Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI DENGAN KASUS

PNEUMONIA DI RUANG MELATI RSUD BANGIL

DISUSUN

OLEH :

OKTAVIANA MALO

NIM: 2022611025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2022
BAB 1

TINJAUAN TEORI

KONSEP KEBUTUHAN OKSIGEN

1. Defenisi

Oksigen adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimia dan fisika.Oksigen (02) merupakan gas yang tidak
berwarna dan tidak bau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel,sebagai hasilnya terbentuklah
kabondioksida,energi dan air.penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.(mubarak,2007)

kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelansungan metabolisme sel
tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan paru bagian atas,bawah,dan paru(hidayat&uliyah,2015)

Defenisi di atas dapat disimpilakan bahwa oksigenasi adalah pemunuhan akan kebutuahan oksigen.Kebutuhan
fisiologis,oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia untuk digunakan kelansungan metabolisme sel tubuh untuk
mempertahankan hidupnya,dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.

Tujuan terapi oksigen adalah untuk memberikan kebutuhan oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernapas danmengurangi stres pada miokardium.

Tujuan terapi oksigenasi:

1) Mengembalikan Po2 arterial pada batas normal


2) mengeroksi kondisi hipoksia dan oksigen dapat diberikan secara adekuat
3) mengembalikan frekuensi pernapasan batas normal.
2. Sistem Pernapasan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas.Melalui peran sistem respirasi, oksigen
diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di
alveoli, selanjutnya oksigen akan didifusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses
metabolisme.

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Pernapasan


1. posisi tubuh
2. lingkungan
3. polusi udara
4. zat elergen
5. gaya hidup dan kebiasaan
6. nutrizi
7. peningkatan aktiviatas tubuh
8. gangguan pergerakan paru
9. obstruksi saluran pernapasan

A. Etiologi

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu
hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan,
kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas
neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

1. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton
yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2. Fakto Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua:adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun,
ekspansi paru menurun.
3.   Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia
sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
B. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah
oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
C. TANDA DAN GEJALA
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit,
penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak
efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas,
hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013).
D. PATHWAY

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a) Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisie
b) Pemeriksaan gas darah arteri
c) Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan
oksigenasi.
d) Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapile
e) Pemeriksaan sinar X dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
f) Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
g) Endoskopi Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
h) Fluoroskopi Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru.
i) CT-SCANUntuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
G. PENATALAKSANAAN
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1)      Pembersihan jalan nafas
2)      Latihan batuk efektif
3)      Suctioning
4)      Jalan nafas buatan
b.Pola Nafas Tidak Efektif
1)      Atur posisi pasien ( semi fowler )
2)      Pemberian oksigen
3)      Teknik bernafas dan relaksasi
c.       Gangguan Pertukaran Gas
1)       Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2)      Pemberian oksigen
3)      Suctioning
A.   KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan oksigen meliputi:

a. Fungsi kardiopulmonal normal klien dan fungsi kardiopulmonal saat ini


b. Kaji tindakan klien yang digunakan untuk mengoptimalkan oksigenasi
2. Pengkajian
a. Masalah-masalah respirasi
b. Adanya batuk dan penanganan yang sudah dilakukan pasien
c. Kebiasaan merokok
d. Nyeri dada, pada nyeri kaji lokasi, donasi, radiasi dan frekuensi nyeri
e. Faktor yang resiko yang memperberat masalah oksigenasi, seperti:
1) Rasionalisasi hipertensi

2) Kebiasaan merokok

3) Obesitas

4) Diet tinggi lemak

5) Riwayat keluarga dengan kanker paru atau penyakit kardioveskular

6) Adanya anggota keluarga yang mengidap penyakit infeksius khasusnya tuberkulosis dan status pengobatan mereka

f. Riwayat psokososial

1) Kebebasan merokok

2) Riwayat tubuh kembang

3) Persepsi terhadap penyakit

4) Penggunaan alkohol dan obat-obatan

g. Anemnesa riwayat kesehatan

Masalah pernafasan

1) Nyeri dada
2) Dypsnea
3) Hipoventilasi
4) Batuk
5) Sianosis
6) Megie
7) Latihan
8) Ortopnea
Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi
1) Mata
a) Xantelasma (lesi lipid kuning dikelopak mata)
b) Konjungtiva pucat
c) Konjungtiva sianosis
d) Petekia di konjungtiva
2) Mutul dan bibir
a) Membran mukosa sensori
b) Bernafas dengan mulus
3) Vena dileher

Kaji adanya distensi vena jugularis


4) Hidung
Pernafasan hidung, pernafasan cuping hidung

5) Dada
a) Retraksi otot bantu pernafasan
b) Simetris atau tidak
6) Kulit
a) Sianosis perifer
b) Sianosis pusat
c) Edema
7) Ujung jari dan bantalan kuku
a) Sianosis
b) Jari tabung (clubbing)
c) Tindakan kesadaran
b. Palpasi
1) Palpasi dada
a) Jenis dan jumlah kerja toraks
b) daerah nyeri tekan
c) Identifikasi taktil fremitus
d) Getaran pada dada ( thrill )
e) Angkatan dada ( heaves )
f) Titik impuls jantung maksimal

2) Ekstremitas

a) Sirkulasi perifer

b) Temperatur kulit

c) Pengisian kapiler

c Perkusi

Perkusi memungkinkan perawat untuk menentukan adanya cairan yang tidak normal, udara diparu-paru atau
kerja diafragma,lima nada perkusi adalah resonasi, hiper resonansi, redup, datar, dan timpani

d)Auskultasi

Auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan jantung yang normal dan tidak normal. Auskultasi
sistem kardiovaskuler harus meliputi pengkajia dalam mendeteksi bunyi S1 Dan S2 normal, mendeteksi adanya
bunyiS3 dan S4 yang tidak normal, bunyi murmur serta bunyi gesekan. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan
mendengarkan gerakan udara disepanjanglapangan paru; anierior, posterior dan lateral. Auskultasi juga
digunakan untuk mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang telah dilakukan untuk meningkatkan status
pernafasan
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien sesuai dengan prioritas:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekresi yang
tertahan, mucus dalam jumlah berlebihan.
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
pervusi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.

RENCANA KEPERAWATAN

SDKI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif - (Tidak tersedia)

Objektif:

 Batuk tidak efektif


 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebih
 Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering
 Mekonium di jalan napas

Gejala dan tanda Minor


Subjek:
 Dispneu
 Sulit bicara
 Ortopnea Objektif
 Gelisah
 Bunyi napas menurun
 Frekuesi napas berubah
 Pola napas berubah
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ….. x ….. maka diharapkan bersihan jalan
napas membaik dengan kriteria hasil: Bersihan jalan napas (L.01001)
Ekspektasi :

Meningkat Kriteria hasil :

 Batuk efektif meningkat


 Frekuensi napas membaik
 Pola nafas membaik
 Produksi sputum menurun
 Ortopnea menurun
 Tidak terdengar suara napas tambahan ( mengi, wheezing, meconium pada neonatus)
 Dispnea menurun
 Sianosis menurun

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI


Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Tindakan:
Observasi:
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik:
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan headtilt dan chin-lift (jawthrust jika curiga
trauma servical)
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda pada dengan forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Tindakan:
Observasi:
 Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya napas
 Monitor pola napas
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru □ Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor AGD
 Monitor x-ray thoraks
Terapeutik:
 Atur internal pemantau respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler D.0003
Tujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas
meningkat,Kriteria hasil: L.01003
 Dispnea menurun
 Bunyi nafas tambahan menurun
 Pusing menurun
 Penglihatan kabur menurun
 Nafas cuping hidung menurun
 PCO2 dan PO2 membaik
 Takikardi membaik
 Sianosis membaik
 Pola nafas membaik
Intervensi keperawatan:
Pemantauan respirasi 1.01014
Observasi:
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
 Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilas)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor AGD j) Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
 Atur inte rval pemantuan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauaan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen D.0056 1)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas
meningkat,
Kriteria hasil: L.05047
 Saturasi oksigen meningkat
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
 Keluhan lelah menurun
 Dispnea saat aktivitas menurun
 Dispnea setelah aktivitas menurun
 Sianosis menurun
 Tekanan darah membaik
 Frekuensi nafas membaik
Intervensi keperawatan:
Manajemen energi 1.0517
Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang 31
 Ajarkan koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan fase akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan Adapun komponen SOAP yaitu
S (Subjektif), yaitu dimana perawat menemui keluhan pasien berupa ungkapan yang
masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (Objektif), yaitu data
yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada
pasien yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment), yaitu
membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria
hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC Nanda
International. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi& Klasifikasi.

Jakarta :EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Kepe rawatan. Jakarta:EGC

Tarwonto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan


Keperaweatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai