Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DRESSING LUKA”.
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk pemenuhan tugas HOME CARE juga
untuk menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1. Ibu Despita Pramesti ,.S.Kep ,Ns ,M.Kes selaku dosen mata kuliah home care.
2. Kedua Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan
materil serta nasihat yang bermanfaat sehingga penulis selalu ingin berusaha
dan tidak mudah menyerah.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan bekerjasama
dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai perbaikan
untuk menyusun makalah yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat.
Amin.

Yogyakarta, 10 Oktober 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................... 1

DAFTAR ISI......................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi luka .................................................................................... 6


B. Tipe luka ......................................................................................... 6
C. Klasifikasi luka ............................................................................... 5
D. Proses penyembuhan luka ............................................................... 9
E. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka ................... 14
F. Perawatan luka dengan modern dressing ......................................... 15
G. Penyembuhan luka dengan medern wound dressing ....................... 18
H. Perbandingan perawatan luka konvensional/tradisional
dengan perawatan modern dressing ................................................. 18
I. Pemilihan balutan luka ..................................................................... 24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 32

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan luka telah mengalami perkembangan sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir, ditunjang dengan kemajuan teknologi kesehatan.
Di samping itu, isu terkini manajemen perawatan luka berkaitan dengan
perubahan profi l pasien yang makin sering disertai dengan kondisi penyakit
degeneratif dan kelainan metabolik. Kondisi tersebut biasanya memerlukan
perawatan yang tepat agar proses penyembuhan bisa optimal. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini di
tunjang dengan makin banyaknya inovasi terbaru produk-produk perawatan
luka. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan
pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), dan keamanan (safety).
Luka merupakan masalah kesehatan yang cukupbesardewasaini,
Banyaknyakomplikasi yang mungkinmunculpadapasiendenganluka dapat
menyebabkan mortalitas dan morbiditas tinggi. Dalam upaya untuk
mengurangi beban luka, telah banyak upaya yang dilakukan untuk memahami
fisiologi penyembuhan luka dan perawatan luka.
Pengaruh luka terhadap keadaan sosial dan ekonomi adalah akibat
tingginya kejadiannya terutama pada populasi lanjut usia. Sebagai tambahan
terhadap seringnya kasus luka akut, juga terdapat banyak luka kronik, luka
yang sulit menyembuh akibat penyakit sistemik, seperti ulkus venosus, ulkus
arterial, ulkus diabetikum, maupun pressure sore. Prevalensi luka ini semakin
meningkat. Contohnya, telah diperkirakan bahwa luka kronik mengenai 120
per 100.000 orang berusia antara 45 hingga 65 tahun dan meningkat hingga
800 per 100.000 orang berusia >75 tahun.
Perawatan luka semakin berkembang seiring dengan perkembangan
dunia kedokteran. Penelitian tentang bahan dressing yang ideal sudah banyak
bermunculan. Terdapat banyak jenis perawatan luka yang tersedia baik untuk
luka akut maupun luka kronik. Setiap metode memiliki kekurangan dan

3
kelebihan masing-masing, sehingga sangatlah penting bagi seorang dokter
untuk mempelajari tentang perawatan luka.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan luka ?
2. Apa saja tipe luka ?
3. Apa saja klasifikasi luka ?
4. Bagaimana proses penyembuhan luka ?
5. Apa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka ?
6. Bagaimana cara perawatan luka dengan modern dressing ?
7. Bagaiman penyembuhan luka dengan medern wound dressing ?
8. Bagaimana perbandingan perawatan luka konvensional/tradisional dengan
perawatan modern dressing ?
9. Bagaimana pemilihan balutan luka ?

C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan luka
2. Untuk mengetahui tipe-tipe luka
3. Untuk mengetahui klasifikasi luka
4. Untuk mrengetahui bagaimana proses penyembuhan luka
5. Untuk mengetahui apa saja fator-faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka
6. Untuk menetahui bagaimana cara perawatan luka dengan modern dressing
7. Untuk menetahui bagaimana penyembuhan luka dengan medern wound
dressing
8. Bagaimana perbandingan perawatan luka konvensional/tradisional dengan
perawatan modern dressing
9. Untuk menetahui bagaimana pemilihan balutan luka

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI LUKA
Luka merupakan keadaan di mana terjadinya gangguan terhadap
struktur anatomi dan fungsi pada kulit. Luka dihasilkan oleh proses patologi
yang diawali pada bagian dalam ataupun bagian luar suatu organ.
Padalukadapat terjadi robekan pada integritas epitelial dari kulit atau dapat
pula lebih dalam sampai ke jaringan subkutaneus dengan kerusakan struktur
lain seperti tendon, otot, saraf, organ parenkim dan tulang. Definisi lain
mengatakan bahwa luka merupakan robeknya kulit yang disebabkan fisikal,
mekanikal, atau kerusakan yang diakibatkan oleh panas, atau yang terjadi
karena perkembangan dari keadaan pada gangguan fisiologis.
Luka dapat muncul melalui proses patologis yang disebabkanolehfaktor
eksternal maupun internal di dalam organ yang terlibat. Luka akan
mengakibatkankerusakan dan mengganggu lingkungan sekitar maupun di
dalamnya. Akibat kerusakan yang terjadi, dapatmengakibatkan perdarahan,
vasokontriksi dengan koagulasi, aktivasi komplemen dan respon inflamasi.

B. TIPE LUKA
Terdapat beberapa tipe luka berdasarkan waktu dan sifatnya dalam fase
penyembuhan luka :

TIPE DESKRIPSI

Akut Proses penyembuhannya terjadi dalam beberapa waktu di


mana secara garis besar tidak memiliki etiologi yang
mendasari untuk mengganggu respon peradangan normal.
Luka akut yang tidak sembuh dalam 4 sampai 6 minggu

5
makan akan berkembang sebagai luka kronik.

Kronik Luka yang masa penyembuhannya lebih dari waktu yang


seharusnya. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya penyakit
dasar yang menyebabkan luka sulit sembuh seperti tekanan,
diabetes, sirkulasi yang rendah, status nutrisi yang buruk,
keadaan immunodefisiensi akibat infeksi.

Tidak Untuk beberapa pasien, penyembuhan luka tidak tercapai,


Sembuh sebagai contoh ulserasi luka keganasan. Oleh karena itu,
pencapaian pada keadaan tersebut adalah untuk
memaksimalkan kenyamanan pasien dan mengintrol gejala
pasien sepeti eksudat, bau, dan nyeri.

Complicate Merupakan kasus yang khusus di mana terdapat kombinasi


d Wounds antara infeksi dan defek pada jaringan luka.

C. KLASIFIKASI LUKA
1. klasiklarifikasi Luka Berdasarkan Penyebab
a. Kerusakan fisikal : pressure ulcers
b. Kerusakan mekanikal : Abrasi, laserasi, luka yang diakibatkan
pisau, lukatembak, luka gigitan, dll
c. Thermal Damage : luka bakar akibat api, luka akibat bahan
kimia, luka akibat radiasi, luka gesekan, luka akibat listrik, dll
d. Gangguan fisiologis : Ulserasi pada arteri atau vena, autoimun,
endokrin, gangguan kulit dan gangguan hematologi, luka yang
berkaitan dengan infeksi sistemik, penyakit keganasan atau neuropati.

6
2. Klasifikasi Luka Berdasarkan Penyebab Kerusakan Jaringan
Menurut (Basic Principles of Wound Healiing) :
a. Trauma
b. Luka bakar (thermal dan chemical )
c. Gigitan binatang
d. Tekanan
e. Keterlibatan vaskular (arteri, vena, limfatik, atau gabungan)
f. Immunodefisiensi
g. Malignancy
h. Connective tissue disorders
i. Penyakit metabolik, termasuk diabetes
j. Defisiensi nutrisi
k. Gangguan psikologi
l. Efek sampping terapi

3. Klasifikasi Luka Berdasarkan Mekanisme Cidera


Untuk mempermudah mengenal tipe luka dan mekanisme cidera,
Federal Bureau of Prisons Clinical Practice Guidelines fo Prevention and
Management of Acute and Chronic Wounds 2014 mengklasifiaksikannya
sebagai berikut :

Tipe Luka Mekanisme Cidera Dasar Intervensi

Pressure Tekanan pada ulserasi. Cidera Mengurangi tekanan pada


Ulceration terlokalisasi pada kulit dan area sekitar ulser.
atau dibawah jaringan.
Biasanya pada bony
prominence tekanan

Insufisiensi Penurunan aliran darah arteri Mengurangi konstriksi dan


Arteri pada tungkai dan lengan elevasi pada area. Menjaga
agar tetap hangat dan
melindungi dari cidera.

7
Memberi lapisan pada ulser.

Insufisiensi Kongesti atau edema pada Gunakan elastik verban


Vena vena ukuran F.

Penyakit Perubahan sensasi pada kaki Mempertahankan kontrol


Neuropati dan atau struktur. glukosa darah. Melindungi
(kaki kaki dengan menggunakan
diabetik) sepatu penyembuhan luka
(tidak sama dengan sepatu
diabetik) untuk mengurangi
luka. Lakukan Debridement
kalus jika dibutuhkan.
Direkomendasikan juga untuk
menggunakan sepatu dan
foot care.

Infeksi Kulit MRSA atau infeksi lainnta Mengetahui penyebab dan


memberikan penanganan
sesuai penyebab.

4. Klasifikasi Luka Berdasarkan Tingkat Kontaminasi


a. Clean wound
Luka operasi yang bersih dimana tidak didapatkan adanya tanda
inflamasi. Biasanyatidakmenyebarke organ lain seperti saluran
gastrointestinal, saluran kemih, genital, dan saluran pernapasan.
Luka bersihbiasanyatertutup.
b. Clean contaminated
Luka operasi yang melewati saluran gastrointestinal, saluran
kemih, genital, dan saluran pernapasan yang terkontrol dan tanpa
kontaminasi.

8
c. Contaminated
Luka akibat trauma yang baru dan terbuka, operasi besar dengan
teknik steril (cth pemijatan jantung terbuka) atau kontaminasi yang
nyata dari saluran gastrointestinal, dan insisi dimana terdapat
inflamasi akut nonpurulen.
d. Dirty
Luka traumatik lama dengan jaringan yang sudah mati dan
melibatkan infeksi atau perforasi visera.

D. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


Penyembuhan luka merupakan halpyang berkaitan dengan proses
memperbaiki dan menghilangkan jaringan kulit yang rusak. Penyembuhan
luka dimulai dari saat cidera terjadi dan melibatkan daerah sekitarnya serta
aktifasi dari matriks ekstraseluler. Mekanisme yang mendasari penyembuhan
luka adalah teraktifasinya mediator inflamasi dan growth factor, interaksi
matriks ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel, migrasi,
dan differensiasi. Selanjutnya akan terjadi epitelisasi, fibrobplasia, dan
angiogenesis. Setelah itu berlanjut pada kontraksi luka dan remodeling.
Terdapat beberapa fase dalam penyembuhan luka yaitu koagulasi dan
hemostasis yang dimulai setelah cidera terjadi, inflamasi, proliferasi, dan
remodeling.

Fase Waktu setelah Sel yang berperan Fungsi


Penyembuhan Cidera
Hemostasis Segera Platelet Clotting
Inflamasi Hari ke 1-4 Netrofil Fagositosis
Makrofag
Proliferasi Hari ke 4-21 Makrofag Penutupan
(granulasi dan Limfosit defek dan
kontraksi) Angiosit perbaikan
Neurosit fungsi kulit
Fibroblas

9
Keratinosit

Remodeling Hari ke 21-2 Tahun Peregangan Fase akhir


Sumber : Basic Principles of Wound Healing, Canadian Association of Wound
Care 2011.

BERDASARKAN PROSES PENYEMBUHAN

Dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1. Penyembuhan primer (healing by primary intention)


Tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan
yang hilang. Biasanya terjadi setelah suatu insisi. Penyembuhan
lukaberlangsung dari internal ke eksternal.
2. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention)
Sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.
3. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat,sering disertai infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.

BERDASARKAN LAMA PENYEMBUHAN


Bisa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika
penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala
jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh dalam jangka lebih dari 4-6
minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan
berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan normal, tetapi bisa juga
dikatakan luka kronis jika penyembuhan terlambat (delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Fase penyembuhan luka tersebut penting untuk melakukan pemantauan
terhadap perawatan luka yang kita lakukan. Dengan memahami fase
penyembuhan luka, maka kita memahami indikator dari keberhasilan
perawatan luka yang dilakukan.

10
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi terjadi segera setelah terjadinya kerusakan jaringan.
Tahapanyang terjadi pada fase ini adalah pencapaian hemostasis,
pembersihan jaringan mati, dan pencegahan kolonisasi dan infeksi oleh
patogen.
Pada awalnya, bagian dari jaringan yang luka, termasuk kolagen dan
unsur jaringan yang lainnyaakan mengaktifkan kaskade pembekuan darah
dan mencegah proses perdarahan yang terjadi. Kerusakan pembuluh darah
akan menyebabkan elemen darah keluar dan platelet menggumpal
kemudian beragregasi untuk menutup pembuluh darah yang rusak. Selama
proses ini, trombosit berdegranulasi, mengeluarkan growth factor seperti
platelet-derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor-β
(TGF-β). Hasil akhir dari kaskade koagulasi ekstrinsik dan intrinsik yaitu
perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Setelah itu, sel inflamasi akan menuju daerah luka. Pada fase awal
penyembuhan luka, sel-sel inflamasi ditarik oleh pengaktifankaskade
komplemen (C5a), TGF-β yang dikeluarkan oleh trombosit dan produk
degradasi bakteri seperti lipopolisakarida (LPS). Selama 2 hari setelah
luka, terdapat infiltrasi neurofil ke dalam matriks untuk mengisi lubang
luka. Peran sel ini adalah untuk membuang jaringan mati dengan
fagositosis dan untuk mencegah infeksi.

Gambar. Fase inflamasi.

11
Makrofag mengikuti neutrofil ke dalam luka dan muncul 48 hingga 72 jam
setelah terjadinya luka. Makrofag dibawa untuk penyembuhan luka dengan
adanya monocyte chemoatractant protein 1 (MPC-1). Setelah 3 hari
dariterjadinya luka makrofag merupakan sel dominan yang ditemukan
pada luka yang menyembuh. Makrofag memfagositosis bakteri dan
berperan dalam produksi matriks ekstraseluler oleh fibroblas dan
pembentukan pembuluh darah baru di luka yang sedang dalam fase
penyembuhan.

Limfosit merupakan sel terakhir yang masuk ke luka dan masuk


setelah 5 hingga 7 hari setelah luka. Sel mast muncul selama akhir fase
inflamasi, tetapi fungsinya masih belum jelas diketahui.

2. Fase Proliferasi
Fase proliferasi dari penyembuhan luka terjadi pada 4 hingga 21 hari
setelah terjadinya luka. Suatu tahap dalam fase proliferasi, seperti
epitelisasi, dapat terjadi segera setelah terjadinya luka. Regresi hubungan
desmosom antara keratinosit ke dasar membran melepaskan sel dan
membuatnya mampu berpindah secara lateral. Pembentukan filamen aktin
di sitoplasma keratinosit terjadi yang bersamaan dengan hal ini dan
memberi daya penggerak untuk berpindah secara aktif ke dalam luka.
Keratinosit lalu berpindah melalui hubungan dengan protein matriks
ekstraseluler seperti fibronektin, vitronektin, dan kolagen tipe I melalui
mediator integrin seiring dengan terjadinya eskar kering dan matriks
fibrin.
Matriks fibrin sementara digantikan secara bertahap dengan jaringan
granulasi. Jaringan granulasi terdiri dari tiga tipe sel, yaitu fibroblas,
makrofag, dan sel endotel. Sel-sel tersebut membentuk matriks
ekstraseluler dan pembuluh darah baruyang secara histologis merupakan
bagiandarijaringan granulasi. Jaringan granulasi muncul padaluka sekitar 4
hari setelah terjadinya luka. Padafaseinifibroblas memproduksi matriks
ekstraseluler yang mengisi luka. Makrofag terus memproduksi growth
factor seperti PDGF dan TGF-β1yang merangsang fibroblas untuk untuk
berproliferasi, bermigrasi, , dan menyimpan matriks ekstraseluler, juga

12
merangsang sel endotel untuk membentuk pembuluh darah baru. Setelah
beberapa waktu matriks fibrin sementara akan digantikan oleh kolagen tipe
III, yang kemudian akan digantikan oleh kolagen tipe I selama fase
remodelling.
Sel endotel merupakan komponen penting darijaringan granulasi dan
pembentukan pembuluh darah baru melalui angiogenesis. Pada
tahaptertentu proses ini akan berhenti dan pembentukan jaringan
granulasi/matriks ekstraseluler berhenti. Ketika matriks kolagen telah
mengisi kavitas luka, fibroblas akan menghilang secara cepat dan darah
yang baru terbentuk akan surut.

Gambar. Fase proliferatif penyembuhan luka terjadi sejak hari


4 hingga 21 setelah terjadinya luka. Selama fase ini, jaringan
granulasi mengisi luka dan keratinosit berpindah untuk
mengembalikan kontinuitas epitel.

3. Fase Remodelling
Fase remodelling merupakan fase terlama dari penyembuhan luka
yang terjadidalam 21 hari hingga 1 tahun.Faseiniterjadi ketika luka telah
terisi oleh jaringan granulasi dan terjadinya epitelisasi.
Fase remodelling ditandai dengan terjadinya proses kontraksi dan
remodelling kolagen. Proses kontraksi luka dihasilkan oleh miofibroblas
luka yakni fibroblas dengan mikrofilamen aktin intraseluler yang mampu
memaksa pembentukan dan kontraksi matriks.
Remodelling kolagen juga merupakan salah satu ciri fase ini. Kolagen
tipe III pada awalnya diletakkan oleh fibroblas selama fase proliferatif,

13
tetapi setelah beberapa bulan akan digantikan oleh kolagen tipe I.
Penurunan kolagen tipe III ini diperantarai oleh matriks metalloproteinase
yang disekresi oleh makrofag, fibroblas, dan sel endotel. Kekuatan luka
yang menyembuh berkembang selama proses ini, menunjukkan pergantian
subtipe kolagen dan peningkatan persilangan kolagen. Pada 3 minggu, saat
awal fase remodelling, luka hanya memiliki 20% dari kekuatan kulit sehat,
dan nantinya hanya akan memiliki 70% dari kekuatan kulit sehat.

Gambar. Fase remodelling

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN


LUKA
a. Status imunologi atau kekebalan tubuh
Penyembuhan luka adalah proses biologi yang kompleks, terdiri dari
serangkaian peristiwa berurutan bertujuan untuk memperbaiki jaringan
yang terluka. Peran sistem kekebalan tubuh dalam proses ini tidak hanya
untuk mengenali dan memerangi antigen baru dari luka, tetapi juga untuk
proses regenerasi sel.
b. Kadar gula darah
Peningkatan gula darah akibat hambatan sekresi insulin, seperti pada
penderita diebetes melitus, juga menyebabkan nutrisi tidak dapat masuk ke
dalam sel, akibatnya terjadi penurunan protein dan kalori tubuh.
c. Rehidrasi dan pencucian luka
Dengan dilakukan rehidarasi dan pencucian luka, jumlah bakteri di dalam
luka akan berkurang, sehingga jumlah eksudat yang dihasilkan bakteri
akan berkurang.

14
d. Nutrisi
Nutrisi memainkan peran tertentu dalam penyembuhan luka. Misalnya,
vitamin C sangat penting untuk sintesis kolagen, vitamin A meningkatkan
epitelisasi, dan seng (zinc) diperlukan untuk mitosis sel dan proliferasi sel.
Semua nutrisi, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral,
baik melalui dukungan parenteral maupun enteral, sangat dibutuhkan.
Malnutrisi menyebabkan berbagai perubahan metabolik yang
mempengaruhi penyembuhan luka.
e. Kadar albumin darah
Albumin sangat berperan untuk mencegah edema, albumin berperan besar
dalam penentuan tekanan onkotik plasma darah. Target albumin dalam
penyembuhan luka adalah 3,5-5,5 g/dl.
f. Suplai oksigen dan vaskulerisasi
Oksigen merupakan prasyarat untuk proses reparatif, seperti proliferasi sel,
pertahanan bakteri, angiogenesis, dan sintesis kolagen. Penyembuhan luka
akan terhambat bila terjadi hipoksia jaringan.
g. Nyeri
Rasa nyeri merupakan salah satu pencetus peningkatan hormon
glukokortikoid yang menghambat proses penyembuhan luka.
h. Kortikosteroid
Steroid memiliki efek antagonis terhadap faktor-faktor pertumbuhan dan
deposisi kolagen dalam penyembuhan luka. Steroid juga menekan sistem
kekebalan tubuh/sistem imun yang sangat dibutuhkan dalam penyembuhan
luka.

F. PERAWATAN LUKA DENGAN MODERN DRESSING


Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni
mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka
bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama,
debridement jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari
permukaan luka.

15
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa
pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki memiliki prinsip
menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan
serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang
kemudian terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut
(debridemen autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai
lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat
penggantian balutan.
Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat
membantu menghentikan perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang
mampu menyerap cairan dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat.
Selanjutnya adalah hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air
dan bakteri, dapat digunakan untuk balutan primer dan sekunder. Penggunaan
jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis luka. Untuk luka yang
banyak eksudatnya dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam,
sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk
membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan
luka.
Berdasarkan kondisi warna luka, metode yang sering dikenal adalah
RYB/Red, Yellow, Black (Merah – Kuning – Hitam) :

Gambar 1. Luka dengan warna dasar merah tua atau terang


dan selalu tampak lembap merupakan luka bersih dengan
banyak vaskulerisasi, karenanya luka mudah berdarah.

16
Gambar 2. Luka dengan warna dasar kuning/kuning kecoklatan/kuning
kehijauan/kuning pucat adalah jaringan nekrosis
merupakan kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskuler.

Gambar 3. Luka dengan warna dasar hitam adalah jaringan


nekrosis, merupakan jaringan avaskuler.

a. Luka dasar merah (Gambar 1):


Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah
mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembap, mencegah
trauma/perdarahan serta mencegah eksudat
b. Luka dasar kuning (Gambar 2):
Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis debridement agar
luka berwarna merah, kontrol eksudat, menghilangkan bau tidak sedap dan
mengurangi/menghindari kejadian infeksi.
c. Luka dasar hitam (Gambar 3):
Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu
pembersihan jaringan mati dengan debridement, baik dengan autolysis
debridement maupun dengan pembedahan.

17
G. PENYEMBUHAN LUKA DENGAN MODERN WOUND DRESSING

Prinsip dan Kaidah


Balutan luka (wound dressings) telah mengalami perkembangan sangat
pesat selama hampir dua dekade ini. Teori yang mendasari perawatan luka
dengan suasana lembap antara lain :
a. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh
neutrofi l dan sel endotel dalam suasana lembap.
b. Mempercepat angiogenesis
Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
c. Menurunkan risiko infeksi
kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
d. Mempercepat pembentukan growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk
stratum korneum dan angiogenesis
e. Mempercepat pembentukan sel aktif
Pada keadaan lembap, invasi neutrofi l yang diikuti oleh makrofag,
monosit, dan limfosit ke daerah luka berlangsung lebih dini.

H. PERBANDINGAN PERAWATAN LUKA KONFENSIONAL


(TRADISIONAL) DENGNAN PERAWATAN LUKA MODERN

Menurut (Maryunani, 2013) dalam literature bukunya disebutkan,


Perawatan Luka Modern lebih menekankan pada proses penyembuhan luka.
Kendala dalam perawatan luka adalah adanya anggapan bahwa material
perawatan luka modern tidak cocok untuk masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu, penting bagi praktisi pemerhati perawatan luka untuk memahami tentang
perawatan luka dengan metode konvensional dan mengetahui keuntungan atau
kerugian perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing.

18
PERAWATAN LUKA KONVESIONAL/TRADISIONAL

Perawatan luka konvensional/tradisional adalah metode perawatan luka


yang dilakukan dengan menggukan balutan luka berdaya serap kurang dan cairan
antiseptik yang sama pada semua jenis luka.

Berikut ini diuraikan tentang kelebihan dan kekurangan dari Perawatan


Luka Konvensional :

Prinsip-prinsip umum perawatan luka konvensional :

a. Dalam perawatan luka konvensional, perawatan luka sering menggunakan


antiseptik pada luka dengan tujuan untuk menjaga luka tersebut agar menjadi
steril
b. Bahkan di setiap trolley perawatan luka/kotak obat/ kotak P3K biasa
disediakan antiseptik seperti: hydrogenperoxide, povidoneiodine, rivanol,
aceticacid, dan chlorhexidine.
c. Untuk kondisi saat ini berkaitan dengan penggunaan antiseptic pada luka :
1. Perlu diketahui bahwa antiseptik-antiseptik seperti ini dapat mengganggu
proses penyembuhan dari tubuh kita sendiri.
2. Masalah utama yang timbul adalah antiseptik tersebut tidak hanya
membunuh kuman-kuman yang ada, tetapi juga membunuh leukosit, yaitu
sel darah yang dapat membunuh bakteri pathogen dan jaringan fibroblast
yang membentuk jaringan kulit baru.

d. Dalam metode perawatan luka konvensional, beberapa hal yang sering terjadi
antara lain :
1. Perawatan luka dilakukan sering (sehari 2-3 kali, bahkan lebih)

19
2. Pasien merasakan nyeri yang sering
3. Perbaikan luka yang lama
4. Perasaan minder pada pasien karena bau

e. Tentang penggunaan balutan, dalam perawatan luka konvensional, terdapat


beberapa pendapat, antara lain :
1. Orang percaya bahwa membiarkan luka pada kondisi bersih dan kering
akan mempercepat proses penyembuhan
2. Oleh karena itu, pada perawatan luka konvensional atau orang yang
zaman dahulu lakukan, biasanya luka dibalut dengan menggunakan kain
pembalut/balutan yang tipis, yang memungkinkan udara masuk dan
membiarkan luka mongering berbentuk scab/koreng.
3. Dengan adanya luka yang mongering berbentuk ‘koreng’ ini dianggap
bahwa luka telah sembuh.
a. Pengetahuan dahulu menyatakan bahwa ‘scab/koreng’ atau ‘luka
yang mengering’ merupakan penghalang alami untuk mencegah
hilangnya kelembaban.
b. ‘Scab’ atau ‘luka yang mengering’ juga mencegah sel-sel baru untuk
berkolonisasi di area luka.
c. Ketika ‘scab’ tersebut mulai berubah bentuk, sel epidermis harus
masuk ke lapisan dermis yang paling dalam sebelum melakukan
proliferasi, karena di area tersebut merupakan daerah yang lembab sel
dapat hidup.
d. Dari proses tersebut dapat diketahui bahwa dalam lingkungan kering,
luka akan memulih dari dalam keluar.

4. Beberapa fakta yang berkaitan dengan hal tersebut, antara lain:


a. Faktanya adalah memang luka yang berbentuk koreng tersebut telah
mongering, tetapi biasanya yang kering hanyalah pada bagian luarnya
saja, sementara luka bagian dalam masih basah, bahkan luka bisa
meluas kedalam.

20
b. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, pengetahuan terkini telah
membuktikan bahwa luka dalam kondisi kering dapat memperlambat
proses penyembuhan dan akan menimbulkan bekas luka.
c. Bila kita dapat mengoptimalkan lingkungan yang lembab pada luka,
proses penyembuhan luka akan berlangsung dari daerah pinggir/
sekitar dan dari dalam secara serempak.

Kelebihan Perawatan Luka Konvensional dengan Balutan Konvensional :

1. Mudah di dapat: apotik, took obat, dan lain-lain.


2. Murah

Kekurangan Perawatan Luka Konvensional dengan Balutan Konvensional :

1. Sering diganti balutanya


2. Balutan cepat kering
3. Kurang menyerap eksudat, karena absorbsi minimal
4. Beresiko menimbulkan luka baru pada saat penggantian balutan sehingga
dapat merusak sel-sel baru. (Dalam hal ini, dapat membuat trauma pada
luka)
5. Menimbulkan nyeri saat ganti balutan (Dalam hal ini, balutan kuat
melekat pada luka)
6. Tidak mendukung proses lembab
7. Menghambat proses penyembuhan karena sering diganti
8. Resiko terjadi infeksi sangat besar (tidak bisa menghambat kuman)

PERAWATAN LUKA MODERN

Perawatan luka dengan metode modern adalah metode penyembuhan luka


dengan cara memperthatikankelembababan luka (moistwoundhealing) dengan
menggunakan tehnikokulsif dan tertutup.

Berikut ini diuraikan tentang kelebihan dan kekurangan dari Perawatan


Luka Modern :

21
a. Prinsip-prinsip umum perawatan luka modern:
1. Untuk meminimalisir penggunaan antibiotika/antiseptic, maka untuk
membersihkan luka dalam perawatan luka modern, cara yang terbaik
dalam membersihannya adalah:
a. Dengan menggunakan cairan fisiologis seperti normal saline (NaCl
0.9%)
b. Untuk luka yang sangat kotor dapat menggunakan tehnik
‘irigasi/waterpressure’
c. Untuk membersihkan luka dirumah (perawatan di rumah), apabila
tidak ada cairan NaCl, dapat menggunakan air mengalir atau
menggunakan shower bertekanan rendah.

2. Mengenai penggunaan balutan dalam perawatan luka modern, maka


criteria balutan, yang digunakan antara lain:
a. Balutan dalam kondisi lembab merupakan cara yang paling efektif
untuk penyembuhan luka.
b. Balutan dalam kondisi lembab tidak menghambat aliran oksigen,
nitrogen dan zat-zat udara lainya.
c. Kondisi lembab adalah lingkungan yang baik untuk sel-sel tubuh
tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimum, karena pada
dasarnya sel dapat hidup dilingkungan yang lembab atau basah.
(kecuali sel kuku dan rambut, sel-sel ini merupakan sel mati).
d. Mengenai penyembuhan dengan menggunakan lingkungan yang
lembab sebagai pemerhati perawatan luka, seharusnya
memperkenalkan ke semua pihak tentang kondisi yang mendukung
penyembuhan luka ini.
Dengan pertimbangan, antara lain :
1. Penyembuhan dengan lingkungan yang lembab masih menjadi
hal yang baru dan jarang diaplikasikan di masyarakat
2. Masyarakat kebanyakan berpendapat bahwa lingkungan yang
lembab akan menjadi tempat berkembangbiaknya kuman
penyakit.

22
3. Namun pernyataan ini tidak disertai dengan kenyataan bahwa
tubuh kita mempunyai sistem imun yang efisien.
4. Segala jenis luka dengan berbagai tingkat keseterilannya
memang merupakan bentuk kolonisasi bakteri, tetapi koloni
bakteri tersebut selama masih dalam jumlah yang wajar tidak
menimbulkan risiko infeksi.
5. Masalah akan timbul jika bakteri tersebut mulai
melipatgandakan koloninya.
6. Jika tubuh kita dalam koloni yang normal, maka antibody
dalam tubuh akan dapat mencegah bakteri untuk tidak
bermitosis.

e. Dengan menggunakan balutan yang lembab, maka klien dengan


luka biasanya akan jarang/kurang mengeluh rasa nyeri atau sakit
yang dirasakan ketika luka dibiarkan dalam lingkungan yang
lembab.
f. Balutan yang mensupport lingkungan lembab pada luka ini, akan
menjaga saraf dari lingkungan luar dengan memberikan
lingkungan yang lembab sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
g. (jika dengan balutan yang kerig, dikhawatirkan saraf akan mudah
mengalami risiko kerusakan selama berproliferasi).

3. Dalam metode perawatan luka modern, beberapa hal yang sering


terjadi antara lain :
1. Perawatan luka bisa dilakukan 3-5 hari sekali/tergantung jenis luka
dan kotornya balutan.
2. Pasien merasa nyaman.
3. Perbaikan luka lebih cepat.
4. Tidak bau.
5. Biaya perawatan lebih rendah.

23
b. Kelebihan ‘Perawatan Luka Modern dengan balutan modern’:
1. Mengurangi biaya pada pasien.
2. Mengefektifkan jam perawatan perawat di Rumah Sakit.
3. Bisa mempertahankan kelembaban luka lebih lama (5-7hari).
4. Mendukung penyembuhan luka.
5. Menyerap eksudat dengan baik.
6. Tidak menimbulkan nyeri pada saat ganti balutan.
7. Tidak bau.

c. Kekurangan ‘Perawatan Luka Modern dengan balutan modern’:


1. Hanya apotik-apotik tertentu menyediakan modern dressing.
2. Tidak masuk dalam anggaran BPJS.

I. PEMILIHAN BALUTAN LUKA


Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing dilaporkan
tersedia untuk menangani luka kronis. Pemilihan tipe dressing yang
digunakan adalah dengan pertimbangan jenis luka dan tujuan terapi. Tujuan
terapi pada luka bersih adalah agar luka dapat tertutup atau bergranulasi
dengan baik untuk menciptakan lingkungan penyembuhan yang lembab dan
memfasilitasi migrasi sel serta mencegah pengeringan luka. Film dapat
digunakan untuk luka insisi, sedangkan hidrogel dan hidrokoloid dapat
digunakan pada luka terbuka. Jumlah dan tipe eksudat yang terdapat pada
luka akan menentukan tipe dressing yang digunakan. Pada umumnya,
hidrogel, film, dan dressing campuran paling baik digunakan pada luka
dengan eksudat sedikit; sedangkan alginate, busa, dan NPWT paling baik
digunakan pada luka dengan eksudat yang lebih banyak. NPWT juga berguna
pada luka dengan kebocoran limfe yang banyak, dan juga fistula. Luka
dengan daerah nekrotik sebaiknya tidak diterapi dengan dressingsampai
debridement telah dilakukan.
Karakteristik dressing yang baik adalah permeabilitas uap tinggi, tidak
lengket, kemampuan absorbsi tinggi, mampu menjadi barrier untuk
kontaminan dari luar, bisa disterilisasi, mampu menempel dengan baik pada
kulit sekitar luka, hipoalergenik, nyaman digunakan. Cost effective.

24
Bahan modern wound dressing dapat berupa :
1. Dressing semioklusif
Menggunakan lembaran yang tidak dapat ditembus oleh cairan
namun dapat dilewati oleh gas dengan molekul rendah. Biasanya
digunakan untuk menjaga kelembaban luka bersih. Dressing semioklusif
biasanya digunakan untuk menutupi, melindungi insisi yang baru dan
daerah donor skin graft, serta akan meningkatkan epitelisasi ketika
digunakan seperti ini. Dressing semioklusif sebaiknya tidak digunakan
pada luka yang terkontaminasi.

2. Dressing hidrogel

Dressing hidrogel terutama berguna untuk menjaga kelembaban


dasar luka dan merehidrasi luka untuk mempermudah penyembuhan luka
dan juga debridement autolisis. Sehingga, dressing jenis ini berguna
untuk luka dengan eskar yang sedikit. Manfaatnya dicapai dengan
kandungan lembab dan keadaan hidrofiliknya. Biasanya terdiri dari
kompleks polisakarida. Tidak seperti alginate dan hidrokoloid, jenis
dressing ini tidak bergantung pada sekresi luka untuk mempertahankan
kelembaban lingkungan luka. Sifatnya tidak lengket, sehingga
meminimalkan rasa nyeri saat Ganti Verban. Karena tidak menelpel
dengan baik ke kulit, biasanya membutuhkan dressing sekunder.
Topikal ini tepat digunakan untuk luka nekrotik/berwarna hitam/kuning
dengan eksudat minimal atau tidak ada.

25
3. Hidrokoloid
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembap,
melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi,
mampu menyerap eksudat tetapi minimal; sebagai dressing primer atau
sekunder, support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau
slough. Terbuat dari pektin, gelatin, carboxymethylcellulose, dan
elastomers.
Indikasi: luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal.
Kontraindikasi: luka terinfeksi atau luka grade III-IV.

Biasanya hidrokoloid berupa pasta, bedak, atau lembaran yang


ditaruh di dalam luka dan ditutupi dengan dressing untuk membentuk
barrier oklusif yang dapat menyerap eksudat sedang. Dapat dibiarkan
pada luka selama 3 hingga 5 hari; selama waktu ini, mereka akan
menyediakan lingkungan lembab untuk migrasi sel dan debridement luka
lewat aotulisis. Bagaimanapun, karena sifatnya yang oklusif, hidrokoloid
sebaiknya tidak digunakan pada luka yang terkontaminasi banyak bakteri,
terutama bakteri anaerob. Jenis dressing ini tidak terlalu menyerap,
sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk luka dengan eksudat banyak.

4. Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing
dan untuk lukaluka superfi sial dan non-eksudatif atau untuk luka post-
operasi. Terbuat dari polyurethane fi lm yang disertai perekat adhesif;
tidak menyerap eksudat.
Indikasi : luka dengan epitelisasi, low exudate, luka insisi.
Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak.

26
5. Calcium Alginate
Alginate (diperoleh dari gangang cokelat) terutama berguna pada
luka dengan jumlah eksudat banyak. Penggunaannya dapat membuang
cairan eksudat dari lingkungan luka sehingga dressing tidak perlu untuk
mengganti dressing setiap hari. Dressing ini sebaiknya tidak digunakan
untuk luka tanpa eksudat, karena dapat mengeringkan dasar luka.
Dressing ini dapat menyerap cairan sekitar 20 kali berat keringnya.
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan
sekunder. Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap
cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah.
Terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel jika bercampur
dengan cairan luka.

Indikasi : luka dengan eksudat sedang sampai berat.


Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Tersedia
dalam bentuk lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan.

27
6. Dressing busac (Foam/absorbant dressing)
Dressing busa terbuat dari polyurethane yang tidak melekat, yang
bersifat hidrofobik. Polyurethane bersifat sangat menyerap dan bekerja
sebagai sumbu untuk cairan luka, sehingga jenis ini berguna pada luka
dengan banyak eksudat. Akan tetapi, karena sifatnya sebagai sumbu,
jenis ini tidak digunakan pada luka tanpa eksudat atau eksudat minimal.

7. Antimikroba
Dressing antimikroba adalah istilah yang digunanakan untuk
menyebut dressing yang mengandung zat antimikroba. Bahan yang
digunakan adalah perak. Perak akan terionisasi pada lingkungan lembab
luka, ion perak inilah yang memiliki efek biologik. Zat ini memiliki efek
antimikroba spektru luas dengan toksisitas rendah pada sel manusia.
Dengan tiga efeknya (mampu melewati membran sel, inhibitor respirasi,
dan pendenaturasi asam nukleat) itu berarti bahwa zat ini aktif melawan
mikroorganisme spektrum luas, dan juga dapat melawan vancomysin-
resistant Enterococcus (VRE) dan methicillin-resistant Staphylococcus
aureus (MRSA). Contohnya adalah silver sulfadiazine, mupirocin, dan

28
antibiotik topikal seperti neomycin, gentamicin, metronidazole, dan salep
dan krim bacitracin.
Balutan ini mengandung silver 1,2% dan hydrofi ber dengan
spektrum luas termasuk bakteri MRSA (methicillin-resistant
Staphylococcus aureus). Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan
akut yang terinfeksi atau berisiko infeksi. Balutan antimikrobial tidak
disarankan digunakan dalam jangka waktu lama dan tidak
direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%.

8. Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, nonabsorben, non-adhesif.
Digunakan untuk luka bereksudat sedang-banyak, luka terinfeksi, dan
memerlukan balutan sekunder.

9. Medical Collagen Sponge


Terbuat dari bahan collagen dan sponge. Digunakan untuk
merangsang percepatan pertumbuhan jaringan luka dengan eksudat
minimal dan memerlukan balutan sekunder.

29
Dalam melakukan perawatan luka, ada beberapa hal yang harus
difikirkan. Yaitu mengenai kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan
kemungkinan kerusakan dalam proses penyembuhan luka. Beberapa hal
tersebut adalah :
1. Usia
2. Iskemia
3. Reperfusi cidera
4. Infeksi atau kontaminasi bakteri
5. Malnutrisi
6. Global
7. Nutrisi spesifik
8. Foreign bodies
9. Diabetes
10. Steroid
11. Uremia
12. Ikterik
13. Kanker
14. Penyebab genetik ( Ehlers-Danlos, Werner syndromes)
15. Penyinaran
16. Kemoterapi
17. Merokok
18. Konsumsi alkohol
19. Edema
20. Tekanan.

30
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka
dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama
dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang
komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan
kebutuhan pasien. Diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
klinis untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas, terutama dalam
penggunaan modern dressing
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau
pembedahan. Luka bisa diklasifi kasikan berdasarkan struktur anatomis,
sifat, proses penyembuhan, dan lama penyembuhan.
Dressing luka dibagi atas dua, yaitu :
1. Dressing luka konvensional/tradisional
Perawatan luka konvensional/tradisional adalah metode perawatan
luka yang dilakukan dengan menggukan balutan luka berdaya serap
kurang dan cairan antiseptik yang sama pada semua jenis luka.
2. Perawatan luka dengan metode modern adalah metode penyembuhan
luka dengan cara memperthatikankelembababan luka (moist wound
healing) dengan menggunakan tehnikokulsif dan tertutup

B. SARAN
Penggunaan makalah ini sebagai pedoman peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan klinis dalam perawatan luka yang berkualiatas dalam
pembelajaran perawatan luka.

31
DAFTAR PUSTAKA

Velnar T, T Baileey,VSmrkolj. The Wound Healing Process: an Overview of the


Cellular and Molecular Mechanism. The Journal of International Medical
Research. 2009
Wound Management Clinical Practice Guideline.September 2012
Orsted, L Heather et al. Basic Principles of Wound Healing. An Understanding of
Basic Physiology of Wound Healing Provides The Clinicial With The
Framework Necessary To Implement The Basic Principles of Chronic Wound
Care. 2011
Mangram, Alicia J. et al. Guideline for Prevention of Surgical Site Infection. The
Hospital Infection Control Practises Advisory Committee. available from
http://www.cdc.gov/hicpac/pdf/guidelines/SSI_1999.pdf
Andersen, Dana K et al. Schwartz's Principles Of Surgery. 10th edition. Mc
GrawHill. 2015
Sjamsuhidajat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. ed 3. EGC. Jakarta. 2010
Federal Bureau of Prisons Clinical Practice Guidelines. Prevention and
Management of Acute and Chronic Wounds. 2014
Sarabahi, Sujata. Recent Advanced in Topical Wound Care. Indian Joournal of
Plastic Surgery. 2012

32

Anda mungkin juga menyukai