi masalah TBC dengan
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien TB yaitu
dengan cara batuk efektif ( Nanda,2015).

Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar dimana dapat
menggunakan energi untuk batuk dengan seefektif mungkin sehingga tidak mudah
lelah dalam pengeluaran dahak secara maksimal (CHMK Nursing Scientific
Journal, Listiana 2020). Batuk efektif dilakukan untuk mengeluarkan sekter,
dengan prosedur tarik nafas dalam lewat hidung dan tahan nafas dalam beberapa
detik. Batuk 2 kali, pada saat batuk tekan dada dengan bantal, tamping secret pada
sputum pot. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan hipoksia (Judit M. Nancy R. Arhern. 2011).

Berdasarkan urain di atas, maka penulis akan tertarik dalam pengaplikasian


intervensi teknik relaksasi nafas dalam dan batuk efektif pada pasien dengan
gangguan ketidakefektifan jalan napas pada pasien TB Paru.

METODE

Artikel ini menggunakan desain studi kasus (case study). Instrumen Penelitian
data menggunakan SOP Teknik Relaksasi napas dalam dan Batuk efektif Rumah
Sakit Islam Malahayati Medan. lembar observasi yaitu Lembar evaluasi yang
berisi sputum yang keluar, warna sputum, respiratory rate (RR), suara napas
pasien TB Paru.

Subyek yang diguunakan adalah Pasien Laki-laki Umur 52 tahun yang dirawat di
Rumah Sakit Islam Malahayti Medan.

HASIL

Pengkajian awal dilakukan pada tanggal 9 April 2022 dengan wawancara dan
Pemeriksaan fisik yaitu Keadaan umum Compos Menitis. dilakukan inspeksi pada
pasien yaitu bernapas spontan, batuk berdahak berwarna kuning kecoklatan.
Auskultasi terdengar suara napas ronchi dengan keluhan sesak napas, nyeri dada
disertai, suara napas terdengar ronchi di kedua lapang paru. Adapun tanda-tanda
vital Suhu tubuh 37°C, denyut nadi 125 kali per menit, tekanan darah 130/80
mmHg, pernapasan Pasien 26 kali per menit dan saturasi oksigen 98%. Tahap
implementasi dilakukan dengan menggunakan SOP Teknik relaksasi napas dalam
dan batuk efektif di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. yaitu dengan
menyedikan alat dan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan, menjaga
privasi pasien dengan menutup sampiran, mengatur posisi yang nyaman (semi
fowler atau fowler), memakai sarung tangan, meminta pasien meletakkan satu
tangan di dada dan satu tangan di perut, megnjurkan pasien melakukan napas
dalam melalui hidung selama 4 detik, jaga mulut tetap tertutup, tetap rileks,
jangan melengkungkan punggung dan meminta pasien konsentrasi pada
pengembangan perut, meminta pasien menahan napas selama 2 detik,
menganjurkan pasien menghembuskan napas perlahan melalui mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik, memasang perlak/ alas dan bengkok di
pangkuan klien bila duduk. Dan menganjurkan pasien mengulangi Tarik napas
dalam hingga 3 kali, selanjutnya meminta pasien batuk dengan kuat langsung
setelah Tarik napas dalam yang ke 3 pada bengkok yang sudah di sediakan. Dan
menganjurkan pasien membuang dahak pada tempat yang sudah disediakan.
Selanjutnya dilakukan evaluasi pada pasien yaitu dengan menanyakan bagaimana
perasaan pasien setelah dilakukan latihan napas dalam dan batuk efektif. Pasien
merasa lebih tenang dan sesak napas berkurang ditandai dengan RR 22 kali per
menit. Warna dahak kuning kecoklatan, jumlah sputum yang dikeluarkan sekitar
1,5 cc, suara napas ronchi.

PEMBAHASAN

Salah satu ciri dari penderita TB paru yaitu batuk berdahak, karena meningkatnya
sekresi mucus. Peningkatan sekresi mucus terjadi akibat infeksi oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis. Pada pasien TB paru sering kali mengalami batuk
yang tidak efektif, penyebabnya adalah pasien kurang pengetahuan tentang teknik
relaksasi napas dalam dan batuk efektif.

Menurut pennelitian yang dilakukan Hasaini (2018) bahwa di RSUD Ratu Zalecha
Martapura sebesar 93,34% responden mengalami ketidakefektifan bersihan jalan
napas sebelum dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif, hal ini dkarenakan
selama ini penanganan pasien TB Paru hanya dilakukan pengelolaan umum
dengan pemberian terapi farmakologi dan belum pernah dilakukan terapi non
farmakologi. Setelah dilakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif mayoritas
responden mengalami jalan napas efektif sebesar 73,34% yang dilakukan selama
dua hari (Hasaini, 2018).

Hal tersebut dikarenakan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif sangat
efektif untuk membantu pengeluaran sputum pada klien yang mengalami bersihan
jalan napas tidak efektif, karena teknik relaksasi napas dalam ini merupakan
teknik yang benar untuk pengeluaran sputum yang berfungi untuk membuka
diafragma pada paru-paru sehingga dapat membuka jalan napas dan
mempermudah pengeluaran sputum secara maksimal.

Berdasarkan penelitian Widiastuti (2019) pengeluaran sputum sesudah dilatih


batuk efektif terdapat 19 responden (79,2%) dapat mengeluarkan sputum dan 5
responden (20,8%) yang tidak dapat mengeluarkana sputum dari 24 responden.
Pemeriksaan specimen menunjukkan adanya peningkatan rata-rata volume sputum
yaitu pada specimen sebelum dilakukan batuk efektif sebesar 0,32 cc menjadi
0,88cc setelah dilakukan batuk efektif. Batuk efektif jika dilakukan dengan baik
dan tepat akan terlihat perbedaan yang cukup mencolok terhadap pengeluaran
sputum dibandingkan dengan batuk biasa karena batuk efektif adalah cara batuk
yang benar. (Widiastuti, 2019).

KESIMPULAN

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan bahwa intervensi teknik relaksasi napas
dalam dan batuk efektif yang dilakukan selama tiga hari terhadap seorang pasien
yang dirawat di RSI. Malahayati Medan dapat mengeluarkan sputum dan
menurunkan frekuansi napas pasien. Akan tetapi suara napas pasien masih
terdengar ronchi. Saran untuk pasien diharapkan pasien dapat melakukan teknik
relaksasi napas dalam dan batuk efektif secara mandiri pada saat pulang ke rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, NG & Effedy C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. EGC : Jakarta
Arba Tombo, P., Usman, R. D., & Bau, A. S. (2020). PENERAPAN TEKNIK
BATUK EFEKTIF TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN TB
PARU (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
Black, JM & Hawks, JH. 2014 Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan. Salemba Medika : Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara. 2017 Profil Kesehatan Provinsi Sumatra
Utara Tahun 2016. Diunduh dari lamanhttps://www.depkes.go.id. Diunduh pada
tanggal 15-04-2022
Hasaini, A. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam dan Batuk Efektif
Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Klien dengan TB Paru Di Ruang Al-Hakim
RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2018. DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL
KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN, 9(2), 240-251.
Wahyuningsih. Edisi 9. Jakarta : EGC. Batuk efektif
Wartono E. 2019. Penyakit Pulmonologi Tuberkulosis. Diunduh dari laman :
https://www.mdnbiz.id/n369705/https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonolo
gi/tuberkulosis. Diunduh Pada tanggal 24-04-2022
Widiastuti, L. (2019). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum
Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung Bugis Tanjungpinang. Jurnal
Keperawatan, 9(1), 1069-1076.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP.2017. Standar Diangnosa keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP.2019. Standar Luaran keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP.2018. Standar Intervensi keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai