PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pola hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan dan
mempertahankan derajat kesehatan di masyarakat. Dewasa ini memulai gaya hidup sehat
justru di anggap kegiatan yang melelahkan bagi sebagian individu. Gaya hidup yang
kurang sehat dapat saja dipengaruhi oleh peningkatan kemakmuran dan kemajuan
teknologi yang mengakibatkan perburukan pola hidup masyarakat serta menjadi salah
satu penyebab terjadinya penyakit degeneratif yaitu jantung, hipertensi, diabetes melitus,
gagal ginjal, hepatitis dan stroke (Indrawati Lili, Wening Sari, 2019).
Menurut data dari WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, 5,5 juta
stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama pada semua umur dengan
prevalensi sebanyak 500.000 jiwa setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 250.000 orang
meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Lefrina dan Yeni, 2020).
Diperkirakan angka ini akan terus meningkat, mengingat gaya hidup yang terus
serbamudah, usia seseorang meningkat, kemiskinan, dan akses pelayanan kesehatan yang
kurang memuaskan. Apabila angka kematian, kesakitan dan kecacatan ini terus
meningkat maka akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan meningkatnya biaya
Di Asia Tenggara yaitu Indonesia dan Malaysia stroke merupakan penyakit nomor
tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survey tahun 2004,
stroke merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit. Jumlah penderita stroke di
Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat (Agonwar, 2016, Hernowo 2017). Pada
tahun 2022 data di RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang pada bulan Januari – September
jumlah pasien stroke Iskemik berjumlah 165 orang, dan pasien dengan stroke Iskemik
1
yang di rawat di ruang ICU- ICCU RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang pada bulan Januari
Rendahnya kesadaran akan factor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian
fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat
(dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena
perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan
tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi system
saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-
gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Penyebab tersering
terjadinya stroke adalah penyakit degeneratif arterial, baik aterosklerosis pada pembuluh
darah besar (dengan trombo emboli) maupun penyakit pembuluh darah kecil
signifikan meningkat pada beberapa factor resiko vaskular, salah satunya adalah
Stroke dapat dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu stroke hemoragik dan stroke
iskemik. Stroke hemoragik terjadi akibat perdarahan atau rusaknya pembulu darah otak.
Sedangkan stroke iskemik terjadi akibat suplai darah keotak terhambat atau terhenti.
Stroke iskemik adalah tipe yang paling sering ditemukan, 85% dari seluruh kasus stroke.
Sedangkan stroke hemoragik mencakup 15% dari seluruh kasus stroke (Lisiswanti, 2019).
Faktor resiko stroke terbagi menjadi factor resiko yang dapat dimodifikasi dan factor
2
resiko yang dapat dimodifikasi yaitu hipertensi, merokok, diabetes, dan obesitas. Faktor
resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin, berat badan lahir rendah
(BBLR) dan genetic (Human, 2020). Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah
serius baik di dunia maupun di Indonesia. Hal tersebut kemudian mendasari penulis
tertarik untuk memilih stroke iskemik sebagai kasus kelolaan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
dengan Stroke Iskemik di ruang ICU ICCU RSUD Abdul Aziz Kota Singkawang
tahun 2022.
b. Tujuan Khusus
Stroke Iskemik di ruang ICU ICCU RSUD Abdul Aziz Kota Singkawang tahun
2022.
Stroke Iskemik di ruang ICU ICCU RSUD Abdul Aziz Kota Singkawang tahun
2022.
Ny. E dengan Stroke Iskemik di ruang ICU ICCU RSUD Abdul Aziz Kota
Iskemik di ruang ICU ICCU RSUD Abdul Aziz Kota Singkawang tahun 2022.
5. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien Ny. E dengan Stroke
Iskemik di ruang ICU ICCU RSUD Abdul Aziz Kota Singkawang tahun 2022.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan
kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Stroke non hemoragik dapat
disebabkan oleh trombosis dan emboli, sekitar 80-85% menderita penyakit stroke
non-hemoragik dan 20% persen sisanya adalah stroke hemoragik yang dapat
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik terjadi akibat obstruksi atau bekuan
(thrombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal
Menurut Ir. B Mahendra dan dr. Evi Rachmawati N.H. Stroke iskemik
merupakan 80% dari semua kejadian stroke. Stroke iskemik dapat terjadi bila asupan
darah ke otak berkurang atau terhenti. Derajat dan gangguan dari otak berfariasi
tergantung dari pembuluh darah yang terkena dan luas daerah yang dialiri darah oleh
pembuluh darah tersebut. Bila stroke terjadi, otak akan mengalami gangguan
penimbunan cairan dalam sel dan ion-ion kalsium serta kalium yang berlebihan
didalam sel otak. Akibatnya, otak akan membengkak dan terjadilah udema otak.
Udema otak ini sangat berbahaya jika tidak di tangani karna dapat menyebabkan
kematian, Stroke non hemoragik atau disebut juga dengan stroke iskemik atau stroke
infark biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari.
(Wijaya, 2013).
4
B. ETIOLOGI STROKE ISKEMIK
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini
darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak
(Pudiastuti, 2011).
Stroke adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor atau yang sering disebut
multifaktor. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian stroke dibagi menjadi
dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan (non-modifiable risk factors)
dan faktor resiko yang dapat dikendalikan (modifiable risk factors) (Nastiti, 2012).
1. Umur
tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua
pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65
tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut
usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok dewasa muda dan
2. Jenis Kelamin
stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan
stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan
hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena
stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga
5
3. Ras
Ada variasi yang cukup besar dalam insiden stroke antara kelompok etnis
yang berbeda. Orang-orang dari ras Afrika memiliki risiko lebih tinggi untuk
Risiko ini setidaknya 1,2 kali lebih tinggi dan bahkan lebih tinggi untuk jenis
4. Faktor genetic
Dalam hal ini hipertensi, diabetes, dan cacat pada pembuluh darah menjadi
faktor genetik yang berperan. Selain itu, gaya hidup dan kebiasaan makan
dalam keluarga yang sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah juga
memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan
orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke
pertambahan umur, pada orang lanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi
berperan lebih besar terhadap risiko stroke. Orang yang tidak menderita
persen.
6
ateriosklerosis pembuluh darah otak baik intra maupun ekstrakranial
menimbulkan stroke dengan emboli yang berasal dari jantung atau akibat
pembuluh darah kecil, misal dinding pembuluh darah penetrans, suatu end-
arteries berdiameter kecil menebal karena proses jangka panjang dari deposisi
2011).
angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar kolestrol di atas 240 mg%.
Setiap kenaikan 38,7 mg% menaikkan angka stroke 25%. Kenaikan HDL 1 m
2011).
7
mereka yang mengalami kelebihan berat badan dan bahkan sebagian kasus
yang memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar
otak yang tersangkut di arteri otak. Saat terbentuknya plak fibrosis (ateroma)
melekat pada permukaan plak bersama dengan fibrin, perlekatan trombosit secara
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa
aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami kekurangan
nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan glukosa
akan menyebabkan asidosis atau tingginya kadar asam di dalam tubuh lalu asidosis
akan mengakibatkan natrium klorida, dan air masuk ke dalam sel otak dan kalium
meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalium akan
8
masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan membran
sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu mati (Esther, 2010).
arteriosklerosis.
cara:
aterm.
ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
c. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan
jantung).
dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
9
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan
irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
NYERI AKUT
10
DEFISIT NUTRISI
E. TANDA DAN GEJALA STROKE ISKEMIK
kesadaran, kelemahan dan atau kesemutan satu sisi tubuh, bicara pelo, wajah
mencong, sulit menelan, tibatiba tidak bisa melihat, dan dapat menyebabkan
kematian. Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi
atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi
kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat
kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot
vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun
fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan. Gangguan sensibilitas
terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan saraf sensorik.
bicara, termasuk dalam membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi
jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer
kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri middle
sebelah kiri. Disatria (bicara cedel atau pelo) Merupakan kesulitan bicara
11
demikian, pasien dapat memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan
terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan
pandangan menjadi ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal
ini terjadi karena kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat
cranial IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup
yang berlawan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
arachnoid
12
e. CT-Scan Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
biasanya ada thrombosis, emboli, dan TIA, tekanan meningkat dan cairan
intakranial.
terdapat pembesaran vertrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
h. Pemeriksaan laboratorium
1. Fungsi lumbal: tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
inflamasi.
3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
kembali.
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan
luasnya area cedera yang dapat mengakibatkan perubahan pada aliran darah serebral
Komplikasi Stroke Menurut (Pudiastuti, 2011) pada pasien stroke yang berbaring
13
1. Bekuan darah (Trombosis) Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh
menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu
2. Dekubitus Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat,
sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak pengaruh dirawat dengan baik maka
3. Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
pneumoni.
4. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang gerak
dan immobilisasi.
5. Depresi dan kecemasan Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan
menyebabkan reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk
pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas
dan evaluasi status kesehatan klien (Tarwoto, 2013). Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan
diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan
tingkat kesadaran.
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma.
15
d. Riwayat penyakit dahulu
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
f. Pengkajian psikososiospiritual
perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan
perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
g. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
namun dapat sadar saat dirangsang (samnolen), pasien acuh tak acuh terhadap
lingkungan (apati), mengantuk yang dalam (sopor), spoor coma, hingga penrunn
kesadaran (coma), dengan GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada
saat pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos mentis
2. Tanda-tanda Vital
16
Tekanan darah. Biasanya pasien dengan stroke non hemoragik memiliki
riwata tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole >
Perubahan tekanan darah akibat stroke akan kembali stabil dalam 2-3 hari
pertama.
Suhu. Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke non
hemoragik
3. Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah rambut pada pasien stroke non hemoragik
4. Wajah
biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika
diusap kornea mata dengan kapas halus, pasien akan menutup kelopak mata.
Sedangkan pada nervus VII (facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat
pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan tergantung
lokasi lemah dan saat diminta mengunyah, pasien kesulitan untuk mengunyah.
5. Mata
pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus III (okulomotorius): biasanya diameter
pupil 2mm/2mm, pupil kadang isokor dan anisokor, palpebral dan reflek kedip
biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus
VI (abdusen): biasanya hasil yang di dapat pasien dapat mengikuti arah tangan
17
6. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan cuping
menyebutkan bauyang diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan
biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda danpada nervus
VIII (vetibulokoklearis): biasanya pada pasoien yang tidak lemah anggota gerak
Biasanya pada pasien apatis, spoor, sopor coma hingga coma akan mengalami
masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan nervus
VII (facialis): biasanya lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris,
biasanya ovule yang terangkat tidak simetris, mencong kearah bagian tubuh yang
lemah dan pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII
8. Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus VIII
9. Leher
mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduk biasanya (+) dan
bludzensky 1 (+).
10. Paru-paru
18
Auskultasi : biasanya suara normal vesikuler
11. Jantung
12. Abdomen
Pada pemeriksaan reflek dinnding perut, pada saat perut pasien digores,
13. Ekstremitas
Atas
Time (CRT) biasanya normal yaitu < 2 detik. Pada pemeriksaan nervus
reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku,
Bawah
kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki
saat dorsal pedis digores biasanya jari kaki juga tidak berespon ( reflek
Caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya
19
tidak ada respon fleksi atau ekstensi ( reflek openheim (+)) dan pada
saat betis di remas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan apa- apa
( reflek Gordon (+)). Pada saat dilakukan treflek patella biasanya femur
kesadaran.
15. Sirkulasi
postural.
Tanda : emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan
17. Eliminasi
20
19. Neurosensori
Tanda : status mental atau tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada
paralisis, afasia, ukuran atau reaksi pupil tidak sama, kekakuan, kejang.
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
21. Pernapasan
Gejala : merokok
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017). Diagnosa yang akan muncul pada
21
e. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakmampuan menghidu
dan melihat.
serebral
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
22
adekuat/meningkat dengan penyebab
Kriteria hasil : peningkatan
5) Tingkat kesadaran tekanan
meningkat intrakranial (TIK)
6) Tekanan Intra 1.10Monitor tanda
Kranial (TIK) gejala peningkatan
Menurun Tekanan
7) Tidak ada tanda intrakranial (TIK)
tanda pasien gelisah. 1.11Monitor status
8) TTV pernafasan pasien
membaik 1.12Monitor intake dan
output cairan
1.13Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
1.14Berikan posisi
semi fowler
1.15Pertahankan suhu
tubuh normal
1.16Kolaborasi
pemberian obat
deuretik osmosis
23
2) Berat badan membaik ketika masih
3) Frekuensi makan hangat
membaik 3.4 Ajarkan diit sesuai
4) Nafsu makan yang diprogramkan
membaik 3.3 Kolaborasi
5) Bising usus membaik dengan ahli
6) Membran mukosa gizi dalam
membaik pemberian diit
yang tepat
5. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan
sensori berhubungan keperawatan selama … 4.1 Monitor fungsi
dengan jam diharapkan persepsi sensori dan
ketidakmampuan sensori (L.09083) persepsi:pengelihat
menghidu dan melihat membaik dengan kriteria an, penghiduan,
(D.0085). hasil: pendengaran dan
1) Menunjukkan tanda pengecapan
dan gejala persepsi 4.2 Monitor tanda dan
dan sensori baik: gejala penurunan
pengelihatan, neurologis klien
pendengaran, makan 4.3 Monitor tanda-
dan minum baik. tanda vital klien
2) Mampu
mengungkapkan fungsi
pesepsi dan sensori
dengan tepat.
6. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
fisik berhubungan keperawatan selama … (I.05173)
dengan gangguan jam diharapkan mobilitas 5.1 Identifikasi adanya
neuromuskular fisik (L.05042) klien keluhan nyeri atau
(D.0054). meningkat dengan kriteria fisik lainnya
hasil: 5.2 Identifikasi
1) Pergerakan kemampuan dalam
ekstremitas meningkat melakukan
2) Kekuatan otot pergerakkan
meningkat 5.3 Monitor keadaan
3) Rentang gerak umum selama
(ROM) meningkat melakukan
mobilisasi
Kelemahan fisik menurun
5.4 Libatkan
keluarga untuk
membantu klien
dalam
meningkatkan
pergerakan
5.5 Anjurkan untuk
perlahan
5.6 Ajarkan
mobilisasi
sederhana yg bisa
dilakukan seperti
duduk ditempat
tidur, miring
kanan/kiri, dan
latihan rentang
gerak (ROM)
24
7. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas
kulit/jaringan keperawatan selama … kulit (I.11353)
berhubungan dengan jam diharapkan integritas 6.1 Identifikasi
penurunan mobilitas kulit/jaringan (L.14125) penyebab
(D.0129). meningkat dengan kriteria gangguan integritas
hasil : kulit
1) Perfusi jaringan 6.2 Ubah posisi tiap 2
meningkat jam jika tirah
2) Tidak ada tanda tanda baring
infeksi 6.3 Anjurkan
3) Kerusakan jaringan menggunakan
menurun pelembab
4) Kerusakan lapisan 6.4 Anjurkan minum
kulit air yang cukup
5) Menunjukkan 6.5 Anjurkan
terjadinya proses meningkatkan
penyembuhan asupan nutrisi
luka 6.6 Anjurkan mandi
dan
menggunakan
sabun
secukupnya.
25
9. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi:
verbal berhubungan keperawatan selama … defisit bicara (13492)
dengan penurunan jam diharapkan 8.1 Monitor
sirkulasi serebral komunikasi verbal kecepatan,tekanan,
(D.0119). (L.13118) meningkat kuantitas,volume
dengan kriteria hasil: dan diksi bicara
1) Kemampuan bicara 8.2 Identifikasi
meningkat perilaku emosional
2) Kemampuan dan fisik sebagai
mendengar dan bentuk komunikasi
memahami kesesuaian 8.3 Berikan dukungan
ekspresi wajah / tubuh psikologis kepada
meningkat klien
3) Respon prilaku 8.4 Gunakan metode
pemahaman komunikasi
komunikasi membaik alternatif (mis.
4) Pelo menurun Menulis dan
bahasa isyarat/
gerakan tubuh)
8.5 Anjurka klien
untuk bicara secara
perlahan
26
BAB IV
TINJAUAN KASUS
27
BAB V
PENUTUP
A. PEMBAHASAN
dengan gangguan sistem Saraf “Stroke Iskemik” di ruang ICU ICCU RSUD dr.
Abdul Aziz Singkawang tanggal 2 November 2022 s.d tanggal 4 November 2022,
maka pada bab ini penulis akan membahas sesuai dengan tahapan pada proses
1. Pengkajian Keperawatan
kepala, mual, muntah, dan kejang. Pada tanda tanda vital pasien dapat akan
bersihan jalan nafas. Selain itu, ada beberapa tanda dan gejala pada mata pasien
yatu pupil terkadang unisokor. Sedangkan gejala yang tampak pada klien Ny. E
terdengar suara nafas snoring, klien tampak sesak nafas terpasang o2 NRM
15lpm.
dengan gejala yang dialami pasien. Ini terjadi karena pada teori menjelaskan
beberapa tanda dan gejala yang kompleks ditemukan dari hasil penelitian
melakukan penelitian pada satu orang klien. Hal ini disebabkan karena setiap
sama.
2. Diagnosa Keperawatan
28
Perumusan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis, ada lima diagnose
keperawatan yaitu:
dan melihat.
serebral
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya jalan nafas
buatan
cerebral
ventilasi perfusi
ketidakseimbangan cairan
terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus, hal ini disebabkan karena
perkembangan penyakit.
29
3. Intervensi Keperawatan
dahulu dan penulis merumuskan tujuan dan kriteria hasil dalam setiap
diagnosa keperawatannya.
tekanan darah, tekanan nadi, pola nafas, respon pupil, reflek neurologi
membaik
ventilasi perfusi
30
e. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan
4. Implementasi keperawatan
telah dibuat.
kesulitan yang berarti karena telah mengikuti alur pada rencana keperawatan
yang telah disusun sebelumnya, dan adanya kerjasama antara klien, keluarga,
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang bertujuan
Dalam tahap ini penulis tidak menemukan komplikasi dari gejala. Kondisi
31
keperawatan teratasi dengan baik.
Hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan adalah klien dan
evaluasi. Disamping itu pula, kerjasama dan penerimaan yang sangat baik
B. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengkajian ny. E didapatkan data yang menunjang untuk mengarah pada
diagnosa stroke iskemik dengan data pada pengkajian yang diperoleh langsung
medik dan catatan keperawatan serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya
2. Dalam konsep tinjauan teori tidak semua diagnosa keperawatan ditemukan dalam
kasus nyata, hanya dua diagnosa keperawatan yang muncul. Hal ini disesuaikan
3. Intervensi yang muncul tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh penulis pada
pengelolaan klien karena situasi dan kondisi klien serta situasi dan kondisi
4. Terdapat beberapa implemetasi yang belum bisa penulis lakukan secara langsung
C. SARAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien ny. E dengan
kasus stroke iskemik di Ruang ICU ICCU RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang dan
32
kesimpulan yang telah penulis susun, maka penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien diharapkan kerja sama dari
yang terdapat pada teori, akan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi dan
33
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Assosiation (AHA). (2015). Heart Disease and Stroke Statistics 2015
Ayuningputri, Novia dan Maulana, Herdiyan. (2013). Persepsi Akan Tekanan Terhadap
dan Pengukuran Psikologi Vol.2 No.2 Oktober 2013. Bararah, T dan Jauhar, M. (2013).
Clinical examination for outcome prediction in nontraumatic coma. Crit Care Med.; 40:
Stroke Kenali,Cegah dan Obati. Yogyakarta: Notebook. Indrawati Lili, Wening Sari, C. S. D.
(2016).
Care Yourself Stroke (Indriani, ed.). Jakarta: Penebar Plus. Junaidi, Iskandar. (2012).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Lingga, Lanny. (2013).
34
All About Stroke Hidup Sebelum dan Pasca Stroke. Jakarta: Kompas Gramedia. Masriadi.
(2016).
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info 148 149 Media. Misbach, J.
FKUI.
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Pasien Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit.
Berbagai Kasus( jilid 2.). Jogjakarta: Mediaction Publishing. Potter, Patricia, A. dan
Buku Ajar Fundamental Keperawatan (konsep, proses, dan praktik). Jakarta: EGC. PPNI.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tujuan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI Praditiya, Winda Ns. Arief Wahyudi Jadmiko, S. Kep., M. K. (2017).
Upaya Peningkatan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke Hemoragik. Diploma thesis,
Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of Physics A: Mathematical and
(2012).
Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda NIC- NOC.
35
Yogyakarta: Mediaction Publishing. Tarwoto. (2013).
Keperawatan Medikal Bedah, gangguan sistem persarafan. Jakarta: CV.Sagung Seto. Titania.
(2019).
36