Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN MASALAH UTAMA NYERI AKUT


PADA PASIEN ABSES SUBMANDIBULA DI RUANG INAYAH RSU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun Oleh:

Herlina Setyaningrum

(A12019043)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN MASALAH UTAMA NYERI AKUT
PADA PASIEN ABSES SUBMANDIBULA DI RUANG INAYAH RSU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG

Asuhan Keperawatan ini telah diajukan oleh :

Nama : Herlina Setyaningrum

NIM : A12019043

Prodi : Keperawatan Program Sarjana

Telah disahkan

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Lahan Mahasiswa

Rokhmat Purwanto,S.K.,Ns Herlina Setyaningrum

Pembimbing Akademik

Bambang Utoyo,M.Kep
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN...........................................................................

A. PENGERTIAN....................................................................................................
B. ETIOLOGI..........................................................................................................
C. BATASAN KARAKTERISTIK.........................................................................
D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY KEPERAWATAN..............................
E. MASALAH KEPERAWATAN LAIN DAN PENGERTIAN.........................
F. INTERVENSI KEPERAWATAN.....................................................................
BAB II TINJAUAN KASUS...........................................................................................

A. PENGKAJIAN....................................................................................................
B. ANALISA DATA……………………………………………………………...
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................
D. INTERVENSI KEPERAWATAN.....................................................................
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN..............................................................
F. EVALUASI KEPERAWATAN.........................................................................
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB1

LAPORAN PENDAULUAN

1. Pengertian
Nyeri kut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kewrusakan
jaringan actual atau fungsional,dengan onsen mendadak atau kambat danberintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2016)
Nyeri adalah suatu mekanisme protektifbagitubuh,nyeri timbulbilamana jaringan rusak
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghikangkan rasa nyeri tersebut
(lukman & ningsih 2017)
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association For the Study Of Plain), awitan yang tiba-tiba atau
lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berahirnya dapat diantisipasi atau
diprediksi, dengan durasi kurang dari 3 bulan (NANDA, 2018-2020)
2. Etilogi
a. Agens cidera biologis(mis.inflamasi,iskemia,neoplasma)
b. Agens cidera kimiawi (mis,terbakar,bahan kimia iritan)
c. Agens cidera fisik(mis. abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengankat berat,prosedur
operasi,trauma,latihan fisik berlebihan)
3. Batasan Karakteristik
a) Perubahan selera makan
b) Perubahan pada parameter fisiologis
c) Dlaforesis
d) Perilaku distraksi
e) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak
dapat mengungkapkannya
f) Perilaku ekspresif
g) Ekspresi wajah nyeri
h) Sikap tubuh melindungi
i) Putus asa
j) Fokus menyempit
k) Sikap melimdungi area nyeri
l) Perilaku protektif
m) Laporan tentang perilaku nyeri atau perubahan aktivitas
n) Dilatasi pupil
o) Fokus pada diri sendiri
p) Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
q) Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrument nyeri

4. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan

Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada
daerah submandibula. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam
(deep neck infection). Pada umumnya sumber infeksi pada spasia submandibula berasal
dari proses infeksi gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula.

Tanda utama dari inflamasi akut, yang terdiri dari pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan,
rasa panas, serta hilangnya fungsi. Kadang-kadang pada pasien terlihat adanya pembengkakan
kutaneus sebagai akibat dari pengeluaran material terinfeksi dari abses (Greenwood & Corbet,
2015). Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau saraf. Gejalanya bisa berupa: nyeri, nyeri tekan, teraba hangat, pembengkakan, kemerahan,
dan demam (Irianto, 2014)

Pembengkakan pada inflamasi dan infeksi akut dapat terjadi pada sejumlah lokasi
anatomi disekitar mulut dan wajah, secara inta-oral sebagai abses gigi atau dental terlokalisasi,
atau pembengkakan serviofasial akibat penyebaran infeksi ke spasia diantara jaringan. Beratnya
infeksi tergantung dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi. Infeksi gigi dapat
mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apical gigi ke
daerah sekitarnya. Infeksi dari submandibula dapat meluas ke ruang mastikor kemudian ke
parafaring. Perluasan infeksi ke parafaring juga dapat langsung dari ruang submandibular.
Selanjutnya penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu limfatik, melalui
celah antara ruang leher dalam dan trauma tembus (Rizzo & Da Mosto, 2009)
Pathway

- Infeksi bakteri
- Benda asing Tubuh bereaksi untuk
menyebabkan luka Bakteri mengadakan
multiplikasi dan perlindungan terhadap
- Reaksi
hipersensitif merusak jaringan penyebaran infeksi
- Agen fisik yg ditempati

respon saraf sensistifitas saraf sekunder Terjadi proses


dari respon inflamasi peradangan
Nyeri Akut Abses terbentuk dan
torlokasi (dari matinya
jaringan nekrotik, bakteri,
dan sel darah putih)

Panas

Keterbatasa
masukan peroral

ketidakmampuan
makan

Perubahan pemenuhan
nutrisi

Resiko defisit nutrisi

Panas
5. Masalah Keperawatan Lain Yang Muncul
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dengan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI, 2016)
b. Resiko Defisit Nutrisi
Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
(SDKI,2017)
6. Intervensi Keperawatan
 Nyeri Akut

Managemen Nyeri (I.08238) : RASIONAL

1. Fasilitasi lingkungan yang 1. Memberikan rasa nyaman


nyaman 2. Mengetahui atau mengkaji kebutuhan
2. Identifikasi PQRST nyeri untuk intervensi
3. Berikan cairan infuse NaCL 3. Memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh
4. Monitor TTV 4. Mengetahui peningkatan nyeri atau
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi ketidaknyamanan atau terjadi respon demam
(kompres hangat, distraksi 5. Mengurangi atau menurunkan rasa nyeri,
relaksasi) menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan
6. Anjurkan jangan banyak proses penyembuhan
bergerak 6. Mengurangi atau menurunkan rasa nyeri
7. Berikan injeksi ketorolac 7. Obat anti nyeri
8. Berikan injeksi Ranitidine 2x1 8. Menghambat produksi asam lambung
hari berlebih

 Resiko Defisit Nutrisi

Manajemen Energi (I.05178) RASIONAL


1. Monitor lokasi dan 1. Mengidentifikasi lokasi ketidaknyamanan dan
ketidaknyamanan selama dapat memberikan informasi mengenai
melakukan aktivitas pemulihan.

2. Lakukan rentang gerak pasif 2. Membantu  memelihara fleksibilitas dan


dan/atau aktif kemampuan gerak sendi, mengurangi rasa
nyeri pada pasien, mengembalikan kemampuan
klien menggerakkan otot melancarkan
peredaran darah.

3. Membantu klien mengurangi rasa nyeri


3. Berikan aktivitas distraksi
dibagian rahang bawahnya
yang menyenangkan

4. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan


4. Anjurkan melakukan aktivitas
sirkulasi, mencegah terjadinya kontraktur
secara bertahap

5. Mempercepat proses penyembuhan


5. kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

BAB II
TINJAUN KASUS
Tanggal Masuk : 25 Juli 2021

Tanggal Pengkajian : 26 Juli 2021

Ruang : Inayah

A. Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : MA
Pekerjaan :-
Alamat : Wonotirto 3/4 Karanggayam,Kebumen
No. RM : 384545
Diagnosa Medis : Abses Submandibula
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Alamat : Wonotirto 3/4 Karanggayam,Kebumen
Status : Ibu Kandung
c. Keluhan Utama
Pada saat dikaji pasien mengatakan nyeri pada bagian rahang
d. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan saat ini
Tn.S datang dari IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong pada hari minggu
tanggal 25 juli 2021 dengan keluhan nyeri rahang bawah ,keluhan sudah dirasakan
klien sejak 1 minggu yang lalu. Selain nyeri, klien juga mengeluh sulit untuk
menelan serta tidak nafsu makan. Klien mengatakan selama 1 minggu dirumah
dirinya belum pernah berobat kemana mana dan hanya menggunakan ramuan
tradisional berupa daun tawa dan kunyit untuk mengatasi bengkak ,serta nyeri di
bagian lehernya.Namun stelahh 4 hari ,klien mengatakan keluhanya tidak kunjung
membaik dan akhirnya memutuskan untuk berobat ke PKU Muhammadiyah
Gombong klien tampak gelisah dan wajah tampak seperti menahan nyeri. Saat
dikaji didapatkan Skala nyeri 4, terdapat nyeri tekan di bagian rahang yang
memebengkak P = Pasien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak,Q = Nyeri
seperti tertusuk,R = Skala nyeri 4,T = Nyeri hilang timbul,tangan kanan pasien
terpasang infus. TD : 160/80 mmHg, N : 100x/menit, S : 36,8℃ , RR : 20x/menit.
2. Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gombong dengan
penyakit gagal ginjal .
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita sakit yang sama
dengan pasien.
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson
1. Pola oksigenasi
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal,tidak
sesak dan tidak menggunakan alat bantu.
b. Saat dikaji : Pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal,tidak
sesak dan tidak menggunakan alat bantu.
2. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3x sehari dan minum hanyak
sekitar 600cc per hari
b. Saat dikaji : Pasien mengatakan makan 3x sehari (tidak habis 1 porsi
hanya 3-5 sendok ) dan minum 600cc per hari.
3. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK normal,dengan urine warna
kuning jernih dan BAB normal 1x sehari konsistensi feses lembek berwarna
kuning.
b. Saat dikaji : pasien mengatakan BAK hanya sedikit dan BAB pasien
mengatakan selama di RS belum BAB.
4. Pola isitrahat
a. Sebelum skait : Pasien mengatakan tidurnya nyenyak 7-8 jam tanpa ada
gangguan.
b. Saat dikaji : Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak,karena
merasakan nyeri pada bagian rahangnya
5. Pola aktivitas
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beraktivitas secara mandiri tidak
merepotkan orang lain
b. Saat dikaji : Pasien mengatakan dapat beraktivitas secara mandiri jika
tidak merasakan nyeri. Jika nyerinya kambuh pasien dibantu oleh keluarga.
6. Pola berpakaian
a. Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat berpakaian secara mandiri tanpa
bantuan keluarga/orang lain
b. Saat dikaji : pasien mengatakan jika nyeri kambuh pasien meminta
bantuan keluarganya untuk membantu berpakaian agar tetap terlihat rapi.
7. Pola menjaga suhu
a. Sebelum sakit : pasien mengatakan jika cuaca panas menggunakan
pakaian yang tipis dan jika cuaca dingin menggunakan pakaian yang tebal
b. Saat dikaji : pasien mengatakan jika cuaca pnas menggunakan pakaian
yang tipis dan jika dingin menggunakan pakaian tebal dan selimut.
8. Pola personal hygiene
a. Sebelum skait : pasien mengatakan mandi dan sikat gigi 2x sehari pagi
dan sore
b. Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka 1x sehari dan untuk sikat
gigi sulit karena untuk membuka mulut merasakan nyeri dibagian rahangnya
9. Pola aman dan nyaman
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan merasa aman dan nyaman ketika
dirumah dan berkumpul Bersama keluarga
b. Saat dikaji : Pasien mengatakan merasa kurang nyaman dengan
keadaannya yang sekarang .
10. Pola spiritual
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat sholat tepat 5 waktu tanpa
gangguan
b. Saat dikaji : Paien mengatakan dapat melakukan sholat tepat 5 waktu
11. Pola Komunikasi
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik
tanpa gangguan
b. Saat dikaji : Pasien sulit berlomunikasi karena merasakan nyeri
dibagian rahangnya
12. Pola Rekreasi
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan hanya berpergian dengan teman-
temanya
b. Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya bisa bermain handphone di RS
13. Pola Bekerja
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan bisa melakukan pekerjaan rumah
tanpa bantuan
b. saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat melakukan pekerjaan dan
semua aktivitas dibantu oleh keluarga
14. Pola Belajar
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan hanya mengetahui bahwa dirinya
menderita gandongan
b. Saat dikaji : Pasien mengatakan mendapatkan informasi yang lebih
jelas tentang penyakitnya dari dokter dan perawat.
B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis (normal)
3) TTV :
1. TD : 160/80 mmHg
2. N : 110x/menit
3. S : 36,8 ℃
4. RR : 20x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala mechocepal,rambut hitam, tidaak ada bekas
luka,rambut bersih
- Palpasi : Tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan dan tidak ada lesi
2. Wajah
- Inspeksi : Tidak ada luka,muka bulat,tampak pucat
- Palpasi : Terdapat Nyeri tekan dibagian rahang bawah
3. Mata
Bentuk mata simetris,ada rangsangan cahaya,pupil isokor dnegan ukuran kanan 3
mm dan kiri 3mm
4. Hidung
- Inspeksi : Bentuk hidung simetris,tidak ada polip,tidka ada lender
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Mukosa bibir agak kering,pucat,gigi bersih,tidak stomatitis dan tidak ada
pembesaran tonsil
6. Telinga
- Inspeksi : Bentuk simetris,tidak ada gangguan pendengaran
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Leher
- Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,getah bening dan JVP tidak
meningkat
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8. Dada
a. Paru-paru
- Inspeksi : Bentuk dada dan thorax simetris
- Palpasi : Pengembangan dada simetris,vocal premitus seimbang dan tidak
nyeri tekan
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Vesikuler kanan kiri
b. Jantung
- Inspeksi : Bentuk dada simetris
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan
- Perkusi : Gallop (Normal)
- Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 reguler
9. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut simetris,kulit berwarna sawo matang
- Auskultasi : Bising usus normal
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan ,tidak ada benjolan
- Perkusi : Suara timpani
10. Ekstermitas
- Atas : Tidak ada kelemahan anggota gerak,tidak ada edema,tangan
kanan terpasang infus
- Bawah : Tidak ada kelemahan anggota gerak,tidak ada edema
11. Kulit
- Inspeksi : Warna kulit sawo matang
- Palpasi : Turgor kulit baik
12. Genetalia
Bersih,tidak terpasang kateter .
C. Laboratorium
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab

Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Darah Rutin
Lekosit 9.73Rb/ul 3.8- 10.6
Eritrosit 3.01juta/L (L) 4.4 - 5.9
Hemoglobin 8.9 gr/dl (L) 13.2 - 17.3
Hematokrit 27.2 % (L) 40-52
MCV 90.4FL 80 - 100
MCH 29.7 Pg 26 - 34
MCHC 32.8 g/dl 32 - 36
Trombosit 142 Rb/ul (L) 150 - 440

Hitung jenis
Basofil % 0.6 % 0.0 - 1.0
Eosinophil % 0.9 % 2.0 - 4.0
Neutrophil % 78.6 % 50.00 - 70.0
Limfosit % 16.5 % 25.0 – 40.0
Monosit % 3.4 % 2.0 – 8.0
Kimia
Diabetes
GDS 85 mg/dl 70 – 105
Faal Ginjal
Ureum 83 mg/dl (H) 15-39
Creatinine 4.20 mg/dl (H) 0.9 – 1.3
Faal hati
SGOT 18.30 u/L 0-35
SGPT 17.60 u/l 0-35

D. Terapi Medis

Aturan
No Pogram Terapi Dosis Indikasi
Pakai
Bekerja sebagai
antiinflamasi,analgesik melalui
1. Ketorolac (iv) 30 mg 3x1 penghambatan prostaglandin
dengan menghambat enzim
cyclooxygenase
Untuk mengobati tukak lambung,
tukak duodenum,hiperasiditas
2. Ranitidine ( iv) 50 mg 2x1 lambung, erosive esofaginitis,
serta infeksi yang disebabkan oleh
bakteri H. Pylori.
Obat antibiotik untuk mengobati
infeksi. Obat ini bekerja dengan
3. Metronidazole (iv) 500mg 3x1
cara menghentikanpertumbuhan
berbagai bakteri dan parasit

Indikasi ceftriaxone adalah untuk


4. Cetiaxone (iv) 10gr 2x1 mengatasi infeksi bakteri gram
negatif maupun gram positif
Sebagai antiinflamasi atau
imunosupresan, misalnya pada
penyakit sendi inflamatori,
5. Dexametasone (iv) 5mg 3x1
meningitis bakterial, ataupun
eksaserbasi akut multiple
sklerosis.
Obat ini digunakan untuk
mengatasi hipertensi atau tekanan
6. Amlodipin (oral) 10 mg 1x1 darah tinggi dan membantu
mencegah nyeri dada pada pasien
angina pectoris.
Untuk menurunkan tekanan darah
7. Candesartan (oral) 16 gr 1x1
pada hipertensi.
8. Asam Folat (oral) 1 tab 2x1 Digunakan untuk mengatasi
berbagai kondisi yang disebabkan
karena kurangnya asupan folat,
seperti masalah hati, kecanduan
alkohol, peradangan pada dinding
saluran pencernaan, serta dialisis
ginjal. Igunakan untuk mengatasi
berbagai kondisi yang disebabkan
karena kurangnya asupan folat,
seperti masalah hati, kecanduan
alkohol, peradangan pada dinding
saluran pencernaan, serta dialisis
ginjal.
Sebagai antasida untuk mengatasi
gangguan cerna dan heart
burn atau gastroesophageal reflux
disease (GERD) yang diakibatkan
oleh naiknya asam lambung,
9. CaCO3 (oral) 1 tab 3x1
digunakan sebagai pengikat fosfat
pada pasien hemodialisis dan
sebagai suplemen kalsium untuk
mencegah dan
mengobati osteoporosis.

E. Analisa Data

No Data Fokus (SDKI) Penyebab Daignosa


Keperawatan
1. Ds : Agen pencedera Nyeri akut
-Pasien mengatakan nyeri fisisilogis (D.0077)
dibagian rahang
-Pasien mengatakan nyeri
nyeri rahang bagian bawah.
Skala nyeri 4, P = Pasien
mengatakan nyeri bertambah
saat bergerak,Q = Nyeri seperti
tertusuk,R = Skala nyeri 4,T =
Nyeri hilang timbul
Do :
-Pasien tampak menahan rasa
nyeri.
TD : 160/80 mmHg
N : 110x/menit
S : 36,8 ℃

RR : 20x/menit

2. Ds: Ketidakmamouan Resiko Defisit


-Pasien mengatakan sulit untuk untuk mencerna Nutrisi
mengunayah dan menelan makanan (D.0032)
makanan karena sulit untuk
membuka mulut rahang terasa
nyeri
Do:
-Bagian rahang tambak bengkak
Pasien tampak kesulitan untuk
bebicara
Diagnosa Keperawatan :
a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis
b. Resiko Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan

2. Perencanaan

N Dx Tujuan dan Intervensi Rasional


o Keperawatan kriteria hasil (SIKI)
(SLKI)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Managemen 1.Memberikan rasa
Agen pencedera tindakan 2x24 jam Nyeri nyaman
fisiologis diharapkan nyeri (I.08238) :
(Inflamasi) akut b.d agen cedera 2.Mengetahui atau
fisiologis 1.Fasilitasi mengkaji kebutuhan
(Inflamasi) dapat lingkungan untuk intervensi
teratasi,dengan hasil yang nyaman
: 3.Memenuhi kebutuhan
Indikator A T 2.Identifikasi cairan dalam tubuh
Nyeri 2 5 PQRST nyeri
yang 4.Mengetahui
dilaporkan 3.Berikan peningkatan nyeri atau
Ekspresi 3 5 cairan infuse ketidaknyamanan atau
wajah NaCL terjadi respon demam
Kesulitan 3 5
tidur
4.Monitor 5.Mengurangi atau
Keterangan : TTV menurunkan rasa nyeri,
1 : Meningkat menurunkan ketegangan
2: Cukup meningkat 5.Ajarkan otot dan meningkatkan
3 : Sedang teknik proses penyembuhan
4 : Cukup menurun nonfarmakolog
5 : Menurun i (kompres 6.Mengurangi atau
hangat, menurunkan rasa nyeri
distraksi
relaksasi) 7.Obat anti nyeri

6.Anjurkan 8.Menghambat produksi


jangan banyak asam lambung berlebih
bergerak

7.Berikan
injeksi
ketorolac

8.Berikan
injeksi
Ranitidine 2x1
hari
2. Resiko Defisit Setelah dilakukan Manajemen
Nutrisi b.d tindakan 2x24 jam Energi 1. Mengidentifikasi
Ketidakmampua diharapkan Resiko (I.05178) lokasi
n mencerna Defisit Nutrisi b.d 1. Monitor ketidaknyamanan dan
makanan Ketidakmampuan lokasi dan dapat memberikan
mencerna makanan ketidaknyam informasi mengenai
dapat anan selama pemulihan.
teratasi,dengan hasil melakukan 2. Membantu
: aktivitas memelihara
Indikator A T 2. Lakukan fleksibilitas dan
Kekuatan 2 5 rentang kemampuan gerak
otot gerak pasif sendi, mengurangi
mengunya dan/atau rasa nyeri pada
h aktif pasien,
Kekuatan 3 5
3. Berikan mengembalikan
otot
aktivitas kemampuan klien
menelan
Penyiapan 3 5 distraksi menggerakkan otot
makanan yang melancarkan
yang aman menyenangk peredaran darah
Penyiapan 3 5 an 3. Membantu klien
minuman 4. Anjurkan mengurangi rasa
yang aman melakukan nyeri dibagian
aktivitas rahang bawahnya
Keterangan :
secara 4. Meminimalkan atrofi
1 : Meningkat
bertahap otot, meningkatkan
2: Cukup meningkat
5. kolaborasi sirkulasi, mencegah
3 : Sedang
dengan ahli terjadinya kontraktur
4 : Cukup menurun
gizi tentang 5. Mempercepat proses
5 : Menurun
cara penyembuhan
meningkatka
n asupan
makanan
F. Pelaksanaan

No Hari, Jam Implementasi Respon Klien TTD


tanggal
1 26 Juli 18.00 1. Memfasilitasi S:-
2021 lingkungan yang O:
nyaman Pasien tampak
nyaman

2. Mengidentifikasi S:
PQRST nyeri P = Pasien
mengatakan nyeri
bertambah saat
bergerak
Q = Nyeri seperti
tertusuk
R = Skala nyeri 4
T = Nyeri hilang
timbul
O:
Pasien kooperatif dan
mau menjawab jika
ditanya

3. Memberikan cairan S:-


infus NaCL O : Pasien kooperatif
dengan perawat

4. Memonitor TTV S:-


O:
TD : 160/80 mmHg
N : 110x/menit
S : 36,8oC
RR : 20x/menit

5. Mengajarkan teknik S : Pasien mengatakan


nonfarmakologi nyerinya sedikit
(distraksi relaksasi) berkurang dengan
skala 2
O : Pasien kooperatif
dan mau menjawab
jika ditanya
6. Menganjurkan jangan
banyak bergerak S:-
O : Pasien kooperatif
dengan perawat
7. Memberikan injeksi
ketorolac 2x1 hari S:-
O : Pasien kooperatif
8. Memberikan injeksi dengan perawat
Ranitidine 2x1 hari
S:-
9. Memberikan injeksi O : Pasien kooperatif
santagesik 3x1 hari dengan perawat

S:-
O : Pasien kooperatif
dengan perawat
2. 26 Juli 18.00 1. Memonitor lokasi dan S:-
2021 ketidaknyamanan selama O:- Pasien kooperatif
melakukan aktivitas dan mau menjawab
2.Melakukan rentang gerak jika ditanya
pasif dan/atau aktif S:
3.Memberikan aktivitas O: Pasien kooperatif
distraksi yang dengan perawat
menyenangkan S:-
4.Mengnjurkan melakukan O :- Pasien kooperatif
aktivitas secara bertahap dengan perawat
5.Kolaborasi dengan ahli S:-
gizi tentang cara O:- Pasien kooperatif
meningkatkan asupan dengan perawat
makanan

G. Evaluasi

No Jam Evaluasi Paraf


1 27 Juli S : Pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang
2021 dengan skala nyeri 3
Pukul P = Pasien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
18.00 Q = Nyeri seperti tertusuk
R = Skala nyeri 3
T = Nyeri hilang timbul

O : Pasien terlihat lemas


Tingkat Nyeri (L.08066) :
Indikator A T Evaluasi
Nyeri yang 2 5 4
dilaporkan
Ekspresi 3 5 4
wajah
Kesulitan 3 5 4
tidur

TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 C
RR : 22x/menit
GDS :85mg/dl
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Managemen nyeri

2. 26 Juli S: -Pasien mengatakan sudah mulai bisa untuk


2021 mengunayah dan menelan makanan
O: -Bagian rahang masihh tampak bengkak
- Pasien tampak mulai bisa berbicara walaupun
dengan pelan
- Mulai tampak bisa menelan makanan yang halus
Status Nutrisi L.03030
Indikator A T Evaluasi
Kekuatan otot
2 5 4
mengunyah
Kekuatan otot
3 5 4
menelan
Penyiapan makanan
3 5 5
yang aman
Penyiapan minuman
3 5 5
yang aman

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
- Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

BAB III
PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang. Gejala yang paling umum adalah demam, nyeri dan pembengkakan di bawah rahang
pada satu atau kedua sisi yang dirasakan nyeri. .Lamanya gejala ini bervariasi antara 12 jam
sampai 28 hari dengan rata-rata 5 hari. Gejala lain yang dapat timbul adalah perubahan
suara, odinofagia, disfagia dan trismus. Pasien dapat menjadi dehidrasi karena kurangnya asupan
nutrisi dan cairan.1,2 Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat sakit gigi, faktor predisposisi
seperti diabetes melitus, imunodefisiensi, riwayat penyalahgunaan obat dan terapi yang telah
diberikan kepada pasien.1,2,10,13 Gejala dapat bervariasi tergantung dari progresivitas
penyakit. Dari 50 pasien abses leher dalam sebanyak 96% pasien mengeluh adanya
pembengkakan, sebanyak 92% pasien mengeluh nyeri dan 66%pasien mengeluh demam.6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paolo Rizzo pada tahun 1998-2006 di Rumah Sakit
Treviso, Italia, gejala klinis yang sering terjadi pada pasien dengan abses submandibula adalah
prmbengkakan pada leher dan sulit menelan .  Pemeriksaan elektrolit darah diperlukan untuk
menilai keseimbangan elektrolit yang mungkin terjadi akibat gangguan asupan cairan dan
nutrisi.5 Pada abses leher dalam harus dilakukan pemeriksaan kultur bakteri dan uji sensitivitas
terhadap antibiotika.Aspirasi pus untuk kultur dan uji sensitivitas harus dilakukan sebelum
pemberian antibiotika secara empiris.Sedapat mungkin dilakukan kultur aerob dan anaerob. Pus
dari aspirasi akan memberikan hasil kultur yang paling akurat. Hasil kultur yang negatif dapat
memberi kesan bahwa penyebab abses leher dalam adalah infeksi oleh bakterianaerob.

Gejala pada pasien ini adalah bengkak dan nyeri dibawah rahang kiri hingga di bawah
dagu yang disertai demam dan trismus. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rana
dkk ,bahwa gejala berupa bengkak dan nyeri merupakan keluhan utama sebagian besar dari
abses leher dalam. Dari 50 pasien abses leher dalam sebanyak 96% pasien mengeluh adanya
pembengkakan, sebanyak 92% pasien mengeluh nyeri dan 66%pasien mengeluh demam.Paolo
Rizzo menyatakan gejala klinis yang sering terjadi pada pasien dengan abses submandibula
adalah pembengkakan pada leher (98,8%) dan sulit menelan (35,8%). Gejala lain yang sering
ditemukan adalah 23,5% pasien mengeluh demam, 24,7% mengeluh nyeri dan 17,3% pasien
mengeluh adanya trismus.

Orodental hygiene yang buruk dan adanya infeksi yang berasal dari gigi merupakan
faktor predisposisi pada pasien ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paolo Rizzo pada
tahun 1998-2006 di Rumah Sakit Treviso, Italia, penyebab tersering abses submandibula
adalah infeksi pada gigi (46,9%). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rana dkk, bahwa infeksi yang berasal dari gigi merupakan penyebab tersering dari
abses leher dalam yaitu 48%.Paolo Rizzo menyatakan bahwa pada pemeriksaan laboratorium
dapat ditemukan lekositosis. Pada pasien ini terdapat lekositosis dengan jumlah 26.610/µL.
Paolo Rizzo juga menyatakan bahwa pada 37% pasien abses submandibula terdapat
peningkatanjumlah lekuosit di atas 12.000/µL. Pemeriksaan leukosit secara serial
merupakan carra yang baik untuk menilai respons terapi. Pada pasien ini jumlah lekuosit
berangsur- angsur menurun mendekati normal.

Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pasien
didiagnosis dengan abses submandibula sinistra.dengan perluasan ke submentalis. Salah satu
penyebaran infeksi pada abses submandibula yang dapat terjadi adalah ke ruang submental.
Ruang ini adalah ruang fasia kepala dan leher yang merupakan ruang potensial terletak antara
otot milohioid superior , otot platisma inferior, terletak digaris tengah bawah dagu . Ruang ini
terletak tepat di wilayah segitiga submental , bagian dari segitiga anterior leher. Abses dari
gigi molar mandibula kedua dan ketiga dapat melubangi mandibula dan menyebar ke dalam
ruang submandibula dan submental.

Sebagian besar penyebab abses leher dalam adalah polimikrobial termasuk bakteri
anaerob dan aerob. Namun pada pasien ini tidak terdapat pertumbuhan bakteri pada hasil
kulturnya. Hal ini dapat disebabkan karena spesimen berupa cairan pus yang tidak adekuat
untuk pemeriksaan kultur bakteri karena hanya mengandung bakteri mati dan jaringan
nekrotik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Paolo Rizzo , terdapat 39 pasien yang hasil
kultur bakterinya tidak ditemukan pertumbuhan bakteri, dan hanya pada beberapa kasus yang
ditemukan pertumbuhan bakteri anaerob. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan mikrobiologi yaitu pemberian antibiotika sebelumnya, pemberian antibiotik
intravena dengan dosis tinggi sebelum dilakukan drainase,pengumpulan spesimen yang
tidak tepat, serta kesulitan dalam kultur anaerob

DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

(Khaerunnisa, R., & Nindya, T. (2019). MANAJEMEN KEDARURATAN DENTAL PADA


ABSES SUBMANDIBULA DEXTRA ET CAUSA NEKROSIS PULPA GIGI 44. Medika
Kartika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 3(1), 62-70.)

(Santosa, A. (2018). Abses Submandibula dengan Komplikasi Mediastinitis. WMJ


(Warmadewa Medical Journal), 2(2), 77-81.)

Imanto M. Evaluasi Penatalaksanaan Abses Leher Dalam Di Departemen THT-KL


Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2012– Desember 2012. Juke Unila .
2015; 5(9): 33-37.

Anda mungkin juga menyukai