Disusun oleh:
TINGKAT 3C KEPERAWATAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah keperawatan gawat darurat.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung, membantu, memberi masukan dan memfasilitasi penyusunan Makalah
ini sehingga berjalan dengan lancar, maka dari itu penyusun ucapkan terimakasih kepada :
1.Ibu Dr. Ida Faridah, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua STIKes Yatsi Tangerang.
2.Ibu Lastri Mei Winarni, S.ST., M.Keb selaku Waket I STIKes Yatsi Tangerang.
3.Ibu Ela Nurlela, S.E., M.M selaku Waket II STIKes Yatsi Tangerang.
4.Ibu Ningsih, S.E., M.M selaku Waket III STIKes Yatsi Tangerang.
5.Bapak Ikhsan Kamil, S.E., M.M selaku Waket IV STIKes Yatsi Tangerang.
Penyusun
menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penyusun
mengharapkan saran, kritik dan masukan sebagai penyempurnaan agar Makalah ini
menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................4
1.3 TUJUAN..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1 Pengertian Luka........................................................................................5
3.2Pengkajian Luka............................................................................................10
BAB IV PENUTUP...........................................................................................16
4.1 KESIMPULAN........................................................................................16
4.2 SARAN....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
a. Agar kita mengetahui tentang manajemen luka kronik.
b. Agar kita mengetahui perawatan luka kronik dengan menggunkan modern
dressing.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
a. Hari ke-0 sampai 5.
b. Respons segera setelah terjadi injuri berupa pembekuan
darah untuk mencegah kehilangan darah.
c. Karakteristik: tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.
d. Fase awal terjadi hemostasis.
e. Fase akhir terjadi fagositosis.
f. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.
2. Fase proliferasi atau epitelisasi
7
b. Terbentuk kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength).
c. Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya
dengan jaringan sebelumnya.
d. Pengurangan bertahap aktivitas seluler and vaskulerisasi
jaringan yang mengalami perbaikan.
8
salah satu pencetus peningkatan hormon glukokortikoid yang
menghambat proses penyembuhan luka.
7. Kortikosteroid: Steroid memiliki efek antagonis terhadap faktor-
faktor pertumbuhan dan deposisi kolagen dalam penyembuhan luka.
Steroid juga menekan sistem kekebalan tubuh/sistem imun yang sangat
dibutuhkan dalam penyembuhan luka.
9
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
10
adalah hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri,
dapat digunakan untuk balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis modern
dressing disesuaikan dengan jenis luka. Untuk luka yang banyak eksudatnya
dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam, sedangkan pada
luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk membuat suasana
lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan luka.
11
Luka dengan warna dasar merah tua atau terang dan selalu tampak
lembap merupakan luka bersih dengan banyak vaskulerisasi,
karenanya luka mudah berdarah.
b. Luka dasar kuning
Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis
debridement agar luka berwarna merah, kontrol eksudat,
menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi/menghindari
kejadian infeksi.
12
Prinsip dan kaidah Balutan luka (wound dressings) telah mengalami
perkembangan sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Teori yang mendasari
perawatan luka dengan suasana lembap antara lain:
a. Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat
dihilangkan lebih cepat oleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana
lembap.
b. Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka
tertutup akan merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
c. Menurunkan risiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah
jika di- bandingkan dengan perawatan kering.
d. Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan
pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum
dan angiogenesis.
e. Mempercepat pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembap, invasi neutrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit,
dan limfosit ke daerah luka berlangsung lebih dini.
13
2. Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing dan
untuk luka- luka superfisial dan non-eksudatif atau untuk luka post-
operasi.
Terbuat dari polyurethane film yang disertai perekat adhesif; tidak
menyerap eksudat.
14
Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang jumlahnya
sangat banyak (absorbant dressing), sebagai dressing primer atau
sekunder.
Terbuat dari polyurethane; non-adherent wound contact layer, highly
absorptive.
Indikasi: eksudat sedang sampai berat. Kontraindikasi: luka dengan
eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam.
6. Dressing Antimikrobial
Balutan mengandung silver 1,2% dan hydrofiber dengan spektrum luas
termasuk bakteri MRSA (methicillin-resistant Staphy- lococcus aureus).
Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan akut yang terinfeksi atau
berisiko infeksi.
Balutan antimikrobial tidak disarankan di- gunakan dalam jangka
waktu lama dan tidak direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%.
7. Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, non-absorben, non-adhesif.
Digunakan untuk luka bereksudat sedang – banyak, luka terinfeksi,
dan memerlukan balutan sekunder.
8. Medical Collagen Sponge
Terbuat dari bahan collagen dan sponge.
15
Digunakan untuk merangsang percepatan pertumbuhan jaringan luka
dengan eksudat minimal dan memerlukan balutan sekunder
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka
dapat memberi- kan nilai optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip
utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang
komprehensif agar dapat menentu- kan keputusan klinis yang sesuai
dengan kebutuhan pasien. Diperlukan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan klinis untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas, terutama
dalam penggunaan modern dressing.
4.2 SARAN
Dengan mengetahui chronic wound care manajement diharapkan
mahasiswa mampu memilih mana manajemen luka apa yang tepat digunakan
sesuai jenis luka yang dimiiliki.
17
DAFTAR PUSTAKA
18