Disusun Oleh:
CI LAHAN CI INSTITUSI
B. PENYEBAB
1. Faktor Fisiologis Penurunan kapasitas angkut O 2
2. Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya,
pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas
3. pengikatan O 2.
4. Penurunan Konsentrasi O 2 inspirasi Kondisi ini dapat terjadi
akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O
5. inspirasi.
6. Hipovolemik
7. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
Peningkatan Laju
8. Metabolik
9. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang
terus-menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik.
Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot
10. Kondisi Lainnya
11. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada,
seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal,
trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf
pusat dan penyakit kronis.
C. FAKTOR PERKEMBANGAN
1. Bayi premature
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran
serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini
disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena
kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
2. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran
pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi
benda asing (misal: makanan, permen dan lain-lain).
3. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas
akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
4. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat,
kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
fungsi normal pemafasan, seperti penurunan elastis paru,
pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang
belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh
pada penurunan kadar O2
D. FAKTOR PERILAKU
1. NUTRISI
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja
pernapasan.
2. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
3. Ketergantungan zat adiktif Penggunaan alkohol dan obat-obatan
yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
a. Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan
susunan sarafpusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
b. Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pemapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
4. Emosi
Perasaan takut cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi
pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu,
kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
5. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang
terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner
E. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau
kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan
juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
2. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada
tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun.
Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung
mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen.
3. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali
menyebabkan sakit kepala. pusing, batuk, tersedak, dan berbagai
gangguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para
pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi menderita
penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.
F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Mansjoer (2001) penatalaksanaan PPOK secara umum
meliputi:
1. Pencegahan: Mencegah kebiasaan merokok, infeksi.dan polusi
udara. Asuhan Keperawatan Pada... SUPRAPTI BUDYASIH,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Terapi eksaserbasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
1. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh influenza dan
pneumonia maka digunakan ampisilin 4 x 0.25 g / hari
atau eritromisin 4 x 0.5 g/hari
2. Ougmentin (amoxilin dan asma klavulanat) dapat
diberikan jika kuman penyebab infeksi adalah influenza
dan catarhalis yang memproduksi B-laktamase.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan
pernapasan karena hiperkapnia dan berkurangnya
sensivitas terhadap CO..
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum
d. Bronkodilator untuk mengatasi obstruksi jalan napas, dan
KERIO termasuk didalamnya golongan adrenergic B
antikolinergik B dan antikolinergik, dapat diberikan
salbutamol 5 mg dan atau ipratropium bromide 250 µg
diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 -
0.5 g iv secara perlahan
3. Terapi jangka panjang
a. Antibiotik untuk kemoterapi prefentif jangka panjang.
ampisilin 4 x 0,25-0,5 g/hari dapat menurunkan
kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas,
obstruksi saluran napas tiap pasien maka sebelum
pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan objektif
dari fungsi faal paru
c. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktifitas
fisik
d. Mukolitik dan ekspektoran
e. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang
mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2 <7,3 kPa
KERIO (55 mmHg)
f. Rehabilitas, pasien cenderung menemui kesulitan
bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu
kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
1) Fisioterapi
2) Rehabilitas psikis
3) Rehabilitis pekerjaan.
G. Penyimpanan KDM
Etiologi Faktor pencetus
Faktor (Asma,bronchitis,kr
Riw. Merokok predisposisi onis,emfisema.
Polutan udara
PPOK
Perubahan anatomis
parenkim paru
Peningkatan secret bronkiolus
Pembesaran alveoli
batuk
1. LEUKOSIT MENINGKAT
2. IMUN MENURUN Penyempitan saluran udara
MK : GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
1. Keseluruh tubuh
2. Hipoksia
3. Sesak napas EKSPANSI MENURUN