FOURNIER GANGREN
DI RUANG 14
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR
Oleh:
2016.01.029
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2019
A. Definisi
B. Etiologi
Trauma bedah aksidental ataupun disengaja dan adanya benda asing juga
dapat menyebabkan penyakit. Pada wanita, sepsis aborsi, abses vulva atau
kelenjar Bartholini, histerektomi, dan episiotomi dapat dicurigai sebagai penyebab
FG. Pada pria, seks anal dapat meningkatkan risiko infeksi perineum, baik dari
trauma tumpul langsung atau dengan penyebaran mikroba dari rektal. Sedangkan
pada anak-anak yang bisa menyebabkan FG seperti sirkumsisi, strangulasi hernia
inguinalis, omphalitis, gigitan serangga, trauma, perirektal abses dan infeksi
sistemik.
C. Manifestasi Klinis
Ciri Fournier gangren adalah rasa sakit dan nyeri tekan di alat kelamin.
Perjalanan klinis biasanya berlangsung melalui tahap-tahap berikut:
• Gejala prodromal demam dan letargi, yang muncul dalam 2-7 hari
• Rasa sakit dan nyeri tekan yang berhubungan dengan edema pada kulit
di atasnya yang disertai pruritus
• Meningkatkan nyeri genital dengan eritema dikulit atasnya
• Gambaran duski di kulit atasnya (subkutan krepitasi)
• Gangren jelas dari bagian alat kelamin disertai drainase purulen dari luka
Pada awal perjalanan penyakit, rasa sakit tidak sesuai dengan temuan fisik.
Gangren dapat berkembang, tetapi nyeri dapat hilang akibat jaringan saraf
menjadi nekrotik. Efek sistemik dari proses ini bervariasi dari nyeri lokal tanpa
disertai syok septik dan kemerahan. Secara umum, semakin besar derajat
nekrosis, yang lebih mendalam efek sistemik.
Pada Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah palpasi dari alat
kelamin, perineum dan pemeriksaan colok dubur, untuk menilai tanda-tanda
penyakit dan untuk mencari potensi masuknya portal infeksi. Dapat juga
ditemukan krepitasi jaringan lunak, nyeri lokal, ulkus yang disertai eritem, edema,
sianosis, indurasi, blister, maupun gangren. Dari inspeksi kulit tersebut dapat
menentukan derajat dari bau amis ditimbulkan akibat infeksi dari bakteri anaerob
dan krepitasi yang disebabkan mikroorganisme Clostridium yang dapat
memproduksi gas. Gejala sistemik dapat terjadi seperti demam, takikardia dan
hipotensi.
D. Patofisiologi
Infeksi lokal berdekatan dengan portal masuk adalah dasar terjadinya FG.
Pada akhirnya, suatu endarteritis obliterative berkembang menyebabkan kulit,
subkutan dan pembuluh darah menjadi nekrosis kemudian berlanjut iskemia lokal
dan proliferasi bakteri. Tingkat kerusakan fasia dapat mencapai 2-3 cm/jam.
Infeksi fasia perineum (fasia colles) dapat menyebar ke penis dan skrotum melalui
fasia buck dan dartos, atau ke dinding perut anterior melalui fasia scarpa, atau
sebaliknya. Fasia colles melekat pada perineum dan diafragma urogenital secara
posterior dan pada ramus pubis secara lateral, sehingga membatasi perkembangan
ke arah ini. Keterlibatan testis jarang, karena arteri testis berasal langsung dari
aorta dan dengan demikian memiliki suplai darah terpisah dari area infeksi.
3. Radiografi
Pada radiografi, hiperlusen menunjukkan adanya gas pada soft tissue
yang terdapat di region skrotum atau perineum. Emfisema subkutis
dapat terlihat di regio inguinal, skrotum, perineum, dinding anterior
abdomen, dan paha. Radiografi dapat menunjukkan adanya udara di
soft tissue sebelum secara klinis menunjukkan krepitasi, dan
ketidakberadaannya pada pemeriksaan fisik tidak menyingkirkan
diagnosis Fournier gangren. Radiografi juga menunjukkan
pembengkakan yang signifikan pada soft tissue skrotum. Gas pada
fascia yang dalam jarang terlihat pada radiografi.
Gambar 2. Fournier gangrene pada laki-laki usia 32 tahun
dengan riwayat nyeri pada testis dan infeksi pada kulit.
4. Ultrasonografi
USG dapat mendeteksi adanya Fournier gangren dengan menunjukkan
penebalan pada dinding dan gambaran hiperechoik, sehingga
menyebabkan adanya shadow yang kotor yang menunjukkan adanya gas
pada dinding skrotum. Kadangkala nampak pula gambaran hidrocele
unilateral atau bilateral. Testis dan epididimis seringkali ditemukan
dalam ukuran dan echostruktur yang normal karena terpisahkan oleh
aliran darah. Vaskularisasi testis seringkali bertahan karena aliran darah
ke skrotum berbeda dengan aliran darah ke testis.
USG juga bermanfaat untuk membedakan Fournier gangren dengan
hernia inkaserata inguinoskortal. Di lain kondisi, gas diobservasi pada
obstruksi lumen usus, jauh dari dinding skrotum.
G. Pentalaksanaan Medis
Prinsip terapi pada gangren Fournier ada terapi suportif memperbaiki
keadaan umum pasien, pemberian antibiotik, dan debridemen. Pengobatan
Fournier gangren melibatkan beberapa modalitas. Pembedahan diperlukan untuk
diagnosis definitif dan eksisi jaringan nekrotik. Pada pasien dengan gejala
sistemik terjadi hipoperfusi atau kegagalan organ, resusitasi agresif untuk
memulihkan perfusi organ normal harus lebih diutamakan daripada prosedur
diagnostik. Dengan demikian, pengobatan pasien dengan gangren Fournier
meliputi resusitasi agresif dalam mengantisipasi operasi.
1. Antibiotik
Pengobatan Fournier gangren melibatkan antibiotik spektrum luas terapi
antibiotik. Spektrum harus mencakup staphylococci, streptokokus,
Enterobacteriaceae organisme, dan anaerob. Dimana secara empiris
ciprofloksasin dan klindamisin dapat digunakan. Klindamisin sangat
berguna dalam pengobatan nekrosis jaringan lunak infeksi karena
spektrum gram positif dan anaerob. Klindamisin telah terbukti untuk
menghasilkan tingkat respons unggul daripada penisilin atau eritromisin.
2. Debridemen
Tujuan debridemen adalah mengangkat seluruh jaringan nekrosis
(devitalized tissue) sebelum dilakukan debridement sebaiknya dicari
sumber infeksi dari uretra atau dari kolorektal dengan melakukan
uretroskoi atau proktoskopi. Kadang-kadang perlu dilakukan diversi urine
melalui sistotomi atau diversi feces dengan melakukan kolostomi. Setelah
nektrotomi, dilakukan perwatan terbuka dan kalau perlu pemasangan pipa
drainase. Setelah 12 dan 24 jam lagi dilakukan evaluasi untuk menilai
demarkasi jaringan nekrosis dan kalau perlu dilakukan operasi ulang.
Debridement yang kurang sempurna seringkali membutuhkan operasi
ulang.
3. Oksigen Hiperbarik
Oksigen hiperbarik (HBO) telah digunakan sebagai tambahan dalam
pengobatan gangren Fournier. Protokol yang biasa digunakan antara lain :
ismultiple sesi sebesar 2,5% 90min dan atmfor 100 oksigen inhalasi
setiap 20 menit. HBO meningkatkan kadar tekanan oksigen dalam
jaringan dan memiliki efek menguntungkan berbagai penyembuhan luka.
Oksigen radikal bebas adalah jaringan dari hipoksik yang dibebaskan,
yang secara langsung beracun terhadap bakteri anaerob. Aktifitas
fibroblast meningkat dengan angiogenesis berikutnya mengarah ke
penyembuhan luka dipercepat.
4. Rekonstruksi Bedah
Tergantung pada tingkat cacat kulit, pilihan dalam rekonstruksi menjahit,
ketebalan kulit perpecahan pencangkokan, atau vaskularisasi
miomukotaneus pedikel. Cacat kecil dapat ditutup oleh penjahitan primer,
terutama dikulit yang lentur seperti pada skrotum. Kecacatan besar biasa
paling sering timbul saat pencangkokan kulit. Kulit kaki yang sehat,
pantat, dan lengan dapat digunakan untuk pencangkokan. Cacat pada kulit
batang penis harus terhindar dari pencangkokkan untuk mencegah
pembentukan bekas luka fibrosis karena berhubungan dengan masalah
ereksi.
H. Komplikasi
Sepsis mungkin karena debridemen yang tidak lengkap, infeksi sistemik,
atau respon yang kurang baik. Banyak pasien yang gagal karea kekebalan organ
yang merupakan konsekuensi paling ditakuti sepsis yang belum terselesaikan dan
biasanya melibatkan paru, kardiovaskular, sistem ginjal, koagulopati, kolesistitis
acalculous, dan cedera serebrovaskular juga telah. Miositis dan mionekrosis dari
paha atas dapat terjadi sebagai akibat sepsis yang berasal dari kantong testis
subkutan saat dilakukan debridemen. Komplikasi akhir meliputi:
a) Chordee, ereksi yang menyakitkan, dan disfungsi ereksi
b) Infertilitas akibat memindahkan testis di paha kantong (suhu tinggi)
c) Karsinoma sel skuamosa pada jaringan parut
d) Imobilisasi dengan kontraktur yang lama
e) Perubahan sekunder pada perubahan tubuh karena gangguan depresi
dismorfik
f) Lymphodema dari kaki sekunder untuk debridement panggul yang
selanjutnya thrombophlebitis.
I. PATHWAY
Faktor etiologi
( virulensi mikroba + penurunan imun )
Infeksi polymicrobial di daerah perineum
Obliterative endartheritis
Gangguan
eleminasi urine
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN FOURNIER GANGREN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Price, Sylvia A, Lorraine. 2005. Patofiiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi : 6,
volume :2. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :2. Jakarta : EGC.
Oleh :
( ) ( )
Mengetahui
Kaur R. 14
( )
HALAMAN PENGESAHAN
FOURNIER GANGREN
DI RUANG 14
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR
Oleh :
( ) ( )
Mengetahui
Kaur R. 14
( )