Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CVA (CEREBROVASKULAR ACCIDENT)

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI


RUANG MELATI RSUD BANGIL

KARYA ILMIAH AKHIR

Oleh :
PAULA TRI PUSAKA NINGRUM
2022611011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CVA INFARK (CEREBROVASCULAR
ACCIDENT) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN KOMUNIKASI
VERBAL DI DI RUANGAN HCU RSUD BANGIL

KARYA ILMIAH AKHIR


Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners

Oleh :
PAULA TRI PUSAKA NINGRUM
2022611011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CVA INFARK (CEREBROVASCULAR
ACCIDENT) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN KOMUNIKASI
VERBAL DI DI RUANGAN HCU RSUD BANGIL

Telah disetujui dan memenuhi syarat


untuk diujikan pada tanggal Januari 2022

Pembimbing.

Arie Jefry Ka’Arayeno, M.Kep.,Ns. Sp.Kep.MB


NIDN. 0720098804

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Ners

Rachmat Chusnul Choeron, Ns., M.Kep


NIDN. 0725088501
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CVA INFARK (CEREBROVASCULAR
ACCIDENT) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN KOMUNIKASI
VERBAL DI DI RUANGAN HCU RSUD BANGIL

Telah diujikan pada tanggal 26 Agustus 2022


dan dinyatakan memenuhi syarat

Pembimbing : Arie Jefry Ka’Arayeno,M.Kep.,Ns. Sp.Kep.MB)


NIDN. 0720098804 ......................
Penguji : Novita Dewi, S.Kep.,Ns.M.Biomed)
NIDN: 0708048102. .....................

Mengesahkan
Dekan,

Dr. Ir. KGS. Ahmadi, MP


NIDN. 0027126501
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Paula Tri Pusaka Ningrum

NIM : 2022611011

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien CVA Infrak (Cerebrovascular Accident) Dengan Masalah

Keperawatan Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruangan HCU RSUD Bangil

Adalah hasil Karya Ilmiah Akhir (KIA) saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Hal-hal yang menyakut kutipan atau rujukan, saya sampaikan dalam daftar pustaka.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke adalah salah satu penyakit saraf yang cukup memprihatinkan dan senantiasa
membutukan perhatian. Cerebrovascular accident (CVA) merupakan keadaan yang muncul
karena adanya gangguan peredaran darah diotak yang mengakibatkan terjadinya kematian
jaringan otak sehingga menyebabkan seseorang menderita kelumpuhan bahkan kematian
(Purwanto, 2016). Cerebrovascular accident (CVA) dapat menyebabkan lumpuh sebagian
tubuh, kehilangan keseimbangan, kehilangan pengelihatan, kehilangan pendengaran, tidak
mampu untuk memahami kata-kata hingga kesulitan bicara (Yulianto, 2011). Kecelakaan
serebrovaskuler atau cerebrovascular accident (CVA) merupakan penyebab kematian nomor
dua serta penyebab utama nomor tiga dari kelumpuhan fisik di dunia (Saputri, 2020).
Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) tahun 2018 angka kematian
akibat cerebrovascular accident (CVA) sebesar 51% diseluruh dunia disebabkan oleh
tekanan darah tinggi. Komplikasi yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi dari tahun ke
tahun semakin meningkat dan paling banyak ditemukan pada seseorang dengan usia 55 tahun
keatas (AJ Ka’arayeno, 2019). Kejadian stroke di Indonesia pada tahun 2018 yaitu sebanyak
10,9% dari 1.000 penduduk (Kemenkes, 2018). Sedangkan prevalensi cerebrovascular
accident (CVA) di Jawa Timur sebanyak mencapai 14.591 orang pada tahun 2019
(Riskesdas, 2019). Data cerebrovascular accident di Kota Pasuruan mencapai 647 kasus
pada tahun 2019 (Dinkes Pasuruan, 2019).
Pasien stroke non hemoragik sering mengalami masalah pada neuro-
muskuloskeletal yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan mobilitas pasien.
Kelumpuhan merupakan salah satu gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit stroke
(Hermand, 2015). Masalah keperawatan yang sering ditemukan adalah gangguan
mobilitas yaitu keterbatasan dalam gerak fisik satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
(PPNI, 2016). Sekitar 90% pasien yang mengalami serangan stroke tiba-tiba akan
mengalami kelemahan atau kelumpuhan anggota badan. Kelemahan atau kelumpuhan ini
masih dialami pasien sampai p asien keluar dari rumah sakit. Akibat dari kelemahan atau
kelumpuhan akan menimbulkan gangguan mobilitas fisik dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.(Nursyiham et al., 2019)
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan diruang Melati RSUD Bangil pada
tanggal Desember 2022 didapatkan hasil data pasien cerebrovascular accident 3 bulan
terakhir dari bulan Januari-Maret 2022 yaitu .. kasus. Berdasarkan data monitoring alur kerja
ruangan Melati RSUD Bangil didapatkan data bahwa ada sejumlah .. kasus dalam jangka
waktu 1 tahun terakhir.

1.2 Rumusan masalah


Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan CVA
dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah
asuhan keperawatan pasien Cerebro Vaskular Accident (CVA) dengan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik di ruang melati RSUD Bangil?’’

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pasien Cerebro Vaskular Accident
(CVA) dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik di ruang melati
RSUD Bangil.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengkaji pasien Cerebro Vaskular Accident (CVA) dengan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik di ruang melati RSUD Bangil.
2. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Cerebro Vaskular
Accident (CVA) dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik di
ruang melati RSUD Bangil.
3. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Cerebro Vaskular
Accident (CVA) dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik di
ruang melati RSUD Bangil.
4. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien Cerebro Vaskular
Accident (CVA) dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik di
ruang melati RSUD Bangil.

1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka karya ilmiah akhir ini diharapkan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat bagi penulis
Hasil karya ilmiah akhir ini sebagai pengalaman yang nyata dan
memperdalam keterampilan asuhan keperawatan pada pasien CVA
(Cerebrovascular Accident) dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas
fisik
1.4.2 Manfaat bagi RSUD Bangil
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya dalam tindakan asuhan
keperawatan pada pasien CVA (Cerebrovascular Accident) dengan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik
1.4.3 Manfaat bagi pasien dan keluarga
Karya ilmiah akhir ini dapat membantu mengatasi masalah gangguan mobilitas
fisik dengan kriteria... pada pasien CVA (Cerebrovascular Accident)
1.4.4 Manfaat bagi pendidikan profesi Ners
Karya ilmiah akhir ini dapat menambah refrensi tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien CVA (Cerebrovascular Accident) dengan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar CVA
2.1.1 Definisi CVA
(Cerebro Vaskular Accident) atau stroke merupakan gangguan fungsi saraf
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala
atau tanda – tanda sesuai dengan daerah yang terganggu. Definisi menurut WHO
stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara
mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah
otak. Menurut Neil F Gordon stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai
darah bagian otak (Irfan Muhammad, 2018).

2.1.2 Klasifikasi
Stroke atau Cerebrovakular Accident dapat diklasifikasikan menurut patologi
dan gejala klinik, yaitu :
1. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak
atau ke dalam ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan
otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak. Ini adalah jenis stroke
yang paling mematikan, tetapi relative hanya menyusun sebagian kecil
dari stroke total: 10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5%
untuk perdarahan subaraknoid.
2. Stroke non hemoragik
Stroke yang disebabkan oleh sumbatan oleh bekuan darah,
penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak
atau embolus yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial yang
menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakrani.

2.1.3 Etiologi
Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab CVA (Cerebrovascular
Accident) antara lain (Lewis, 2014) :
1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher).
Trombus dimulai bersamaan dengan kerusakan dinding pembuluh
darah endotelial yang akhirnya membentuk formasi dari aterosklerosis.
Aterosklerosis adalah penyebab utama thrombosis serebral. Tanda-
tanda dari trombosis serebral bervariasi antara lain sakit kepala
merupakan awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat
mengalami pusing perubahan kognitif atau kejang dan beberapa
mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intra
serebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral
tidak terjadi tiba-tiba serta kehilangan bicara sementara, berat pada
beberapa jam atau hari. Dari seluruh kejadian stroke , kurang lebih
60% disebabkan oleh trombosis
2. Embolisme sereberal (bekuan darah atau material yang lain yang
dibawa ke otak dari bagian tubuh lain). Mayoritas emboli ini berasal
dari lapisan endokardium jantung, dimana plak keluar dari
endokardium dan masuk ke sirkulasi. Pemberian antikoagulan setelah
prosedur pemasangan katup jantung prostetik dilakukan untuk
mengantisipasi timbulnya CVA (Cerebrovascular Accident).
Kegagalan pacu jantung, fibrilasi atrium dan kardioversi untuk fibrilasi
atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari emboli sereberal dan
CVA (Cerebrovascular Accident). Embolus biasanya menyumbat
arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi
serebral dan CVA (Cerebrovascular Accident). Embolisme serebral
merupakan penyebab kedua CVA (Cerebrovascular Accident), kurang
lebih sekitar 24% dari kejadian CVA (Cerebrovascular Accident).
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak). Iskemia serebral
(insufisiensi suplai darah ke otak) merupakan kondisi dimana terjadi
penurunan suplai darah ke otak terutama karena kontriksi atheroma
pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Hemoragi
dapat terjadi diluat dura meter (hemoragi ektradural atau epidural),
dibawah dura meter (hemoragi subdural), diruang subarakhonoid
(hemoragi subarakhonoid) atau didalam substansi otak (hemoragi
intraserebral).
5. Hemoragi subarakhonoid (hemoragi yang terjadi diruang
subarakhonoid) dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi,
tetapi penyebab paling sering terjadi kebocoran aneurisme pada area
siklus Willisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri
di dalam otak dapatr terjadi di tempat aneurisme. Hipertensi adalah
penyebab utama perdarahan intraserebral buruk, 50% kematian terjadi
dalam 48 jam pertama. Tingkat kematian akibat perdarahan
intraserebral berkisar antara 40% sampai 80%.

2.1.4 Patofisiologi
Penyempitan pembuluh darah otak mula-mula menyebabkan perubahan pada
aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat dan melampaui batas krisis
terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Obtruksi suatu pembuluh darah
arteri di otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal
sekitarnya masih mempunyai peredaran darah yang baik berusahan membantu suplai
darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek
akibat oklusi pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna darah vena, penurunan
kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola (Smeltzer dan Bare, 2012).
Menurut Satyanegara (2012), adanya gangguan perdarahan darah ke otak
dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme yaitu:
adanya penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya kesebagian otak akantidak
adekuat, serta selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
Apabila hal ini terjadi terus menerus, dapat menimbulkan nekrosis (infark). Kedua
yaitu diakibatkan oleh dinding arteri serebral pecah sehingga akan menyebabkan
bocornya darah ke jaringan (hemoragi). Selanjutnya, pembesaran sebuah atau
sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak (misalnya:
malformasiangiomatosa, aneurisma). Adanya odema serebri yang merupakan
pengumpulkan cairan di ruang intersisial jaringan otak.
2.1.5 Manfestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan CVA
(Cerebrovascular Accident) meliputi : aktivitas motorik, eliminasi bowel dan urin,
fungsi intelektual, kerusakan persepsi sensori, kepribadian, efek, sensasi, menelan,
dan komunikasi. Manifestasi klinis tersebut terkait dengan arteri yang tersumbat dan
area otak yang tidak mendapatkan perfusi adekuat dari arteri tersebut (Lewis, 2014).
Kehilangan Fungsi Motorik Efek yang paling jelas terlihat pada pasien CVA
(Cerebrovascular Accident) adalah adanya defisit fungsi motorik antara lain :
1. Kerusakan mobilitas fisik
2. Kerusakan fungsi respirasi
3. Kerusakan fungsi menelan dan berbicara
4. Kerusakan melakukan kemampuan sehari hari
Gejala-gejala yang muncul diakibatkan oleh adanya kerusakan motor neuron pada
jalur piramidal (berkas saraf dari otak yang melewati spinal cord menuju sel-sel
motorik) karakteristik defisit motoric meliputi aknesia, gangguan integrasi gerakan,
kerusakan tonus otot, dan kerusakan refleks. Karena jalur piramidal menyebrang pada
saat di medulla, kerusakan kontrol motorik volunter pada satu sisi tubuh
merefleksikan adanya kerusakan motor neuron atas di sisi yang berlawanan pada otak
(kontralateral). Disfungsi motorik yang paling sering terjadi hemiplegia (paralisis
pada satu sisi tubuh) dan hemiparesis (kelemahan pada satu sisi tubuh).
1. Kehilangan fungsi komunikasi fungsi otak lain yang dipengaruhi
adalah bahasa dan komunikasi. CVA adalah penyebab utama terjadinya
afasia. Disfungsi bahasa dan komunikasi akibat CVA (Cerebrovascular
Accident) antara lain:
a. Disartria (kesulitan bicara), diakibatkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia (kesulitan terkait penggunaan bahasa) atau afasia
(kehilangan total kemampuan menggunakan bahasa), dapat berupa
afasia ekspresif, afasia reseptif, atau afasia global (campuran
antara keduanya).
c. Apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang telah
dipelajari sebelumnya).
2. Kerusakan Afek Pasien yang pernah mengalami CVA
(Cerebrovascular Accident) akan kesulitan mengontrol emosinya.
Respon emosinya tidak dapat ditebak. Perasaan depresi akibat
perubahan gambaran tubuh dan hilangnya berbagai fungsi tubuh dapat
membuat maik parah. Pasien dapat pula mengalami frustasi karena
masalah mobilitas dan komunikasi.
3. Kerusakan Fungsi Intelektualitas Pada pasien CVA (Cerebrovascular
Accident) fungsi intelektualitas dapat terganggu dinilai dari kualitas
memori dan kemampuan pasien dalam menilai sesuatu. Pasien dengan
CVA (Cerebrovascular Accident) otak kiri sangat berhati-hati
membuat penilaian. Pasien dengan CVA (Cerebrovascular Accident)
otak kanan cenderung impulsif dan bereaksi lebih cepat.
4. Gangguan persepsi dan sensori Persepsi adalah kemampuan untuk
menginterpretasikan sensai. CVA (Cerebrovascular Accident) dapat
mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan
visuospasial, dan kehilangan sensori. Salah satu contoh yakni disfungsi
persepsi visual diakibatkan oleh adanya gangguan jalur sensori primer
antara mata dan korteks visual. Hilangnya sensori akibat CVA
(Cerebrovascular Accident) dapat berupa kerusakan yang ringan
(contoh: sentuhan) atau kerusakan yang lebih berat, yaitu hilangnya
propriosepsi (kemampuan untuk menilai posisi dan gerakan bagian-
bagian tubuh) dan kesulitan menginterpretasi stimulus visual, taktil dan
auditori.
5. Eliminasi Pasien dapat mengalami urgensi dan inkontinensia.
Walaupun control motor bowel biasanya tidak terganggu, pasien sering
mengalami konstipasi yang diakibatkan oleh imobilitas, otot abdomen
yang melemah, dehidrasi dan respon yang menurun terhadap refleks
defekasi. Masalah eliminasi urin dan bowel dapat juga disebabkan oleh
ketidakmampuan pasien mengekspresikan kebutuhan eliminasi.

2.1.6 Komplikasi
Ada enam komplikasi yang ditimbulkan CVA, antara lain (Padila, 2012) :
1. Aspirasi
2. Parilitic ileus
3. Atrial fibrilasi
4. Dekubitus
5. Diabetes inspidius
6. Peningkatan TIK

2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien CVA yaitu (Padila, 2012) :
1. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.

2. Pengobatan Pembedahan/Operatif Tujuan utama adalah memperbaiki


aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
3. Pada fase sub akut/pemulihan (> 10 hari) perlu terapi wicara, terapi fisik dan
stoking anti embolisme. Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan
tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihanlatihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan
meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan.

2.1.8 Pencegahan
Pencegahan CVA (Cerebrovascular Accident) bisa dilakukan dengan melalui
(Padila, 2012)
1. Kontrol tekanan darah secara teratur
2. Menghentikan rokok
3. Menurunkan konsumsi kolestrol dan kontrol rutin
4. Mempertahankan kadar gula normal
5. Mencegah minuman alkohol
6. Latihan fisik teratur
7. Cegah obesitas
8. Mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke

2.1.9 Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita CVA
(Cerebrovascular Accident) adalah sebagai berikut (Ariani, 2014) :
1. CT Scan bagian kepala Pada CVA Infark terlihat adanya infark
sedangkan pada CVA (Cerebrovascular Accident) Bleeding terlihat
perdarahan.
2. Pemeriksaan lumbal pungsi Pada pemeriksaan lumbal pungsi untuk
pemeriksaan diagnostic diperiksa kimia sitology, mikrobiologi dan
virology. Disamping itu, dilihat pula tetesan serebrospinal saat keluar
baik kecepatan, kejernihan, warna dan tekanan yang menggambarkan
proses terjadi di intraspinal. Pada CVA (Cerebrovascular Accident)
Infark akan ditemukan tekanan normal dari cairan serebrospinal jernih.
Pemeriksaan pungsi sisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan
pungsi lumbal.
3. Elektrokardiografi (EKG) Untuk mengetahui keadaan jantung dimana
jantung berperan dalam suplai darah ke otak.
4. Elektro Encephalo Grafi Mengidentifikasi masalah berdasarkan
gelombang otak, menunjukkan area lokasi secara spesifik.
5. Pemeriksaan darah Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
keadaan darah, kekentalan darah, jumlah sel darah, penggumpulan
trombosit yang abnormal, dan mekanisme pembekuan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Amila, A. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan Diagnosa Medis Cva Bleeding
Di Ruang Krissan Rsud Bangil Pasuruan. In Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Sidoarjo.
Nursyiham, Ardi, M., & Basri, M. (2019). Asuhan keperawatan Pemennuhan Kebutuhan
Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSKD DADI Makssar. Jurnal
Media Keperawatan, 10(01), 59–66.
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediakeperawatan/article/download/
1555/pdf

Anda mungkin juga menyukai