Oleh:
Evidence based nursing yang berjudul “Pengaruh akupuntur dengan pasien stroke
CVA (Cerebro Vascular accident) Dilakukan Terapi akupuntur Pada Pasien stroke Di
Griya Akupuntur Holistik Karimata Jember” telah diperiksa dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Yang Mengesahkan,
(………………………………....) (…………………………….……..)
NIRA: NIP/NIK:
Kepala Ruangan
Griya Terapis Holistik Ledokombo Suren
(…………………….…………………)
NIRA:
26
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
terselesaikan. Evidance Based Nursing ini disusun untuk memenuhi salah satu
Jember dengan Judul “Pengaruh Akupuntur Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien
Jember”.
dan dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen dan Pembimbing Klinik yang telah senantiasa membimbing, memberi
Based Nursing ini dengan baik. Semoga amal kebaikan diterima oleh Allah SWT.
Dalam penyusunan Evidance Based Nursing ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
Penulis
27
DAFTAR ISI
28
DAFTAR TABEL
29
DAFTAR LAMPIRAN
30
BAB I
PENDAHULUAN
31
Pemulihan stroke da[at dilakukan secara medis dan alternatif. Pemulihan
setelah stroke yang didasari oleh mekanisme pemulihan fungsi sel otak pada area
penumbra yang berada di sekitar area infark yang sesungguhnya, pemulihan
biaschisis maupun terbukaya kembali jalan saraf yang sebelumnya tidak
digunakan lagi ( terjadi penyumbatan).
Menurut Panji (2018) salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan
adalah terapi akupuntur. Terapi akuntur merupakan terapi menusuk titik titik
meridian atau akupuntur dengan mengguanakan jarum dan merupakan tekhnik
penusukan jarum berdasarkan ilmu pengobatan timur dan ilmu kedokteran barat
yang sesuai dengan prinsip pemijatan dengan titik utama dua di leher, tiga dipeut,
dan dua di tungkai bawah[ CITATION NKP19 \l 1057 ].
Data World Stroke Organization pada tahun 2018 menunjukkan bahwa setiap
tahunnya ada 13,7jt kasus stroke baru, dan sekitar 5,5jt kematian terjadi akibat
penyakit stroke. Sekitar 70% dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke
terjadi pada negara pendapatan rendah dan menengah. Lebih dari 4 dekade
terakhir kejadian stroke pada negara berpendapatan rendah dan menengah
meningkat lebih dari dua kali lipat. Kejadian stroke menruurn 42% pada negara
berpendapatan tinggi. KEMKES (2018) mengatakan sebanyak 10,9/1000
penduduk di Indonesia mengalmi stroke/2018. Angka ini menurun dari lima tahun
sebelumnya, 12,10/1000 penduduk dan meningkat dibandingkan tahun 2007,
yakni 8,3/1000 penduduk. Upaya pencegahan stroke yang telah dilakukan
pemerintah yaitu dengan PATUH. Pertama periksa kesehatan secara rutin dan
ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan poengobatan yang tepat dan teratur,
Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan aktifitas fisik dengan aman,
Hindari rokok, alkohol dan zat karsignogenik lainnya [CITATION Kem182 \l 1057 ].
32
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada karya ilmiah ini
apakah terdapat pengaruh akupuntur terhadap kekuatan otot pada pasien stroke
CVA (Cerebro Vascular accident) di griya holistik karimata jember?
33
1.4.4 Bagi masyarakat
34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin(2008)
1) Thrombosis cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti dan sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktifitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neorologi memburuk
pada 48 jam setealah trombosis.
2) Haemoraghi
Peradangan intrakranial atau intraselebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachanoid atau kedalam jaringan otak sendiri perdarahan dapat
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnnya pembulu
darah otak menyebabkan pembesaran darah kedalam parenkim otak yang
35
dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, odema, dan mungkin hermiasi otak.
3) Hipoksia umum
Beberaapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalalah:
a) Hipertensi yang parah
b) Cardiac pulmonary arrest
c) Cardiac output turun akibat aritmia
d) Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setemmpat
adalah:
e) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
f) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migranin
2.1.3 Klasifikasi
Stroke dapat di klasifikasikan menurut patologi dan gejala
kliniknnya, yaitu:
a) Stroke hemorag
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Diisebabkan oleh pecahnnya pembubulu darah otak pada
daerah otak tertentu.biasannya kejadiannya saat melakukan aktivtas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun. Perdarahan otak di bagi dua, yaitu
1) perdarahan intraserebral
pecahnnya pembulu darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,membentuk massa yang
menekan jaringan otak,dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK dan
tejadi cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak karean hemiasi otak.
Perdarahan intra selebral yang di sebabkan karean hipertensi sering di jumpai
di daerah putamen,thalamus, pons, dan serebelum.
2) perdarahan subaraknoid
36
perarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma beny atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini bersal darai pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
cabangnya yang terdapat di luar perinkan otak. Pecahnya arteri keluarnya ke
ruang subaroknoit menyebabkan TIK meningkat mendadak,meregangnya
struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah srebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penururnan kesadaran) maupun fokal
(hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
b) Stroke non hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasannya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari
tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnnya dapat timbul edema sekunder kesadaran umumnnya baik
menurut perjalanan penyakit atau stadiunnya, yaitu:
1) TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul
akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
2) Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimanan
gangguan neurologis semakin terlihat semakin berat dan bertambah
buruk. Prooses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3) Stroke komplit : dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnnya stroke komplit dapat
di awalai oleh serangan TIA berulang.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi
lesi (pembulu darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinnya tidak adekuat dan jumlah aliran darh kolateral. Stroke
akan meninggalkan gejala sisa kareba fungs otak tidak membaik
sepenuhnnya.
a) Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparase atau hemip;egia)
37
b) Lulmpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasannya
hemiparesis) yang timbul mendadak.
c) Tonus otot lemah atau kaku
d) Menururn atau hilangnnya rasa
e) Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
f) Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memenuhi ucapan)
g) Disatria (bicara pelo atau cadel)
h) Gangguan persepsi
i) Gangguan status mental
j) Vertigo, mual, ,muntah, atau nyeri kepala
2.1.5 Patofisiologi
38
embolus menyebabkan edema dan nekrosis di ikuti thrombosis. Jika terjadi
abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembulu darah yang
tersumbat menyebabkan dolatasi aneurisma pembulu darah,. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih di sebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembulu darah perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan pembulu darah perdarahan intara serebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian di bandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial yang lebih berat dapat menyebabkan hemiasi
otak.
39
dengan volume antara 30-60cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar
75% tetapi volume darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
2.1.6 Komplikasi
40
Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan
besar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.
6) Pemeriksaan Laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-
hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
a) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b) Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c) Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
41
d) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
e) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK : Dengan
meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial.Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan
untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang
terjadi sesudah ulserasi alteroma.
3) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
2.1.9 Pengkajian
1. Identitas klien
42
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
43
9. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
10. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
11. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.Suara
nafas, whezing, ronchi.
12. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
aliran darah ke otak terhambat
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologi, ketidakmampuan
mengunyah.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
4. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko cedera
2.2 Akupuntur
Titik akupuntur adalah titik permukaan tubuh yang tepat ditusuk oleh
jarum (nald). Akupuntur atau moksa atau laser dan akupresure yang
44
intinya dapat membuat rangsangan, cang siang secara umum
menciptakan yin dan yang.
2.2.1 Cara menentukan letak titik akupuntur
Setiap titik mempunyai tempat tersendiri, menentukan letak
titi yang tepat akan memberikan efek terapi yang baik. Ada 3
cara menentukan titik akupuntur:
1. Berdasarkan tanda-tanda anatomi permukaan
2. Berdasarkan pengukuran perbandingan
3. Berdasarkan pengukuran dengan jari tangan
2.2.2 Akupuntur pada stroke
Menurut WHO akupuntur adalah pengobatan efektif
dalam menangani kasus stroke. Terapi akupuntur juga disertati
dengan terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan dari otot dan
fungsi motorik pasien.
Berdasarkan ilmu akupuntur stroke disebabkan oleh
angin jahat yang mempengaruhi meredian yaitu jalur tempat CI
mengalir didalam tubuh atau mempengaruhi beberapa organ.
Stroke termasuk dalam penyakit kelainan meredian yang
tangan dan kaki yang terjadi karena angin dalam. Secara
umum, angin dalam timbul yangse hati. Yangse yang didasari
oleh panas dapat menimbulkan gejala angin dalam karna
tertimbunnya reak yang menyumbat ci sehingga terjadi
bendungan lalu menimbulkan panas, yangse ini identik
dengan lidah api yang selalu bergoyang.
Pengobatan kelumpuhan dilakukan pada meredian
yangming untuk memperlancar aliran ci merediannya.
Meredian ini terdapat sistem koneksi yang rumit disebut
akupoint. Akupuntur dapat mndorong perubahan aliran darah
ke otak atau merangsang produksi faktor pertumbuhan yang
dapat membantu saraf untuk bertahan.
45
Meridian pada pasien stroke :
SI 11 : Tiang zong
SI 12 : Bing Feng
GB 21 : Jian jing
LI !5 : Jian yu
TE 14 : Jian liau
SI 9 : Jiang Zen
46
BAB 3
METODE PENELITIAN
otot pada pasien stroke non hemoragik. Penelitian ini mnggunakan data primer
yang didapatkan melalui pemeriksaan atau pengecekan kekuatan otot pada pasien
3.2.1 Populasi
sebanyak 20 orang.
47
27
3.2.2 Sampel
N
n=
1+ N e2
Dimana :
n : Ukuran sampel
N : Jumlah Populasi
E : Toleransi kesalahan (error tolerance), untuk
Maka :
N
n=
1+ N e2
20
n=
1+ N e 2
20
n= 2
1+20 (0,05)
20
n=
1+20 (0,0025)
20
n=
1+(0,05)
28
20
n=
1,05
n = 19,047
pembulatan 19 responden.
akupuntur
1. Lokasi
2. Data pasien
a. Umur
b. Jenis Kelamin
e. Efek samping
konsumsi obat.
1. Variabel
Terapi akupuntur
30
2. Variabel Tergantung
3. Variabel Terkendali
1. Umur
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan.
4. Hasil terapi
Data diperoleh dari pasien sesudah menjalani terapi akupuntur dan dilakukan
jember.
5. Efek samping
31
Efek yang tidak diharapkan atau yang muncul selama terapi akupuntur
dilakukan seperti ruam di permukaan kulit pasien dan kejang otot saat
dilakukan akupuntur.
6. Usaha lain yang dilakukan untuk membantu keberhasilan terapi kecuali obat,
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data alat cek kadar
asam urat dan alat bekam. Tujuannya untuk melihat tingginya kadar asam urat
dan penurunan kadar asam urat setelah dilakukan terapi bekam di Griya terapis
Data penelitian ini diperoleh dari data primer hasil pemeriksaan kekuatan
apakah pasien memiliki riwayat hipertensi dan jantung sebelum terapi dan
Informed consent
Responden
Analisis data
variabel tergantung atau dependen yaitu kekuatan otot, sedangkan variabel yang
1. Penentuan hipotesis
33
kekuatan otot.
Pengambilan Keputusan :
Y = Terapi akupuntur
2. Penentuan kesimpulan
variabel terikat.
meminta izin kepada Perawat Griya akupuntur holistik karimata jember dan
untuk menolak atau menerima kerjasama dengan peneliti adalah dijamin karena
keikutsertaan responden atas dasar sukarela tanpa paksaan dari peneliti ataupun
pihak lain.
BAB 4
Penelitian ini dilakukan dengan data primer yang didapat saat pasien
datang ke Griya akupuntur holistik karimata. Jumlah subjek pada penelitian ini
adalah 19 orang. Dari Hasil pengumpulan data didapatkan jenis kelamin, usia,
Berdasarkan jenis kelamin pasien stroke yang diberi terapi akupuntur di Griya
perempuan sebanyak 5 orang (26,31%) dari data di atas yang terbanyak adalah
pasien laki laki. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah laki-laki dan
perempuan sebanyak 19 orang yang memiliki kekuatan otot dibawah normal dan
34
Kekuatan otot adalah tenaga yang dikeluarkan otot atau sekelompok otot
untuk berkontraksi pada saat menahan beban maksimal. Daya tahan otot
menerus saat menahan suatu beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu
stroke berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada berjenis kelamin
dibandingkan pada perempuan Hal ini dapat teradi karena sampai pertengahan
hidupnya, perempuan lebih terlindung dari penyakit jantung dan stroke karena
stroke lebih rendah pada wanita daripada laki-laki karena Peranan estrogen
Franze, Billing, 2015). Pathway metabolisme antara estrogen yang aktif dan
42
proses perlindungan terhadap serangan stroke (Masood, Roach, Beauregard, et
al, 2010).
Griya Akupuntur holistic Karimata jember antara lain usia 56-69 (Lansia/elderly)
pada laki-laki daripada wanita tanpa memandang etnik, dan asal negara. (Sudlow
hormon seksual wanita. Perbandingan serangan stroke antara laki laki dan wanita
42
Hasil Terapi Jumlah (n) Presentase
Menurun 0 0%
Tidak berubah 4 21,9%
Meningkat 15 78,94%
Jumlah 19 100%
setelah dilakukan terapi akupuntur, dan terdapat 4 orang (21,9%) tidak ada
Sedangkan menurut (Saputra, 2016) titik akupuntur merupakan sel aktif listrik
yang mempunyai sifat tahanan listrik rendah dan konduktivitas listrik yang tinggi
sehingga titik akupuntur akan lebih cepat menghantarkan listrik dibanding sel sel
yang lain.
Tabel 4.4 Skala Kekuatan otot Sebelum dan Setelah dilakukan Terapi
42
7 3 5
8 4 5
9 2 3
10 3 4
11 0 0
12 2 3
13 4 5
14 0 0
15 4 5
16 3 4
17 0 0
18 2 3
19 2 3
Rata-Rata 2 3
dilakukan terapi akupuntur yaitu 2 dan rata-rata skala kekuatan otot pasien
otot setelah dilakukan akupuntur masih dibawah normal akan tetapi jika
secara drastis diatas skala kekuatan otot normal yaitu skala 5 , akan tetapi ada
perbedaan peningkatan skala kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan terapi
akupuntur.
4.2 Pembahasan
kekuatan otot pada psien stroke baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol
paling dominan kekuatan otot derajat 2 yang di lakukan selama 15 menit, derajat
ambang batas aliran darah otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi
42
otak sangat berpengaruh terhadap derajat kekuatan otat pada pasien stroke. Pasien
stroke derajat kekuatan otot 2 apabila ambang aliran listrik 15 menit akan
saraf mengaktifasi otot melakukan kontraksi semakin sedikit serabut otot yang
teraktivasi maka semakin kecil pula kekuatan otot yang di hasilkan oleh otot tersebut
begitu pula sebaliknnya. Stroke non hemoragik terjadi karena arteroklerosis atau
bekuan darah yang menyumbat pembulu darah sehingga pasokan darah ke otak
tusukan pada Meridian Yang Ming untuk memperlancar aliran Ci-Meridian-nya. Pada
meridian ini terdapat sistem koneksi yang rumit disebut acupoints (akupunktur poin)
yang mengikat atau berhubungan dengan berbagai fungsi tubuh dan organ.
Pada pasien stroke, karena beberapa jaras saraf telah tertutup sulit untuk
berdasarkan hasil yang diperoleh daripeniliat tersebut bahwa akupuntur cukup efektif
dalam penanganan rehabilitasi pasien stroke. Agar hasil yang dirasakan lebih
maksimal, pasien stroke dianjurkan tidak hanya melakukan terapi aupuntur saja.
Akan tetapi juga melakukan akitifitas terapi yang lain (alivian, 2019) bedasarkan
densetelah dilakukan terapi akupuntur adalah Nilai skor rata-rata pasien pasca stroke
adalah dari yang mengalami gangguan bicara mengalami peningkatan yaitu rata-rata
42
0.514. Dan pada pasien yang mengalami lesi otot mendapatkan rata-rata 2.543. Jadi,
Penelitian ini juga di dukung oleh peneliti (Fazriesa dkk, 2017) menyatakan bahwa
akupuntur efektiv untuk pengobatan pada pasien stroke Terapi yang disertai
akupunktur memberikan pemulihan yang baik dan lebih cepat daripada pasien yang
terapi akupunktur memiliki perbaikan fungsi saraf yang lebih baik daripada
pengobatan konvensional.
lebih 5 minggu dengan jumlah responden sebanyak 19 orang yang terdiri dari 5
jember, terhadap pasien stroke dengan skala otot di bawah normal setelah dilakukan
terapi akupuntur selama kurang lebih 15 menit dalam satu kali intervensi didapatkan
hasil bahwa rata-rata skala kekuatan otot pasien setelah dilakukan akupuntur
meningkat yaitu dari 2 menjadi rata-rata 3 meskipun skala kekuatan otot pasien tidak
pada batas normal setelah dilakukan tindakan akupuntur akan tetapi hasil tersebut
menunjukan terjadinya peningkatan skala kekuatan otot hal itu dikarenakan pada saat
energi di tempat tusukan sehingga terjadi relaksasi, memperbaiki sirkulasi darah dan
dihantarkan oleh serabut saraf ke marginal cell yang diteruskan ke stalk cell
42
kemudian akan melepas enkafalin yang akan menghambat hantaran impuls nyeri di
matter (PAG) di otak tengah, kemudian melewati jalur nucleus raphe magnus yang
noradrenergik akan menghambat nyeri. Nucleus arcuatus pada hipotalamus juga akan
melalui jalur periaqueductal grey, beta-endorfin juga masuk ke sirkulasi darah dan
efek potensial dan aman untuk pasien stroke iskemik. (Fasrieza dkk, 17)
42
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan evidence based nursing ini di dapatkan Rata-rata skala kekuatan otot
pasien sebelum dilakukan terapi akupuntur yaitu skala 2 sedangkan Rata-rata skala
kekuatan otot sesudah dilakukan terapi akupuntur yaitu 3. Hasil Evidence Based
Nursing menunjukkan bahwa adanya perbedaan skala kekuatan otot sebelum dan
sesudah dilakukan terapi akupuntur, yang artinya terapi akupuntur efektif terhadap
peningkatan skala kekuatan otot karena Rangsangan yang diberikan dari jarum yang
ditusukkan pada titik akupunktur dapat membuka pembuluh darah yang tersumbat
5.2 Saran
42
Menambah wawsasan, pengetahuan dari hasil studi yang didapatkan dan
telah didapat dari jurnal dan skill yang di dapatkan dari griya akupuntur
holistik karimata.
akupuntur.
stroke
42
DAFTAR PUSTAKA
Oktaria, I., & Fazriesa. (2017). Efektivitas Akupunktur untuk Rehabilitasi Stroke.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1015/17
Desember 2020.
http://bionursing.fikes.unsoed.ac.id/bion/index.php/bionursing/article/view/23
Ditputra et. Al. (2016). Akupresure Scapula Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=akupresure+scapula&btnG=
Handayani, (2016). Angka kejadian serangan stroke pada wanita Lebih rendah dari
https://scholar.google.com/scholar?
42
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=ANGKA+KEJADIAN+SERANGAN+STROKE+P
ADA+WANITA+LEBIH+RENDAH+DARIPADA+LAKI-LAKI&btnG=
Nelwan et. Al. (2020). Journal of Public Health and Community Medicine. Indonesia
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Indonesian+Journal+of+Public+Health+and+Com
munity+Medicine&btnG=
42
43
e. Dokumentasi
Catat hasil kegiatan kegiatan di dalam catatan catatan
keperawatan
43
Dokumentasi :
43