Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN COLIC RENAL

Disusun oleh :
Dwi andriyani
Nim : 92022040042

PROGRSM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN NY.E DENGAN DIAGNOSA KOLIK RENAL

DI RUANG IGD RSUD MASOHI

DI SUSUN OLEH :

MILA AMELIA TUAHUNS


NIM : P07123016104

MENGESAHKAN,

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

(…………………………) (……………………………)

NIP : NIP :
LAPORAN PENDAHULUAN

KOLIK RENAL

1. Definisi
Kolik renal adalahnyeri yang disebabkanolehobstruksiakut di ginjal, pelvis ranalatau
ureter olehbatu. Nyeriinitimbulakibatperegangandanspasmeotot-ototpolospada system
pelviokalisesginjaldan ureter sebagaiusahauntukmengatasiobstruksi.
Istilahkoliksebetulnyamengacupadanyeriyang hilang timbul(intermittent) dan bergelombang 
seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun padakolik renal nyeri biasanya konstan.
Nyeridirasakan di flank area
yaitudaerahsudutkostovertebratakemudiandapatmenjalarkedindingdepan abdomen, ke
region inguinal, hinggakedaerahkemaluan. Nyerimuncultiba-
tibadanbisasangatberatsehinggadigambarkansebagainyeriterberat yang
dirasakanmanusiaseumurhidup. Kolik renal seringdisertaimualdanmuntah, hematuria
dandemambiladisertaiinfeksi. (Stoller, 2010)
2. Etiologi
MenurutStoller (2010)penyebabataufaktorpredisposisidarikolik renal adalahsebagaiberikut :
a. Batu ginjal
b. Peradangan pada ginjal
c. Papila ginjal yang rusak (diabetes, penyakit sel sabit)
d. Kolik akibat bekuan darah (diastesis perdarahan)
e. Kolik akibat tumor.
3. ManifestasiKlinis
Gejala utama kolik renal ini adalah nyeri dengan onset akut dan intensitas berat,
unilateral yang berawal dari daerah pinggang atau daerah flank yang menyebar ke labia pada
wanita dan pada paha atau testis pada laki-laki. Nyeri berlangsung beberapa menit atau jam,
dan terjadi spasme otot bersifat hilang timbul. Nyeri biasanya sangat berat dan merupakan
pengalaman buruk yang pernah dialami pasien. Derajat keparahan nyeri tergantung pada
derajat obstruksi dan ukuran batu. Posisi batu juga berhubungan dengan penyebaran nyeri.
Kolik biasanya disertai dengan mual, muntah, sering BAK, disuria, oliguria dan hematuria
(Stoller, 2010).a
Kolik renal muncul oleh karena hasil dari obstruksi saluran kemih oleh batu pada area
anatomi yang sempit di ureter, Pelvic Ureter Junction (PUJ), Vesico Ureteric Juntion (VUJ).
Lokasi nyeri berhubungan dengan prediksi letak batu namun bukan merupakan hal yang
akurat. Nyeri biasanya dengan derajat berat pada daerah sudut kostovertebra dan menyebar
sepanjang ureter dan gonad (Stoller, 2010).
4. Pathway

5. PemeriksaanPenunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukanmenurut(Purnomo, 2011)
adalah :
a. Urinalisa
Urin dipstik dapat digunakan untu menegakkan suatu diagnosa kolik renal dan untuk
mengeksklusi infeksi. Biasanya ditemukan hematuria yaitu terdapatnya eritrosit pada
urinalisa yang mendukung suatu diagnosa akut kolik renal. Jika tidak ditemukan
hematuria bukan berarti diagnosa ini dapat dieksklusi. Sedangkan adanya nitrit dan
leukosit esterase pada urin menandakan suatu infeksi.
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, kimia darah (ureum,
kreatinin, asam urat), dan urin lengkap.
c. Radiologis
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan rontgen Blass Nier Overzicht (BNO) dan
ultrasonografi (USG) abdomen. Hasilnya pada rontgen BNO didapatkan tampak
bayangan radioopaque pada pielum ginjal.
d. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu
radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat
radiopak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asama urat
bersifat non-opak (radiolusen).
e. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu
PIV dapat mendeteksi adanya batuk semiopak ataupun batu non-opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem
saluran kemih akibat adanya penurunan fungis ginjal sebagai gantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograde.
f. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada
keadaan-keadaan : alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita
yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di
bulibuli, hidronefrosis, pionefrosis

6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Manajemenkolik renal menurutyaitudenganmemberikan analgesik yang adekuat
sehingga tercapai penurunan skor nyeri.Beberapa obat yang dapat digunakansebagai
terapi kolik renalmenurut(Prabowo & Pranata, 2014) yaitu :
1) NSAIDS
NSAIDS bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Kemudian
NSAIDS mencegah vasodilatasi arteri afferent dan meningkatkan permiabilitas
vaskuler sehingga menyebabkan diuresis dan peningkatan tekanan pada pelvis
renal. NSAIDS juga berperan dalam mengurangi edema, inflamasi dan aktivitas
otot ureter. Cyclooxygenase inhibitor berfungsi pada kolik renal akut yaitu dalam
mengatasi inflamasi dan edema oleh karena BSK. COX-2 inhibitor selective
bekerja dengan cara menurunkan tekanan atau kontraksi melalui penghambatan
aksi yang dimediasi oleh calsium channel. Pada penelitian sebelumnya dilaporkan
bahwa diclofenac dan celecoxib tidak memiliki efek expulsi terhadap batu.
2) Kortikosteroid
Berperan sebagai antiinflamasi untuk memfasilitasi expulsi batu. Prednisone 10
mg 2 x sehari selama 5 hari tanpa menurunkan dosis. Dapat 12 dikombinasikan
dengan Calsium Chanel Blocker (CCB) atau alpha blocker. Hal ini berguna dalam
mereduksi waktu batu untuk keluar oleh karena terlalu besar serta mereduksi
reaksi inflamasi.
b. Non-Farmakologi
Terapi Diet dapatditerapkanpadapasiendenganRenal Colicyaknidenganmengonsumsi
Makan makanan kaya vitamin A. Hindari makanan kaya oxalate seperti kacang-
kacangan, lobak, arbei, seledri, cokelat, anggur, cabe hijau, bayam, strawberries,
summer squash, dan teh. Makan apel dan semangka. Kurangi jumlah makanan kaya
kalsium-susu, keju, mentega, susu dan makanan lainnya.

A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal-hal yang perludikajidalammemberikanasuhankeperawatanpadapasiendengankolik
renal menurut(Prabowo & Pranata, 2014) yaitu :
a. Identitas
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa/ras, status, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan,tanggalmasukrumahsakit, tanggalpengkajiandan alamat.Tidak factor jenis
kelamin dan usia yang signifikan dalam proses pembentukan batu. Namun, angka
kejadian urolgitiasis dilapangan sering kali terjadi pada laki-laki dan pada masa usia
dewasa. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup, aktifitas, dan geografis (Prabowo &
Pranata, 2014)
b. KeluhanUtama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien dibawa
atau datang ke Rumah Sakit(Prabowo & Pranata, 2014).
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi nyeri/kolik renalataunyeripadadaerahpinggan(Prabowo &
Pranata, 2014).
d. Pola psikososial
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri hebat)
pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi social tidak
terjadi karena bukan merupakan penyakit menular (Prabowo & Pranata, 2014).
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Padakliendengankolik renal seringdijumpai :
1) Penurunan aktifitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot, tetapi
dikarenakan gangguan rasa nyaman (nyeri). Kegiatan aktifitas relative dibantu
oleh keluarga,misalnya berpakaian, mandi makan,minum dan lain
sebagainya,terlebih jika kolik mendadak terjadi (Prabowo & Pranata, 2014).
2) Terjadi mual mutah karena peningkatan tingkat stres pasien akibat nyeri hebat.
Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi ph pencernaan yang asam akibat
sekresi HCL berlebihan. Pemenuhan kebutuhan cairan sebenarnya tidak ada
masalah. Namun, klien sering kali membatasi minum karena takut urinenya
semakin banyak dan memperparah nyeri yang dialami(Prabowo & Pranata, 2014).
3) Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti
oleh penyakit penyerta lainnya(Prabowo & Pranata, 2014).

f. Pemeriksaan fisik
Anamnese tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat. Oliguria,
disuria, gross hematuria menjadi ciri khas dari urolithiasis.
Takikardijugaseringditemukanakibat nyeri yang hebatpada pinggang (Prabowo &
Pranata, 2014).
1) Keadaan umum Pemeriksaan fisik pasien dengan kolik renal
biasanyadijumpaiwajahmeringis
2) Tanda-tanda vital Kesadaran tidakadaperubahan yang berarti
3) Pemeriksaan fisik persistem
a) Sistem persyarafan, kajitingkat kesadaran, GCS, reflex bicara.
b) Sistem penglihatan, termasuk penglihatan pupil isokor, dengan reflex cahaya
(+)
c) Sistem pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas
d) Sistem pendengaran, biasanyatidak ditemukan gangguan pada sistem
pendengaran
e) Sistem pencernaan, kajikeadaanmulut dan tenggorokan: mulaidariFungsi
mengunyah dan menelan, danBising usus
f) Sistem abdomen,seringdijumpai adanya nyeri tekan abdomen, teraba massa
keras atau batu, nyeri ketok pada pinggang Sistem reproduksi tidak ada
masalah/gangguan pada sistem reproduksi
g) Sistem kardiovaskuler, tidak ditemukan gangguan pada sistem kardiovaskular
h) Sistem integumen, biasanyatidakditemukanmasalah
i) Sistem muskuluskletal, biasanyadijumpaimengalami intoleransi aktivitas
karena nyeri yang dirasakan yang melakukan mobilitas fisik tertentu
j) Sistem perkemihan, seringdijumpaiadanya nyeri yang hebat, nyeri ketok pada
pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika dan gangguan pola berkemih

2. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan kolik renal Menurut
(Prabowo & Pranata, 2014).berdasarkan pedoman SDKI (PPNI, 2016) adalah sebagai
berikut :
a. Nyeri Akut b.d agen pencederafisiologis
b. Gangguan Pola tidur b.d nyeri
3. PerencanaaKeperawatan
Rencana keperawatan pada klien obstruksi ileus paralitik dengan pedoman buku NIC oleh
(Bulechek et al, 2013) dan buku NOC oleh (Moorhead et al, 2013)
Diagnosa
Tujuan&KriteriaHasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen KontrolNyeri  ManajemenNyeri
pencederafisiologis Setelahdilakukantindakankeperaw 1. Lakukanpengkajiannyerisecarakompre
atanselama 2x24 jam hensif
diharapkanmasalahkliendapatterat 2. Observasiadanyapetunjuk nonverbal
asidenganKH : mengenaiketidaknyamanan
1. Menggunakantindakanpengura 3. Ajarkantekniknonfarmakologi
ngannyeritanpa analgesic (relaksasinafasdalam)
2. Menggunakan analgesic yang 4. Berikan analgesic sesuairesepdokter
direkomendasikan
3. Melaporkanperubahannyeripad
a professional kesehatan
Gangguan pola tidur Tidur PeningkatanTidur
b.d nyeri Setelahdilakukantindakankeperaw ManajemenNyeri
atanselama 2x24 jam 1. Bantu
diharapkanmasalahkliendapatterat klienuntukmenghilangkansituasi stress
asidenganKH : sebelumtidur
1. Tidakadagangguanpolatidur 2. Ciptakanlingkungan yang
2. Tidakadagangguandalamkuali nyamanuntukmeningkatkantidur
tastidur 3. Diskusikandenganpasiendankeluarga
3. Klienmerasasegarsetelahtidur mengenaiteknikuntukmemancingatau
4. Tidakadagangguannyeri meningkatkantidur
4. Terapkanlangkah-
langkahkenyamanansepertipijatdanpan
gaturanposisi
5. Ajarkantekniknonfarmakologiuntukm
enguranginyeri
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G. M., Butcher H. K., Dochterman J. M & Wagner C. M. (2013) Nursing Interventions
Classification (NIC). 6 Edition. Singapore : Elsevier

Moorhead S., Johnson M., Maas M. L & Swanson E. (2013). Nursing Outcomes Classification
(NOC). 5 Edition. Singapore : Elsevier Keperawatan S

Prabowo&Pranata. (2014). Buku AjarAsuhan Sistem Perkemihan. Edisi 1.Yogyakarta : Nuha Medika

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Purnomo, B.(2011).Dasar-Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta : CV. SagungSeto

Smeltzer& Bare. (2013). KeperawatanMedikalBedah Brunner &Suddarth. Jakarta : EGC

Stoller (2010). Smith’s general Urology. Edisi 17. New York : LANGE medical book, MC Graw Hill

Anda mungkin juga menyukai