Disusun Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Profesi Ners
Disusun oleh:
Kasriani
2020206031
MORBUS HANSEN
1.1 DEFINISI
Kusta atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang
menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan, yang disebabkan oleh
Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai
penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya
bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh universitas Texas pada tahun 2008, yang
menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih
Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang
1.2 ETIOLOGI
merupakan bakteri tahan asam, berbentuk batang gram positif, tidak dapat dikultur
pada media buatan, aerob dan bersifat obligat intraseluler. Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Gerhard Armauer Hansen pada tahun 1873. (Lee dkk., 2012;
Sekar, 2010)
mikron dan diameter 0,3 mikron dengan sisi paralel dan ujung yang membulat. M.
4
leprae hidup dalam sel terutama jaringan bersuhu dingin dan membelah secara
suhu 270C hingga 300C (Eichelmann dkk., 2013; Sekar, 2010). Kuman ini
mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwann cell) dan sel sistem
ikatan cerutu, sehingga disebut packet of cigars (globi) yang terletak intraseluler
( Depkes RI, 2020 ) Menyatakan Kusta atau lepra disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya
melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak,
yang keluar saat batuk atau bersin. Kusta dapat menular jika seseorang terkena
percikan droplet dari penderita kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama.
Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang
lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk
berkembang biak di dalam tubuh penderita. Perlu dicatat, seseorang dapat tertular
kusta jika mengalami kontak dengan penderita dalam waktu yang lama. Seseorang
tidak akan tertular kusta hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau bahkan
berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin
yang dikandungnya.
Selain penyebab di atas, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko
simpanse
1.3 KLASIFIKASI
kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satu dengan
langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi
sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya. Gangguan sensibilitas
sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( - ).
sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit
adalah :
1. Tipe Tuberkoloid ( TT )
b Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas,
regresi, atau, kontrol healing ( + ).
c Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan
psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba,
TT.
c. Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi
e. Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oral pada
tubuh. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodus
melekuk bagian tengah, beberapa plag tampak seperti punched out. Tanda khas
gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf
5. Tipe Lepromatosa ( LL )
a. Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas
tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
tingkat bawah.
c. Stadium lanjutan :
d. Lebih lanjut
1) Deformitas hidung
e. Stadium lanjut
Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis menyebabkan
6. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley &
Jopling)
interstitial.
1.5 PATOFISIOLOGI
telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Terdapat
bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman Mycobacterium
lepraemenderitakusta, Iklim (cuaca panas dan lembab) diet, status gizi,status sosial
ekonomi dan genetikJuga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan
dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu. Faktor ketidak cukupan
gizi juga diduga merupakan faktor penyebab Penyakit kusta dipercaya bahwa
sehat. Dalam penelitian terhadap insiden, tingkat infeksi untuk kontak lepra
lepramatosa beragam dari 6.2 per 1000 per tahun di Cebu,Philipina hingga 55.8 per
adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepramatosa
Hal ini menbentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar
melalui kelenjarkeringat.
ditemukan oleh Schaffer pada tahun 1898. Jumlah bakteri dari lesi mukosa hidung
Pintu masuk dari Mycobacterium leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda
tanya. Saat ini diperkirakan kulit dan pernafasan atas menjadi gerbang masuknya
bakteri.
minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi. Masa inkubasi maksimum
veteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah
ke daerah non endemik. Secara umum telah ditetapkan masa inkubasi rata-rata dari
1.6 KOMPLIKASI
Kecacatan merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik
akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi
kusta (Arif Mansjoer, 2009). Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta
a.Mati rasa.
c.Gagal ginjal.
g.Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang, termasuk
Pemeriksaan hapusan sayatan kulit atau kerokan kulit atau slit skin smear
merupakan pemeriksaan sediaan yang diperoleh melalui irisan kecil pada kulit yang
rutin yang disarankan adalah 2 atau 3 lokasi yaitu cuping telinga kanan dan kiri
pemeriksaan hapusan sayatan kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
kelengkapan alat dan bahan seperti reagan dan mikroskop yang berfungsi dengan
multidrug therapy (MDT) yang terdiri dari rifampisin, dapson dan klofazimin untuk
2009). Regimen PB dengan lesi kulit 2-5 terdiri atas rifampisin 600 mg sebulan
sekali ditambah dapson 100mg/hari selama 6 bulan. Regimen MB dengan lesi kulit
lebih dari 5 buah, terdiri atas kombinasi rifampisin 600mg sebulan sekali, dapson
100 mg/hari ditambah klofazimin 300 mg/sebulan dengan lama pengobatan 12
bulan. Regimen PB dosis tunggal terdiri atas rifampisin 600 mg ditambah dengan
ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg (ROM) dosis tunggal (Yawalkar, 2009).
A.PENGKAJIAN
sebagai berikut:
1. Riwayat Kesehatan
muncul ?
b. Riwayat alergi
c. Riwayat operasi
3. Kebiasaan
a. Merokok
b. Alkohol
c. Obat-obatan
4. Riwayat keluarga/Genogram
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan kultur jamur
c. Pemeriksaan hapusan sayatan kulit atau kerokan kulit atau slit skin smear
B. Diagnosa Keperawatan
Manurut NANDA (2015)terdapat enam (6) diagnosa keperawatan pada kasus kusta
antara lain :
prosesinflamasi.
fungsi tubuh.
c. Intervensi Keperawatan
intervensi yang dilakukan untuk empat (4) diagnose keperawatan antara lain :
(PQRST).
2) Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab dan berapa lama nyeri
akan dirasakan.
meningkatkan nyeri.
7) Anjurkan pasien untuk mandi dengan menggunakan sabun dan air hangat.
8) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya.
13) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.
14) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
d. Implementasi Keperawatan
tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status
subyektif dan obyektif dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain.
Selain itu, evaluasi juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status
terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil yang diharapkan.
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7.
Vol. 3. Jakarta : EGC
Definisi : Etiologi :
Klasifikasi :
Kusta atau Morbus Hansen adalah Kusta atau lepra disebabkan oleh bakteri
penyakit infeksi bakteri kronis yang Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat WHO membagi menjadi dua
menyerang jaringan kulit, saraf tepi, menular dari satu orang ke orang lainnya kelompok
serta saluran pernapasan, yang melalui percikan cairan dari saluran 1. Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
disebabkan oleh kuman pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, 2. Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
mikrobakterium laprae ( Depkes yang keluar saat batuk atau bersin. ( Depkes
RI,2020) RI, 2020 )
Komplikasi :
Manifestasi Klinis :
a.Mati rasa. Gambaran klinis organ lain :
b.Kebutaan atau glaukoma. 1) Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan
c.Gagal ginjal. visus sampai kebutaan
d.Disfungsi ereksi dan kemandulan 2) Tulang rawan : epistaksis, hidung
pada pria. MORBUS HANSEN
pelana
e.Perubahan bentuk wajah. 3) Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi,
f.Kerusakan permanen pada bagian artritis
dalam hidung. 4) Lidah : ulkus, nodus
g.Kerusakan saraf permanen di luar 5) Larings : suara parau
otak dan saraf tulang belakang, 6) Testis : ginekomastia, epididimitis
termasuk pada lengan, tungkai kaki, akut, orkitis, atrofi
dan telapak kaki 7) Kelenjar limfe : limfadenitis
8) Rambut : alopesia, madarosis
9) Ginjal:glomerulonefritis,
amilodosis ginjal, pielonefritis,
Diagnosa Keperawatan : nefritis interstitial.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan hapusan sayatan kulit 1) Kerusakan integritas kulit.
2) Nyeri kronik
atau kerokan kulit atau slit skin smear
3) Intoleransi aktifitas.
merupakan pemeriksaan sediaan yang
4) Gangguan citra tubuh.
diperoleh melalui irisan kecil pada kulit 5) Ansietas
yang kemudian diberikan pewarnaan 6) Kurang pengetahuan
tahan asam untuk melihat M. leprae.