Anda di halaman 1dari 48

EVIDENCE BASED NURSING

Pengaruh Akupuntur terhadap kekuatan otot pada Pasien Stroke


CVA (Cerebro Vascular accident) Di Griya Akupuntur Holistik
Karimata Jember

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners


State Holistik

Oleh:

Ayu Anggraeni NIM.20020014

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNASIONAL SCHOOL (JIS)
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Evidence based nursing yang berjudul “Pengaruh akupuntur dengan pasien stroke
CVA (Cerebro Vascular accident) Dilakukan Terapi akupuntur Pada Pasien stroke Di
Griya Akupuntur Holistik Karimata Jember” telah diperiksa dan disahkan pada:
Hari :

Tanggal :

Yang Mengesahkan,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(………………………………....) (…………………………….……..)
NIRA: NIP/NIK:

Kepala Ruangan
Griya Terapis Holistik Ledokombo Suren

(…………………….…………………)
NIRA:

26
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Evidance Based Nursing ini dapat

terselesaikan. Evidance Based Nursing ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners STIKES dr. Soebandi

Jember dengan Judul “Pengaruh Akupuntur Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien

Stroke CVA (Cerebro Vascular accident Di Griya Akupuntur Holistik Karimata

Jember”.

Selama proses penyusunan Evidance Based Nursing ini penulis dibimbing

dan dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada Dosen dan Pembimbing Klinik yang telah senantiasa membimbing, memberi

masukan serta saran yang membangun guna terselesaikannya penyusunan Evidance

Based Nursing ini dengan baik. Semoga amal kebaikan diterima oleh Allah SWT.

Dalam penyusunan Evidance Based Nursing ini penulis menyadari masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk

perbaikan dimasa mendatang.

Jember, 30 Desember 2020

Penulis

27
DAFTAR ISI

28
DAFTAR TABEL

29
DAFTAR LAMPIRAN

30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke adalah penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan serius. Stroke adalah kelainan fungsi otak yang timbul secara
cepat yang diakibatkan oleh gangguan peredaran darah ke otak (Muttaqin,2008).
Secara medis stroke dikenal CVA (Cerebro Vascular accident) yaitu kerusakan
saraf otak pusat yang berlangsung lebih dari 24 jam (Karunia,2016).Stroke bisa
menerang siapa saja, faktor pemicu terjadinya stroke adalah usia, riwayat
penyakit, jenis kelamin. Penyakit hipertensi adalah penyumbang penderita strok
terbayak sebanyak 70-80%[ CITATION Sul15 \l 1057 ].
Berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa kejadian penyakit stroke terjadi
lebih banyak pada kelompok umur 55-64 tahun (33,3%) dan proporsi penderita
stroke adalah pada kelompok umur 15-2 tahun. Laki laki dan perempuan memiliki
proporsi kejadian stroke yang hampir sama. Sebagian besar penduduk yang
terkena stroke memiliki pendidikan tamat SD (29,5%). Hal ini sama dengan
karakteristik penyakit tidak menular lainnya. Sebagian besar enderita stroke juga
tinggal di daerah perkotaan (63,9%) sedangkan yang tinggal di perdesaan sebesar
36,1% [ CITATION Kem182 \l 1057 ]
Stroke merupakan penyebab kematian no 3 di dunia dan penyebab nomer satu
kecacatan diseluruh dunia. Stroke termasuk ke dalam penyakit tidak menular. Di
Indonesia, penyakit ini mengalami kenaikan dari 7% menjadi 10,9%.
(Riskesdas,2018). Hal tersebut menandakan bahwa stroke merupakan penyakit
yang cukup berbahaya dan perlu penanganan atau rehabilitasi yang sesuai.
Peningkatan angka stroke di Indonesia diperkirakan berkaitan dengan
peningkatan angkat kejadian faktor resiko stroke. Faktor yang ditemukan beresiko
terhadap stroke adalah DM, gangguan kesehatan mental, Hipertensi, merokok dan
obesitas abnormal (Yastroki, 2014).

31
Pemulihan stroke da[at dilakukan secara medis dan alternatif. Pemulihan
setelah stroke yang didasari oleh mekanisme pemulihan fungsi sel otak pada area
penumbra yang berada di sekitar area infark yang sesungguhnya, pemulihan
biaschisis maupun terbukaya kembali jalan saraf yang sebelumnya tidak
digunakan lagi ( terjadi penyumbatan).
Menurut Panji (2018) salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan
adalah terapi akupuntur. Terapi akuntur merupakan terapi menusuk titik titik
meridian atau akupuntur dengan mengguanakan jarum dan merupakan tekhnik
penusukan jarum berdasarkan ilmu pengobatan timur dan ilmu kedokteran barat
yang sesuai dengan prinsip pemijatan dengan titik utama dua di leher, tiga dipeut,
dan dua di tungkai bawah[ CITATION NKP19 \l 1057 ].
Data World Stroke Organization pada tahun 2018 menunjukkan bahwa setiap
tahunnya ada 13,7jt kasus stroke baru, dan sekitar 5,5jt kematian terjadi akibat
penyakit stroke. Sekitar 70% dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke
terjadi pada negara pendapatan rendah dan menengah. Lebih dari 4 dekade
terakhir kejadian stroke pada negara berpendapatan rendah dan menengah
meningkat lebih dari dua kali lipat. Kejadian stroke menruurn 42% pada negara
berpendapatan tinggi. KEMKES (2018) mengatakan sebanyak 10,9/1000
penduduk di Indonesia mengalmi stroke/2018. Angka ini menurun dari lima tahun
sebelumnya, 12,10/1000 penduduk dan meningkat dibandingkan tahun 2007,
yakni 8,3/1000 penduduk. Upaya pencegahan stroke yang telah dilakukan
pemerintah yaitu dengan PATUH. Pertama periksa kesehatan secara rutin dan
ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan poengobatan yang tepat dan teratur,
Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan aktifitas fisik dengan aman,
Hindari rokok, alkohol dan zat karsignogenik lainnya [CITATION Kem182 \l 1057 ].

32
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada karya ilmiah ini
apakah terdapat pengaruh akupuntur terhadap kekuatan otot pada pasien stroke
CVA (Cerebro Vascular accident) di griya holistik karimata jember?

1.3 Tujuan Penelitian


Mendeskripsikan pengaruh akupuntur terhadap kekuatan otot pada pasien
stroke CVA (Cerebro Vascular accident) di griya holistik karimata jember
berdasarkan telaah jurnal penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Menambah wawasan dan kemampuan berpikir dan analisis lebih dalam


mengenai teori berdasarkan telaah jurnal penelitian

1.4.2 Bagi peneliti lain

Sebagai masukan pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan ilmu


keperawatan dan sebagai data dasar untuk peneliti selanjutnnya dan menambah
literatur tentang pengaruh akupuntur terhadap kekuatan otot pada pasien stroke CVA
(Cerebro Vascular accident).

1.4.3 Bagi institusi Pendidikan

Memberikan sumbangan ilmiah kepada pendidikan dan mahasiswa terhadap


kasus stroke yaitu melakukan akupuntur dapat di jadikan sebagai acuan yang dapat di
terapkan dalam praktek mandiri oleh mahasiswa keperawatan suatu saat nanti.

33
1.4.4 Bagi masyarakat

Diharapkan dapat memberi informasi, dan meningkatkan pengetahuan


masyarakat tentang pengaruh akupuntur terhadap kekuatan otot pada pasien stroke
CVA (Cerebro Vascular accident)

34
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CVA (Stroke)


2.1.1 Definisi Stroke
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak
yang timbul mendadak dan disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin,2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lan selain vaskuler.

2.1.2 Etiologi
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin(2008)
1) Thrombosis cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti dan sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktifitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neorologi memburuk
pada 48 jam setealah trombosis.
2) Haemoraghi
Peradangan intrakranial atau intraselebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachanoid atau kedalam jaringan otak sendiri perdarahan dapat
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnnya pembulu
darah otak menyebabkan pembesaran darah kedalam parenkim otak yang

35
dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, odema, dan mungkin hermiasi otak.
3) Hipoksia umum
Beberaapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalalah:
a) Hipertensi yang parah
b) Cardiac pulmonary arrest
c) Cardiac output turun akibat aritmia
d) Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setemmpat
adalah:
e) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
f) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migranin
2.1.3 Klasifikasi
Stroke dapat di klasifikasikan menurut patologi dan gejala
kliniknnya, yaitu:
a) Stroke hemorag
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Diisebabkan oleh pecahnnya pembubulu darah otak pada
daerah otak tertentu.biasannya kejadiannya saat melakukan aktivtas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun. Perdarahan otak di bagi dua, yaitu
1) perdarahan intraserebral
pecahnnya pembulu darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,membentuk massa yang
menekan jaringan otak,dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK dan
tejadi cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak karean hemiasi otak.
Perdarahan intra selebral yang di sebabkan karean hipertensi sering di jumpai
di daerah putamen,thalamus, pons, dan serebelum.
2) perdarahan subaraknoid

36
perarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma beny atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini bersal darai pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
cabangnya yang terdapat di luar perinkan otak. Pecahnya arteri keluarnya ke
ruang subaroknoit menyebabkan TIK meningkat mendadak,meregangnya
struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah srebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penururnan kesadaran) maupun fokal
(hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
b) Stroke non hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasannya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari
tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnnya dapat timbul edema sekunder kesadaran umumnnya baik
menurut perjalanan penyakit atau stadiunnya, yaitu:
1) TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul
akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
2) Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimanan
gangguan neurologis semakin terlihat semakin berat dan bertambah
buruk. Prooses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3) Stroke komplit : dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnnya stroke komplit dapat
di awalai oleh serangan TIA berulang.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi
lesi (pembulu darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinnya tidak adekuat dan jumlah aliran darh kolateral. Stroke
akan meninggalkan gejala sisa kareba fungs otak tidak membaik
sepenuhnnya.
a) Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparase atau hemip;egia)

37
b) Lulmpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasannya
hemiparesis) yang timbul mendadak.
c) Tonus otot lemah atau kaku
d) Menururn atau hilangnnya rasa
e) Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
f) Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memenuhi ucapan)
g) Disatria (bicara pelo atau cadel)
h) Gangguan persepsi
i) Gangguan status mental
j) Vertigo, mual, ,muntah, atau nyeri kepala
2.1.5 Patofisiologi

Infark serebral adalah berkurangnnya suplai darah ke area tertentu di


otak. Luasnnya infark bergantug pada faktor faktor seperti lokasi dan
besarnnya pembulu darah dan adekuatnnya sirkulasi kolateral terhadap arean
yang di suplai oleh pembulu darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vesikuler) atau oleh karena gangguan umum
(hopoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherodkleroti
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal
dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku ada area yang stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau terjadi tubulensi.

Thrombus dapat pecah dari dinding pembulu darah terbawa sebagai


emboli dalam aliran darah Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak
yang di suplai oleh pembulu darah yang bersangkutan dan edema kongesti di
sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari
pada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau
kadang kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnnya edema pasien
mulai menunjukkan perbaikan oleh karena thrombosis biasannya tidak fatal,
jika tidak terjadi perdarahan masif, okulasi pada pembulu darah serebral oleh

38
embolus menyebabkan edema dan nekrosis di ikuti thrombosis. Jika terjadi
abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembulu darah yang
tersumbat menyebabkan dolatasi aneurisma pembulu darah,. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih di sebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembulu darah perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan pembulu darah perdarahan intara serebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian di bandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial yang lebih berat dapat menyebabkan hemiasi
otak.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,


dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat,
dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia
serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
disebabkan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya jantung.

Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif


banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan menyebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-
elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah
dan sekitarnya tertekan lagi.

Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah


lebih dari 60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan
71% pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebral

39
dengan volume antara 30-60cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar
75% tetapi volume darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.

2.1.6 Komplikasi

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami komplikasi,


komplikasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan:

a. Berhubungan dengan immobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada


daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
b. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh.
c. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrocephalus : individu yang menderita stroke berat pada bagian
otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat
meninggal.
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
1) Angiografi serebral
Menentukan penyebab strok secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri.
2) Single photon emission computed tomography (SPECT)
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak
oleh pemindai CT)
3) CT Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
4) MRI

40
Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan
besar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.
6) Pemeriksaan Laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-
hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri

2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
a) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b) Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c) Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

41
d) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
e) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK : Dengan
meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial.Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan
untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang
terjadi sesudah ulserasi alteroma.
3) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

2.1.9 Pengkajian
1. Identitas klien

42
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3. Riwayat penyakit sekarang


Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
6. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
7. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak.Misalnya inkoontinentia urine,
anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
8. Makanan/cairan :Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di
lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia

43
9. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian
ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
10. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada
otak/muka
11. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.Suara
nafas, whezing, ronchi.
12. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
aliran darah ke otak terhambat
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologi, ketidakmampuan
mengunyah.
3. Hambatan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
4. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neurovaskuler
5. Resiko cedera

2.2 Akupuntur
Titik akupuntur adalah titik permukaan tubuh yang tepat ditusuk oleh
jarum (nald). Akupuntur atau moksa atau laser dan akupresure yang

44
intinya dapat membuat rangsangan, cang siang secara umum
menciptakan yin dan yang.
2.2.1 Cara menentukan letak titik akupuntur
Setiap titik mempunyai tempat tersendiri, menentukan letak
titi yang tepat akan memberikan efek terapi yang baik. Ada 3
cara menentukan titik akupuntur:
1. Berdasarkan tanda-tanda anatomi permukaan
2. Berdasarkan pengukuran perbandingan
3. Berdasarkan pengukuran dengan jari tangan
2.2.2 Akupuntur pada stroke
Menurut WHO akupuntur adalah pengobatan efektif
dalam menangani kasus stroke. Terapi akupuntur juga disertati
dengan terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan dari otot dan
fungsi motorik pasien.
Berdasarkan ilmu akupuntur stroke disebabkan oleh
angin jahat yang mempengaruhi meredian yaitu jalur tempat CI
mengalir didalam tubuh atau mempengaruhi beberapa organ.
Stroke termasuk dalam penyakit kelainan meredian yang
tangan dan kaki yang terjadi karena angin dalam. Secara
umum, angin dalam timbul yangse hati. Yangse yang didasari
oleh panas dapat menimbulkan gejala angin dalam karna
tertimbunnya reak yang menyumbat ci sehingga terjadi
bendungan lalu menimbulkan panas, yangse ini identik
dengan lidah api yang selalu bergoyang.
Pengobatan kelumpuhan dilakukan pada meredian
yangming untuk memperlancar aliran ci merediannya.
Meredian ini terdapat sistem koneksi yang rumit disebut
akupoint. Akupuntur dapat mndorong perubahan aliran darah
ke otak atau merangsang produksi faktor pertumbuhan yang
dapat membantu saraf untuk bertahan.

45
Meridian pada pasien stroke :
SI 11 : Tiang zong
SI 12 : Bing Feng
GB 21 : Jian jing
LI !5 : Jian yu
TE 14 : Jian liau
SI 9 : Jiang Zen

46
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai

bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan penelitian

observasional. menilai apakah terapi akupuntur berpengaruh terhadap kekuatan

otot pada pasien stroke non hemoragik. Penelitian ini mnggunakan data primer

yang didapatkan melalui pemeriksaan atau pengecekan kekuatan otot pada pasien

yang mengikuti terapi akupuntur di Griya akupuntur holistik karimata jember.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Nursalam (2017) populasi merupakan keseluruhan subjek

penelitian. Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi adalah keseluruhan pasien

stroke yang sedang menjalani terapi akupuntur pada tanggal 20 desember

sampai 31 desember 2020 di Griya Akupuntur Holistic Karimata Jember

sebanyak 20 orang.

47
27

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2017).

besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

menggunakan Rumus Slovin (Sunyoto, 2013) sebagai berikut :

N
n=
1+ N e2

Dimana :

n : Ukuran sampel
N : Jumlah Populasi
E : Toleransi kesalahan (error tolerance), untuk

penelitian kesehatan sebesar 5% atau 0,05

Maka :

N
n=
1+ N e2

20
n=
1+ N e 2

20
n= 2
1+20 (0,05)

20
n=
1+20 (0,0025)

20
n=
1+(0,05)
28

20
n=
1,05

n = 19,047

Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

dengan tingkat kemaknaan sebesar 95% adalah sebesar 19,047 dengan

pembulatan 19 responden.

Pada penelitian ini kriteria inklusi antara lain :

a. Semua pasien yang terdiagnosis stroke non hemoragik yang sedang

mengikuti terapi akupuntur di Griya akupuntur holistik karimata jember.

b. Tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun, hanya menjalani terapi

akupuntur

c. Mau bekerja sama dalam penelitian.

Sedangkan untuk Kriteria Eksklusi antara lain :

a. Pasien yang tidak terdiagnosis stroke non hemoragik.

b. Pasien yang berhenti menjalani terapi dan memilih penyembuhan

dengan mengkonsumsi obat – obatan.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


29

3.3.1 Tempat penelitian

Merupakan lokasi penelitian dilaksanakan dan atau sumber data

penelitian diambil (Nursalam, 2017). Tempat penelitian pada penelitian

ini adalah Griya akuuntur holistik karimata jember.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 30 November – 02 Januari 2020.

3.4 Penatalaksanaan Penelitian

1. Lokasi

Lokasi peneltian ini di Griya akupuntur holistik karimata jember.

2. Data pasien

Data yang dikumpulkan berupa data mengenai :

a. Umur

b. Jenis Kelamin

c. Kekuatan otott sebelum terapi

d. Jumlah kunjungan dan hasil terapi

e. Efek samping

f. Usaha lain yang dilakukan untuk membantu keberhasilan terapi kecuali

konsumsi obat.

3.5 Variabel Penelitian

1. Variabel

Terapi akupuntur
30

2. Variabel Tergantung

Angka kekuatan otot pada masing-masing subjek

3. Variabel Terkendali

Subjek peningkatan kekuatan otot yang terdiagnosis stroke non hemoragik

dan tidak mengkonsumsi obat

3.6 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Umur

Dalam penelitian ini umur yang digunakan lebih dari 30 tahun

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan.

3. Kekuatan otot sebelum terapi

Data diperoleh dari pasien sebelum menjalani terapi akupuntur dilakukan

pemeriksaan kekuatan otot.

4. Hasil terapi

Data diperoleh dari pasien sesudah menjalani terapi akupuntur dan dilakukan

pemeriksaan kekuatan otot kembali pada Griya akupuntur holistik karimata

jember.

5. Efek samping
31

Efek yang tidak diharapkan atau yang muncul selama terapi akupuntur

dilakukan seperti ruam di permukaan kulit pasien dan kejang otot saat

dilakukan akupuntur.

6. Usaha lain yang dilakukan untuk membantu keberhasilan terapi kecuali obat,

dengan memberikan minuan herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh dan

minyak gosok untuk memberikan kehangatan sehingga otot menjadi rileks

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data alat cek kadar

asam urat dan alat bekam. Tujuannya untuk melihat tingginya kadar asam urat

dan penurunan kadar asam urat setelah dilakukan terapi bekam di Griya terapis

holistik ledokombo suren.

3.8 Cara Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dari data primer hasil pemeriksaan kekuatan

otot. Diperlukan untuk mengetahui keadaan umum pasien dan menanyakan

apakah pasien memiliki riwayat hipertensi dan jantung sebelum terapi dan

memantau keberhasilan terapi pasien.


32

3.9 Mekanisme Penelitian

Pasien terdiagnosis stroke

Kriteria inklusi ekslusi

Informed consent

Responden

Sebelum dilakukan terapi akupuntur dan setelah dilakukan akupuntur

Peningkatan kekuatan otot

Analisis data

3.10 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik (metode

analisis kuantitatif) dalam bentuk tabel. Variabel yang mempengaruhi disebut

variabel tergantung atau dependen yaitu kekuatan otot, sedangkan variabel yang

mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen yaitu terapi

akupuntur. Adapun langkah-langkah pengujian ini adalah sebbahai berikut :

1. Penentuan hipotesis
33

H 0 : Tidak ada pengaruh antara Terapi akupuntur dengan peningkatan

kekuatan otot.

H 1: Ada pengaruh antara Terapi akupuntur dengan peningkatan kekuatan otot.

Pengambilan Keputusan :

Y = Terapi akupuntur

X = Peningkatan kekuatan otot

2. Penentuan kesimpulan

Apabila H 0 diterima maka variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikat.

Apabila H 0 ditolak maka variabel berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat.

3.11 Etika Penelitian

Sehubungan dengan etika penelitian yang akan dilakukan, peneliti

meminta izin kepada Perawat Griya akupuntur holistik karimata jember dan

pasien-pasien yang mendapatkan pelayanan akupuntur, bahwa peneliti akan

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Akupuntur Dengan

Pasien Stroke”. Sebelum penelitian berlangsung, peneliti mendapat persetujuan

responden melalui surat pernyataan (informed conccent). Peneliti melindungi

kerahasiaan data responden dengan tidak memberitahukan di muka umum

mengenai identitas asli dan riwayat penyakit responden. Publikasi penelitian

hanya akan mencantumkan data hasil eksperimen lapangan tanpa


34

mencantumkan identitas dan riwayat penyakit responden. Hak-hak responden

untuk menolak atau menerima kerjasama dengan peneliti adalah dijamin karena

keikutsertaan responden atas dasar sukarela tanpa paksaan dari peneliti ataupun

pihak lain.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data

Penelitian ini dilakukan dengan data primer yang didapat saat pasien

datang ke Griya akupuntur holistik karimata. Jumlah subjek pada penelitian ini

adalah 19 orang. Dari Hasil pengumpulan data didapatkan jenis kelamin, usia,

kekuatan otot sebelum dan setelah pemberian terapi akupuntur akupuntur

Terhadap Kekuatan otot.

Tabel 4.1 Data Pasien Stroke Berdasarkan Jenis Kelamin di Griya

Akupuntur Holistik Karimata jember

Jumlah (n) Presentase


Laki-laki 14
Perempuan 5
Jumlah 19 100%

Berdasarkan jenis kelamin pasien stroke yang diberi terapi akupuntur di Griya

akupuntur holistik karimata yaitu laki-laki sebanyak 14 orang (73,68%),

perempuan sebanyak 5 orang (26,31%) dari data di atas yang terbanyak adalah

pasien laki laki. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah laki-laki dan

perempuan sebanyak 19 orang yang memiliki kekuatan otot dibawah normal dan

diberi terapi akupuntur.

34
Kekuatan otot adalah tenaga yang dikeluarkan otot atau sekelompok otot

untuk berkontraksi pada saat menahan beban maksimal. Daya tahan otot

adalah kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang terus

menerus saat menahan suatu beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu

(Kemenkes,2020) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kabi, 2015)

stroke berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada berjenis kelamin

perempuan. Insiden stroke iskemik lebih besar terjadi pada laki-laki

dibandingkan pada perempuan Hal ini dapat teradi karena sampai pertengahan

hidupnya, perempuan lebih terlindung dari penyakit jantung dan stroke karena

memiliki hormon estrogen (Kabi, 2015).

Penelitian ini di perkuat oleh (Handayani, 2018) Angka kejadian serangan

stroke lebih rendah pada wanita daripada laki-laki karena Peranan estrogen

sangat penting dalam melindungi wanita dari serangan penyakit pembuluh

darah, hormon ini berperan dalam keefektifan dalam melindungi elastisitas

pembuluh darah. Meskipun pada wanita ada perlindungan dari hormon

seksual terhadap serangan stroke, namun tidak menunjukan perbedaan respon

terhadap terapi farmakologis untuk mencegah penyakit vaskuler (Larson,

Franze, Billing, 2015). Pathway metabolisme antara estrogen yang aktif dan

tidak aktif, efek terhadap fungsi pembukuh darah, mitokondria, proses

inflamasi dan angiogenesis harus diteliti secara mendalam untuk menjawab

peranan estrogen pada wanita dalam melindungi terhadap serangan stroke.

Efek komponen genomic dan non-genomik juga berkaitan dengan proses-

42
proses perlindungan terhadap serangan stroke (Masood, Roach, Beauregard, et

al, 2010).

Tabel 4.2 Data Pasien Stroke Berdasarkan Usia di Griya Akupuntur

Holistik Karimata jember

Usia Jumlah (n) Presentase


56-69 14 73,68%
43-55 5 26,31%
Jumlah 19 100%

Berdasarkan usia, pasien Stroke yang melakukan terapi Akupuntur di

Griya Akupuntur holistic Karimata jember antara lain usia 56-69 (Lansia/elderly)

tahun merupakan kelompok usia terbanyak yang melakukan terapi Akupuntur

yaitu berjumlah 14 orang (73,68%) dibandingkan dengan kelompok usia yang

lain, yaitu kelompok usia 43-55 (pertengahan/middle age), yaitu berjumlah 5

orang (63,15%). Menurut penelitian Epidemiologi stroke iskemik sering terjadi

pada laki-laki daripada wanita tanpa memandang etnik, dan asal negara. (Sudlow

and Warlow,2017). Pola serangan ini berhubungan dengan perlindungan oleh

hormon seksual wanita. Perbandingan serangan stroke antara laki laki dan wanita

akan terstimasi dengan baik ketika pada masa menupouse.

Tabel 4.3 Hasil Terapi Akupuntur Terhadap Kekuatan otot

42
Hasil Terapi Jumlah (n) Presentase
Menurun 0 0%
Tidak berubah 4 21,9%
Meningkat 15 78,94%
Jumlah 19 100%

Pada tabel di atas didapatkan hasil terapi akupuntur terhadap kekuatan

otot, terdapat 15 orang (78,94%) yang mengalami peningkatan kekuatan otot

setelah dilakukan terapi akupuntur, dan terdapat 4 orang (21,9%) tidak ada

perubahan atau peningkatan kekuatan otot setelah dilakukan terapi akupuntur.

Berdasarkan persentase hasil terapi akupuntur terhadap kekuatan otot tersebut

menunjukkan bahwa lebih banyak pasien yang mengalami peningkatan kekuatan

otot setelah di lakukan terapi akupuntur. (Michael, 2010) menyatakan akupuntur

adalah simpul meredian tempat terpusatnnya energi kehidupan dan merupakan

titik perangsangan untuk menimbulkan keseimbangan kesehatan tubuh.

Sedangkan menurut (Saputra, 2016) titik akupuntur merupakan sel aktif listrik

yang mempunyai sifat tahanan listrik rendah dan konduktivitas listrik yang tinggi

sehingga titik akupuntur akan lebih cepat menghantarkan listrik dibanding sel sel

yang lain.

Tabel 4.4 Skala Kekuatan otot Sebelum dan Setelah dilakukan Terapi

akupuntur di Griya akupuntur Holistik karimata jember

No Skala kekuatan otot Sebelum Skala kekuatan otot Setelah


1 0 2
2 3 5
3 2 4
4 2 2
5 3 4
6 4 5

42
7 3 5
8 4 5
9 2 3
10 3 4
11 0 0
12 2 3
13 4 5
14 0 0
15 4 5
16 3 4
17 0 0
18 2 3
19 2 3
Rata-Rata 2 3

Berdasarkan tabel diatas rata-rata skala kekuatan otot pasien sebelum

dilakukan terapi akupuntur yaitu 2 dan rata-rata skala kekuatan otot pasien

sesudah dilakukan terapi akupuntur yaitu 3. Meskipun rata-rata skala kekuatan

otot setelah dilakukan akupuntur masih dibawah normal akan tetapi jika

dibandingkan dengan skala kekuatan otot sebelum terapi akupuntur dilakukan

mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 2 ke 3 jadi meskipun tidak meningkat

secara drastis diatas skala kekuatan otot normal yaitu skala 5 , akan tetapi ada

perbedaan peningkatan skala kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan terapi

akupuntur.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (sukawana dkk,2018) didapatkan

kekuatan otot pada psien stroke baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol

paling dominan kekuatan otot derajat 2 yang di lakukan selama 15 menit, derajat

ambang batas aliran darah otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi

42
otak sangat berpengaruh terhadap derajat kekuatan otat pada pasien stroke. Pasien

stroke derajat kekuatan otot 2 apabila ambang aliran listrik 15 menit akan

menyebabkan aktivitas listrik system neuromuscular terganggu. Kekuatan otot sangat

berhubungan dengan system neuromuscular yaitu seberapa besar kemampuan system

saraf mengaktifasi otot melakukan kontraksi semakin sedikit serabut otot yang

teraktivasi maka semakin kecil pula kekuatan otot yang di hasilkan oleh otot tersebut

begitu pula sebaliknnya. Stroke non hemoragik terjadi karena arteroklerosis atau

bekuan darah yang menyumbat pembulu darah sehingga pasokan darah ke otak

terganggu (Prince, 2015). Intervensi yang diberikan adalah dengan memberikan

tusukan pada Meridian Yang Ming untuk memperlancar aliran Ci-Meridian-nya. Pada

meridian ini terdapat sistem koneksi yang rumit disebut acupoints (akupunktur poin)

yang mengikat atau berhubungan dengan berbagai fungsi tubuh dan organ.

Pada pasien stroke, karena beberapa jaras saraf telah tertutup sulit untuk

menjaga sirkulasi terbuka. Dengan rangsangan akupunktur pada beberapa titik

akupunktur akan membuka pembuluh darah dan memperbaiki aliran darah.

berdasarkan hasil yang diperoleh daripeniliat tersebut bahwa akupuntur cukup efektif

dalam penanganan rehabilitasi pasien stroke. Agar hasil yang dirasakan lebih

maksimal, pasien stroke dianjurkan tidak hanya melakukan terapi aupuntur saja.

Akan tetapi juga melakukan akitifitas terapi yang lain (alivian, 2019) bedasarkan

hasil penelitian yang di lakukan alivian sebanyak sebanyak 35 responden respon

densetelah dilakukan terapi akupuntur adalah Nilai skor rata-rata pasien pasca stroke

adalah dari yang mengalami gangguan bicara mengalami peningkatan yaitu rata-rata

42
0.514. Dan pada pasien yang mengalami lesi otot mendapatkan rata-rata 2.543. Jadi,

Akupuntur cukup efektif terhadap keberhasilan rehabilitasi pasien pasca stroke.

Penelitian ini juga di dukung oleh peneliti (Fazriesa dkk, 2017) menyatakan bahwa

akupuntur efektiv untuk pengobatan pada pasien stroke Terapi yang disertai

akupunktur memberikan pemulihan yang baik dan lebih cepat daripada pasien yang

hanya menerima pengobatan konvensional dan fisioterapi. Pasien yang menerima

terapi akupunktur memiliki perbaikan fungsi saraf yang lebih baik daripada

pengobatan konvensional.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok selama kurang

lebih 5 minggu dengan jumlah responden sebanyak 19 orang yang terdiri dari 5

responden wanita dan 15 responden laki-laki di Griya akupuntur holistik karimata

jember, terhadap pasien stroke dengan skala otot di bawah normal setelah dilakukan

terapi akupuntur selama kurang lebih 15 menit dalam satu kali intervensi didapatkan

hasil bahwa rata-rata skala kekuatan otot pasien setelah dilakukan akupuntur

meningkat yaitu dari 2 menjadi rata-rata 3 meskipun skala kekuatan otot pasien tidak

pada batas normal setelah dilakukan tindakan akupuntur akan tetapi hasil tersebut

menunjukan terjadinya peningkatan skala kekuatan otot hal itu dikarenakan pada saat

dilakukan akupuntur atau penusukan jarum merangsang berbagai titik di permukaan

tubuh untuk menyeimbangkan berbagai fungsi organ penjaruman memutus krisis

energi di tempat tusukan sehingga terjadi relaksasi, memperbaiki sirkulasi darah dan

penyembuhan jaringan rusak. Pada mekanisme spinal, rangsangan akupunktur akan

dihantarkan oleh serabut saraf ke marginal cell yang diteruskan ke stalk cell

42
kemudian akan melepas enkafalin yang akan menghambat hantaran impuls nyeri di

substansia gelatinosa (SG) ke wide dynamic range (WDR). Sedangkan pada

mekanisme sentral, rangsangan akupunktur akan dihantarkan ke peri aqueductal grey

matter (PAG) di otak tengah, kemudian melewati jalur nucleus raphe magnus yang

bersifat serotoninergik merangsang stalked cell mengeluarkan enkafalin yang akan

menghambat substansia gelatinosa (SG) untuk menghantarkan impuls nyeri. Melalui

locus cereleus, nucleus paragigantocellularis di medula oblongata yang bersifat

noradrenergik akan menghambat nyeri. Nucleus arcuatus pada hipotalamus juga akan

teraktivasi sehingga melepaskan beta-endorfin yang menghambat impuls nyeri

melalui jalur periaqueductal grey, beta-endorfin juga masuk ke sirkulasi darah dan

cairan cerebrospinal sehingga sebabkan analgesia fisiologik, Akupunktur memiliki

efek potensial dan aman untuk pasien stroke iskemik. (Fasrieza dkk, 17)

42
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan evidence based nursing ini di dapatkan Rata-rata skala kekuatan otot

pasien sebelum dilakukan terapi akupuntur yaitu skala 2 sedangkan Rata-rata skala

kekuatan otot sesudah dilakukan terapi akupuntur yaitu 3. Hasil Evidence Based

Nursing menunjukkan bahwa adanya perbedaan skala kekuatan otot sebelum dan

sesudah dilakukan terapi akupuntur, yang artinya terapi akupuntur efektif terhadap

peningkatan skala kekuatan otot karena Rangsangan yang diberikan dari jarum yang

ditusukkan pada titik akupunktur dapat membuka pembuluh darah yang tersumbat

dan memperbaiki aliran darah.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Griya Akupuntur Holistik Karimata Jember

5.2.2 Bagi peneliti

42
Menambah wawsasan, pengetahuan dari hasil studi yang didapatkan dan

kemampuan berpikir dalam menganalisis lebih dalam mengenai teori yang

telah didapat dari jurnal dan skill yang di dapatkan dari griya akupuntur

holistik karimata.

5.2.3 Bagi Masyarakat

Masyarakat perlu diberikan informasi khususnya penderita stroke, bahwa

stroke dapat diatasi dengan menggunakan pengobatan alternatif yaitu dengan

akupuntur.

5.2.3 Bagi pelayanan kesehatan

Pelayanan perlu melakukan penyuluhan kesehatan terkait manfaat terapi

akupuntur sebagai salah satu terapi nonfarmakologi dalam penatalaksanaan

stroke

42
DAFTAR PUSTAKA

Oktaria, I., & Fazriesa. (2017). Efektivitas Akupunktur untuk Rehabilitasi Stroke.

Majority, 64-71. Diakses 15 Desember 2020.

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1015/17

Alivian, & Pratama. (2019). Efektifitas Terapi Akkupuntur Terhadap Keberhasilan

Rehabiltasi Pasien Pasca Stroke. Journal of Bionursing, 183-192. Diakses 10

Desember 2020.

http://bionursing.fikes.unsoed.ac.id/bion/index.php/bionursing/article/view/23

Ditputra et. Al. (2016). Akupresure Scapula Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas

Atas Pasien Stroke Non Hemoragik. Jurnal Keperawatan, 62-83. Diakses 10

Desember 2020. https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=akupresure+scapula&btnG=

Handayani, (2016). Angka kejadian serangan stroke pada wanita Lebih rendah dari

pada laki-laki. Jurnal Keperawatan, 7-32. Diakses 12 Desember 2020.

https://scholar.google.com/scholar?

42
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=ANGKA+KEJADIAN+SERANGAN+STROKE+P

ADA+WANITA+LEBIH+RENDAH+DARIPADA+LAKI-LAKI&btnG=

Nelwan et. Al. (2020). Journal of Public Health and Community Medicine. Indonesia

Journal, 27-33. Diakses 12 Desember 2020.

https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Indonesian+Journal+of+Public+Health+and+Com

munity+Medicine&btnG=

42
43

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI


BEKAM BASAH

PENGERTIAN Akupunktur adalah Serangkaian tindakan tindakan yang


memanfaatkan memanfaatkan rangsangan rangsangan pada titik-
titik akupunktur pada tubuh penderita, telinga, kepala, sekitar
telapak kaki dan tangan untuk mempengaruhi / memperbaiki
kesalahan aliran bioenergi tubuh yang disebut dengan Qi
TUJUAN Membuka aliran energi (Qi) yang melalui meridian tubuh yang
tersumbat sehingga dapat memulihkan keseimbangan aliran (Qi)
dan memperbaiki jaras saraf yang rusak, membentuk jaras saraf
baru, dan mengoptimalkan jalur yang telah rusak
ALAT 1. Jarum (ukuran (ukuran jarum : 0,5 cun, 1cun, 1,5 cun)
2. Bed/tempat yang datar
3. Sarung tangan (bila perlu)
4. Kapas
5. alkohol
6. Bengkok
PROSEDUR a. Pra interaksi
1) Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien (Periksa
tandatanda vital klien)
2) Berikan informed consent
3) Cuci tangan
4) Siapkan alat-alat yang diperlukan
b. Tahap Orientasi
1) Beri salam, panggil nama klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama)
2) Menanyakan keluhan utama klien
3) Jelaskan tujuan, prosedur, kontrak waktu, dan hal yang
perlu dilakukan klien selama pengobatan berlangsung
4) Berikan kesempatan kepada klien/anggota keluarga
lainnya  bertanya sebelum kegiatan dilakukan
5) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
c. Tahap kerja
1) Jaga privacy dengan menutup sampiran .
2) Atur posisi klien, posisikan klien pada posisi telentang
(supine), duduk, duduk dengan tangan bertumpu di meja,
berbaring miring atau tengkurap dan berikan alas .
43

3) Bantu lepaskan pakaian klien atau aksesoris yang dapat


mennghambat tindakan akupunktur yang akan dilakukan,
jika perlu .
4) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bila perlu .
Bersihkan (desinfeksi) daerah yang akan ditusukkan
jarum dengan kapas alcohol .
5) Ambil jarum sesuai ukuran ( 0,5 cun : wajah ; 1 cun :
lengan ; 1,5 cun : bokong) ukuran jarum disesuaikan
dengan ketebalan kulit Jika menggunakan alat bantu
masukkan jarum ke dalam alat bantu dan dekatkan
dengan kulit untuk ditusukkan.
6) Alat bantu biasanya  berupa tabung kecil yang terbuat
dari bahan plastik seperti sedotan Jika tanpa batuan alat
atau jari tangan telanjang.
7) Jika jarum tebal: Jari salah satu tangan memegang bagian
pegangan  pegangan jarum, arahkan arahkan mata jarum
pada titik akupuntur akupuntur terpilih, terpilih, dan
tusukkan dengan dan tusukkan dengan teknik tertentu
teknik tertentu (tegak lurus, m (tegak lurus, menyudut,
enyudut, sejajar dan lain-lain)
8) Jika jarum tipis: Jari salah satu tangan memegang
pegangan jarum dan tangan lainnya memegnag batang
jarum sebagai pengarah mata  jarum dan penunjang
jarum Jika jarum berukuran kecil: jari telunjuk dan ibu
jari menjepit  batang  batang jarum (dekat mata jarum),
jarum), kemudian kemudian jarum ditusukkan
ditusukkan dengan cara “memegaskan” jari telunjuk dan
jempol tersebut.
9) Tanyakan perasaan perasaan klien setelah setelah
ditusukkan ditusukkan jarum, apakah sudah merasa
nyaman/belum
10) Diamkan Diamkan jarum di tempat penusukkan
penusukkan selama 15-20 menit 18.
11) Setelah Setelah sesi terapi selama 15-20 menit, cabut
jarum dan desinfeksi desinfeksi dengan kapas alcohol
d. Tahap Terminasi
1) Katakan Katakan pada klien kalau terapi akupunktur
akupunktur sudah selesai selesai
2) Kaji respon klien setelah setelah dilakukan dilakukan
terapi akupunktur akupunktur
3) Beri reinforcement reinforcement positif positif kepada
klien
4) Rapikan Rapikan baju klien dan kembalikan kembalikan
ke posisi yang nyaman
43

5) Rapikan Rapikan alat-alat alat-alat


6) Cuci tangan

e. Dokumentasi
Catat hasil kegiatan kegiatan di dalam catatan catatan
keperawatan
43

Dokumentasi :
43

Anda mungkin juga menyukai