Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK PROFESI STASE


KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK

Pembimbing Akademik : Tuti Oktriani, S.ST, Bd, M.Keb


Pembimbing Lahan : Sovia Meriza, Amd.Keb

Disusun Oleh :
Nama : Putri Tamara Handayani
Nim : 231004615901022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN UNIVERSITAS PRIMA
NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini

yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul "Perawatan Luka" Laporan

Pendahuluan ini disusun agar dapat mengetahui prosedur perawatan luka guna

memudahkan mahasiswa dalam melakukan praktik asuhan keperawatan dengan

perawatan luka. Laporan pendahuluan ini di susun oleh penyusun dengan berbagai

rintangan. Baik itu yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar.

Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya

laporan pendahuluan ini dapat terselesaikan.

Diharapkan Laporan pendahuluan ini dapat memberikan informasi kepada kita

semua tentang perawatan luka. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan laporan pendahuluan ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Batusangkar, 20 November 2023

Penyusun

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PENDAHULUAN


PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK

Laporan Pendahuluan Keterampilan Dasar Praktek Klinik Ini Telah Memenuhi Syarat
dan Disetujui untuk di laksankan ke tahap Laporan Kasus

Bukittinggi, Tanggal November 2023

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

_______________________ _______________________
NIDN : NIP :
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi

ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, infeksi, trauma tekanan dan

radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan

yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan

fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Joyce M.

Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi

organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang

berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan

berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara

struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

Metode perawatan luka berkembang pesat dalam 20 tahun terakhir,

jika tenaga kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai

dengan perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar

terhadap pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah

untuk membuat luka stabil dengan perkembangan jaringan granulasi yang

baik dan suplai darah yang memadai., hanya cara tersebut yang membuat

penyembuhan luka bisa sempurna.

Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab

adalah, apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus

dibuang, apakah ada tanda klinik yang menampilkan masalah infeksi, apakah
kondisi luka tampak kering dan terdapat risiko kekeringan pada sel, apakah

penyerapan atau drainase tujuannya terhadap obat topikal dan lain-lain.

terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering kali

memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari

penanganan luka. Selain itu, pengendalian eksudat juga sangat penting untuk

menangani kondisi dasar luka, yang mana selama ini masih kurang

diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal yang penting bagi

perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan

jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada luka dan pasti akan

meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti balutan.

Praktik perawatan luka dalam bidang pelayanan di rumah sakit sudah

banyak dilakukan perawat, namun teknik perawatan luka yang dilakukan

umumnya masih bersifat konvensional. Sementara saat ini sudah berkembang

teknik perawatan luka. modern yang sangat membantu proses penyembuhan

klien.

Dengan memperhatikan perkembangan teknologi perawatan luka

terkini dan tepat guna maka luka dapat disembuhkan dengan waktu

penyembuhan yang relatif lebih singkat (2x lebih singkat), tidak menimbulkan

nyeri, balutan nyaman, menghilangkan bau tak sedap, hemat biaya, dan

mengurangi kecacatan klien akibat kinerja jaringan parut atau amputasi yang

tidak diinginkan. Untuk mencapai perubahan teknik perawatan luka dari

teknik konvensional menjadi teknik modern memerlukan pelatihan khusus


dalam bidang perawatan luka agar tercapai proses penyembuhan luka yang

optimal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi penyembuhan luka?

2. Apa sajakah yang menyebabkan luka?

3. Bagaimana jenis-jenis luka?

4. Bagaimana proses penyembuhan luka?

5. Bagaimana tren dan isu perawatan luka?

6. Apa saja komplikasi dari luka?

7. Bagaimana prosedur perawatan luka?

C. Tujuan Penelitian

1. Memahami definisi penyembuhan luka

2. Mengetahui apa saja penyebab luka

3. Mengetahui bagaimana jenis-jenis luka

4. Mengetahui proses penyembuhan luka

5. Mengetahui trend dan isu perawatan luka

6. Mengetahui apa saja komplikasi dari luka

7. Mengetahui bagaimana prosedur perawatan luka


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera

dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan

pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus. (Joyce M.Hitam, 2006).

Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh.

kembali pulih, ditampilkan dengan tanda-tanda dan respons yang berurutan

dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi

secara normal Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur

anatomi, fungsi dan penampilan.

B. Etiologi/Penyebab Luka

Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan

sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol

penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum

memulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan

faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka:

1. Trauma

2. Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

3. Gigitan binatang atau serangga


4. Tekanan

5. Gangguan vaskular, arteri, vena atau gabungan arteri dan vena

6. Imunodefisiensi

7. Keganasan

8. Kerusakan jaringan ikat

9. Penyakit metabolik, seperti diabetes

10. Defisiensi nutrisi

11. Kerusakan psikososial

12. Efek obat-obatan

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi

penyembuhan luka dengan multifactor.

C. Jenis-jenis Luka

1. Berdasarkan teori

a. Luka Accidental

Adalah cedera yang tidak disengja, seperti kena pisau, luka tembak,

luka bakar, tepi luka bergerigi, berdarah, tdak steril


Gambar 1. Luka Bakar

b. Luka Bedah

Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle

introduction, tepi luka bersih, perdarahan terkontrol, dikendalikan

dengan asepsis bedah

2. Berdasarkan integritas kulit 2. Luka post op skin


Gambar
graft
a. Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membrane mukosa,

kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan, risiko infeksi

b. Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat

kerusakan kjaringan lunak, mungkin cedera internal dan perdarahan

3. Berdasarkan Decriptors

a. Aberasi

Luka akibat gesekan kulir, superficial, terjadi akibat prosedur

dermatologic untuk pengangkatan jaringan skar

b. Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak

disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan

jaringan di bawah kulit

c. Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin

terkontaminasi, risiko infeksi

d. Kontusio

Luka tertutup perdarahan dibawah jaringan akibat pukulan

tumpul, memar

4. Klasifikasi Luka Bedah

a. Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai systime

gastrointestinal, pernafasan atau sistem genitourinary, risiko infwksi

rendah

b. Bersih terkontaminasi

Luka melibatkan sistem gastrointestinal, pernafasan atau sistem

genitourinary, risiko infeksi

c. Kontaminasi

Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk,

risiko tinggi infeksi

d. Infeksi

Area luka terdapat pathogen disertai tanda-tanda infeksi

Klasifikasi Luka :

a. Berdasarkan penyebab

1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan

2) Akut atau kronik

Gambar 3. Luka kronik


b. Kedalaman jaringan yang terlibat

1) Superficial (Hanya jaringan epidermis)

2) Partial thickness

Luka yang meluas sampai ke dalam dermis

3) Full thickness

Lapisan paling dalam dari jaringan yang destruksi, Melibatkan

jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan

struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang.

D. Prinsip Dasar Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan

perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari

penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi,

granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami

prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional

keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk

merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik

mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi

masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang

berpusat pada pasien "patient centered", holistik, interdisiplin, cost efektif dan

eviden based yang kuat.


Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat

fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga

melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut:

- Hemostasis

- Inflamasi

- Proliferasi atau granulasi

- Remodeling atau maturasi

1. Hemostatis

Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup.

Pada proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup

kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan

konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek.

Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses

tersebut.

Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari

kerusakan jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan

kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang berinteraksi dengan dan

merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan

membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh

agregasi platelet menjadi hemostatik yang stabil. Akhimya platelet juga

mensekresi sitokin seperti 'platelet-derived growth factor". Hemostatis

terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan

faktor pembekuan.
2. Inflamasi

Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan

yang menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat

yang sering dihubungkan dengan nyeri, secara klasik "rubor et tumor cum

calore et dolore". Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah

injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan

debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN's

(polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan pembuluh

darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN's ke sekitar jaringan.

Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan

pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal.

Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.

Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang

membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada

penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu memfagosit

bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi

komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor

pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF),

faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).

3. Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)

Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan

biasanya berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada

ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna
merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang

subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka.

Pada penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris,

dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.

Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada

dermal yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini

adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang

beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan

membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel "roofer" dan

"sider" adalah keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada

tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi

untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.

4. Remodeling atau maturasi

Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses

penyembuhan luka jaringan dermal mengalami peningkatan

tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast. Remodeling dapat

membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.

Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan

luka meliputi dua komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan

(repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang dan jaringan

dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe

penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair


merupakan proses yang lebih kompleks daripada regenerasi.

Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer, sekunder dan tersier.

1. Intensitas primer

Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :

a. Fase Inisial (3-5 hari)

b. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan

sel

c. Fase granulasi (5 hari-4 minggu)

Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan

mensekresi kolagen. Selama fase granulasi luka berwarna

merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak

granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten

terhadap infeksi. Epitelium permukaan pada tepi luka mulai

terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitelium yang tipis

bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan

mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial,

reepitelisasi terjadi selama 3-5 hari.

d. Fase kontraktur scar (7 hari- beberapa bulan)

Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses

remodeling. Pergerakan miofibroblast yang aktif menyebabkan

kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan

membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur

selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung


pembuluh darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase

granulas.

1. Intensi sekunder

Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan

memiliki sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler

dengan kehilangan jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi

luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada

penyembuhan primer.

2. Intension Tersier

Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua

lapisan jaringa granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika

luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah infeksi

dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami

infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan

kemudian dijahit. Intension tersier biasanya mengakibatkan skar

yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau

sekunder.

E. Trend Dan Isu Perawatan Luka

1. Kecendrungan Perawatan Luka Saat ini

Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan

luka, banyak diteliti metode metode penyembuhan luka, baik

penyembuhan secara medis, maupun secara komplementer dengan


menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat penyembuhan

luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based yang cukup kuat

dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan seorang

perawat professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan

luka secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka,

berapa lama luka akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa sembuh

dengan meninggalkan jaringan parut atau bahkan sembuh tanpa

meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi persepsi dan

kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan luka, semakin

mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan

semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan

baik, kepuasan pasien meningkat.

Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan

kasa "wet-to-dry", digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka,

normal salin digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut

dengan kasa kering. Ketika kasa lembab menjadi kering, akan menekan

permukaan jaringan, yang berarti segera harus diganti dengan balutan

kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan

jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang

berlebihan, metode wet to dry dianggap sebagai metode debridemen

mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada luka.

Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang

terlupakan atau tidak menjadi pertimbangan bagi perawat dalam merawat


luka, seperti proses fisiologis pertumbuhan jaringan luka, bagaimana

mengoptimalkan perbaikan jaringan, meningkatkan aliran darah ke

permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan yang dipakai

tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan nyeri/trauma baru

serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka

hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan

metode perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek

tersebut demi mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan

yang cepat, outcome yang berkualitas dan biaya yang lebih murah.

2. Keuntungan dari permukaan luka yang lembab

a. Mengurangi pembentukan jaringan parut

b. Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan

c. Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan

devitalisasi/yang mati

d. Menambah pertahanan immun permukaan luka

e. Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan prolifemsi fibroblast

f. Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar

lapisan air yang tipis

g. Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari

balutan kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi

penggantian balutan dan meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat

menghemat biaya yang dibutuhkan.


Gambar 4. perbandingan permukaan luka yang lembab dan luka terbuka

perbandingan permukaan luka yang lembab dengan luka yang terbuka :

a. Kelembaban meningkatkan epitelisasi 30-50%

b. Kelembaban meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50%

c. Rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat

d. Mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka

e. Komplikasi Dari Luka

1. Hematoma (Perdarahan)

Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan

dapat diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama

setelah pembedahan.

2. Infeksi (Wounds Sepsis)

Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial

di rumah sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36-48 jam,

denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah
putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri. Jenis

infeksi yang mungkin timbul antara lain:

a. Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan

b. Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh

terkumpulnya pus (bakteri, jaringan nekrotik, Sel Darah Putih)

c. Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang

menuju ke sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan

antibiotik.

3. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence adalah rusaknya luka bedah Eviscerasi merupakan

keluarnya isi dari dalam luka

4. Keloid

Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini

biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.

F. Tindakan Keperawatan Terhadap Luka

1. Perawatan Luka Bersih.

Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus

dan necrose), termasuk didalamnya mengganti balutan.

Tujuan:

a. Mencegah timbulnya infeksi.

b. Observasi perkembangan luka.

c. Mengabsorbsi drainase.
d. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.

Indikasi:

a. Luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.

b. Balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.

c. Ingin mengkaji luka keadaan.

d. Mempercepat debredemen jaringan nekrotik. Prosedur Perawatan

Luka Bersih

a. Menyiapkan alat

b. Menyiapkan pasien

c. Perkenalkan diri

d. Jelaskan tujuan.

e. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien

f. Persetujuan pasien

g. Tekhnis pelaksanaan

Peralatan:

a. Gunting pembalut

b. Plester.

c. Bengkok/kantong plastic

d. pembalut

e. Alkohol 70%

f. Betadin 10%
g. Bensin/ Aseton

h. Obat antiseptic/ desinfektan

i. Saya. NaCl 0,9%

j. Anatomi pinset 1

k. Pinchet chirurgie 1

l. Gunting Luka (Lurus)

m. Kapas Lidi

n. Kasa Steril

o. Kasa Penekan (deppers)

p. Mangkok/kom Kecil

Prosedur Pelaksanaan:

a. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.

b. Tempatkan alat yang sesuai.

c. Cuci tangan.

d. Buka pembalut dan buang pada tempatnya..

e. Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril

atau NaCl.

f. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra

indikasi), arah dari dalam ke luar.

g. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.

h. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan

pada bengkok dengan larutan desinfektan.


i. Saya. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9% dan keringkan.

j. Olesi luka dengan betadine 2% (sesuai advis dari dokter) dan tutup

luka dengan kasa steril

k. Plester verban atau kasa.

l. Rapikan pasien.

m. Alat bereskan dan cuci tangan.

n. Catat kondisi dan perkembangan luka

2. Perawatan Luka Kotor

Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada

bagian tubuh tertentu sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut

terganggu.

Tujuan:

a. Mempercepat penyembuhan luka.

b. Mencegah meluasnya infeksi.

c. Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang

lain.

Prosedur Perawatan Luka Kotor (decubitus) :

a. Menyiapkan alat

b. Menyiapkan pasien

c. Perkenalkan diri

d. Jelaskan tujuan

e. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien


f. Persetujuan pasien

g. Tekhnis pelaksanaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan

memalukan pembalutan, dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk

melalui luka) dan. mempercepat proses penyembuhan luka.

Jika luka sudah membaik atau sembuh, disarankan agar balut tekan

tetap digunakan dengan tujuan untuk mengontrol risiko pembengkakkan,

memperbaiki system saraf dan mencegah risiko terjadinya luka ini kembali.

Sebelum kita melakukan intervensi terhadap luka, ada baiknya kita melakukan

pengkajian terlebih dahulu.

Melakukan pengkajian luka secara komprehensif pada klien yang tepat

merupakan komponen penting dalam manajemen luka. Kemampuan untuk

melakukan pengkajian luka tersebut membutuhkan pengetahuan, keterampilan

dan pengalaman yang cukup. Perencanaan perawatan luka sangat dibutuhkan

namun dalam perencanaan tersebut dibutuhkan juga keterangan-keterangan

atau fakta dari hasil evaluasi rencana tersebut.

B. Kritik Dan Saran

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Maka dari itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam

pembuatan laporan pendahuluan berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Black, Joyce M., Hawks JH, 2006, Medikal Bedah Keperawatan, (Edisi. 8),.

Philadelphia: Perusahaan WB Saunders

2. Suparmi Yulia, dkk. 2008. Panduan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Citra

aji Parama

3. Perry & Potter, 1999. Buku Ajar Fundamental Of Nursing Vol.2. Jakarta:

EGC

4. Luka dan Perawatannya (Ismail S.Kep, Ns, M.Kes), Manajemen Luka (Moya

J. Morison, 2003).

5. Ansjoer Arif, dkk.Eds.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta:

Media Aesculapius FKUI.

6. Walton, Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda,

Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai