Anda di halaman 1dari 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMERIKSAAN VISUS MATA


Pengertian

 Prosedur ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan individu. Prosedur


Pemeriksaan Mata ini dilakukan dengan menggunakan Kartu Snellen dan Pinhole.

Tujuan

 Menentukan Ketajaman Penglihatan Petugas Mahasiswa Perawat

Persiapan Alat

 Kartu snellen
 E chart
 Cincin Landolt
 Ruangan ( 5-6 m )
 Buku pencatat

Persiapan lingkungan

 Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan


 Memberikan posisi klien yang nyaman dan sesuai dengan kondisi pasien

Persiapan pasien

 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan kepada klien dan
keluarga

Prosedur

 Cara memeriksa :
 Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi
 lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien Pastikan cahaya harus cukup
 Penderita duduk 6 m dari kartu pemeriksaan
 Kanan diperiksa, kiri ditutup
 Kiri diperiksa, kanan ditutup
 Mulai dari huruf yang paling besar ke yang kecil / sampai penderita tidak bisa
 Membaca Penulisan dengan bilangan pecahan
 Membaca Snelleen chart □
 Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki = normalnya 20/20. Misal,
pasien dapat membaca semua huruf pada baris ke 8. Berarti visusnya normal
 Bila hanya membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 => visusnya 20/30 dengan false
2. Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki sedangkan pasien hanya
dapat membacanya pada jarak 20 kaki. 1
 Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 => visusnya 20/40
 Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5 dengan ketentuan
seperti di atas. Sumber rujukan

DAFTAR PUSTAKA:

 Panduan Skill's Lab Blok 3.6 FKUA

TAMBAHAN REVISI

(Gambar Stellen Chart)


Prosedural pemeriksaan tahapan pelaksanaan visus jarak jauh menggunakan peralatan
manual seperti bagan chart Snellen adalah sebagai berikut:

1. Posisikan kartu pada jarak 6 meter (4 meter untuk bagan LogMar) dari tempat duduk
pasien dengan ketinggian sejajar dengan mata pasien. Pada kondisi pasien yang
menggunakan kacamata / lensa kontak untuk pandangan jauh, maka pasien menggunakan
kacamata / lensa kontak yang dimilikinya. Kacamata baca tidak boleh digunakan karena
dapat mendistorsi pandangan jarak jauh pasien
2. Kondisikan ruangan dengan cahaya yang cukup
Pada pemeriksaan visus mata kanan, maka koordinasikan pasien untuk menutup mata kiri
dengan menggunakan tangan yang mencembung tanpa memberikan penekanan pada
mata atau menggunakan okluder yang berwarna pekat, tidak transparan
3. Mulai pemeriksaan dengan meminta pasien membaca dari baris terbesar sampai dengan
terkecil yang bisa dibaca. Aturan membaca tiap baris dapat dilakukan dari kiri ke kanan
atau ditunjuk secara acak. Pada baris paling kecil yang bisa dibaca sekurang-kurangnya
adalah jumlah huruf, gambar, atau tanda yang terbaca lebih dari sebagian huruf atau
tanda yang ada dalam baris tersebut. Sebagai contoh, terdapat 6 huruf, gambar, atau tanda
pada baris tersebut maka pasien sekurang-kurangnya dapat membaca 4 dari 6
huruf,gambar, atau tanda tersebut
4. Catat hasil pemeriksaan visus sesuai dengan baris terkecil yang dapat dibaca oleh pasien,
visus terbaik adalah bila pasien mampu membaca sampai dengan baris 6/6 yang memiliki
arti bahwa pasien dapat membaca baris tersebut dari jarak 6 meter dimana populasi
umum juga mampu membaca dari jarak 6 meter
5. Ulangi prosedur 1 sampai 6 tersebut ke mata sebelahnya yang belum diperiksa
Bila tajam penglihatan kurang dari 6/6 pada 1 atau 2 mata, maka ulangi tes tersebut
dengan menggunakan pinhole yaitu pasien memegang pinhole di depan mata yang
diperiksa dan instruksikan pasien untuk membaca baris terkecil yang dapat dibaca pada
pemeriksaan sebelumnya melalui lubang pinhole.
6. Kemudian catat hasil pemeriksaan. Bila terjadi perbaikan dengan teknik ini maka secara
umum terdapat kelainan refraksi yang dialami oleh pasien.

Bila sampai dengan baris paling atas pasien tidak dapat membaca maka pasien diminta
maju padu jarak 3 meter. Jika tidak bisa, mendekat lagi 1 meter untuk membaca baris
teratas dari kartu. Bila tetap tidak bisa dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan jari,
pada jarak 1 meter, apabila pasien dapat membaca jari pemeriksa dengan benar di 1 meter
maka hasil pemeriksaan visus adalah 1/60 dimana pasien mampu membaca pada 1 meter
yang pada populasi umum dapat membaca dari 60 meter. Bila sampai dengan jarak 1
meter menggunakan tes jari namun belum dapat membaca maka menggunakan
pemeriksaan dengan lambaian tangan yang dimulai dari jarak 60 sentimeter, di mana
pada populasi umum lambaian tangan dapat dilihat dari jarak 300 meter. Bila dengan
lambaian tangan belum dapat membaca maka dengan menggunakan persepsi cahaya
dengan menempatkan cahaya pada jarak 30 cm di depan wajah pasien. Bila pasien dapat
melihat caya dari arah lurus, gerakan cahaya ke 4 kuadran. Maka respon pasien
dibedakan menjadi persepsi cahaya dengan arah, persepi cahaya tanpa deteksi arah, atau
tanpa persepsi cahaya.

Pada pemeriksaan jarah jauh dengan metode manual maka hasil pemeriksaan adalah
sebagai berikut :

1. Visus 6/6 : visus normal yaitu obyek tersebut dapat dilihat pada populasi
dengan mata yang normal dari jarak 6 meter maka pasien dapat melihat dari jarak 6
meter

2. Visus <6/6 : gangguan ketajaman penglihatan jarak jauh sebagai contoh hasil
6/20 maka obyek tersebut dapat dilihat pada populasi dengan mata yang normal dari
jarak 20 meter maka pasien dapat melihat dari jarak 6 meter

3. Visus 1/60 : melihat jari dari jarak 1 meter di mana normalnya dapat dilihat
dari jarak 60 meter

4. Visus 1/300 : hanya dapat melihat lambaian tangan

5. Visus 1/∞ : disebut juga sebagai visus persepsi cahaya di mana hanya
mengetahui ada atau tidaknya cahaya, kemudian dibedakan apabila dapat menentukan
arah datangnya cahaya maka disebut sebagai persepsi cahaya dengan arah namun bila
tidak mengetahui arah datangnya cahaya maka disebut sebagai persepsi cahaya tanpa
deteksi arah

Pada pemeriksaan jarak dekat dengan metode manual, hasil pemeriksaan adalah sebagai
berikut :

1. J1 : setara dengan visus 6/6 yaitu visus optimal penglihatan


2. J2 : setara dengan visus ~6/8
3. J3 : setara dengan visus ~6/10
4. J4 : setara dengan visus 6/12

Dari visus tersebut maka akan dikonversikan menjadi kekuatan lensa koreksi dengan sferis
berlensa positif.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK
MENGATASI NYERI ATAU RELAKSASI NAFAS
DALAM
A. Pengertian

Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami nyeri
kronis.Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi nyeri. Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi 1.
Posisikan pasien dengan tepat 2. Pikiran beristirahat 3. Lingkungan yang tenang

B. Tujuan

Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeriIndikasi :Dilakukan untuk pasien yang
mengalami nyeri kronis

C. Prosedur pelaksanaan :

1. Tahap prainteraksi
 Membaca status pasien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
 Memberikan salam teraupetik
 Validasi kondisi pasien
 Menjaga privacy pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan
keluarga
3. Tahap kerja
 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Usahakan tetap rileks dan tenang
 Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
 Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
 Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
 Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
 Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks 2 h. Usahakan agar tetap konsentrasi
 Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
 Latihan dilakukan dalam 2 sesi yaitu pada pagi haripukul 09.00 dan siang hari
pukul 13.00. setiap sesi latihan nafas dalam dilakukan sebanyak 3 kali.
4. Tahap terminasi
 Evaluasi hasil kegiatan
 Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
 Akhiri kegiatan dengan baik
 Cuci tangan
5. Dokumentasi
 Catat waktu pelaksaan tindakan
 Catat respon pasien
 Paraf dan nama perawat juga

TAMBAHAN REVISI

Tahapan relaksasi progresif meliputi gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian
pada berbagai otot. Melalui gerakan tersebut pasien diajari untuk mengenali kondisi otot dalam
kondisi kontraksi dengan harapan lalu dapat merelaksasinya secara volunter.

Penilaian relaksasi dapat dilihat dengan penurunan skala nyeri, sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai