Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HANDOVER

A. PENDAHULUAN
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain (Gilles, 1989). Dan menurut (Swanburg, 2000) mendefinisikan manajemen
sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. (Keliat, 2009).
Dalam kegiatan asuhan keperawatan di butuhkan yaitu kemahiran dalam
berkomunikasi, dan komunikasi yang baik itu mudah di mengerti, singkat, jelas.
Komunikasi juga sangat perlu saat melakukan segala hal dalam kegiatan sehari-
hari perawat dalam tindakan keperawatan maupun dalam bentuk Operan. Dalam
operan ini lah sering terjadi kekeliruan ataupun kesalahpahaman informasi, dan
disinilah perawat sangat di butuhkan dalam kemahiran berkomunikasi.
Pada saat operan antar perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan,
serta respons yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan operan bersama
dengan perawat lainnya dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan
menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih
efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang lain sekedar untuk membaca
dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan membantu perawat dalam
menerima operan secara nyata. (Nursalam, 2011).
Ada berbagai macam model operan yaitu model tradisional dan operan
disisi tempat tidur (bedside) yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi
masing-masing ruangan. (Achmad, 2012). Operan tradisional hanya cukup di
meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung. Hal ini
menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan perawat karena tidak ada
komunikasi antara perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi
pelayanan yang dilakukan. (Rina, 2012).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini mencakup
mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana
mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk
memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar. Meskipun digunakan
setiap hari dalam situasi klinis, keterampilan komunikasi perlu dipelajari,
dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka dapat
berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba
cepat dan menegangkan. Untuk itu diperlukan pendekatan sistematik untuk
memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan cara komunikasi teknik
SBAR. (Rina, 2012).
Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR)
dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser
Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antara dokter dan
perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk kumunikasi dalam situasi
beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik SBAR juga dapat digunakan
untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara perawat. Di Kaiser
tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara
klinis tapi juga untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan
via email atau voice mail serta bagian IT untuk mengatasi masalah (JCI, 2010
dalam Penelitian Rina, 2012).
Dari hasil uraian di atas terdapat kaitannya operan terhadap komunikasi
perawat dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun saat menerapkan
asuhan keperawatan. Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas materi
handover untuk meningkatkan manajemen keperawatan di ruang ICU ICCU
RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapat
pengetahuan tentang Operan dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Operan
b. Untuk mengetahui Prosedur Operan
c. Untuk mengetahui hal-hal yang diperhatikan dalam Operan
d. Untuk mengetahui Komunikasi SBAR
e. Untuk mengetahui prosedur SBAR dalam Operan

C. Manfaat
1. Manfaat bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna dan
meminimalkan terjadinya kesalahan tindakan.
2. Manfaat bagi Pasien
a. Pasien dan keluarga menjadi lebih nyaman.
b. Pasien dan keluarga dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap

D. SASARAN : Perawat Ruang ICU ICCU RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang
E. Pelaksanaan
Hari/ Tanggal :
Waktu : 08.00 – 10.00
Tempat : Ruang pertemuan lantai 2 ruang ICU ICCU

F. Media Alat
1. Power point
2. Format SBAR

G. Proses Sosialisasi

TAHAP KEGIATAN PENGAJAR ESTIAMASI


KEGIATAN WAKTU
Pendahuluan 1. Memberikan salam 08.00 – 08.30
2. Menyampaikan tujuan yang harus
dicapai peserta pada akhir
pembelajaran
3. Menjelaskan pokok materi yang akan
dibahas dan metode yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan
4. Menekankan pada peserta tentang
pentingnya topik yang akan dibahas
5. Menjelaskan tujuan diadakannya
sosialisasi
6. Memberikan pre test
Penyajian 1. Menjelaskan pengertian, prosedur, hal- 08.30 – 09.50
hal yang perlu diperhatikan, komunikasi
SBAR, prosedur dalam SBAR
2. Memberikan kesempatan bertanya
3. Menjawab pertanyaan
4. Membagikan form SBAR
5. Simulasi handover
6. Memberikan post test
Penutup 1. Meminta peserta untuk menyimpulkan 09.50 – 10.00
materi
2. Mengucapkan salam penutup

H. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Simulasi
4. Evaluasi materi penyuluhan

I. Materi penyuluhan
1. Pengertian Handover
2. Tujuan Handover
3. Prosedur Handover
4. Metode Handover
5. Pengertian komunikasi
6. Komunikasi dalam SBAR
7. Tahapan komunikasi dalam SBAR
Lampiran Materi

1. Pengertian Handover
Nursalam (2012) menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handoveradalah waktu dimana perpindahan atau transfer tanggung jawab
tentang pasien dari perawat yang satu dengan perawat yang lain. Tujuan dari
Handover adalah menyediakan waktu , informasi yang akurat tentang rencana
perawat pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya
Operan merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada perkembangan
sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi.
Operan shif berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan
keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Tujuan komunikasi selama operan
adalah untuk membangun komunikasi yang akurat, reliabel (Lardner, 1996),
tentang tugas-tugas yang akan dilanjutkan oleh staf pada shif berikutnya agar
layanan keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan efektif, menjaga
keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien, mengurangi kesenjangan dan
ketidak akuratan perawatan, serga memberi kesempatan perawat meninggalkan
pelayanan langsung. (Achmad, dkk, 2012).
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
Handover, handoffs, shift repot, signover dan cross coverage.Handover adalah
komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan perawat pada
pergantian shift jaga. Friesen (2012) menyebutkan tentang defenisi dari
Handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawat yang berkelanjutan yang
mencakup tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.
Handoofs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggung
jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat
yang akan melanjutnya perawatan.

2. Tujuan Handover
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data focus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya
d. Menyusun kerja untuk dinas berikutnya
e. Timbang terima (Handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesenimbungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja.

3. Prosedur Handover

SERAH TERIMA ANTAR SHIFT JAGA PERAWAT/BIDAN


No. Dokumen No. Revisi Halaman
01 1/2
Ditetapkan,
Plt. Direktur RSUD dr. Abdul
RSUD dr. Abdul Aziz Abdul Aziz,
Kota Singkawang
Tanggal Terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr. Ruchanihadi, Sp.PD
NIP. 19761122 200212 1 002
PENGERTIAN Komunikasi serah terima atau cara untuk menyampaikan dan
menerima laporan informasi tentang pasien yang dilakukan
seefektif mungkin antar perawat/ bidan pada setiap pergantian
shift.
TUJUAN
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
serah terima antar shift jaga perawat/bidan.

KEBIJAKAN 1. SK Direktur nomor 22.a tahun 2019 tentang Pedoman


Komunikasi Efektif
2. SK Direktur nomor 22.a tahun 2019 tentang Pedoman
Pelayanan keperawatan dan Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit
PROSEDUR Persiapan
1. Kepala ruangan/ PPJA (Perawat Penanggung jawab
Asuhan)/ketua tim/ penanggung jawab shift pemberi
operan
2. Perawat/ bidan pelaksana pemberi operan
3. Kepala ruangan/ PPJA/ ketua tim/ penanggung jawab shift
penerima operan
4. Perawat/ bidan pelaksana penerima operan
5. Rekam medik
6. Buku penghubung/ buku aplusan umum/ lembar SBAR
(Situation, Background, Asessment, Recommendation)
7. Alat tulis
8. Stemple verifikasi PPJA
9. Stemple serah terima asuhan
10. Nurse Station

Pelaksanaan
1. Perawat/ bidan pemberi dan penerima laporan operan
bersiap di Nurse Station/ ruang jaga
2. Perawat/ bidan pemberi operan menyiapkan dan
melengkapi rekam medik sesuai keadaan selama shift
3. Kepala ruangan/ PPJA/ ketua tim/ penanggung jawab shift
dinas memimpin dan mendampingi serah terima pasien
yang dilakukan oleh perawat/ bidan pelaksana diawali
dengan salam dan memimpin doa
4. Kepala ruangan/ PPJA/ ketua tim/ penanggung jawab shift
pemberi operan menyebutkan karakteristik pasien secara
umum seperti jumlah pasien, pasien observasi, pasien
infeksius, isolasi, pasien yang mempunyai resiko (resiko
jatuh, alergi obat, dan lain-lain), kelompok pasien
berdasarkan tingkat ketergantungannya serta hal- hal
penting lainnya seperti obat- obatan emergency, alat- alat
Kesehatan dan lain- lain
5. Perawat/ bidan penerima operan mempersilahkan
perawat/ bidan pemberi operan untuk melaporkan yang
menjadi tanggung jawabnya dengan komunikasi SBAR:
a. S (Situation) berisi mengenai nama pasien, tanggal
lahir, nomor rekam medik, tanggal masuk, hari
perawatan, dokter penanggungjawab, nomor bed,
diagnose medis, keluhan utama pasien, dan keadaan
umum pasien saat ini
b. B (Background) menjelaskan tentang Riwayat medis,
Riwayat alergi, hasil pemeriksaan penunjang, tindakan
yang sudah dilakukan dan obat-obatan yang
digunakan saat ini
c. A (Assesment) berisi tentang masalah keperawatan
yang muncul
d. R (Recommendation) berisi tentang intervensi yang
telah dilakukan dan intervensi yang akan di lakukan
6. Kepala ruangan/ PPJA/ ketua tim/ penanggung jawab shift
pemberi operan memverifikasi asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat/ bidan pelaksana tersebut dan
kedua belah pihak membubuhkan tanda tangan dan nama
PPJA dibawah Subject, Objectif, Analisa, dan Planning
(SOAP) pada lembar CPPT
7. Kepala ruangan/ PPJA/ ketua tim/ penanggungjawab shift
pemberi operan memverifikasi asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat/ bidan pelaksana tersebut dengan
membubuhkan tanda tangan dan nama pada stemple
verifikasi PPJA di bawah SOAP pada lembar CPPT
8. Perawat/ bidan pelaksana kedua belah pihak melakukan
serah terima dengan membubuhkan tanda tangan dan
nama pada stemple serah teima dibawah SOAP pada
lembar CPPT
9. Perawat/ bidan pemberi operan mengajak perawat/ bidan
penerima operan untuk melanjutkan serah terima langsung
dilakukan bersama pasien
10. Ucapkan salam dan menyapa pasien serta keluarga,
dilakukan oleh perawat/ bidan yang menyerahkan
11. Kenalkan diri dan perawat/ bidan penerima operan kepada
pasien
12. Perawat/ bidan pelaksana pemberi operan menanyakan
nama pasien dan mengecek identitas pasien melalui
gelang indentitas pasien
13. Perawat/ bidan pelaksana pemberi operan memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan
menanyakan keluhan pasien sambal memberikan
sentuhan ringan
14. Perawat/ bidan pelaksana pemberi operan
menginformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa
tugasnya telah selesai dan diganti oleh tim perawat shift
selanjutnya
15. Perawat/ bidan pelaksana penerima operan selanjutnya
dapat mengklarifikasi, tanya jawab, melakukan validasi
terhadap hal-hal yang kurang jelas kepada perawat/ bidan
pelaksana pemberi operan
16. Kepala ruangan/ PPJA/ ketua tim/ penanggung jawab shift
dinas menyampaikan informasi tentang hal- hal yang
penting lainnya (seperti alat- alat Kesehatan, obat- obatan,
dan lain- lainnya)
17. Penutup oleh Kepala ruangan/ PPJA/ ketua tim/
penanggung jawab shift dinas

Hal- Hal yang perlu diperhatikan


1. Waktu serah terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi yang memerlukan penjelasan
lebih lengkap dan jelas
2. Bukti serah terima dibuat dalam bentuk SOAP
3. Jika terdapat hal- hal kritikal/ nilai kritis, maka dibagian
tersebut diberi stabile atau garis bawahi
UNIT TERKAIT Unit/ Ruang Rawat Inap/ Intensif
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Bedah Sentral
Instalasi Hemodialisa
Poliklinik Rawat Jalan
4. Metode Handover
a. Timbang terima dengan metode tradisional
Bedasarkan peneitian yangdilkukan oleh Kassen dan Jagoo (2012) di
sebutkan bahwa operan jaga (Handover) yang masih tradisional adalah :
a. Dilakukan hanya di meja perawat
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasienhanya sekedar memastikan
kondisi secara umum
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date
b. Timbang terima dengan metode bedside Handover
Menurut Kassen dan Jagoo (2012) Handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside Handover yaitu Handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside Handover tidak jauh berbeda, hanya
pada Handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
a. Mengingatkan keterlibatan pasiendalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakit secara up to date
b. Mengingatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus
d. Bedside Handover juga tetap diperhatikan aspek kerahasian pasien jika
ada informasi yang ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain.
c. Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya
a. Menggunakan tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
saat jaga selanjutnya datang.Metode itu berupa one way communication
(komunikasi satu arah)Menggunakan komunikasi oral atau spoken
(lisan)Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
b. Menggunakan komunikasi tertulis
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
(rekam medis) saja atau media tertulis lain,Berbagai metode yang
digunakan tersebut masih relevan

5. Pengertian komunikasi
Menurut McCubbin dan Dahl (1985 dalam Arwani 2012, p,4) komunikasi
diartikan sebagai proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu atau mengubah sikap pendapat, atau perilaku secara
keseluruhan baik secara blangsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui
media.
Komuikasi terdiri dari dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan
nonverbal.Komunikasi verbal meliputi kata-kata yang diucapkan maupun
ditulis.Kata-kata adalah media atau symbol yang digunakan untuk
mengekspresikan idea atau persaan, menimbulkan respon emosional, atau
menggambarkan objeck, observasi, kenangan dan kesimpulan.Komunikasi
nonverbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata. Gerakan
tubuh memberi makna yang lebih jelas dari kata-kata dan merupakan salah satu
cara mengirimkan pesan kepada orang lain. (Tappen, Weis, & Whitehead,
2012,p.21).
Chitty (2012) mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran kompleks antara
pikiran, gagasan, atau informasi, setidaknya pada dua level: verbal dan
nonverbal. Oleh karena itu, komunikasi dimulai pada saat dua orang atau lebih
saling menyadari kehadiran masing-masing.
Di Indonesia data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) apalagi kejadian
nyaris cedera (KNC) masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan
tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien dirumah sakit perlu dilakukan, maka
rumah sakit perlu melaksanakan sasaran keselamtan pasien (SKP).Sasaran
keselamatan pasien tersebut meliputi ketepatan indikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,
kepastian tepat-lokasi, tepatprosuder, tepat-pasien operasi, pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehtan, dan pengurangan pasien resiko jatuh. Dari
enam sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke
pasien adalah komunikasi yang efektif (Depkes RI &KKP-RS, 2012, p,9).
Standar akreditasi RS 2012 SKP,2 / JCI IPSG,2 menyaratkan agar rumah
sakit menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan dapat dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan
menghasilkan perbaikan keselamatan pasien (JCAHO,2010).
Menurut Swansburg (2012) menyatakan bahwa lebih dari 80% waktu kerja
perawat dipakai untuk komunikasi, 16% untuk membaca dan 9% untuk menulis,
berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa peran komunikasi
sangatlah penting bagi keperawatan untuk mengetahui berbagai informasi
mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit
Alvardo, et al (2012) menginformasikan bahwa komunikasi berbagai informasi
yang diberikan oleh perawat dalam pertukaran shift, yang lebih dikenal dengan
timbang terima (Handover) sangat membantu dalam perawatan pasien.Timbang
terima yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu mengidentifikasi
kesalahan serta memfasilitasi kesenimbungan perawat pasien. Smith
Cronenwett, dan Sherwood (2012) mengungkapkan bahwa rumah sakit
merupakan organisasi padat profesi dengan berbagai karakteristik, komunikasi
pada timbang terima (Handover) memiliki hubungan yang sangat penting dalam
menjamin kesinambungan, kualitas dan keselamatan dalam pelayanan kesehtan
pada pasien.
Handover memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi
tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Dirumah
sakit, perawat juga tertentu dalam melaksanakantugasnya, sehimgga muncul
pengalihan tanggung jawab kepada yang perawat akan bertugas selanjutnya
tanggung jawab tersebut dikatakan sebagai Handover(Australia Healthcare &
Hospital Association, 2012,p.3).
Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah saat
serah terima tugas (Handover) dan komunikasi lewat telpon. Komunikasi yang
tidak efektif akan menimbulkan resiko kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat kepasien,
kesahan melakukan interprestasi atau mis komunikasi (Permenkes RI, 2010).

6. Komunikasi dalam SBAR


Komunikasi dalam SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan
untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.Komunikasi
SBARyang terdiri dari 4 komponen yaitu S (Situation) merupakan suatu
gambaran yang terjadi pada saat itu.B (Background) merupakan sesuatu yang
latar belakangi situasi terjadi.A (Assessment) merupakan suatu pengkajian
terhadap suatu masalah.R (Recommendation) merupakan suatu tindakan
dimana meminta saran untuk tindakan yang benar yang seharusnya dilakukan
untuk masalah tersebut dan mengacukepada kasus yang dialami oleh pasien
(JCR, 2012, p.19).
Komunikasi dalam SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan
sehimgga pendokumentasian lebih efesien. Dokumentasi catatan
perkembangan pasien diharapkan dapat terintegrasi dengan baik, sehingga
tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien. Staf dan dokter
menggunakan komunikasi SBAR untuk berbagai informasi pasien dalam format
yang jelas, lengkap , ringkas, terstruktur, dan meningkatkan efesiensi
komunikasi dan akurasi. SBAR mempromosikan komunikasi yang lebih baik di
kesehatan. Teknik SBAR dapat digunakan sebagai alat komunikasi informasi
melaporkan kondisi pasien secara lisan (baik langsung maupun tidak langsung/
telpon), sebagai alat komunikasi serah terima pasien dari satu unit pelayanan ke
unit lain, antar shift dalam tim kesehatan, dan saat waktu pergi
istirahat/pertemuan. Kebanyakan perawat dan dokter berkomunikasi dengan
cara yang sangat berbeda. Perawat diajarkan untuk melaporkan dalam bentuk
narasi, menyediakan semua catatan pasien.Dokter diajarkan untuk
berkomunikasi menggunakan katakata singkat yang hanya memberikan
informasi kunci untuk pendengar (Safer Health Care, 2015).
Operan perawat secara modern dengan teknik SBAR adalah dengan
menggunakan format pendokumentasian teknik SBAR pada masingmasing
pasien tiap shift, buku catatan operan, dan rekan medik pasien. Pertama
menyampaikan keadaan pasien dan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan
dan keadaan pasien setelah tindakan dilakukan di nurse station.Setelah itu
operan dilanjutkan dengan melihat keadaan pasien secara langsung dan
menanyakan kepada pasien tentang kemajuan keadaan pasien dan keluhan
yang masih dirasakan, dan pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga. Hal ini memungkinkan terjalin komunikasi yang efektif baik antara
pasien dan perawat dan sesame perawat anatr shift (JCI,2010).
Komunikasi dalam SBAR digunakan untuk verbalisasi masalah tentang
pasien kepada dokter. Tujuan utamanya adalah untuk menerima tanggapan
yang melibtakan solusi yang akan membantu pasien. WHO (2012) menyarankan
kepada negara-negara anggota untuk menerapkan standar komunikasi
Handoverantar tim kesehtan lainnya dan antar shift dengan menggunakan teknik
komunikasi dalam SBAR. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan serah terima antara shift atau antar staf di daerah klinis yang
sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk
memberikan masukan kedalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya. Tujuan Penggunaan Teknik Komunikasi
SBAR Menurut Health Care Team (2012) menyatakan bahwa tujuan
menggunakan teknik komunikasi SBAR meliputi:
a. Meningkakan keselamatan pasien.
b. Menyediakan pendekatan standar untuk berbagai informasi
c. Meningkatkan pribadi kejelasan / daya untuk perawat membuat
permintaan untuk perubahan dalam perawatan pasien, atau untuk
menyampaikan informasi penting
d. Meningkatkan efektivitas tim kesehatan.Beberapa organisasi yang
telah menggunakan struktur SBAR untuk charting/ SBAR alat telah
dikembangkan untuk daerah-daerah tertentu perawatan Pelaksanaan
teknik komunikasi SBAR dilakukan pada dua jenis kondisi yaitu kondisi
klinis meliputi komunikasi yang dilakukan antar perawat ke dokter,
petugas laboratorium ke dokter, dokter spesialis, perawat dengan
perawat, maupun dokter ke dokter.Kedua , kondisi nonklinis meliputi
komunikasi yang dilakukan dengan bagian maintenance.

7. Tahapan komunikasi dalam SBAR


Join Commission Resources (JCR, 2012) menyatakan bahwa tahapan SBAR
dibagi menjadi 4(empat) bagian yang mewakili semua tahapan dan kebutuhan
perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien dan mencegah halhal yang tidak diharapkan meliputi :
a. Situation : Bagaimana ituasi yang dibicarakan/ dilaporkan ?
Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien.
Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar, dan nyatakan masalah
secara singkat: apa, kapan dimulai, dan tingkat keparahan merupakan
bagian dari situasi.
Pada tahap ini perawat menjelaskan masalah yang telah diidentifikasi pada
pasien. Ketika pertama kali berbicara dengan dokter, perawat
memperkenalkan nama mereka, judul professional dan lokasi kerja diikuti
dengan mengatakan nama-namapasien yang mereka bicarakan. Perawat
juga menginformasikan unit dan ruang pasien serta masalah pasien secara
rinci.
1. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien
2. Diagnose medis
3. Apa yang terjadi dengan pasienyang memprihatinkan
b. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan
situasi
Pada tahap ini perawat menyebutkan informasi tentang pasien r yang
membantu dalam mengidentifikasi sumber masalah serta solusi
potensial.Hal yang dilaporkan termasuk alasan masuk pasien, riwayat
medis, status kesehatan.
 Obat saat ini dan alergi
 Tanda-tanda vital terbaru
 Hal laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
 Riwayat medis
 Temuan klinis tebaru
 Obat- obatan saat ini
 Tindakan yang sudah dilakukan
c. Assessment : Berbagi hasil penelitian klinis perawat ?
Pada tahap ini perawat mengingatkan apa yang diamati ketika memeriksa
pasien. Hal yang yang dikumpulkan selama pemeriksaan fisik melalui
melihat, mendengar, mencium dan menyentuh informasi yang berkaitan
dengan masalah ini juga bias diperoleh dari alat dan peralatan perawat
menggunakan. Menggunakan informasi yang paling umum yang
diperoleh dari pasien adalah tanda-tanda vital mereka tekanan darah,
denyut jantung, suhu dan tingkat pernapasan. Perawat menganalisis
temuan klinis, analisis dan pertimbangan perawat sehingga didapatkan
masalah atau diagnose keperawatan pada pasien tersebut.
d. Recommendation : intervensi keperawatan yang sudah dilakukan dan
intervensi keperawatan yang akan di lakukan
Pada tahap ini perawat menyarankan solusi untuk masalah pasien. Jika
didalam intervensi dibutuhkan dalam kolaborasi dengan tim medis maka
permintaan untuk tes khusus, obat-obatan dan perawatan yang dibuat
yang mungkin bisa membantu perawat. Perawat juga dapat menjadi
advokat dengan meminta dokter untuk hal-hal tertentu yang diinginkan
pasien dan penjelasan tentang kondisi mereka.
 Apa tindakan/rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
 Apa solusi yang bisa perawat tawarakan ke dokter?
 Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?
 Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift (JCR,2012,p.19) antara lain :


a. Situation (S) : Nama :Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 desember
2013 sudah 3 hari perawatan, DPJP : dr Setyoko,Sp, PD, diagnosa
medis : gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan :

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih

2. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang

b. Background (B) : Pasien bedrest total, urine 50cc/24 jam,


balance cairan Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
Pasien program HD 2x seminggu, senin dan kamis. Terapasang
infus NaCl 10 tetes/menit. Dokter sudah menjelaskan
penyakitnya tentang ginjal kronik. Diet : rendah protein 1 gram.
c. Assesment (A) : Oedema pada ekstremitas bawah, sesak napas,
urine sedikit, eliminasi feses baik. Saya pikir masalahnya
gangguan nafas dan gangguan keseimmbangan cairan dan
elektrolit lebih. Pasien tampak tidak stabil.
d. Recomendation(R) :

1. Awasi keseimbangan cairan

2. Batasi asupan cairan

3. Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter

4. Pertahankan pemberian deuritik injeksi furosemit 3x1 amp

5. Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien

6. Jaga aseptik dan antiseptik setiap melakukan prosedur

7. Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM

8. Apa saran dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe


pump?

Anda mungkin juga menyukai