Anda di halaman 1dari 13

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Penerapan ESI (Emergency Severity Index) Terhadap


Response Time Pasien di IGD PKU Muhammadiyah
Gombong
Zaenab Kartika Bahari1*, Putra Agina Widyaswara Suwaryo2, Endah Setyaningsih3
1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Gombong
*Email: Zaenabkartika11@gmail.com

Abstrak
Keywords: Latar Belakang; Prevalensi kunjungan pasien IGD semakin tahun
IGD; meningkat, di Indonesia tahun 2014 kunjungan pasien IGD sebanyak
Response 4.402.205. Data peningkatan tersebut menunjukan IGD adalah Unit
Time; Critical Phoint atau gerbang utama penanganan kasus kegawatdaruratan
Triase ESI
yang menentukan kualitas pelayanan Rumah sakit. Indikator Mutu IGD
PKU Muhammadiyah Gombong adalah kematian <8 jam dan Response
Time <5 menit. Cara meningkatkan indikator mutu pelayanan adalah
dengan meningkatan manajemen dari indikator mutu IGD, salah satunya
meningkatkan manajemen tatalaksana IGD yaitu pelaksanaan triase
terhadap Response Time. IGD PKU Muhammadiyah Gombong
menggunkan triase klasik tiga tingkat yang tidak cocok diterapkan di IGD
level empat, triase yang cocok adalah triase lima tingkat salah satunya
ESI, karena menggunkan skala 1-10, ada indikator triase kusus Pediatric,
penilaiaan berdasarkan sumber daya yang digunakan, dan penilaian
response time lebih mudah dan cepat. Tujuan; Untuk mengetahui pengaruh
ketepatan penerapan ESI terhadap response time pasien di IGD PKU
Muhammadiyah Gombong. Metode Penelitian; Jenis penelitian kuantitatif
metode quasi eksperimen rancangan one group dengan pendekatan cross
sectional. Sampel sebanyak 93 dengan teknik Accidental sampling. Analisa
data menggunakan analisa deskriptif dan analisa bivariat menggunakan
uji mann-whitney. Hasil; Response Time paling dominan pada kategori
ESI 3 sebanyak 46 pasien (49,5%). Ketepatan Triase pada kategori tepat
berjumlah 83 pasien (89,2%), Sedangkan Response Time pada kategori
Cepat berjumlah 77 pasien (82,8%) dengan rata-rata response time ESI 1
= 1 menit, ESI 2 = 4,3 menit, ESI 3 = 4.7 menit, ESI 4 = 5,5 menit, dan
ESI 5 = 6,1 menit. Kesimpulan Ada Pengaruh Ketepatan Penerapan triase
Terhadap Response Time Pasien Di IGD PKU Muhamamadiyah Gombong
dengan hasil (p=0.002 < 0.05)

307
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

1. PENDAHULUAN Rumah sakit di Indonesia belum


Instalasi Gawat Darurat adalah memiliki standar triase, dimana masih
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang menggunkan sitem triase klasik adopsi dari
memberikan pertolongan pertama dan jalan sistem triase bencana yang tidak cocok
pertama masuknya pasien dengan kondisi diterapkan di rumah sakit modern
Gawat darurat (Depkes RI, 2009). Menurut mempertimbangkan evidence based
WHO (2012) Banyak pasien dengan kasus medicine atau kedokteran berbasis bukti
gawat darurat yang masuk ke rumah sakit (Australian Government, 2009), Saat ini
memerlukan pertolongan segera. Kegawat triase di rumah sakit lebih menerapkan
daruratan dari penyakit menjadi masalah triase lima tingkat karena dianggap valid
seluruh dunia termasuk di negara Asean dan reliabel. Triase lima tingkat tersebut
(AFNCD, 2015). Kunjungan pasien di IGD antara lain CTAS, MTS, ATS, dan ESI
meningkat tiap tahunnya, Peningkatan (Christ et al., 2010).
terjadi sekitar 30% di seluruh IGD rumah Triase ESI adalah hasil algoritma
sakit dunia. Berdasarkan data kunjungan stratifikasi yang cepat, dapat ditiru dan
pasien masuk ke IGD di Indonesia relevan secara klinis untuk pengelompokan
sebanyak 4.402.205 pasien (13,3% dari pasien ke dalam lima tingkat berdasarkan
total kunjungan di RSU) dengan jumlah keparahan, tindakan, dan sumber daya
kunjungan 12% dari kunjungan IGD yang dibutuhkan pasien (Gilboy et al.,
berasal dari rujukan (Kemenkes RI, 2014). 2011). Triase ESI merupakan sebuah triase
Pelayanan gawat darurat di Provinsi Jawa yang valid dan reliabel jika dibandingkan
Tengah mengalami peningkatan pada dengan triase 3 tingkat yang diterapkan di
tahun 2011-2012 dari 98,80% menjadi Iran (Maleki et al., 2015)
100% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, ESI dalam konteks IGD rumah sakit
2013). Kabupaten Kebumen jumlah di Indonesia cocok diterapkan karena
kunjungan pasien ke IGD Rumah sakit menggunakan skala nyeri 1-10 yang biasa
492.479 Yang datang baik rawat jalan dan digunakan, ada thools sendiri untuk triase
rawat inap, sedangkan kunjungan pasien pediatri, perawat triase lebih mudah
puskesmas di kabupaten Kebumen 998.142 melihat keparah dibanding bekerjasama
(Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen, dengan dokter dalam menegakan diagnosa.
2015). Response time ESI sesuai katagori, ESI
Data tersebut menunjukkan Tingginya 1≤0 menit, ESI 2 ≤15 menit, ESI 3 ≤30
kunjungan pasien di IGD. Instalasi Gawat menit, ESI 4 ≤60 menit, dan ESI 5 ≤120
Darurat disebut unit critical point rumah menit. Ketiadaan ketentuan waktu kapan
sakit karena merupakan gerbang utama pasien dijumpai dokter menambah daya
menentukan kualitas pelayanan di rumah pikat sistem triase ini (Gilboy et al., 2011).
sakit, pelayanan diberikan harus cepat dan Hasil penelitian Maleki, et al., (2015)
tepat serta terhitung (Ningsih, 2015; menyebutkan ada peningkatkan response
Suwaryo & Yuwono, 2018). time 6,46-8,92 menit dalam waktu rata-rata
Salah satu Indikator Mutu pelayanan respone time seorang dokter (p <0,001)
klinis di Instalasi Gawat Darurat adalah dan peningkatan response time dari dokter
kemampuan menangani life saving kunjungan untuk menerima perawatan
Respone Time <5 menit. Cara pertama 7,68-15,89 menit peningkatan
meningkatkan indikator mutu pelayanan yang signifikan (p <0,001).
salah satunya meningkatkan manajemen Hasil studi pendahuluan pada tanggal
tatalaksana triase pasien di IGD. Triase 11 februari 2019 dengan metode observasi
merupakan proses pengkategorian pasien dan wawancara didapatkan hasil RS PKU
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan Muhammadiyah gombong memiliki
yang memiliki dampak pada Response Indikator mutu klinis kematian <8jam dan
Time pelayanan petugas kesehatan di IGD response time <5 menit. Faktor pengaruh
(Kemenkes RI, 2011). reponse time adalah penggunaan Triase
dimana IGD menggunakan standar triase

308
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

modern PACS tetapi belum diaplikasikan menggunakan Lembar Observasi Response


di dilapangan. IGD masih menggunakan Time. Alat ukur lain berupa stopwatch
triase klasik 3 level, hasil wawancara ke swan, SOP triase ESI dan Aplikasi ESI
empat perawat didapatkan bahwa perawat Gombong.
tidak mengetahui standar triase yang Teknik Pengumpulan data terdiri dari
digunakan. Tahap pertama administratif pengurusan
Dari uraian tersebut penulis tertarik surat ijin; studi pendahuluan IGD dan
untuk melakukan penelitian Penerapan rekam medis, surat etik, surat ijin
triase ESI terhadap Response Time pasien penelitian, dan surat ijin pengantar
di IGD Rumah sakit PKU Muhamamdiyah penelitian IGD. Tahap kedua pelaksanaan;
Gombong. Tujuan Penelitian Ini untuk Diskusi terkait sistem dan prosedur triase
mengetahui Karaktristik petugas kesehatan ESI dengan dibantu aplikasi ESI Gombong
Ketepatan penerapan triase ESI, response dan virtual IGD dalam penjelasan kepada
time IGD, dan Pengaruh Ketepan Triase Dokter, kepala ruang, dan katim, penelitian
ESI terhadap response time. Manfaat dilakukan 3 hari dari dari tanggal 13-15
penelitian bagi perkembangan ilmu juni pada shift pagi dan siang, penilaian
keparawatan dapat diterapkan triase dimulai saat pasien tiba di depan pintu
modern di keperawatan gadar kritis, bagi utama IGD dihitung response time dengan
Rumah sakit sebagai bahan evaluasi lembar observasi dan Stopwatch, dan
standar pelayanan triase, dan bagi petugas melihat ketepatan triase menggunakan
kesehatan sebagai pengetahuan mengenai lembar triase Esi sesuai pengkategorian.
model triase modern Tahap ketiga Penilaian dengan SPSS V.17
dan dianalisa.
2. METODE Variabel independent pada penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif adalah Triase ESI dengan hasil ukur tepat
dengan desain quasi eksperimen adalah dan tidak tepat, skala ukur ordinal.
mencari hubungan sebab akibat dengan Variabel dependent pada penelitian ini
adanya keterlibatan penelitian dalam adalah response time dengan hasil ukur
melakukan manipulasi terhadap variabel cepat, sedang, dan lambat, dan skala ukur
bebas (Sugiyono, 2017). Rancangan yang ordinal. Variabel Moderat adalah
digunakan One-Shot case Study karaktristik petugas kesehatan; umur, jenis
pendekatan cross sectional. kelamin, pendidikan, lama bekerja, dan
Popululasi penelitian adalah seluruh profesi. Analisa data yang digunakan pada
pasien IGD PKU Muhammadiyah penelitian ini analisa univariat karaktristik
Gombong 1329 pasien perbulan. Jumlah petugas, Ketepatan triase, dan Response
sampel 93 dengan rumus slovin, teknik Time menggunakan tabel ditribusi
pengambilan sampel yang digunakan Non- frekuensi, dan Analisa Bivariat Ketepatan
Probability Sampling dengan pendekatan Triase ESI terhadap Response Time dengan
Accidental sampling. Kriteria Sampel yang Uji Mann-Whitney
didapat berdasarkan kriteria inklusi; semua
pasien yang datang ke IGD, dan kriteria
eksklusi; pasien meninggal, pasien
intranatal, dan pasien masuk ruang isolasi.
Penelitian dlakukan di IGD rumah
sakit PKU Muhammadiyah Gombong dan
waktu penelitian dilaksanakan Tanggal 13-
15 juni 2019. Metode pengumpulan data
diperoleh dari pasien datang di IGD dinilai
ketapatan triase dan Response Time dengan
Instrumen penelitian Lembar observasi
Triase ESI untuk mengukur ketapatan
triase, sedangkan Response Time

309
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
3.1. Gambaran Lokasi Penelitian IGD
PKU Muhammadiyah Gombong

IGD Pku Muhammadiyah Gombong


menjadi RS yang memeiliki IGD level
empat (tertinggi), yang tidak saja
dilengkapi dengan rawat inap sekalikus
Karakteristik Katagori (f) %
kemampuan memberikan pertolongan
Jenis Laki-Laki 15 71,4 Emergency pra hospital. IGD PKU
Kelamin Perempuan 6 28,6 Muhammadiyah Gombong memiliki
<25 Tahun 1 4,8 fasilitas terdiri dari ruang penerimaan,
25-35 Tahun 5 23,8
ruang tindakan dan ruang penunjang
Umur medis. Untuk ruang tindakan terdiri dari
36-45 Tahun A 61 28,6
Membutuhkan intervensi segera
untuk menyelamatkan hidup? Iya 1 Ruang VK, Ruang Isolasi, dan Ruang
>45 Tahun 9 42,9 berdasarkan warna triase yaitu merah,
Tidak
D3 11 52,4 kuning dan hijau. Untuk ruang IGD triase
B Iya
D4
Kondisi Resiko Tinggi? 1 4,8 hijau Terdapat 4, terletak didepan pintu
Bingung/Disorentasi/Latergi?

Pendidikan Nyeri Hebat/ Distres


Pernafasan? S1 5 23,8 masuk, ruang triase kuning terdapat 10
ruang, dan triase merah ada 6 ruang. ruang
Ners 2 3 14,3
Tidak triase IGD disesuaikan dengan algoritma
Spesialis 1 4,8 triase ESI dimana kategori triase ESI 1
C
Berapa Bayak Sumber daya yang diperlukan?

Tdk Ada
<1 Tahun
Satu Banyak
1 4,8 letakan pada area merah, kategori ESI 2
Pertimbangan

Lama <5 Tahun 4 19,0 dan ESI 3 diletakan di area kuning,


Bekerja <10 Tahun 14 19,0 sedangkan kategori ESI 4 dan ESI 5
5 4 D
diletakan di area Hijau.
>10 Tahun 12
Bahaya Zona
Vitals?
57,1
Perawat 15 71,4 3.2. Karaktristik Tenaga Kesehatan IGD
Profesi 3
Dokter 6 28,6 Tabel 1.
Total 21 100 Distribusi Frekuensi Karakteristik Tenaga
Kesehatan IGD
Gambar 1. Ruang IGD dengan Sumber: Data Primer (2019)
Algoritma Triase ESI
Tabel 1. menunjukan data hasil
karakteristik petugas Kesehatan di IGD
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gombong berdasarkan jenis kelamin,
dominan pada kategori jenis kelamin laki-
laki dengan jumlah 15 orang (71,4%).
Kategori umur dominan pada kategori
umur >45 tahun dengan jumlah 9 orang
(42,9%). Karakteristik berdasarkan
Pendidikan, dominan pada kategori
pendidikan D3 dengan jumlah 11 orang
(52,4%). Karakteristik kategori lama
bekerja, dominan pada kategori lama
bekerja >10 tahun yang berjumlah 12
orang (57,1%). Karakteristik petugas
kesehatan kategori profesi, Profesi Perawat

310
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

sebanyak 15 orang (71,4%), dan Kategori Tabel 2. menunjukan bahwa level


Profesi Dokter sebanyak 6 orang (28,6%). triase ESI Pasien berdasarkan tingkat
kegawat daruratan, dominan pada kategori
triase ESI 3 yang berjumlah 46 pasien
Respone Time (f) % Mean (49,5%). Ketepatan penerapan triase ESI di
ESI 1 (<0 ) 0 0,0 IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
ESI 2 (<15) 7 7,5 4,3 Triase ESI pada kategori tepat sebanyak 83
Cepat ESI 3 (<30) 46 49,5 4.7 pasien (89,2%), Dan kategori triase ESI
ESI 4 (<60) 14 15,1 5,5 yang tidak tepat sebanyak 10 pasien
ESI 5 (<120) 10 10,8 6,1 (10,8%). Jumlah triase ESI yang tidak
Total 77 82,8 Tepat adalah ESI 2 sebanyak 2 pasien
ESI 1 (<5) 16 17,2 1 (2,2%) dan ESI 3 sebanyak 8 pasien
ESI 2 (20-25) 0 0,0 (8,7%). Hal ini dapat dimakanai bahwa
Sedang ESI 3 (30-55) 0 0,0 ketepatan lebih dominan pada kategori
ESI 4 (60-110) 0 0,0 tepat yang berjumlah 83 pasien (89,2%).
ESI 5 (130-170) 0 0,0
Total 16 17,2 3.4. Response Time Triase ESI pasien IGD
Tabel 3.
3.3. Ketepatan Penerapan Triase ESI Distribusi Frekuensi Response Time IGD
Tabel 2. Sumber: Data Primer 2019
Distribusi Frekuensi Ketepatan Penerapan
Triase ESI IGD Tabel 3. menunjukan distribusi
Ketepatan frekuensi Respone Time pasien IGD
Level berdasrkan level triase ESI. Respone Time
Tepat Tidak Tepat F %
ESI kategori cepat ESI 2 dengan jumlah 7
(n) (%) (n) (%) pasien (7,5%), ESI 3 dengan jumlah 46
ESI 1 16 17,2 0 0 16 17,2 pasien (49,5%), ESI 4 dengan jumlah 14
ESI 2 5 5,3 2 2,2 7 7,5 (15,1%), dan ESI 5 dengan jumlah 10
ESI 3 38 40,8 8 8,7 46 49,5
pasien (10,8%). Kategori Respone Time
sedang triase ESI 1 dengan jumlah 16
ESI 4 14 15,1 0 0 14 15,1 pasien (17,2%). Kategori Respone Time
ESI 5 10 10,8 0 0 10 10,8 lambat triase ESI 1-5 terdapat 0 pasien
Total 83 89,2 10 10,8 93 100 (0,0%). Rata-rata Respone Time triase ESI
adalah ESI 1 yaitu 1 menit, ESI 2 yaitu 4,3
Sumber: Data Primer 2019 menit, ESI 3 yaitu 4.7 menit, ESI 4 yaitu
5,5 menit, dan ESI 5 yaitu 6,1 menit.

3.5. Ketepatan Triase ESI Terhadap Response Time pasien IGD


Tabel 4. Uji Mann-Whitney Ketepatan Penerapan Triase ESI Terhadap Response Time IGD

Ketepatan Penerapan Triase ESI


Uji Mann-Whitney Terhadap Respone Time ESI 1-5
ESI 1 ESI 2 ESI 3 ESI 4 ESI 5
Mann-Whitney U 0.00 0.50 5.50 0.00 0.00 168.00
Z - 4.00 - 2.10 - 4.04 - 2.24 - 2.18 -3.081
p-value 0.00 0,03 0.00 0.02 0.02 0.002
Sumber: Data Primer 2019

311
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Tabel 4. menunjukan ketepatan Respone Time pasien IGD. Ketepatan


pererapan triase ESI terhadap Respone Time. pererapan seluruh indikasi triase ESI 1–5
ESI 1 Diketahui nilai p=0.00, ESI 2 terhadap Respone Time. diketahui nilai p
diketahui nilai p=0.03, ESI 3 diketahui nilai 0.002 < 0.05, sehinga Ha diterima dan Ho
p=0.00, ESI 4 diketahui nilai p=0.02, dan ditolak. Dengan demikian hasil Uji Mann-
ESI 5 diketahui nilai p=0.02. Dengan Whitney menunjukan ada pengaruh
demikian hasil Uji Mann-Whitney ketepatan penerapan triase ESI terhadap
menunjukan ada pengaruh ketepatan Respone Time pasien di IGD RS PKU
penerapan triase ESI 1 – ESI 5 terhadap Muhhamadiyah Gombong.

PEMBAHASAN Didukung juga dengan penelitian Rahil


(2012) faktor usia berhubungan dengan
3.1. Karakteristik Tenaga Kesehatan IGD
response time perawat dimana perawat usia
Jenis Kelamin 40-60 tahun memiliki response time yang
Hasil penelitian menunjukan sebagian lebih cepat dari perawat 20-40 tahun
besar petugas Kesehatan berjenis kelamin dikarenakan semakin bertambah usia
Laki-Laki dengan jumlah 15 orang (71,4%). berbagai pengalaman, pengetahuan,
Sejalan penelitian Gurning (2014) bahwa keterampilan, dan kemandirian memiliki
mayoritas petugas kesehatan berjenis pengalaman lebih dalam menangapi kasus.
kelamin laki-laki lebih banyak dibutuhkan Usia petugas kesehatan akan berpengaruh
tenaganya untuk menangani beberapa kasus terhadap ketepatan dan repone time
yang cukup serius. Didukung dengan Asumsi peneliti maka umur akan
penelitian Rahil (2012) jenis kelamin laki- berpengaruh terhadap pengalaman kerja,
laki memiliki response time yang cepat pengetahuan, dan keterampilan petugas
dibanding perempuan dikarenakan laki-laki kesehatan, semakin dewasa umur maka
memiliki keunggulan fisik. Sehingga jenis semakin banyak pengalaman dan
kelamin berpengaruh pada ketepatan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam
repone time. menangani kasus kegawatdaruratan yang
Asumsi peneliti mengatakan petugas akan berpengaruh terhadap Ketepatan dan
kesehatan IGD yang dibutuhkan adalah Kecepatan dalam proses pengkategorian
mayoritas laki-laki karena petugas berjenis pasien berdasarkan prioritas pasien yaitu
kelamin laki-laki secara fisik lebih kuat pada proses triase dan penilaian sumber
dibanding perempuan untuk menangani daya yang dibutuhkan.
kasus kegawatdaruratan yang berat dan
membutuhkan tenaga lebih untuk
penanganan cepat dan tepat untuk
mengkategorikan pasien karena di triase ESI Pendidikan
Reponse Time ESI 1 <0 menit yang Hasil penelitian menunjukan bahwa
membutuhkan Reponse Time yang cepat dan sebagian besar petugas Kesehatan
tenaga lebih secara fisik dari petugas. berpendidikan D3 sebanyak 11 orang
(52,4%). Sejalan dengan penelitian Sitorus
Umur (2011) meskipun untuk lulusan Program D3
Hasil penelitian berdasarkan Umur disebut juga sebagai perawat profesional
petugas kesehatan menunjukan bahwa pemula yang sudah memiliki sikap
sebagian besar petugas Kesehatan berusia profesional yang cukup untuk menguasai
>45 tahun yang berjumlah 9 orang (42,9%) ilmu keperawatan dan ketrampilan
Sejalan dengan penelitian King (2010) Pada profesional yang mencakup ketrampilan
usia dewasa petugas kesehatan yang sudah teknis, intelektual, dan interpersonal dan
terlatih dapat melakukan tindakan triase diharapkan mampu melaksanakan asuhan
tepat karena usia dewasa adalah waktu pada keperawatan profesional berdasarkan standar
saat seseorang mencapai puncak dari asuhan keperawatan dan etik keperawatan.
kemampuan intelektualnya.

312
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Namun pendidikan keperawatan harus sebaliknya semakin singkat orang bekerja


dikembangkan pada pendidikan tinggi maka semakin sedikit kasus yang ditangani.
sehingga dapat menghasilkan lulusan yang Didukung penelitian Fujino et all
memiliki sikap, pengetahuan dan (2014) pada 1395 perawat yang bekerja di
ketrampilan profesional agar dapat Rumah Sakit Umum di Jepang bahwa 1045
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat (76%) menunjukkan semakin lama
perawat professional. bekerja maka kinerja perawat menjadi
Didukung penelitian Khairina (2018) semakin baik. Kinerja perawat yang baik
faktor pengetahuan dan penindikan ditunjukan ketika perawat mampu
merupakan faktor dominan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan
mendukung pengambilan keputusan baik pada pasien dengan kondisi gawat
penentuan prioritas triase pasien. darurat dan sebagian besar perawat mampu
Pengetahuan berkaitan dengan hasil menggunakan perangkat mekanik atau
keputusan yang diambil dalam menentukan penunjang dan mendokumentasikan proses
triase. Pengetahuan petugas triase akan asuhan dengan baik.
berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan Asumsi peneliti Lama bekerja petugas
dalam penulisan dokumentasi triase dan kesehatan berhubungan dengan pengetahuan
pengkategorian prioritas triase pasien, dan keterampilan dalam melakukan triase.
sehingga pengetahuan dan pendidikan yang Semakin lama bekerja, seorang petugas
baik sangat di butuhkan dalam proses triase triase akan mendapatkan banyak
guna menunjang pelaksanaan triase yang pengalaman tentang pengetahuan dan
berkualitas. kemampuannya dalam melakukan
Asumsi peneliti untuk ketenagaan pengkajian, menganalisis masalah pasien
sebagian besar yang dibutuhkan adalah berdasarkan patofisiologi, menganalisis
perawat lulusan D3 yang sudah memiliki kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan
pelatihan kegawatdaruratan yang trampil berdasarkan kondisi pasien dengan cepat dan
menangani kasus kegawatdaruratan. tetapi tepat, berbeda dengan petugas kesehatan
dalam penelitian masih terjadi yang baru bekerja karena dalam menganalisa
ketidaktepatan dalam pengkatagorian pasien dan menilai sumber daya yang
pasien, karena kurangnya pengetahuan dan dibutuhkan masih membutuhkan waktu lama
pemaparan petugas terkait triase ESI dan terjadi ketidaktepatan, sehingga hal
sehingga pada pengkategorian terjadi tersebut akan berdampak pada ketepatan dan
kekeliruan pada ESI 2 dan ESI 3, sehingga kecepatan triase.
semakin tinggi pendidikan dan pengetahuan
maka semakin tepat dalam penulisan Profesi
dokumentasi triase ESI dan pengkategorian Hasil penelitian menunjukan bahwa
pasien. sebagian besar petugas Kesehatan adalah
profesi Perawat sebanyak 15 orang (71,4%),
Lama Bekerja dan profesi Dokter sebanyak 6 orang
Hasil penelitian menunjukan bahwa (28,6%). Pelaksanaan triase antara dokter
sebagian besar petugas Kesehatan Lama dan perawat berdasarkan penelitian
bekerja >10 tahun yang berjumlah 12 orang Esmailian et al (2014) didapatkan tidak ada
(57,1%). Sejalan dengan penelitian Sitorus perbedaan yang signifikan. Studi yang
(2011) Lama bekerja petugas akan semakin dilakukan Burnstrom et al, (2012) mengenai
tinggi tingkat kematangan seseorang dalam dokter yang melakukan triase terbukti
berfikir sehingga lebih meningkatkan meningkatkan efisiensi dan kualitas
pengetahuan yang dimiliki. Lama bekerja pelayanan. Meskipun triase adalah tindakan
seorang petugas kesehatan IGD dapat keperawatan namun pelaksanaannya tetap
melakukan triase memiliki masa kerja >2 melibatkan dokter sebagai penentu level
tahun, semakin lama seorang bekerja triase. Beberapa penelitian menyatakan
semakin banyak kasus ditangani sehingga bahwa triase yang dilakukan oleh perawat
semakin meningkat pengalamannya, memiliki kredibilitas yang tinggi sama
dengan triase yang dokter lakukan, namun

313
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

hal ini bisa terjadi apabila pengetahuan dan bulan - 3 tahun dengan T >390C masuk
keterampilan yang dimiliki perawat adekuat kategori ESI 3.
(Gilboy, 2012). Tidak Tepat triase juga terjadi pada
Di dukung penelitian Wa Ode, dkk pengkategorian triase ESI 3 dengan jumlah 8
(2012) yang mengatakan bahwa (8,7%) dengan kasus Luka terbuka dan
ketersediaan stretcher dan perawat triase keluhan nyeri, kesalahan terjadi pada
dengan waktu tanggap memiliki hubungan indikator TTV dan penilaian nyeri. Pada
yang erat baik di IGD bedah dan non bedah. kasus tersebut pasien dengan luka terbuka
Canadian of Association Emergency kaki, dengan keluhan nyeri hebat dan ada
Physician (2012) mengatakan bahwa perubahan TTV takikardi dan tensi tinggi
kejadian kurangnya perawat untuk dikategorikan ESI 3, pada indikator triase 3
penanganan kasus yang akut berdampak menyebutkan vital sighn stabil sedangkan
serius terhadap kedatangan pasien baru untuk Vital sighn tidak stabil dan skala nyeri
yang mungkin saja dalam kondisi yang >6 masuk kategori ESI 2.
sangat kritis. Hal tersebut dapat terjadi Ketepatan triase ESI didukung
karena kejadian kekurangan SDM untuk penelitian wibowo (2019) triase ESI dengan
beberapa kasus gawat darurat yang terjadi kategori tepat sebanyak 38 lembar
di IGD dapat menyebabkan terjadinya dokumentasi triase pasien dengan persentase
peningkatan permintaan pelayanan yang 76 %, dokumentasi triase ESI dengan
melebihi kapasitas dan terjadinya kategori tidak tepat sebanyak 12 lembar
kepadatan IGD pada waktu tersebut. dokumentasi triase pasien dengan persentase
Sehingga akan mempengaruhi ketepatan 24%. Singer Rf, et al. (2012) yang
Triase dan response time IGD. melaporkan bahwa kebanyakan ahli di IGD
Asusmsi peneliti dalam penelitian ini percaya bahwa ESI menyebabkan lebih
adalah penting adanya petugas kusus triase, cepat dan tepat dalam pengkatagorian dan
yaitu perawat triase dan dokter triase. Belum penggunannya. ESI lebih akurat
tersedianya petugas perawat dan dokter dibandingkan dengan model lain dan
khusus triase di IGD akan berdampak meningkatkan kerja sama tim di triase.
ketika jumlah kunjungan pasien pada McHugh M, et al. (2012) dalam studi pada
kondisi overcrowding terutama terjadi pada sampel lebih dari 3000 rumah sakit
shif siang dengan petugas terdiri dari 3 menyatakan bahwa ESI adalah yang paling
perawat dan 2 dokter dengan rata-rata efektif dan tepat digunakan di rumah sakit.
kunjungan pasien 44, sehingga bertambah Didukung penelitian Prasetyantoro
beban kerjanya dan akan berdampak pada (2013) mengatakan bahwa ada hubungan
ketepatan pengkategorian dan Response yang cukup berarti antara ketepatan
time melambat. penilaian triase dengan tingkat keberhasilan
pasien dengan cedera kepala. Penulisan dan
pengkategorian triase pasien yang tidak tepat
3.2. Ketepatan Triase ESI juga akan berdampak pada penurunan waktu
Hasil penelitian menunjukan bahwa tanggap darurat sehingga keadaan tersebut
Level triase ESI lebih dominan pada akan mengurangi waktu emas /golden period
kategori ESI 3 yang berjumlah 46 pasien dalam penanganan sebuah kasus kegawat
(49,5%) dan triase ESI kategori Tepat yang daruratan yang akan menyebabkan
berjumlah 83 pasien (89,2%). Ketidak terjadinya penurunan dalam kualitas
tepatan ESI terjadi pada kategori ESI 2 penanganan. Kualitas penanganan akan
dengan jumlah 2 (2,2%) dengan kasus triase berhubungan dengan tingkat keberhasilan
pediatrik indikator kesalahan Terjadi pada dalam sebuah manajemen kasus kegawat
penilaian TTV suhu >39 0 C anak usia 5 daruratan. Petugas triase menjadi kunci
bulan dikategorikan ESI 2, padahal indikator dalam ketepatan dokumentasi dan
triase TTV ESI 2 menyebutkan umur 0-28 keberhasilan sistem triase.
hari dengan T >380 C dan Umur 1-3 bulan Sejalan dengan penelitian Kristus et al.
dengan T >380C, sedangakan anak umur 3 (2014) menyatakan bahwa instrumen triase
dengan lima tingkat memiliki prioritas pada

314
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

instrumen tiga. Dalam hasil membandingkan kembali dalam pengkategorian triase ESI
sistem triase ESI dengan triase 3 tingkat di berdasarkan penilaian TTV. Tidak tepat
IGD untuk pertama kalinya di Iran. Sejak triase juga terjadi paling banyak pada shif
ESI baru dibandingkan dengan triase 3 level, siang, asumsi penulis menyebutkan
mungkin perawat, dokter dan staf lain yang penyebab eksternal ketidak tepatan triase
tidak cukup mengenal dengan sistem ESI ESI disebabkan karena jumlah kunjungan
dan mungkin membayangi temuan dari pasien overcrowding pada shift siang dengan
penelitian. ESI memainkan peran penting jumlah 20 pasien perhari dengan jumlah
untuk memfasilitasi prioritas pasien sesuai tenaga kesehatan 2 dokter dan 3 perawat,
dengan situasi mendesak mereka dan sehingga beban kerja perawat meningkat
penilaiaan berdasarkan pasien yang tepat yang menyebabkan Tidak Tepat dalam
untuk sumber daya yang tepat di tempat pendokumetasian dan pengkategorian triase,
yang tepat dan pada waktu yang tepat dan selain itu penyebab lainnya karena
bertindak lebih efektif dari tiga tingkat kurangnya pengetahuan petugas terkait
Ketidaktepatan triase ESI juga terjadi indikator khusus pediatrik dan Indikator
pada triase ESI 2 dan 3 sejalan dengan TTV pada triase ESI.
penelitian lei wang (2011) hasil penelitian
menyebutkan tertdapat keselahan penetapan 3.3. Response Time IGD
triase pada anak pada kategori ESI 2 dan Hasil penelitian menunjukan Respone
ESI 3, dua anak menderita asma dengan Time pasien IGD berdasarkan level triase
dsypnea dan penurunan suara nafas, 4 bayi ESI dominan pada kategori Cepat yang
usia 1-3 bulan dengan suhu 38o C, diantara berjumlah 77 pasien (82,8%). Response
mereka terdapat anak memiliki suhu tubuh time pasien IGD pada kategori cepat 77
39o C membutuhkan lebih dari satu sumber (82,8%), sedangkan triase pada kategori
daya dikategirkan pada ESI 2 sehingga sedang terjadi pada ESI 1 jumlah 16 (17,2%)
terjadi kesalahan pada pengkategorian dengan response time satu menit.
pasien beradasarkan suhu dan kebutuhan Sejalan dengan penelitian widodo
sumber daya. (2015). Hasil distribusi frekuensi response
Didukung penelitian Kachalia, et. al. time perawat dalam memberikan pelayanan
2016), bahwa Kelalaian diagnosa di ruang di IGD RS. Panti Waluyo Surakarta
gawat darurat memiliki penyebab yang menunjukkan kategori ”sangat cepat”
kompleks, Faktor-faktor yang berkontribusi sebanyak 70 pasien atau sekitar 73,7 %,
dalam kesalahan diagnosa adalah faktor- dengan hasil rata-rata response time perawat
faktor kognitif, komunikasi, sistem, dan IGD RS. Panti Waluyo Surakarta yaitu 1.58
faktor yang berhubungan dengan pasien. menit. Hal tersebut didapatkan oleh karena
Salah satu faktor yang berhubungan dengan RS. Panti Waluyo dalam meningkatkan
sistem yaitu beban kerja yang berlebihan mutu pelayanan di IGD, mencanangkan
yang dapat disebabkan oleh banyaknya standart pelayanan minimal (SPM) di IGD
kunjungan pasien berupa response time < 3 menit
Asumsi peneliti Ketepatan penilaian Sedangkan respone time melambat
ESI karena disebabkan faktor kemudahan menurut penelitian Sutriningsih (2016)
sistem triase ESI dalam pengkategorian penyebab adalah waktu tiba pasien yang
karena perawat tidak perlu bekerjasama kebanyakan datang ke IGD untuk
dengan dokter dalam penetapan triase hanya mendapatkan pelayanan pada waktu sibuk
dinilai berdasarkan sumber daya yang IGD Bedah (63,9%) dan IGD Non-Bedah
dibutuhkan dan petugas triase yang sudah (85,7%), dimana pada waktu-waktu inilah
berpengalaman lama bekerja >10 tahun, menurut literatur hasil penelitian merupakan
sehingga mudah menilai kategori ESI karena waktu-waktu dimana terjadi peningkatan
sudah paham apa saja sumber daya yang permintaan pelayanan. Hubungan
dibutuhkan. ketersediaan petugas triase dengan waktu
Kategori triase ESI tidak tepat Triase tanggap di IGD Bedah terlihat dari hasil
ESI terjadi banyak karena kesalahan analisis data yang ditunjukkan dengan nilai
penilaiaan TTV, sehingga perlu diperhatikan p = 0,006 dengan PR = 2,97 yang bermakna

315
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

bahwa keberadaan dokter dan perawat triase Petugas Khusus triase dokter dan perawat
di meja triase untuk menerima pasien baru triase sehingga untuk mencapai indikator
2,97 kali lebih meningkatkan ketepatan response time standar ESI 1 <0 menit sulit,
waktu tanggap (Sitorus, 2011; Suwaryo, apalagi ketika terjadi peningkatan jumlah
Wihastuti & Fatoni, 2016). kunjungan pasien atay overcwoding IGD,
Sejalan Penelitian yang dilakukan oleh sedangkan standar mutu yang digunakan
Tumbuan (2015) hasil response time bahwa response time <5 menit masuk
perawat dalam menangani kasus gawat kategori Response time sedang pada
darurat di IGD RSU GMIM Kolooran kategori ESI 1, sehingga perlunya SDM
Amurang yang juga rumah sakit tipe C petugas kusus triase di IGD dan peningkatan
kebanyakan (57,1%) lambat. Hal ini tidak indikator mutu respone time.
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
(2009) yang menyatakan bahwa pasien Ketepatan ESI Terhadap Response
gawat darurat harus ditangani dalam waktu Time
<5 menit. Hasil observasi peneliti di kedua Hasil penelitian menunjukan Ketepatan
rumah sakit, didapatkan banyak pasien yang Penerapan Seluruh Indikasi Triase ESI
datang namun kurangnya petugas kesehatan terhadap Respone Time Pasien IGD.
khususnya perawat di IGD lebih khusus di Diketahui nilai p 0.002 < 0.05. Dengan
ruang triase sehingga menyebabkan proses demikian hasil Uji Mann-Whitney
dari awal triase sampai pasien mendapatkan menunjukan ada pengaruh ketepatan
penanganan awal mengalami keterlambatan penerapan triase ESI Terhadap Respone
waktu. Selanjutnya tidak meratanya tingkat Time pasien IGD di RS PKU
kegawatan yang datang kebanyakan adalah Muhhamadiyah Gombong.
kategori triase kuning dan hijau Triase adalah suatu sistem
Didukung penelitian Fadhilah, et al, pembagian/klasifikasi prioritas klien
(2013) menyatakan bahwa tidak meratanya berdasarkan berat ringannya kondisi klien
penyebaran tingkat kegawatan, keberadaan atau kegawatan yang memerlukan tindakan
petugas yang ada di triase, ketersediaan segera. Dalam triase, perawat dan dokter
sarana dan cara bayar pasien merupakan mempunyai batasan waktu (response time)
beberapa faktor yang menyebabkan waktu untuk mengkaji keadaan dan memberikan
tanggap (Response time) melebihi dari intervensi secepatnya yaitu <10 menit.
standar yang telah. Berdasarkan temuan (Pusponegoro, 2010). Triase yang akurat
tentang waktu rata-rata untuk dikunjungi merupakan kunci untuk tindakan yang
oleh dokter, sampel independen t-test efisien di Instalasi Gawat Darurat (Manitoba
menunjukkan perbedaan signifikan dalam Health, 2010).
waktu rata-rata di pertama respone time ESI Sejalan dengan penelitian Hadi (2014),
Triage memiliki dampak yang signifikan Analisis penelitian menunjukkan bahwa
pada waktu yang akan dikunjungi oleh terdapat perbedaan response time sebelum
dokter dan telah menyebabkan peningkatan dan sesudah diberlakukan triase dengan
indeks di rumah sakit perbedaan rata-rata lebih cepat 2,055 menit
Asumsi peneliti repone time pada dari sebelumnya. Perbedaan ini signifikan
kategori cepat disebabkan faktor karektristik berdasarkan hasil uji Mann Whitney U
petugas mayoritas petugas laki-laki sehingga untuk keseluruhan indikasi. Hasil ini juga
fisik dan kecepatan lebih dan mayoritas menunjukkan bahwa diterapkannya triase
sudah lama bekerja >10 tahun sehingga ESI di IGD mampu mempercepat
sudah banyak pengalaman dalam penanganan terhadap pasien IGD.
penanganan kegawatdaruratan menyebabkan Hasil penelitian ini sesuai dengan
reponse time cepat dan indikator mutu yang penelitian Hamid Reza Khankeh et al (2013)
digunakan standar Rumah sakit response Hasil penelitian menunjukkan bahwa
time <5 menit sehingga mmampu pelaksanaan Triase di Rumah Sakit Shahid
meningkatkan Respone Time. Rajaee di Karaj Iran mampu mempersingkat
Sedangkan Respone time ESI 1 kategori waktu tunggu dan response time pasien
sedang penyebabnya adalah ketidaktersedian instalasi gawat darurat. Selain itu,

316
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

pelaksanaan triase yang cepat dan tepat juga time yang cepat karena karaktristik petugas
mampu meningkatkan kepuasan pasien yang IGD yang sudah terlatih dan lama bekerja
datang ke instalasi gawat darurat. >10 tahun sehingga pengelaman dan
Penelitian lain yang menunjukkan hasil pengetahuan terkait penilaian dan
serupa yaitu penelitian Maleki, et al., pengkategorian triase cepat.
(2015). Hasil penelitian ini adalah ada Diterapkannya triase dengan
peningkatkan 6,46-8,92 menit dalam waktu menggunakan ESI merupakan evaluasi
rata-rata dari kedatangan pasien untuk untuk penggunaan standar triase di IGD
dikunjungi oleh seorang dokter (P <0,001) level empat rumah sakit modern RS PKU
dan peningkatan waktu rata-rata dari dokter Muhammadiyah Gombong yang harus
kunjungan untuk menerima perawatan menggunakan triase lima tingkat yang tepat
pertama 7,68-15,89 menit yang signifikan (P diterapkan dan sesuai dengan kondisi IGD,
<0,001). sehingga ada pengaruh penerapan sarana prasarana, SDM tenaga kesehatan
triase ESI terhadap repone tme dokter di dan indikator mutu pelayanan IGD, dimana
IGD. triase ESI mampu meningkatkan respone
Asumsi peneliti dari hasil tersebut time terhadap pasien IGD RS PKU
menunjukkan bahwa ada pengaruh ketepatan muhammadiyah Gombong sehingga
penerapan triase ESI terhadap repone time di mengurangi waktu tunggu pasien untuk
IGD PKU Muhammadiyah Gombong. mendapatkan pelayanan oleh petugas
pengaruh tersebut disebabkan karena triase kesehatan pada saat datang ke IGD PKU
ESI mudah dalam pengkategorian hanya Muhammadiyah Gombong dan akan
melihat penilaian sumber daya yang meningkatkan mutu pelayanan IGD Rumah
digunakan dengan SDM tenaga kesehatan sakit dengan pemberian pelayanan yang
yang mampu menilai pasien dengan repone cepat dan tepat.
4. KESIMPULAN
Karaktristik Petugas Kesehatan di IGD Respon Time berdasarkan level triase ESI
PKU Muhamamadiyah Gombong sejumlah 21 di IGD PKU Muhamamadiyah Gombong
dominan berjenis kelamin Laki-Laki, Kategori menunjukan Respone Time kategori Cepat
Umur petugas paling dominan >45 tahun, Ada Pengaruh Ketepatan Penerapan ESI
kategori Pendidikan petugas kesehatan (Emergency Severity Index) Terhadap Respon
dominan D3. Lama bekerja petugas dominan TimePasien Di IGD PKU Muhamamadiyah
>10 tahun dan Profesi dominan Perawat. Gombong dengan hasil uji Mann-Whitney
Ketepatan Penerapan ESI (Emergency nilai p 0.002 < 0.05.
Severity Index) di IGD PKU Muhamamadiyah
Gombong menunjukan kategori Tepat

REFERENSI [4] Canadian association Emergency


[1] Australia Government of emegency. Phsysician. Overclowding. 2012
Emergancy pastient departement. 2015 [5] College of Emergency Nursing Australia
[2] Christ, M. et al. Modern triage in the (CENA). Position statement triage nurse.
mergency departement. Deutsches 2009
Arzteblatt international. Medical center. [6] Emergency Nurses Associaton. Triage
2010; 107(50) qualifications; Emergency Nurses
[3] Brunstrim L, Nordberg M, Ornung G, et Association. 2011
al. Phsycian –led team triage based on [7] Esmailian M, Zamani M, Azadi F,
lean principles may be superior for Ghasemi F. Interrater agreement of
efficiency and quality? A comparesion of emergency nurses and physicians in
three emergency departements with emergency saverty Index (ESI) Triage
different triage models. Scand J Trauma Emerg (Tehran). 2014;2(4): 158-61
resusc emerg Med. 2012; 20:57

317
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

[8] Fadhilah, N., Harahap, W. A., Lestari, Y. [18] Maleki, et al. Effectiveness of Five-Level
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Emergency Severity Index Triage System
waktu tanggap pada pelayanan kasus Compared With Three-Level Spot
kecelakaan lalu lintas di IGD Rumah Check: An Iranian Experience. Arch
sakit umum pusat Dr. M. Djamil Padang. Trauma Rec. 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Padang. [19] McHugh M, Tanabe P, McClelland M,
2013 Khare, RK. More patient are triage using
[9] Fujino Y, Tanaka M, Yonemitsu Y, system in the united states. Acad Emerg
Kawamoto R. The relationship between Med. 2010;19 (1);106-9
characthertic of nursing performance [20] Mirhaghi AH, Roudbari M. (2011)
and years of experience in nurses with survey on knowledge level of the nurses
hifh emotional intelegence. Int J Nurs about hospital triage. Iranian jurnal of
Pract. 2014 Critical care nursing. 2011; 3(4): 167-74
[10] Gliboy, N. et al. Emergency Saverty [21] Ningsih, Kartikawati D. Overcrwoding
Gilboy N, Tanabe, P.Travers, D.a Patient And Improving Emergency
Rosenau AM. Emergency Saverty Index Patient Flow In Emergency Patient Flow
(ESI) : A triage Toll for Emergency in Emergancy Departement; A literature
Departement Care. 4th ed. Rockville, review. Malang: urusan keperawatan
MD: AHRQ Publications. 2012 UNBRA. JIK. 2015
[11] Gurning, Y., Karim, D., & Misrawati. [22] Suwaryo, PAW., & Yuwono, P.
Hubungan Tingkat pengetahuan dan Penggunaan Glasgow Outcome Scale
sikap petugas kesehatan IGD terhadap dalam Penilaian Kondisi Pasien Pasca
tindakan triase berdasarkan prioritas. Cedera Kepala. Jurnal Ilmiah Kesehatan
http://jom.unri.ac.id. 2014;1-9. Keperawatan: 2018; Vol 13 (3)
[12] Hadi, Sutrisno. Penelitian Research. [23] Rahil, N, H. Faktor-faktor yang
Yogyakarta. BPFE. 2014 berhubungan dengan lama waktu
[13] Hamid Reza Khankeh et al. Triage effect tanggap perawat pada penanganan asma
on wait time of receiving treatment di IGD RSUD Panembahan Senopati
services and patients satisfaction in the Bantul. Jurnal Respati Yogyakarta. 2012
emergency department: Example from [24] Pemerintah Kota Kebumen. Profil
Iran. rch Trauma Rec. 2013 kesehatan kabupaten Kebumen. 2015
[14] Keputusan mentri kesehatan Republik [25] Prasetyantoro I. Hubungan ketepatan
Indonesia Nomor 856/menkes/SK/IX/ Penlilaian triase dengan tingkat
2009. Tentang Standar Pelayanan IGD keberhasilan penanganan pasien cedera
Rumah sakit. 2009 kepala di IGD PKU Muhammadiyah
[15] Keputusan mentri kesehatan Republik Bantul. STIKES Asyah Yogyakarta.
Indonesia Tahun 2011. Tentang standar 2013.
pelayanan kegawatdaruratan di Rumah [26] Pusponegoro, D Aryono, et al. Buku
sakit. Jakarta; Menteri kesehatan Panduan Basic Trauma and Cardiac life
Republik Indonesia. 2011. support. Jakarta: Diklat Mabulance
[16] Khairina, I., Malini, H., Huriani, E. AGD. 2010
Faktor-faktor yang berhubungan dengan [27] Singer Rf, Infante AA, Oppenheimer CC.
keputusan perawat dalam ketepatan The use of and statisfaction with the
triase di Kota Padang. Fakultas Emergency Severty Index. J emerg Nurs.
keperawatan Universitas Andalas 2012;38(2);120-6
Indonesia. Indonesia Journal for health
[28] Sitorus, Ratna & Panjaitan, R.
science. 2018;(2)
Manajemen Keperawatan: Manajemen
[17] King, L. A. Psikologi Umum: sebuah keperawatan di ruang rawat. Jakarta:
pandangan apresiatif. Jakarta: salemba Sagung setno. 2011
Humanika. 2010

318
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

[29] Suwaryo, PAW., & Wihastuti, TA., & [33] Wa ode, dkk. Faktor-faktor yang
Fathoni, M. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu
berhubungan dengan outcome pasien tanggap penanganan kasus pada respone
cedera kepala di IGD RSUD Prof Dr time di IGD bedah dan non bedah RSUD
Margono Soekardjo Purwokerto; 2016: Dr. Wahidin Sudirohusodo. Unhas. 2012
Vol 12 (3) [34] Wang, Li et all. Application of
[30] Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, emergency saverty Index in pediatric
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, emergency departement. World J emer
CV. 2017 Med. 2011;2(4)
[31] Sutriningsih D, S., Susilo., Hamid M, A.. [35] Wibowo, Doni, dkk. Gambaran
Penerapan Respone Time Dalam Ketepatan penulisan triase ESI oleh
pelaksanaan penentuan Prioritas mahasiswa Ners STIKES cahaya bangsa
penanganan kegawatdaruratan Pada di IGD RSUD Ulin Banarmasin. Jurnar
pasien Kecelakaaan di IGD RSD Balung. Darul azhar. 2019; 7(1)
Jurnal Ilmu kesehatan Muhamamdiyah [36] Widodo, E. Hubungan Respone Time
Jember. 2016 Perawat dalam memberikan pelayanan
[32] Tumbuan, A. N. Hubungan Respone dengan kepuasan Pelanggan di IGD RS
Time Perawat dengan tingkat Kecemasan Panti waluyo surakrta. Stikes Muh
Pasien kategori triase kuning di IGD Husada. 2015
RSU GMIM Kalorooran Amurang. [37] World Health Organization. Emergency
Fakultas Kedokteran Ilmu keperawatan Patient. 2012
Universitas Sam Ratulangi Manado. E-
journal Keperawatan . 2015;3(2)

319

Anda mungkin juga menyukai