Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cerebro Vaskuler Accident (CVA) merupakan kerusakan pada otak


yang terjadi ketika aliran darah atau suplai darah ke otak tersumbat,
adanya perdarahan atau pecahya pembuluh darah. Perdarahan atau
pecahnya pembuluh darah pada otak dapat menimbulkan terhambatnya
penyediaan oksigen dan nutrisi ke otak. Pada keadaan tersebut suplai
oksigen ke otak terganggu sehingga mempengaruh kinerja saraf di otak.
Sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat berupa
defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih dan bisa berlangsung menimbulkan kematian. Hal ini dapat
menyebabkan berbagai masalah diantaranya kelemahan otot (Yuniarlina
Risma, 2019).
World Health Organization (WHO) pada 2019 mendefinisikan suatu
keadaan dimana ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat berupa
defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung
lama selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanaya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Kemenkes RI,2019).
Wilayah Amerika Serikat memiliki prevalensi Cerebro Vaskuler Accident
(CVA) sebesar ±700.000 kasus baru yang terkena CVA muncul pada
setiap tahunnya, lebih sepertiga penderita tersebut mengalami disabilitas
dan 200.000 diantaranya akan mengalami CVA berulang. Secara global,
pada tahun 2030 CVA diperkirakan akan menjadi penyebab keempat
dari kematian pada usia muda di Amerika Serikat. Amerika Serikat beada
di urutan ketiga teratas sebagai penyebab kematian tertinggi dengan kasus
CVA (Sacco et al. 2017). Penderita CVA di Indonesia meningkat dari
tahun ke tahun. .

1
2

Sebab penyakit ini sudah Menjadi pmbunuh nomor 3 di Indonesia.


penyakit infeksi dan jantung koroner. Pada tahun 2020 di perkirakan 7,6
juta orang meninggal karena Cerebro Vasculer Accident (CVA).
Peningkatan tertinggi terjadi di negara berkembang, terutama di wilayah
Asia pasifik, sedangkan di indonesia diperkirakan setiap tahunnya terjadi
500.000 penduduk terkena CVA, sekitar 2,5% atau 125.000 orang
meninggal dan sisanya cacat ringan maupun berat (Yayasan Stroke
Indonesia , 2019).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2018 menunjukan hasil pravelensi Cerebro Vasculer Accident (CVA)
terlihat meningkat seiring peningkatan umur responden. Pravelensi CVA
sama banyaknya pada lak i-laki dan perempuan. Pravelensi CVA di
Indonesia telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebanyak 57,9%
penyakit CVA telah terdiagnosis oleh nakes. Prevelensi CVA berdasarkan
diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%) diikuti Yogyakarta
(10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil.
Berdasarkan kelompok umur kejadian penyakit CVA terjadi lebih banyak
pada kelompok umur 55-56 tahun (33,3 %) dan proporsi penderita CVA
paling sedikit adalah kelompok 15-25 tahun. Angka kejadian CVA
berdasarkan data dari RSUD Depati Hamzah (2022) Pada tahun 2020
sampai dengan 2021 sebanyak 37 kasus. Tahun 2020 jumlah pasien CVA
sebanyak 7 pasien, tahun 2021 sebanyak 30 pasien. Berdasarkan data 2020
dan 2021 mengalami kenaikan yaitu 30 pasien.
Cerebro Vasculer Accident (CVA) mengakibatkan terjadinya
penurunan fungsi ekstermitas berupa kehilangan kontrol ekstermitas yang
dapat menurunkan kekuatan otot dan rentang gerak. Selain itu dapat
berdampak stres baik itu stres psikologi. Masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh CVA bagi kehidupan manusia sangatlah kompleks.
Adanya gangguan-gangguan seperti halnya fungsi otak seperti gangguan
koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan kontrol postur, ganguan
3

sensasi dan gangguan gerak yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari


pada penderita CVA (Irfan, 2017).
Ikhsan (2019) menyatakan bahwa Terapi akupresur merupakan terapi
pendamping atau terapi alternatif dari terapi medis dengan cara melakukan
pemijatan pada titik-titik akupuntur di tubuh. terapi akupresure ini
termasuk salah satu terapi untuk penyakit mengenai sistem persyarafan
yaitu kelemahan ototo pada Cerebro Vasculer Accident (CVA).
Manfaat dari terapi akupresur ini yaitu untuk memperbaiki
pergerakan ekstermitas, meningkatkan aktivitas sehari-hari dan
mengurangi depresi pada pasien Cerebro Vasculer Accident (CVA).
Akupresur merupakan metode non-inovasif berupa penekanan pada titik
akupuntur tanpa menggunakan alat seperti jarum tetapi menggunakan jari
atau benda tertentu yang dapat memberikan efek penekanan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk
mengambil judul penerapan prosedur terapi akupresur dalam
meningkatkan kekuatan otot yang mengalami masalah gangguan mobilitas
fisik pada pasien Cerebro Vasculer Accident (CVA). Diharapkan dengan
adanya penelitian ini pasien yang mengalami masalah gangguan mobilitas
fisik dapat menerapkan prosedur terapi akupresur untuk mengatasi
masalah mobilitas.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penerapan prosedur terapi akupresur dalam
meningkatkan kekuatan otot pasien dengan masalah gangguan mobilitas
fisik ?

C. Tujuan Studi Kasus


Untuk memperoleh gambaran penerapan prosedur terapi akupresur
dalam meningkatkan kekuatan otot pasien dengan masalah gangguan
mobilitas fisik
4

D. Manfaat Studi Kasus


1 Klien dan keluarga
Sebagai acuan untuk memberikan perawatan dan informasi supaya
lebih memperhatikan kesehatan keluarga, khususnya untuk klien
Cerebro Vasculer Accident (CVA).
2 Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Menambah Ilmu pengetahuan di bidang Keperawatan dalam
meningkatkan kekuatan otot pada pasien Cerebro Vasculer Accident
(CVA).
3 Penulis
Memperoleh pengetahuan dalam keefektifan dalam pemberian terapi
akupresur, memperoleh pengalaman dalam melakukan penerapan
terapi akupresur dan dapat dijadikan penelitian untuk pengembangan
terapi akupresur dalam meningkatkan kekuatan otot .

Anda mungkin juga menyukai