Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penugasan Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun oleh :

Nadia Dwi Ningtiyas, S.Kep

4012230012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA PUTERA BANJAR
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi,
dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)
melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂
akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena
tidak berguna lagi oleh tubuh.
B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas
tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy atau kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif atau persepsi,
obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya
perubahan membrane kapiler-alveoli.
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru
agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena
kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti
osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek,
nyeri dada, menurunnya konsentrasi,disorientasi,tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada
keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,
ketidak seimbangan elektrolit.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi,
menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurangnya konsentrasi O2
jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia adalah kelelahan,
kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan
cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat
yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan
kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh
mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit
susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi
ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan
yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru
berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas,
seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:
makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi
saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan
yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat
pernapasan dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju
dan kedalaman pernapasan. Dan penggunaan narkotika dan analgesik, terutama
morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
D. Manifestasi Klinis
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea
E. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
F. Pathways

KERUSAKAN VASKULER PERUBAHAN


HIPERTENSI
PEMBULUH DARAH STRUKUR

HIPERTENSI HEART DISEASE


INFORMSI KURANG

HIPERTROPHY VENTRIKEL KIRI JANTUNG (LVH)


KURANG PENGETAHUAN

KERJA MYOCARD MENINGKAT


VOLUME SEKUNCUP MENURUN SUPLAI O2 DAN NUTRISI KE
VOLUME RESIDU MENINGKAT JARINGAN MENURUN
PK INFARK
MYOCARD MYOCARD ISKEMIK
PENURUNAN CURAH PERFUSI JARINGAN
JANTUNG TERGANGGU PEMENUHAN 02
NUTRISI TERGANGGU NYERI DADA PENYUMBATAN
PEMBULUH DARAH
TEKANAN ATRIUM KIRI
MENINGKAT
PEMBENTUKAN ATP NYERI AKUT VASOKONTRIKSI
TERGANGGU
TRANSUDASI CAIRAN INTERSTIIL PARU GANGGUAN
OTAK
KELELAHAN SIRKULASI
POLA NAFAS TIDAK CAIRAN MASUK ALVEOLI
EFEKTIF RETENSI PEMBULUH DARAH OTAK
AKTIVITAS TERGANGGU MENINGKAT
OEDEM PARU
SESAK
KERUSAKAN PERTUKARAN GAS INTOLERANSI AKTIVITAS GANGGUAN POLA TIDUR
G. Data Fokus Pengkajian
1. Identitas Pasien
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya
atau penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST).
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,
dan Time).
3. Riwayat keperawatan
Apakah sebelumnya sudah pernah dirawat dirumah sakit atau belum.
a. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai
dengan dibawa kerumah sakit. Contoh karena mengalami gangguan
oksigenasi sehingga menggangu aktivitas kesehariannya sehingga dibawa ke
RS.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang pernah dialami.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
 Konjungtiva pucat (karena anemia)
 Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia
 Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
b. Kulit
 Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
 Penurunan turgor (dehidrasi)
 Edema.
 Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
 Sianosis
 Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
 Membrane mukosa sianosis
 Bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
 Adanya distensi / bendungan.
 Tanda tanda vital : Tekanan darah, Nadi, RR, Suhu, SPO2
 Perilaku : perilaku pasien, apakah tampak gelisah atau tidak
 Ekspresi wajah : apakah meringis , mengerutkan dahi.
g. Thoraks
Inspeksi :
 Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
 Bentuk dada
1) Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal
sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol
ke depan.
2) Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan
dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter
antero-posterior mengecil.
3) Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama
atau perbandingannya 1 : 1.
 Kelainan tulang belakang
1) Kifosis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke
belakang.
2) Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk
cekung.
3) Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.

 Pola napas
Kaji frekuensi pernapasan
1) Normal apabila frekuensi 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak
butuh tenaga untuk melakukannya
2) Trachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt
3) Bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16
x/mnt
4) Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
 Volume pernapasan
1) Hiperventilasi, yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
2) Hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai
dengan pernapasan yang lambat.
 Sifat pernapasan
1) Pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan
dada
2) Pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan
perut.
 Ritme/irama pernapasan
1) Normal adalah reguler atau irregular
2) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea
3) Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam
4) Biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan
diselingi periode apnea.
 Bunyi napas
1) Stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas
2) Stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi,
3) Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul
4) Rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi
5) Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat
ekspirasi.
 Batuk dan sekresinya
1) Batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi
2) Batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
3) Hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
 Status sirkulasi
1) Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt
2) Bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
 Oksigenasi
1) Anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang
2) Hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang
3) Hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat
kelainan internal atau eksternal
4) Cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit
akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
5) Clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan
oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
 Dinding thorak, adakah pulsasi (tegangan), rasa nyeri, tumor, cekung.
 Pengembangan dinding thorak, bandingkan kiri dan kanan
 Taktil fremitus
Getaran meningkat = pneumonia, penumpukan secret, atelektasis yang
belum total, infark atau fibrosis paru. Sedangkan getaran menurun =
pleural effusion, pneumothorak, penebalan pleura, emphysema atau
sumbatan bronchus.
Perkusi :
 Sonor
Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
 Redup
Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan) : tumor,
atalektasis, cairan.

 Hipersonor
Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan suara sonor.
Akibat adanya udara berlebihan di paru-paru, pneumothorak, emphysema
paru.
 Tympani
Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang tertutup. Suara yang
terdengar nyaring seperti saat kita memukul gendang. Jika terdengar di
dinding thorak artinya tidak normal. Normalnya terdengar dibawah
diafragma kiri dimana terletak lambung dan usus besar.
Auskultasi :
 Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian dalam mendeteksi
normal/tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan. Auskultasi juga
digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta
abdomen, dan arteri femoral.
 Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara
disepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu
daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi.
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
 Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
 Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
 Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
 Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.

 Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
 Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
 Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
 CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
H. Analisa Data
Melalui analisa data yang sistematis, kita dapat menarik kesimpulan mengenai
masalah kesehatan klien. Ketika mengkaji klien, lihat kekuatan yang dimiliki klien
yang dapat ia gunakan untuk menghadapi masalah (Kowalski, 2015). Data dasar
adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan pasien, kemampuan
pasien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis
atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan
atau respon pasien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.
Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Tujuan
pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan
klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien menilai keadaan
keseliatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menetukan langkah-langkah
berikutnya.
No Analisa Data Etiologi Masalah
1 DS : Hipertensi Bersihan jalan
- Klien mengeluh sesak napas napas tidak
DO : Hipertensi Heart Disease efektif
- Batuk tidak efektif atau tidak
Hipertropi ventrikel kiri jantung (LVH)
mampu batuk
- Sputum berlebihan/obstruksi
Volume sekuncup menurun
di jalan napas Volume residu meningkat
- Mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering Tekanan atrium kiri meningkat
- Gelisah
- Sianosis Transudasi cairan interstiil paru

- Bunyi napas menurun


Cairan masuk alveoli
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah
Oedem paru

Peningkatan sekresi kelenjar mukosa

Peningkatan produksi mukus

Pengisian bronki dengan mukus

Sesak napas

Bersihan jalan napas tidak efektif


2 DS : Hipertensi Gangguan
pertukaran gas
- Klien mengeluh sesak napas
- Klien mengeluh pusing Hipertensi Heart Disease

DO :
Hipertropi ventrikel kiri jantung (LVH)
- PCO2 meningkat/menurun
- PO2 menurun
Volume sekuncup menurun
- Takikardia Volume residu meningkat
- pH arteri meningkat/menurun
- Bunyi napas tambahan Tekanan atrium kiri meningkat
- Sianosis
- Gelisah Transudasi cairan interstiil paru

- Napas cuping hidung


Cairan masuk alveoli
- Pola napas abnormal

Oedem paru

Sesak napas
Gangguan pertukaran gas
3 DS : Hipertensi Pola napas tidak
efektif
- Klien mengeluh sesak napas
- Klien mengeluh tidak Hipertensi Heart Disease

nyaman saat bernafas sambil


Hipertropi ventrikel kiri jantung (LVH)
berbaring
DO :
Volume sekuncup menurun
- Penggunaan otot bantu Volume residu meningkat
pernapasan
- Fase ekpirasi memanjang Tekanan atrium kiri meningkat
- Pola napas abnormal
- Pernapasan pursed-lip Transudasi cairan interstiil paru

- Pernapasan cuping hidung


Cairan masuk alveoli

Oedem paru

Sesak napas

Pola napas tidak efektif


4 DS : Hipertensi Gangguan pola
tidur
- Klien mengeluh sulit tidur
- Klien mengeluh sering Kerusakan vaskuler pembuluh darah

terjaga
Perubahan struktur
- Klien mengeluh tidak puas
tidur
Penyumbatan pembuluh darah
- Klien mengeluh pola tidur
berubah
Gangguan sirkulasi
- Klien mengeluh istirahat
tidak cukup Otak
DO :
- Tampak gelisah Retensi pembuluh darah otak
meningkat
- Sulit tidur

Gangguan pola tidur

I. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua
jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan
bahwa pasien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga penegakan
diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat
penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis Aktual
dan Diagnosis Resiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa pasien dalam
kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini
disebut juga dengan Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015)
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
c. Pola napas tidak efektif (D.0005)
d. Gangguan pola tidur (D.0055)
J. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi
o Kode Diagnosa Kode Luaran dan kriteria Hasil
1 D.0001 Bersihan jalan L.0806 Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
napas tidak 4 tindakan keperawatan a. Observasi
selama 3x8 jam maka
efektif 1. Monitor pola napas (frekuensi,
bersihan jalan napas
meningkat dengan kedalaman, usaha napas)
kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis,
1. Produksi sputum
gurgling, wheezing, ronkhi kering)
menurun
2. Mengi menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
3. Wheezing menurun aroma)
4. Dispnea menurun
b. Terapeutik
5. Ortopnea menurun
6. Frekuensi napas 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
membaik dengan head tilt dan chin lift
7. Batuk efektif 5. Posisikan semi-Fowler atau fowler
meningkat
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
9. Berikan oksigen
c. Edukasi
10. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
11. Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Latihan Batuk Efektif (I.01006)
a. Observasi
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran napas
4. Monitor input dan output cairan
b. Terapeutik
5. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
6. Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
7. Buang sekret pada tempat sputum

c. Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
9. Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, diitahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
10. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam yang
ketiga
d. Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian ekspektoran
atau mukolitik, jika perlu
2 D.0003 Gangguan L.0100 Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
pertukaran gas 3 tindakan keperawatan a. Observasi
selama 3x8 jam maka 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
pertukaran gas meningkat dan upaya napas
dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola napas
1. Dispnea menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
2. Bunyi napas tambahan 4. Monitor adanya produksi sputum
menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Pusing menurun 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4. Pasien tidak tampak 7. Auskultasi bunyi napas
gelisah. 8. Monitor saturasi oksigen

5. Kesulitan tidur 9. Monitor nilai AGD

menurun 10. Monitor hasil x-ray thorax

6. TTV meningkat b. Terapeutik


11. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
12. Dokumentasi hasil pemantauan
c. Edukasi
13. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
14. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

3 D.0005 Pola napas tidak L.0100 Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
efektif 4 tindakan keperawatan a. Observasi
selama 3x8 jam maka 1. Monitor pola napas (frekuensi,
pola napas membaik kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis,
1. Dispneu menurun gurgling, wheezing, ronkhi kering)
2. Penggunaan otot bantu 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
napas menurun aroma)
3. Pemanjangan fase b. Terapeutik
ekspirasi menurun. 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
4. Ortopneu menurun dengan head tilt dan chin lift
5. Frekuensi napas 5. Posisikan semi-Fowler atau fowler
membaik 6. Berikan minum hangat
6. TTV meningkat 7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
9. Berikan oksigen
c. Edukasi
10. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
11. Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
4 D.0055 Gangguan pola L.0504 Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I.05174)
tidur 5 tindakan keperawatan
selama 3x8 jam maka a. Observasi
diharapkan pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
membaik dengan kriteria Identifikasi faktor pengganggu tidur
hasil : (fisik dan atau psikologis)
1. Keluhan sulit tidur 2. Identifikasi makanan dan minuman
menurun yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh.
2. Keluhan sering terjaga alkohol, makan mendekati waktu tidur,
menurun minum banyak air sebelum tidur)
3. Keluhan tidak puas 3. Identifikasi obat tidur yang
tidur menurun dikonsumsi
4. Keluhan pola tidur b. Terapeutik
berubah menurun. 1. Modifikasi lingkungan (mis.
5. Keluhan istirahat tidak pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
cukup menurun dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin Lakukan
prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
5. Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
c. Edukasi
6. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
7. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
8. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu
tidur
9. Anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM
10. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
11. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Djun, Gus. 2011. Laporan Pendahuluan KDM Oksigenasi. Dari :


https://id.scribd.com/doc/61570870/Laporan-Pendahuluan-Kdm-Oksigenasi
Ekaputri, Rafael. 2019. LP Oksigenasi. Dari :
https://www.academia.edu/19848014/LP_OKSIGENASI
Kusumawati, Tri. 2022. LP Oksigenasi Tri Kusumawati. Dari :
https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-
banyuwangi/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-banyuwangi/lp-oksigenasi-tri-
kusumawati-sk321051/28068791
Oko. 2015. LP Oksigenasi. Dari : https://id.scribd.com/doc/272843833/Lp-
Oksigenasi
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai