Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian :
Suatu tindakan melepaskan jahitan yang biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan
penyembuhan luka yang terjadi).
2. Tujuan :
a. Mempercepat proses penyembuhan luka
b. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alenium
3. Persiapan alat :
a. Set angkat jahitan steril berisi pinset sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi waten,
kasa dalam bak instrumen steril
b. Bengkok berisi lisol 2-3 %
c. Kapas balut
d. Korentang
e. Gunting plester
f. Plester
g. Bensin
h. Alcohol 70 %
i. Bethadin 10 %
j. Kantung balutan kotor/bengkok kosong
4. Prosedur pelaksanaan
a. Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b. Mendekatkan alat ke dekat pasien
c. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d. Mencuci tangan
e. Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f. Membuka set angkat jahitan secara steril
g. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong balutan
kotor.
h. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i. Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan
betadhin solution 10%.
j. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan
dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat
dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul.
k. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l. Menutup luka dengan kasa steril kering dan di plester
m. Merapikan pasien
n. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o. Mencuci tangan
p. Mencatat pada catatan perawatan.

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.


Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir
Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan


Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth
edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester
Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC


MAKALAH LANGKAH PROSEDUR PELAKSANAAN ANGKAT
JAHITAN LUKA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik dari segi materi
maupun masukan dari pihak lain. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah berkenan memberikan bantuan kepada penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun senantiasa kami harapkan
dari pembaca sekalian.

Semarang, 26 APRIL 2008

PENULIS

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. PERMASALAHAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MENGANGKAT JAHITAN
B. TUJUAN MENGANGKAT JAHITAN
C. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
D. LANGKAH PROSEDUR PELAKSANAAN
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna melindungi diri dari trauma luar serta
masuknya benda asing. Apabila ulit terkena trauma, maa dapat menyebabkan luka, yaitu suatu
keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh
sehingga dapat mengganggu ativitas sehari-hari.
Dokter bedah menutup luka dengan cara menyatukan tepi-tepi luka serapat mungkin untuk
mengurangi terbentuknya jaringan parut yaitu dengan cara menjahit luka. Setelah luka jahitan sudah
menutup selama 7-10 hari, jahitan itu bias diangkat. Dalam pengangatan jahitan harus memeriksa
jenis jahitan yang digunakan.
Dalam pengangkatan jahitan perawat harus tergantung pada kebijakan lembaga dan
berpedoman dengan Standard Operasional Prosedur (SOP).

B. TUJUAN
C. PERMASALAHAN

BAB II
ISI

A. PENGERTIAN MENGANGKAT JAHITAN

Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengangkat atau melepaskan jahitan luka bedah atau
mengambil jahitan pada luka badah dengan cara memotong simpul jahitan. Mengangkat jahitan
biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).

B. TUJUAN MENGANGKAT JAHITAN

 Mempercepat proses penyembuhan luka


 Mencegah terjadinya infeksi silang akibat adanya corpus alenium

C. HAL- HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH PERAWAT


Cermat dalam menjaga kesterilan
Mengangkat jahitan sampai bersih tidak ada yang ketinggalan
Peka terhadap privasi klien
Teknik pengangkatan jahitan disesuaikan tipe jahitan
Jangan menarik bagian jahitan yang terlihat melewati jaringan yang ada dibawahnya
Jangan menarik bagian jahitan yang terkontaminasi melewati jaringan karena dapat menyebabakan
infeksi
D. LANGKAH PROSEDUR PELAKSANAAN
1) MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN
a) Set angkat jahitan steril berisi pinset sirugis 2,
anatomis 1, gunting hatting up, lidi waten, kasa
dalam bak instrumen steril
b) Bengkok berisi lisol 2-3 %
c) Kapas balut
e) Gunting plester
f) Plester
g) larutan H
h) Alcohol 70 %
i) Bethadin 10 %
j) Kantung balutan kotor/bengkok kosong

2) PROSEDUR PELAKSANAAN
a) Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b) Mendekatkan alat ke dekat pasien
c) Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d) Perawat mencuci tangan
e) Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau
f) Membuka set angkat jahitan secara steril
g) Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong balutan kotor
h) Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i) Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alkohol 70 % dan mengolesi luka operasi dengan betadhin
solution 10 %
j) Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan pinset
sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang
berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul.
k) Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l) Menutup luka dengan kasa steril kering dan di plester
m) Merapikan pasien
n) Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o) Perawat mencuci tangan
p) Mencatat pada catatan perawatan
BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Konsep Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Kusyati, Eni & tim. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta : EGC
PERAWATAN ANGKAT JAHITAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang
harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka.

1.2 tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang Perawatan Luka: Luka Bersih, Luka Basah,
Menjahit Luka, dan Mengangkat Jahitan. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Pengertian Luka
2. Penyembuhan luka
3. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
4. Perawatan luka

1.3 Metode Penulisan


Metode yang di pakai dalam makalah ini adalah :
1) BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari : latar belakang , tujuan dan metode penulisan .
2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang terdiri dari :definisi perawatan luka, cara mengangkat
dan mengambil jahitan,
3) BAB III PENUTUP yang terdiri dari : kesimpulan dan saran baik saran bagi institusi maupun
bagi mahasiswa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori Perawatan Angkat Jahitan
2.1.1 Definisi Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak
atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan
bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,
tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke
ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai
dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

c. Delayed primary healing (tertiary healing)


Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3
minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk
sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika
proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga
dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing)atau jika
menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2.1.2 Mekanisme Terjadinya Luka
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)

2.1.3 Proses Penyembuhan Luka


1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang
tindih (overlap)
2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut
3. Fase penyembuhan luka :
a. Fase inflamasi :
 Hari ke 0-5
 Respon segera setelah terjadi injuri
 Pembekuan darah
 Untuk mencegah kehilangan darah
 Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
 Fase awal terjadi haemostasis
 Fase akhir terjadi fagositosis
 Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b. Fase proliferasi or epitelisasi
 Hari 3 – 14
 Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
 Luka nampak merah segar, mengkilat
 Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang
baru, fibronectin and hyularonic acid
 Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada
tepian luka
 Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c. Fase maturasi atau remodelling
 Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
 Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)
 Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
o Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.

2.2 Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka


1. Status Imunologi
2. Kadar gula darah (impaired white cell function)
3. Hidrasi (slows metabolism)
4. Nutrisi
5. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
6. Suplai oksigen dan vaskularisasi
7. Nyeri (causes vasoconstriction)
8. Corticosteroids (depress immune function)

2. 3 Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai
dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962
yang dipublikasikan dalam jurnal Naturetentang keadaan lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum
corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke
daerah luka berfungsi lebih dini.
2.4. Perawatan Luka Bersih
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga untuk
mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya
luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya
mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.

2.4.1 Alat dan Bahan:


1. Pinset Anatomi
2. Pinset Cirurgis
3. Arteri Klem
4. Gunting angkat jahitan steril
5. Lidi kapas(lidi yang diberi/dilapisi kapas pada ujungnya)
6. Kasa steril
7. Mangkok steril
8. Gunting pembalut
9. Plester
10. Alkohol 70 %
11. Larutan H2O2, savlon/lisol atau larutan lainnya sesuai dengan kebutuhan
12. Obat luka
13. Gunting perban
14. Bengkok
15. Handscoon steril

2.2.4 Prosedur Kerja


1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Gunakan sarung tangan steril.
4. Buka plester dan balutan menggunakan pinset.
5. Bersihkan luka dengan menggunakan savlon/sublimat, H2O2, Boorwater, NaCl 0,9% atau
lainnya sesuai dengan keadaan luka, lakukan hingga bersih.
6. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit keatas, kemudian gunting benang dan
tarik dengan hati-hati lalu dibuang pada kasa yang disediakan.
7. Tekan daerah sekitar luka hingga pus/nanah tidak ada.
8. Berikan obat luka.
9. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril.
10. Lakukan pembalutan.
11. Catat perubahan keadaan luka.
12. Cuci tangan.
2.5 Perawatan Luka Basah
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen
(pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma
atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement
Tujuan :
1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3. Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
Persiapan alat :
1. Bak balutan steril :
 Kapas balut atau kasa persegi panjang
 Kom kecil 2 buah
 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)
 Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan
 Sarung tangan steril jika perlu
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok 2 buah
 Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas
 Bengkok 2 untuk sampah
4. larutan Nacl 0,9 %
5. Gunting plester dan sarung tangan bersih
6. Kayu putih dan 2 buah kapas lidi
Prosedur :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2. Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3. Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4. Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan
instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5. Cuci tangan
6. Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi
kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya
dengan perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di
kulit bersihkan dengan kayu putih
8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung
tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat
balutan lapis demi lapis
9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl
0,9 % )
10. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung,
lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan
12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil.
Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13. Kenakan sarung tangan steril
14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau
penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang
nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin.
Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas
terpisah untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi
ke area terkontaminasi
16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam
maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara
perlahan masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa
lembab
17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka.
Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan
pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam
20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali
posisi yang nyaman
21. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
Perhatian :
- Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat
menimbulkan rasa nyeri pada klien
- Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan
puncak efek obat
- Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular
seperti percikan dari luka

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak
atau hilang.
3.2 saran
Semoga makalah ini dapat di manfaatkan oleh semua para pembaca khususnya oleh
DIII kebidanan dalam praktek klinik pendidikan kebidanan dalam mencangkup aspek
pengangkatan luka jahitan.
DAFTAR PUSTAKA
A aziz alimul hidayat.AAA & uliyah musrifatul.2009.KDPK untuk
kebidanan.jakarta .salemba medika

Anda mungkin juga menyukai