Disusun oleh :
Sofia Lestari
(P07120521105)
Hari :
Tanggal : April 2022
Tempat : Bangsal Yudhistira RSUD Nyi Ageng Serang
Dr. Catur Budi Susilo, S. Pd.,S. Kp., M.Kep Rinto Cahyono, S.Kep.,Ners.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini
dengan baik. Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik Pendidikan Profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan
banyak bantuan, bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
a. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko
Susilo, SKM., M. Kes.
b. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, Bapak Bondan Palestin, SKM., M. Kep., Sp. Kom.
c. Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Ibu Harmilah, S. Pd., S. Kep., Ns., M.
Kep., Sp. MB.
d. Dosen P e m b i m b i n g Praktik Keperawatan M e d i k a l B e d a h , Bapak
Dr. Catur Budi Susilo,S.Pd., S. Kep, M.Kep.
e. Pembimbing klinik RSUD Nyi Ageng Serang Rinto Cahyono, S.Kep.,Ners.
f. Teman-teman Kelas Pendidikan Profesi Ners
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk
Dewasa ini memulai gaya hidup sehat justru dianggap kegiatan yang
melelahkan bagi sebagian individu. Gaya hidup yang kurang sehat dapat
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny T dengan Stroke Non Hemoragik di
bangsal Yudhistira RSUD Nyi Ageng Serang?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Mengetahui asuhan keperawatan pada Ny T dengan Stroke Non
Hemoragik.
2. Tujuan Khusus : mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny T dengan Stroke
Non Hemoragik
D. Metode
b) Jenis kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal
karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi
serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat
kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih
jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih
tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar.
c) Ras
Ada variasi yang cukup besar dalam insiden stroke antara kelompok etnis
yang berbeda. Orang-orang dari ras Afrika memiliki risiko lebih tinggi
untuk semua jenis stroke dibandingkan dengan orang-orang dari ras
kaukasia. Risiko ini setidaknya 1,2 kali lebih tinggi dan bahkan lebih
tinggi untuk jenis stroke ICH (Intracerebral Hemorrahage).
d) Faktor genetik
Terdapat dugaan bahwa stroke dengan garis keturunan saling berkaitan.
Dalam hal ini hipertensi, diabetes, dan cacat pada pembuluh darah
menjadi faktor genetik yang berperan. Selain itu, gaya hidup dan
kebiasaan makan dalam keluarga yang sudah menjadi kebiasaan yang
sulit diubah juga meningkatkan risiko stroke.
2) Faktor risiko dapat dikendalikan
a) Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang
menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi
memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan
orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien
stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke. Secara
medis, tekanan darah di atas 140-90 tergolong dalam penyakit hipertensi.
Oleh karena dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke menurun
seiring dengan pertambahan umur, pada orang lanjut usia, faktor-faktor
lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko stroke. Orang
yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga
usia 90 tahun, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita
hipertensi. Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi
dapat mengurangi risiko stroke sebesar 38 persen dan pengurangan angka
kematian karena stroke sebesar 40 persen.
b) Diabetes Mellitus
Pada penderita DM, khususnya Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) terdapat faktor risiko multiple stroke. Lesi ateriosklerosis
pembuluh darah otak baik intra maupun ekstrakranial merupakan
penyebab utama stroke. Ateriosklerosis pada pembuluh darah jantung
akan mengakibatkan kelainan jantung yang selanjutnya dapat
menimbulkan stroke dengan emboli yang berasal dari jantung atau
akibat kelainan hemodinamik. Pada ateriosklerosis pembuluh darah
otak yang besar, perkembangannya mengikuti peningkatan tekanan
darah, tetapi pada pembuluh darah kecil, misal dinding pembuluh darah
penetrans, suatu end-arteries berdiameter kecil menebal karena proses
jangka panjang dari deposisi hialin, produk lipid amorphous, dan fibrin.
Suatu mikroaneurisma dapat terjadi pada daerah yang mengalami
ateriosklerosis tersebut dan selanjutnya dapat mengakibatkan perdarahan
yang sulit dibedakan dengan lesi iskemik primer tanpa menggunakan
suatu pemeriksaan imajing (Misbach, 2013). Penderita diabetes
cenderung menderita ateriosklerosis dan meningkatkan terjadinya
hipertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah. Kombinasi hipertensi
dan diabetes sangat menaikkan komplikasi diabetes, termasuk stroke.
Pengendalian diabetes sangat menurunkan terjadinya stroke (Yulianto,
2011).
d) Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan risiko stroke baik perdarahan maupun
sumbatan, tergantung pada faktor risiko lainnya yang ikut menyertainya
(Dourman, 2013). Fakta membuktikan bahwa stroke banyak dialami oleh
mereka yang mengalami kelebihan berat badan dan bahkan sebagian
kasus umumnya dialami oleh penderita obesitas (Lingga, 2013).
f) Aktifitas fisik
Kurang olahraga merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya
stroke dan penyakit jantung. Olahraga secara cukup rata-rata 30
menit/hari dapat menurunkan risiko stroke
Yulianto, 2011). Kurang gerak menyebabkan kekakuan otot serta
pembuluh darah. Selain itu orang yang kurang gerak akan menjadi
kegemukan yang menyebabkan timbunan dalam lemak yang berakibat
pada tersumbatnya aliran darah oleh lemak (aterosklerosis). Akibatnya
terjadi kemacetan aliran darah yang bisa menyebabkan stroke (Dourman,
2013)
g) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah
diubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan
perokok ringan. Merokok hampir melipat gandakan risiko stroke
iskemik, terlepas dari faktor risiko yang lain, dan dapat juga
meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok
adalah penyebab nyata kejadian stroke, yang lebih banyak terjadi pada
usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya atau lebih tua.
3. Patofisiologi
Stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis
yang memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar
otak yang tersangkut di arteri otak. Terbentuknya plak fibrosis (ateroma) dilokasi
yang terbatas seperti di tempat percabangan arteri. Trombosit selanjutnya melekat
pada permukaan plak bersama dengan fibrin, perlekatan trombosit secara perlahan
akan memperbesar ukuran plak sehingga terbentuk thrombus. Trombus dan emboli di
dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga terperangkap dalam
pembuluh darah distal menyebabkan pengurangan aliran darah yang menuju ke otak
sehingga sel otak akan mengalami kekurangan nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang
mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis atau
tingginya kadar asam di dalam tubuh lalu asidosis akan mengakibatkan natrium
klorida, dan air masuk ke dalam sel otak dan kalium meninggalkan sel otak sehingga
terjadi edema setempat. Kemudian kalium akan masuk dan memicu serangkaian
radikal bebas sehingga terjadi perusakan membran sel lalu mengkerut dan tubuh
mengalami defisit neurologis (Esther, 2010).
4. Pathway
6. Komplikasi
Komplikasi Stroke Menurut (Pudiastuti, 2011) pada pasien stroke yang berbaring
lama dapat terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
2) Dekubitus Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat,
sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak pengaruh dirawat dengan baik maka
akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
3) Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paruparu dan selanjutnya menimbulkan
pneumoni.
4) Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang gerak
dan immobilisasi.
5) Depresi dan kecemasan Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan
menyebabkan reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi
perubahan dan kehilangan fungsi tubuh.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasiendengan stroke non hemoragik
adalah sebagai berikut (Radaningtyas, 2018).
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seprti perdarahan,
obstruktif arteri, oklusi / nuptur.
b. Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasrkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan dari
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi persial dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.
d. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis /alioran
darah /muncul plaque / arterosklerosis.
e. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
f. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada thrombosis, emboli, dan
TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukan, hemoragi
sub arachnois / perdarahan intakranial.
g. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran vertrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkn perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari
massa yang meluas.
h. Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal: tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein
total meninggal pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
2) Pemeriksaan darah rutin.
3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali.
8. Penatalaksanaan
Menurut penelitian (Setyopranoto, 2016) penatalaksanaan pada
pasien stroke non hemoragik adalah sebagai berikut:
a. Pentalaksanaan umum
1) Pada fase akut
a) letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada satu bidang;
ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik
sudah stabil.
b) Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisa gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi.
c) Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari
penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten).
d) Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, stroke berisiko terjadinya dehidrasi
karena penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi cairan ini
penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah. kristaloid
atau koloid 1500-2000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan
mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi melalui oral
hanya dilakukan jika fungsi menelan baik, dianjurkan menggunakan
nasogastriktube.
e) Pantau juga kadar gula darah >150mg% harus dikoreksi sampai batas gula
darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3
hari pertama.
f) Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistol >220
mmHg, diastol >120 mmHg, Mean Arteri Blood Plessure (MAP) >130
mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
g) Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang
direkomendasikan yaitu natrium nitropusid, penyekat reseptor alfa- beta,
penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
h) Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistol <90 mmHg, diastol <70
mmHg,diberikan NaCL 0.9% 250 ml selama 1 jam, dilanjutkan 500 ml
selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam atau sampai tekanan hipotensi dapat
teratasi. Jika belum teratasi, dapat diberikan opamine 2-2µg/kg/menit
sampai tekanan darah sistolik 110 mmHg.
i) Jika kejang, diberikan diazepam 5-20mg iv pelan-pelan selama 3 menit
maksimal 100mg/hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang.
j) Jika didapat tekanan intrakranial meningkat, diberikan manitol bolus
intravena 0,25-1 g/ kgBB per 30 menit dan jika dicurigai fenomena rebound
atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setelah
6 jam selama 3-5 hari
2) Fase rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat.
b) Program manajemen Bladder dan bowel.
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi range
of motion (ROM).
d) Pertahankan integritas kulit.
e) Pertahankan komunikasi yang efektif.
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
g) Persiapan pasien pulang.
3) Pembedahan dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm atau
volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo
peritoneal bila ada hidrosefalus obstruksi akut.
b. Penatalaksanaan medis Terapi Farmakologi
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dan antikoagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt- PA (Recombinant
Tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu
sitikoin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).
Diagnosa yang akan muncul pada kasus stroke non hemoragik dengan
menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim Pokja SDKI DPP
PPNI (2017) yaitu:
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor risiko emboli
(D.0017)
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
neuromuscular (D.0001)
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
(D.0054).
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (D.0109).
e. Risiko jatuh dibuktikan dengan kekuatan otot menurun; penurunan tingkat
kesadaran (D. 0143).
3. Perencanaan keperawatan
5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
b. Penanggung jawab
1) Genogram
Keterangan :
Perempuan pasien
b. Eliminasi
- Pasien tidak terpasang DC.
- Pasien mengatakan BAK kurang lebih 4-5 kali sehari dan di
kamar mandi.
- BAB sebanyak 3 kali dalam seminggu.
- Pasien tidak menggunakan pampers
c. Aktivitas / Latihan
1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Ny T mengatakan selama dirawat di rumah sakit hanya
istirahat berbaring / tiduran saja. Ny. T mengatakan terkadang
berbincang- bincang dengan suami yang menjaganya dan
berbincang dengan penunggu dan pasien sekamarnya.
2) Keadaan pernapasan
Saat pengkajian, tidak terdengar suara napas tambahan, suara
napas vesikuler, tidak ada peningkatan vocal fremitus pada
kedua paru, tidak ada retraksi dinding dada, terdengar suara
sonor pada lapang kedua paru, pasien tidak terpasang
oksigen.
3) Keadaan kardiovaskuler
Nadi pasien : 80 x/menit, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan saat diauskultasi, bunyi jantung regular S1 : Lub S2
: Dub.
Keterangan
Aktivitas
0 1 2 3 4
Bathing √
Toileting √
Eating √
Moving √
Ambulasi √
Walking √
Keterangan :
0 = mandiri / tidak tergantung apapun
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu alat dan orang lain
4 = tergantung total
d. Istirahat-Tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit sering bergadang di malam hari, tidur
malam hanya 3-4 jam saja dan jarang tidur siang. Pasien mengatakan
selama dirawat di rumah sakit jarang tidur siang. Pasien mengatakan
biasanya tidur malam antara pukul 22.00 – 05.00 WIB, dan sering
terbangun. Tidak ada ganguan dalam tidur karena sebelum dan sesudah
sakit pola tidur pasien tidak berbeda.
e. Persepsi, Pemeliharaan, dan Pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien mengatakan biasanya jika merasa badannya tidak enak langsung
istirahat tidur. Pasien mengatakan jika batuk atau pilek diobati dengan
minum air hangat dan obat yang dibeli di apotek. Pasien mengatakan jika
badannya merasa kurang enak tetap menjalankan aktivitas namun
mengurangi kegiatan yang berat.
i. Konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.
2) Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya ingin selalu sehat. Pasien
mengatakan jika nanti pulang tetap bekerja sesuai kemampuan
karena tangan kanannya masih bisa bergerak normal.
3) Harga diri
Pasien mengatakan merasa senang dapat ditemani suami selama
dirawat di rumah sakit. Pasien mengatakan merasa senang dapat
bertukar kabar dengan keluarganya dan teman-teman melalui
handphone.
4) Peran diri
Pasien berperan sebagai ibu, istri dan anggota sosial di lingkungan
rumahnya.
5) Identitas diri
Pasien berperan sebagai ayah, suami dan anggota masyarakat.
j. Reproduksi dan Kesehatan
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada reproduksi.
k. Keyakinan dan Nilai
Pasien menganut agama islam dan yakin terhadap Tuhannya
yaitu Allah SWT. Pasien mengatakan selama di rawat di rumah
sakit tetap menjalankan ibadah seperti sholat dan berdoa.
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : compos mentis (GCS : 15 E4 V5 M6)
2) Status gizi
- TB : 148 cm
- BB : 48 kg
- IMT : 21,9 kg/M2 (Gizi Normal)
3) Tanda vital
- TD : 140/80 mmHg
- Nadi : 73 x/menit
- Suhu : 36,8 ⁰C
- RR : 20 x/menit
4) Pengkajian Nyeri
Pasien tidak mengeluh nyeri.
.
b. Pemeriksaan secara Sistematik (Cephalo-Caudal)
1) Kulit
Kulit lembab, turgor kulit baik < dari 2 menit, kulit tampak bersih.
2) Kepala
- Pasien mnegeluh pusing berputar sejak 3 hari yang lalu
4) Paru
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
Tidak terdengar suara napas tambahan, suara napas vesikuler.
5) Jantung
a) Inspeksi
Tidak ada benjolan dan tidak terdapat pembesaran
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis dapat teraba pada
ruang intercostal kiri ke V
c) Perkusi
Terdengar suara dullness
d) Auskultasi
Tidak ada bunyi jantung tambahan. Bunyi jantung
regular S1=lub S2=dub.
6) Punggung
- Tidak ada luka maupun lesi
- Tidak ada deformitas
7) Abdomen
a) Inspeksi
Simetris, bentuk datar, tidak ada jejas atau luka
b) Auskultasi
Terdengar suara peristaltic usus 12 x/menit
c) Perkusi
Terdapat suara timpani
d) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
8) Anus dan Rectum
Tidak ada kelainan, tidak terdapat luka / jejas
9) Genetalia
Pasien tidak terpasang DC maupun pampers.
10) Ekstremitas
a. Atas
Anggota gerak atas lengkap, jumlah jari lengkap, Turgor kulit
baik. Terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm di tangan kanan sejak
tanggal 06 April 2022. Tempat tusukan infus bersih, tidak ada
rembesan darah. Tangan kiri pasien lemah kekuatan otot 3.
b. Bawah
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari kaki, tidak terdapat
edema. Kaki kiri lemah, kekuatan otot 4. Capillary refill <2 detik.
Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis pada
luka tusukan infus : 07 April 2022
dan Satuan
Oksigen 3 Lpm
DO :
Pasien mengalami
hemiparese sinistra
(Sofie)
Kamis 07 April Gangguan mobilitas Pukul 09.00 Pukul 10.30 WIB
2022 fisik berhubungan - mengidentifikasi
dengan gangguan keluhan saat S:
neuromuskuler mobilisasi - pasien
(SDKI,D.0054, - memfasilitasi mengatakan
hal.124), ditandai mobilisasi dengan badan sebelah kiri
dengan : alat bantu, lemah tidak bisa
DS : misalnya pagar digerakkan
Pasien mengatakan tempat tidur, pagar - pasien
anggota gerak kiri dinding lorong, mengatakan bisa
lemes pagar dinding duduk dengan
Pasien mengatakan kamar mandi dibantu dan
kaki tangan kiri susah - melibatkan pegangan tempat
digerakkan keluarga dalam tidur
DO : membantu - pasien
Pasien mengalami mobilisasi pasien mengatakan bisa
hemiparese sinistra - menjelaskan ke kamar mandi
Kekuatan otot tangan prosedur dan dengan dibantu
kiri pasien 3, kaki kiri manfaat mobilisasi dan berpegangan
4
ROM pasien terbatas - menajarkan di pegangan
di tempat tidur. mobilisasi dinding kamar
sederhana misal mandi
duduk di tempat O:
tidur, duduk di sisi - KU baik,
tempat tidur kelemahan
- melakukan anggota gerak kiri
kolaborasi dengan - Pasien bisa
fisioterapi mobilisasi dengan
bantuan
- Pasien sudah
menjalani
fisioterapi
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengobservasi
mobilisasi
pasien
2. Libatkan
keluarga dalam
membantu
mobilisasi
pasien
3. Kolaborasi
dengan
fisioterapi
(Sofie)
Sabtu, 09 April Pukul 09.00
2022 - melibatkan Pukul 10.30 WIB
keluarga dalam
membantu S:
mobilisasi pasien
- pasien
- melakukan mengatakan kaki
kolaborasi dengan kiri sudah mulai
fisioterapi bisa berjalan,
tangan kiri masih
lemas susah
digerakkan
- pasien
mengatakan
mulai bisa latihan
jalan tanpa
pegangan dari
lorong sampai
pintu keluar
bangsal
O:
- KU baik,
kelemahan
anggota gerak kiri
membaik
- Pasien bisa
mobilisasi jalan
tanpa bantuan
dari kamar
sampai pintu
keluar bangsal
- Pasien sudah
menjalani
fisioterapi
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Pasien
direncakan rawat
jalan besok pagi,
hari Minggu 10
April 2022
2. Lanjutkan
mobilisasi
mandiri di
rumah
3. Anjurkan untuk
kunjungan
fisioterapi
(Sofie)
Kamis 07 April Defisit perawatan Jam 10.00 Jam 10.30
2022 diri : mandi,
berpakaian diri Mengidentifikasi S : pasien mengatakan
berhubungan dengan kebiasaan aktivitas akan rutin berusaha
gangguan perawatan diri sesuai melakukan perawatan
neuromuskuler usia diri mandi dan
(SDKI, D.0109 Memonitor tingkat berpakaian secara
hal.240), ditandai kemandirian mandiri sesuai
dengan : mendampingi dalam kemampuan
DS : melakukan perawatan O : KU sedang , pasien
Pasien mengatakan diri sampai mandiri, mandi dibantu oleh
mandi dan berpakaian membantu pasien perawat dan suami,
di bantu suami mandi dan memakai pasien mampu memakai
DO : baju dengan baju sendiri,
Pasien mengalami melibatkan suami mengancingkan baju
hemiparese sinistra mendampingi pasien masih dibantu, pasien
BAK di kamar mandi mampu BAK di kamar
bersama pasien mandi dengan
menyusun jadwal dampingan
rutinitas perawatan A : masalah teratasi
diri (mandi pagi sore, sebagian
ganti baju pagi sore) P : lanjutkan intervensi
mengnjurkan 1. Monitor tingkat
melakukan perawatan kemandirian
diri secara konsisten 2. Dampingi dalam
sesuai kemampuan melakukan perawatan
diri sampai mandiri,
3. Libatkan keluarga
4. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
(Sofie)
Sabtu, 09 April
2022 Jam 10.00 Jam 10.30
Memonitor tingkat S : pasien mengatakan
kemandirian sudah melakukan
mendampingi dalam perawatan diri mandi
melakukan perawatan dan berpakaian secara
diri sampai mandiri, mandiri sesuai
membantu pasien kemampuan
mandi dan memakai O : KU sedang , pasien
baju dengan mandi dibantu oleh
melibatkan suami
mendampingi pasien perawat dan suami,
BAK di kamar mandi pasien mampu memakai
mengnjurkan baju sendiri,
melakukan perawatan mengancingkan baju
diri secara konsisten masih dibantu, pasien
sesuai kemampuan mampu BAK di kamar
mandi dengan mandiri
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
dengan pengawasan
keluarga
(Sofie)
Kamis 07 April Resiko jatuh Jam 10.25 Jam 11.00
2022 berhubungan dengan mengidentifikasi
kelemahan anggota faktor resiko jatuh S:
gerak kiri mengidentifikasi - pasien mengatakan
(SDKI,D.0143,hal.30 faktor lingkungan tangan dan kaki kiri
6), ditandai dengan : yang dapat lemes, susah
DS : meningkatkan risiko digerakkan
Pasien mengatakan jatuh - suami pasien
badan sebelah kiri menghitung risiko mengatakan akan
lemes jatuh dengan selalu memasang
Pasien mengatakan menggunakan skala handrail tempat tidur
tidak bisa BAK dan memasang handrail terutama saat pasien
BAB di tempat tidur tempat tidur tidur, dan suami akan
harus di kamar mandi mengatur tempat meninggalkan
DO : tidur mekanis pada ruangan.
Pasien mengalami posisi terendah O:
hemiparese sinistra menganjurkan Ku sedang, hemiparese
Pasien mampu memanggil perawat sinistra, skore risiko
berjalan dengan jika membutuhkan jatuh 55 ( risiko tinggi),
dampingan keluarga bantuan untuk tangan dan kaki kiri
Skore risiko jatuh berpindah lemah, hand rail tempat
tinggi (55) menganjurkan tidur terpasang, posisi
keluarga yang tempat tidur dalam
menunggu untuk posisi terendah, keluarga
berkonsentrasi dalam sudah bisa memasang
menjaga pasien hand rail temoat tidur.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. pantau kepatuhan
memasang hand rail
tempat tidur pasien
2. mengobservasi
kejadian jatuh pada
pasien
(Sofie)
Jumat 08 April Jam 10.25 Jam 11.00
2022 memonitor kepatuhan
suami dalam S:
memasang handrail - pasien mengatakan
bed pasien tangan dan kaki kiri
memastikan lemes, susah
memasang handrail digerakkan
tempat tidur sebelum - suami pasien
meninggalkan pasien mengatakan selalu
mengatur tempat memasang handrail
tidur mekanis pada tempat tidur terutama
posisi terendah saat pasien tidur, dan
menganjurkan suami akan
memanggil perawat meninggalkan
jika membutuhkan ruangan.
bantuan untuk O:
berpindah Ku sedang, hemiparese
memastikan keluarga sinistra, skore risiko
yang menunggu jatuh 55 ( risiko tinggi),
untuk berkonsentrasi tangan dan kaki kiri
dalam menjaga lemah, hand rail tempat
pasien tidur terpasang, posisi
tempat tidur dalam
posisi terendah, keluarga
sudah bisa memasang
hand rail temoat
tidur.pasien tidak ada
insiden jatuh
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3. pantau kepatuhan
memasang hand rail
tempat tidur pasien
4. mengobservasi
kejadian jatuh pada
pasien
(Sofie)
ANALISIS JURNAL
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan Stroke Non Hemoragik muncul 5 diagnosa
keperawatan yaitu risiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif, gangguan mobilitas fisik,
defisit perawatan diri mandi, berpakaian dan risiko jatuh . Keempat masalah tersebut dapat
teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam. Meskipun sudah teratasi,
intervensi tetap dipertahankan karena Stroke Non Hemoragik memerlukan pemantauan yang
lama dan terus-menerus. Pasien dianjurkan untuk tetap dalam pengawasan untuk mencegah
terjadinya kejadian jatuh, melakukan fisioterapi , dan kontrol rutin ke Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Assosiation (AHA). (2015). Heart Disease and Stroke Statistics
2015 Update. American. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000152.
Dourman, Karel. (2013). Waspadai Stroke Usia Muda. Jakarta: Cerdas Sehat.
Nastiti, D. (2012). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Pasien Stroke
Rawat Inap di Rumah Sakit.