Anda di halaman 1dari 15

TREND ISSUE PERAWATAN LUKA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas KMB III


Dosen Pengampu : Ns. I Kadek Oka Darmaja, S.Kep.

Disusun oleh :
Ni Kadek Yolanda Dewi (102081806)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TREND ISSUE
PERAWATAN LUKA”. Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
Keperawatan Medikal Beda III.
Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 7 November 2020


Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan...........................................................................3
1. Pengertian.........................................................................................3
2. Etiologi.............................................................................................3

3. Jenis – Jenis Luka.............................................................................4


4. Klasifikasi Luka...............................................................................5
5. Prinsip Penyembuhan Luka..............................................................5
6. Kecendrungan Perawatan ................................................................8
7. Moist Wound Healing......................................................................9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................11
B. Saran...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi
ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan
radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan
yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan
fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Joyce M.
Black, 2019). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai
fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan
respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi,
melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh
kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir,
jika tenaga kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang
sesuai dengan perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang
lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen
luka adalah untuk membuat luka stabil dengan perkembangan granulasi
jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat., hanya cara tersebut
yang membuat penyembuhan luka bisa sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus
dijawab adalah, apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik
yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan
masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko
kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat
topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami
yang sering kali memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian
penting dari penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat juga
sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana selama ini
masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal yang
penting bagi perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak dikontrol
dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada
luka dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti
balutan.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah
faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan; mengeliminasi
eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang merupakan
bagian penting untuk permukaan luka. Untuk itu dikembangkan suatu
metode perawatan luka dengan cara mempertahankan isolasi lingkungan
luka agar tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan
kelembaban, yang dikenal dengan Moist Wound Healing. Metode ini

1
secara klinis memiliki keuntungan akan meningkatkan proliferasi dan
migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis, mengurangi
resiko timbulnya jaringan parut dan lain-lain, disamping beberapa
keunggulan metode ini dibandingkan dengan kondisi luka yang kering
adalah meningkatkan epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa kolagen
sebanyak 50 %, rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih
cepat serta dapat mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka.
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing
tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan
prinsip luka cepat sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat
mengurangi biaya perawatan luka, dan ini sangat penting bagi perawat
untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya di lingkungan
perawatan khususnya perawatan luka yang jelas sangat memberikan
kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari penyembuhan luka?
2. Apa penyebab terjadinya luka?
3. Apa saja jenis-jenis luka?
4. Apa saja klasifikasi luka?
5. Bagaimana prinsip dasar penyembuhan luka?
6. Bagaimana kecendrungan perawatan luka saat ini?
7. Apa definisi dari moist wound healing?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan perawatn luka terbaru
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu memahami :
a. Bagaimana cara perawatan luka dengan benar
b. Memberika perawatan luka kepada pasien

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera
dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang
menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.
(Joyce M. Black, 2017).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi
organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon
yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi,
melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang
sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan
penampilan.
2. Etiologi
Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan
dihentikan sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi,
mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan
dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka :
a. Trauma
b. Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia
c. Gigitan binatang atau serangga
d. Tekanan
e. Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
f. Immunodefisiensi
g. Malignansi
h. Kerusakan jaringan ikat
i. Penyakit metabolik, seperti diabetes
j. Defisiensi nutrisi
k. Kerusakan psikososial

3
l. Efek obat-obatan
3. Jenis-Jenis Luka
a. Berdasarkan Kategori
1) Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka
tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril
2) Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah,
needle introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol;
dikendalikan dengan asepsis bedah
b. Berdasarkan integritas kulit
1) Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa;
kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko
infeksi
2) Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat
kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera internal dan
perdarahan
c. Berdasarkan Descriptors
1) Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur
dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar
2) Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak
disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit
dan jaringan di bawah kulit
3) Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin
terkontaminasi; risiko infeksi
4) Kontusio

4
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan
tumpul; memar
4. Klasifikasi
a. Kedalaman jaringan yang terlibat
1) Superficial
Hanya jaringan epidermis
2) Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis
3) Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi.
Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas
sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot,
tendon atau tulang
5. Prinsip Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis
dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu.
Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase
hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu
kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui
pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan
ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu
perbaikan jaringan.
Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk
mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik
membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient
centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang
kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada
empat fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik
harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Hemostasis

5
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus
ditutup. Pada proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk
menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah
sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi
spasme ini biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi
vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari
kerusakan jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk
merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang
berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui
produksi trombin, yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen.
Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi
hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin
seperti ”platelet-derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam
waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor
pembekuan.
b. Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses
penyembuhan yang menampilkan eritema, pembengkakan dan
peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri,
secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini
biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses
penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisa-
sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes).
Respon inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor
mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil
memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan
pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast
lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang
membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor
pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu

6
memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua.
Makrofag juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor
pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor
pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta
trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).
c. Proliferasi atau granulasi
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah
perlukaan dan biasanya berlangsung hingga hari ke 21 pada luka
akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh
adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan
mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang subdermal pada
luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada
penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris,
dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen
pada dermal yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran
fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus
merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari
kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini
disebut angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah
keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap
akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit
berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum
korneum.
d. Remodeling atau maturase
Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior.
Pada proses penyembuhan luka jaringan dermal mengalami
peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast.
Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah
perlukaan.

7
6. Kecendrungan Perawatan Luka
Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan
luka, banyak diteliti metode – metode penyembuhan luka, baik
penyembuhan secara medis, maupun secara komplementer dengan
menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat
penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based
yang cukup kuat dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara
keilmuan seorang perawat professional harus mengetahui bagaimana
proses penyembuhan luka secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa
yang terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh dan kenapa luka
tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau bahkan
sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut.
Hal ini akan mempengaruhi persepsi dan kemampuan perawat
dalam melaksanakan perawatan luka, semakin mengerti proses yang
terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik dalam
melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik, kepuasan
pasien meningkat.
Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode
balutan kasa ”wet-to-dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada
dasar luka, normal salin digunakan untuk melembabkan kasa,
kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika kasa lembab menjadi
kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera harus
diganti dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak
hanya pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga
menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan, metode wet to dry dianggap
sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada
sejumlah jaringan nekrotik pada luka.
Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang
terlupakan atau tidak menjadi pertimbangan bagi perawat dalam
merawat luka, seperti proses fisiologis pertumbuhan jaringan luka,
bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan, meningkatkan aliran
darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis balutan

8
yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan
nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses
penyembuhan luka hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena
itulah perlu dilakukan metode perawatan luka yang telah
mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi mencapai perawatan
luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome yang
berkualitas dan biaya yang lebih murah.
7. Moist Wound Healing
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan
luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-
kelembaban, oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini
digemari terutama untuk luka kronik, seperti ”venous leg ulcers,
pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.
Dan metode moist wound healing adalah metode untuk
mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan
penahan kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan
jaringan dapat terjadi secara alami.
Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka
akut. Produksi cairan kopious pada luka kronik menekan
penyembuhan luka dan dapat menyebabkan maserasi pada pinggir
luka. Cairan pada luka kronik ini juga menghancurkan matrik protein
ekstraselular dan faktor-faktor pertumbuhan, menimbulkan inflamasi
yang lama, menekan proliferasi sel, dan membunuh matrik jaringan.
Dengan demikian, untuk mengefektifkan perawatan pada dasar luka,
harus mengutamakan penanganan cairan yang keluar dari permukaan
luka untuk mencegah aktifitas dari biokimiawi yang bersifat
negatif/merugikan.
Keuntungan dari permukaan luka yang lembab adalah :
a. Mengurangi pembentukan jaringan parut
b. Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan
c. Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan
devitalisasi/yang mati

9
d. Menambah pertahanan immun permukaan luka
e. Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast
f. Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar
lapisan air yang tipis
g. Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari
balutan kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi
penggantian balutan dan meningkatkan kecepatan penyembuhan
dapat menghemat biaya yang dibutuhkan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera
dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan
pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.Secara alamiah
penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai
perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-
faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses
penyembuhan.
B. Saran
1. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan tentang perawatan luka dan dapat
menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru dalam mengatasi
masalah keperawatan yang ada
2. Bagi masyarakat
Meningkatkan pemahaman tentang bagaimana perawatan luka

11
DAFTAR PUSTAKA

Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2017;


34,5: Proquest Nursing & Allied Health Search
Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community
Nursing; Sep 2019; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search

12

Anda mungkin juga menyukai