Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CORONARY ARTERYDISEASE


(CAD)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Semester 3
yang Diampu Oleh Bapak Suhardono ,S.KEP, Ners, M Kes

Disusun oleh
NAMA : ELVI APRILIANA
NIM : P1337420420004
KELAS : TINGKAT 2B
ABSEN : 02

POLTEKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN BLORA
Tahun 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri coroner/penyakit
kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian
di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara
global penyakit ini akan menjadipenyebab kematian pertama di negara berkembang,
menggantikan kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, CAD
pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari
seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker.
Di Indonesia dilaporkan CAD(yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi)
merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%,
angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%).
Dengan kata lain, lebih kurang satudiantara empat orang yang meninggal di Indonesia
adalah akibat CAD. Berbagai faktor risiko mempunyai peranpenting timbulnya
CADmulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor
lain yang saling terkait.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu dari tiga orang di seluruh
dunia pada tahun 2001, meninggal karena penyakit kardiovaskular. Sementara,
sepertiga dari seluruh populasi dunia saat ini berisiko tinggi untuk mengalami major
cardiovascular events. Pada tahun yang sama, WHO mencatat sekitar 17 juta orang
meninggal karena penyakit ini dan melaporkan bahwa sekitar 32 juta orang
mengalami serangan jantung dan stroke setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun
2001 di seluruh dunia terjadi satu seranganjantung setiap 4 detikdan satu stroke setiap
5 detik. Dilaporkan juga, pada tahun 2001 tercatat penyakit kardiovaskular lebih
banyak menyerang wanita dibanding pria, yang sebelumnya penyakit
kardiovaskular lebih banyak menyerang para pria. Perkembangan terkini
memperlihatkan, penyakit kardiovaskular telah menjadi suatu epidemi global yang
tidak membedakan pria maupun wanita, serta tidak mengenal batas geografis dan sosio-
ekonomis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
2. Bagaimana pengertian dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
3. Bagaimana etiologi dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
6. Bagaimana pathway dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
7. Bagaimana penatalaksanaan klinis dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
9. Apa komplikasi dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari Coronary Artery Disease (CAD) ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan anatomi fisiologi dari Coronary Artery Disease (CAD)
2. Menjelaskan pengertian dari Coronary Artery Disease (CAD)
3. Menjelaskan etiologi dari Coronary Artery Disease (CAD)
4. Menjelaskan patofisiologi dari Coronary Artery Disease (CAD)
5. Menjelaskan manifestasi klinis dari Coronary Artery Disease (CAD)
6. Menjelaskan pathway dari Coronary Artery Disease (CAD)
7. Menjelaskan penatalaksanaan klinis dari Coronary Artery Disease (CAD)
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Coronary Artery Disease (CAD)
9. Menjelaskan komplikasi dari Coronary Artery Disease (CAD)
10. Menjelaskan asuhan keperawatan dari Coronary Artery Disease (CAD).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi

Coronary artery disease adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung
kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara
klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman didada atau dada saat ini
merupakan salah satu faktor resiko utama CAD selain hipertensi dan
hiperkolesterolemia saat ini merupakan salah satu faktor resiko utama CAD selain
hipertensi dan hiperkolesterolemia (Ahmad taufik, 2016).

Coronary artery disease adalah perubahan variabel intima arteri yang merupakan
pokok pada lemak (lipid), pokok komplek karbohidrat darah dan hasil produksi darah,
jaringan fibrus dan defosit kalsium yang kemudian di ikuti dengan perubahan lapisan
media (Andra saferi,2013).

B. Etiologi

Menurut Sylvia Price (2006) Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab


penyakit arteri koronaria yang paling sering di temukan. Aterosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif
mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap
aliran darah meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit ini
semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan di ikuti perubahan vaskuler yang
mengurangi kemampuan pembuluh darah untuk melebar, dengan demikian keseimbangan
antara suplai dan oksigen menjadi genting, membahayakan miokardium.

Sedangkan menurut sjafoellah Noer (1996) coronary artery disease di sebabkan oleh
proses aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan degeneratif, meskipun di pengaruhi
oleh banyak faktor, kelainan degeneratif ini akan menyebabkan ketidakseimbangan antara
kenutuhan O2 dengan masukan suplainya sehingga bisa menyebabkan iskemia dan
anoksia yang di timbulkan oleh kelainan vaskuler dan kekurangan O2 dalam darah.
C. Patofisiologi

Coronary artery disease meliputi berbagai kondisi patologi yang menghambat aliran
darah dalam arteri yang mensuplai jantung. Atherosklerosis merupakan yang paling
banyak terjadi pada manusia, ditandai dengan akumulasi bahan lemak (Lipid) dan
jaringan fibrosa pada dinding arteri, karena Atherosklerosis bertambah, lumen dari
pembuluh darah menjadi sempit dan aliran darah terhambat ke daerah miokardium.
Karena bentuknya, arteriosklerosis dinding arteri juga kehilangan elastisitas dan menjadi
kurang responsif terhadap perubahan volume dan tekanan. Kondisi-kondisi yang
menghambat suplai darah koroner antara lain atherosclerosis, arteriossklerosis, arteritis,
spasmus arteri koroner, thrombus koroner dan emboli.

Walaupun berbagai teori telah ditelusuri untuk menjelaskan patogenesis dari


atherosclerosis. Proses penyakit pada awalanya menjadi difus dan bertambah dengan
aterosklerosis. Lesi pertama yang timbul pada arteri koroner di sebut garis lemak, sel-sel
mengandung lipid atau “Foam Cells (sel-sel busa)” invasi kedalam dinding intima dan
menimbulkan garis-garis lemak, karena penyakit berlanjut kemudian timbul sejenis
benjolan dengan ukuran yang terus meningkat sehingga kapasitas lumen pembuluh
menjadi terbatas. Tingkat atherosclerosis yang lebih berkembang di tandai dengan
benjolan fibrosa berkapur atau di sebut komplikasi lesi yang sangat timpang. Deposite
kapur dapat rupture dan meningkatkan risiko dan spasmus, membentuk thrombus dan
emboli. Ini adalah jenis lesi atherosclerosis yang memunculkan gejala penyakit jantung
koroner. Lumen arteri menjadi begitu sempit sehingga timbul ketidakseimbangan suplei
oksigen untuk mlokardium dibandingkan dengan kebutuhannya. Manifestasi miokardium
biasanya tidak akan terjadi sampai arteri 75% tersumbat itu bisa berakibat angina
pectoris, infark miokardial dan kematian mendadak ( Gede Niluh , 1996).

D. Manifestasi Klinis

Menurut Brunner & Suddarth (2013) gejala terjadi sesuai dengan lokasi dan derajat
penyempitan lumen arteri, pembentukan trombus, dan obstruksi aliran darah ke
Miokardium. Gejala mencakup :

1. Iskemia
2. Nyeri dada : Angina pektoris
3. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan lemah).
4. Infark miokardium
5. Disritmia, kematian mendadak.

E. Komplikasi

Menurut Sylvia Price (2006) komplikasi Coronary artery disease adalah :

1. Gagal jantung kongestif


2. Syok kardiogenik
3. Disfungsi otot papilaris
4. Defek septum ventrikel
5. Ruptura jantung
6. Aneurisme ventrikel
7. Tromboembolisme
8. Perikarditik
9. Sindrom dressier
10. Aritmia

F. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang pada Coronary Artery Disease yaitu :

1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG)
adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya CAD. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat
berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru
terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
2. Foto rontgen dada
Foto rontgen dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping
itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat
dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita
sudah berada pada CAD lanjut. Mungkin saja CAD lama yang sudah berlanjut
pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
3. pemeriksaan laboratorium
Di lakukanuntuk mengetahui kadar trigliserida sebagai bourgeois resiko. Dari
pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan
melihat kenaikan enzim jantung.
4. kateterisasi jantung
pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran
ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui
pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah.
Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh
koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga
mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya
penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.

G. Penatalaksanaan

Menurut Sjaifoellah Noer (2001) penatalaksanaan di bagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Umum
Yang di makssud di sini adalah :
a. Penjelasan mengenai penyakitnya
Pasien biasanya merasakan tertekan, khawatir, terutama untuk melakukan
aktivitas. Karena itu perlu sekali di berikan penjelasan mengenai penyakitnya.
b. Hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan O2 Miokardium
Pengaturan kembali keseimbangan O2 Miokardium dalam hali ini adalah dari
segi konsumsi, karena masukan (supply) sudah pasti terbatas dan hanya dapat
di ubah dengan cara khusus.
c. Pengendalian faktor resiko
Faktor resiko mempercepat proses Aterosklerosisi. Hipertensi, diabetes melitus
dan Hiperlipidemia harus di obati. Rokok juga harus di hentikan dan BB di
kurang sampai tak ada obesitas.
d. Pencegahan
Pencegahan sekunder, pemberian obat-obatan untuk menghambat proses
mengenai terjadinya aterosklerosis di tempat lainnya.
2. Mengatasi iskemia
a. Medikamentosa
Obat-obatan untuk ini sama saja dengan yang di pakai dalam mengatasi Angina
pektoris yaitu :
1. Mitrat (N), yang dapat di berikan parenteral, sublingual, oral, dan
transdermal.
2. Berbagai jenis penyakit Beta (BB) Mengurangi kebutuhan oksigen. Ada
yang bekerja cepat seperti pindolol dan propranolol. Bekerja lambat seperti
Sotalol dan Nadolol.
3. Antagonis Calcium (Ca A), juga terdiri dari beberapa jenis, cara pemakaian
oral dan parenteral. Obat ini berfungsi mengurangi kebutuhan O2 dan
menambah masukannya (Dilatasi Koroner).
b. Revaskularisasi
Menurut Sylvia Price (2006) revaskularisasi dapat di laksanakan dengan cara :
1. Pemakaian trombolitik biasanya pada CAD akut
2. Prosedur infasif (PI) Non operatif, prosedur ini PTCA (Percutaneus
transluminal coronary angioplasty),di populerkan Gruntzig pada tahun
1976 ketika melakukan pelebaran coronary dengan balon. Sampai sekarang
prosedur ini mengalami banyak kemajuan baik teknik maupun
peralatannya, sehingga indikasinya yang tadinya terbatas pada 1-2
pembuluh darah dengan kelainan yang sederhana, sekarang dapat di
lakukan pada kelainan kompleks dari berbagai pembuluh darah sekaligus.
3. Operasi (coronary artery surgery) mengalami banyak kemajuan terutama
dalam mengusahakan agar pembuluh darah tetap paten cukup lama dan
menemukan alternatif untuk kasus yang sukar dan di lakukan prosedur
invasive dan LV yang amat rendah.
H. Pathway

ETIOLOGI
(Aterosklerosis pembuluh koroner)

Timbul endapan Penimbunan lipid dan jaringan


Lemak dalam tunika intima Fibrosa dalam arteri koroner

Regresi sebagian dan sebagian Lumen pembuluh darah


berkembang menjadi plak fibrosa menyempit

Ateroma Resistensi terhadap aliran


(Kompleks aterosklerosis) darah meningkat

- Pendarahan Penurunan kemampuan


pembuluh
- Klasifikasi vaskular untuk melebar
- Trombosis

- Rasa
penurunan Ketidakseimbangan antara suplai
cardiac output Dan kebutuhan O2 miokardium
- Gangguan
pertukaran gas
- Nyeri dada

Infark Miokardium
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CORONARY ARTERY DISEASE

1. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


Asuhan keperawatan menurut doeges, merilin dan geyssler (2000 dalam buku KMB 1
Saferi Andri, dkk 2013) adalah:
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, status pernikahan,
agama, suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi, status,
alamat, nomor telepon, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering dijadikan alasan pasien merasa nyeri pada dada, jantung
berdebar-debar bahkan sampai sesak nafas.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.
2. Faktor perangsang nyeri yang spontan
3. Kualitas nyeri : rasa nyeri digambarkan dengan rasa sesak yang berat/
mengcekik.
4. Lokasi nyeri: dibawah atau sekitar leher, dengan dagu belakang, bahu atau
lengan.
5. Beratnya nyeri: dapat dikuirangi dengan istirahat atau pemberian nitrat
6. Waktu nyeri: berlangsung beberapa jam/hari, selama serangan pasien
memegang dada atau menggosok lengan kiri.
7. Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang demam, dipsnea.
8. Sindrom syok dalam berbagai tingkatan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit pembuluh darah arteri
2. Riwayat serangan jantung sebelumnya.
3. Terapi ekstrogen pada wanita pasca monopause
4. Diet rutin dengan tinggi lemak
5. Riwayat merokok.
6. Kebiasaan olahraga yang tidak teratur
7. Riwayat DM, hipertensi, gagal jantung kongestif
8. Riwayat penyakit pernapasan kronis
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga penyakit jantung/ infark miokard, DM, stroke, hipertensi,
penyakit vaskuler perifer.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a) TD dapat norml/naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk atau berdiri
b) Nadi dapat normal, penuh/tidak kuat, lemah/kuat, teratur/tidak
c) Respiratory rate meningkat
d) Suhu dapat normal, meningkat/demam
2. Kepala : pusing, wajah meringis, mukosa bibir sianosis, menangis, merintih,
kehilangan kontak mata.
3. Leher dan Thoraks
a) Distensi vena jugularis
b) Dada : bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3/ S4 menunjukkan gagal
jantung/ penurunan kontarktilitas atau konplaim vertikal, mumur
menunjukkan gagal katup jantung/disfungsi otot kapiler, vriksi, perikarditis.
Irama jantung: dapat teratur/tidak, paru-paru: bunyi napas
bersih/krekels/mengi, frekuensi napas meningkat, napas sesak, sputung
bersih, merah mudah kental. Batuk dengan/tanpa produksi sputum. Dipsnea
dengan/tanpa kerja, dipsnea noktural.
4. Abdomen
a. Penurunan turgor kulit, nyeri ulu hati/terbakar
b. Penururnan BB, bising usus normal/menurun
5. Ekstremitas.
a. Kelemahan, kelelahan,
b. Edema perifer/edema umum
c. Kulit kering/ berkeringat dingin
d. Menggeliat
e. Pemeriksaan diagnostik
f. EKG menyatakan peninggian gelombang ST, iskemia, penururnan atau
datarnya gelombang T menunjukkan cidera, gelombang Q berarti nekrosis
g. Sel darah putih : leukosit (10000-20000) biasanya tampak pada hari kedua
setelah IMA sehubungan dengan proses imflamasi
h. Foto dada : mungkin normal/menunjukkan pembesaran jantung diduga gagal
jantung kongestif atau aneuresma ventrikel
i. Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat
mempengaruhi kontraktilitas: hipo/heprkalimia
j. Analisa gas darah/ oksimeter nadi : dapat menunjukkan ghipoksie atau
proses penyakit paru akut / kronis.
k. Kolestrol atau trigliserida serum meningkat, menunjukan arteriosklerosis
sebagai penyebab IMA.
l. Enzim jantung :
1.CKMB (criatinin kinase-isoenzim MB) mulai naik dalam enam jam,
memuncak dalam 18-24 jam dan kembali normal antara 3-4 hari, tanpa
terjadinya nekrosis baru. Enzim CKMB sering dijadikan sebagai indikator
IMA, sebab diproduksi hanya saat terjadi kerusakan jaringan miokard.
2.Laktat dehidrogenase (LBH) mulai meningkat dalam 6-12 Jam,
memuncak dalam 304 hari dan normal 6-12 hari.
3.Aspartat aminotransaminase serum (ASI) mulai meningkat dalam 8-12
jam dan bertambah pekat dalam 1-2 hari. Enzim ini muncul dengan
kerusakan hebat dari otot tubuh.
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan
oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya
dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat
penyakit pada pasien.
h. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data terakhir dikelompokkan lalu dianalisa data
sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan dapat dirumuskan
diagnosa masalah.
Contoh analisa data :
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS:
 Pasien mengatakan sesak
DO:
 Pasien nampak sesak Ganguan pemenuhan
 Dispneu Hipoksia oksigen

 Irama pernapasan nampak


irreguler
 Nafas cuping hidung
 P : 28x/i

DS :
 Pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk dan iskemia jaringan jantung
bertambah saat atau sumbatan pada arteri Nyeri
beraktivitas koronaria.
DO :
 Pasien nampak meringis
 Skala nyeri 7
 Nyeri tekan (+)

DS :
 Klien mengeluh lemah,
cepat lelah, sesak napas,
sulit melakukan aktivitas Penurunan kontraksi Resiko penurunan perfusi
karena lelah, dan nyeri jantung jaringan jantung
dada
DO :
 Kulit teraba dingin
 Irama jantung Irreguler
 TTV
TD : 160/ 90 MmHg
N : 98x/i
S : 36 o C
P : 28x/i

2. Diagnosa keperawatan
a. Ganguan pemenuhan oksigen b.d hipoksia
b. Nyeri b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner
c. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung b.d perubahan frekuensi, irama
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan.
e. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.
3. Intervensi keperawatan
a. Dx 1 Ganguan pemenuhan oksigen b.d hipoksia
Tujuan
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan Respiratory status
(Status pernapasan) normal.
 Status tanda vital (Vital sign status)

Kriteria Hasil :

 Menunjukkan jala nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi

1. Atur posisi pasien dengan mengunakan posisi semi Fowler


2. Monitor TTV
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
4. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
5. Berikan bantuan Terapi oksigen
b. Dx 2 Nyeri b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner
Tujuan
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan dapat mengkaji
perkembangan
- Tingkat nyeri (Pain level)
- Kontrol nyeri (Pain control)
- Tingkat kenyamanan (Comfort level) klien

Kriteria Hasil :

 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan


tekhnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan management nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi

1. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
3. Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi
4. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri

c. Dx 3 Resiko penurunan perfusi jaringan jantung b.d perubahan frekuensi, irama


Tujuan
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan dapat mengkaji
perkembangan
- Status sirkulasi (Circulation status)
- Status tanda vital (Vital sign status)

Kriteria Hasil :

 Tekanan systole dan diastole dalam batas normal


 Bunyi jantung abnormal tidak ada
 Nyeri tidak ada
 Kelelahan yang ekstrim tidak ada
Intervensi

1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)


2. Catat adanya distritmia jantung
3. Monitor adanya perubahahan tekanan darah
4. Anjurkan untuk istirahat
5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

d. Dx 4 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen miokard dengan kebutuhan.
Tujuan
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan dapat mengkaji
perkembangan
- Konservasi energi
- Toleransi aktivitas
- Perawatan diri : ADLs

Kriteria hasil :

 Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri


 Tanda-tanda vital normal
 Energy psikomotor

Intervensi

1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan


2. Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social.
3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
4. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
5. Bantu pasien untuk mengembangka motivasi diri dan penguatan.

e. Dx 5 Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan


Tujuan
 Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan dapat mengkaji
perkembangan
- Kecemasan pengendalian diri
- Tingkat kecemasan
- Mengatasi diharapkan klien dapat memanajemen coping.
Coping adalah usaha untuk mengontrol, mengurangi, atau belajar untuk
menoleransi ancaman yang menimbulkan stres.

Kriteria hasil

 Vital sign dalam batas normal


 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk mengontrol
cemas
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
berkurangnya kecemasan.

Intervensi

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan


2. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
3. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin N, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Mediaction Joja : Jogjakarta.

Saferi Andra W, dkk. 2013. Keperawatan medikal bedah.Nuha Medika : Jogjakarta.

Brunner & Suddarth, 2015. Keperawatan medikal bedah. EGC : Jakarta

Saputra Lyndon, 2014. Medikal Bedah Kardiovaskuler. Binurupa aksara Publisher :


Tangerang selatan

Taufik Ahmad, dkk. 2016. hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit
jantung koroner di instalasi cvbc rsup prof dr. r.d. kandou manado. E-joernal
keperawatan, Vol 4, No 2, Hal : 1-6

Anda mungkin juga menyukai