Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DRESSING LUKA”.
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk pemenuhan tugas HOME CARE juga
untuk menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .......................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................ 31
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perawatan luka telah mengalami perkembangan sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir, ditunjang dengan kemajuan teknologi kesehatan.
Di samping itu, isu terkini manajemen perawatan luka berkaitan dengan
perubahan profi l pasien yang makin sering disertai dengan kondisi penyakit
degeneratif dan kelainan metabolik. Kondisi tersebut biasanya memerlukan
perawatan yang tepat agar proses penyembuhan bisa optimal. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini di
tunjang dengan makin banyaknya inovasi terbaru produk-produk perawatan
luka. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan
pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), dan keamanan (safety).
Luka merupakan masalah kesehatan yang cukupbesardewasaini,
Banyaknyakomplikasi yang mungkinmunculpadapasiendenganluka dapat
menyebabkan mortalitas dan morbiditas tinggi. Dalam upaya untuk
mengurangi beban luka, telah banyak upaya yang dilakukan untuk memahami
fisiologi penyembuhan luka dan perawatan luka.
Pengaruh luka terhadap keadaan sosial dan ekonomi adalah akibat
tingginya kejadiannya terutama pada populasi lanjut usia. Sebagai tambahan
terhadap seringnya kasus luka akut, juga terdapat banyak luka kronik, luka
yang sulit menyembuh akibat penyakit sistemik, seperti ulkus venosus, ulkus
arterial, ulkus diabetikum, maupun pressure sore. Prevalensi luka ini semakin
meningkat. Contohnya, telah diperkirakan bahwa luka kronik mengenai 120
per 100.000 orang berusia antara 45 hingga 65 tahun dan meningkat hingga
800 per 100.000 orang berusia >75 tahun.
Perawatan luka semakin berkembang seiring dengan perkembangan
dunia kedokteran. Penelitian tentang bahan dressing yang ideal sudah banyak
bermunculan. Terdapat banyak jenis perawatan luka yang tersedia baik untuk
luka akut maupun luka kronik. Setiap metode memiliki kekurangan dan
3
kelebihan masing-masing, sehingga sangatlah penting bagi seorang dokter
untuk mempelajari tentang perawatan luka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan luka ?
2. Apa saja tipe luka ?
3. Apa saja klasifikasi luka ?
4. Bagaimana proses penyembuhan luka ?
5. Apa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka ?
6. Bagaimana cara perawatan luka dengan modern dressing ?
7. Bagaiman penyembuhan luka dengan medern wound dressing ?
8. Bagaimana perbandingan perawatan luka konvensional/tradisional dengan
perawatan modern dressing ?
9. Bagaimana pemilihan balutan luka ?
C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan luka
2. Untuk mengetahui tipe-tipe luka
3. Untuk mengetahui klasifikasi luka
4. Untuk mrengetahui bagaimana proses penyembuhan luka
5. Untuk mengetahui apa saja fator-faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka
6. Untuk menetahui bagaimana cara perawatan luka dengan modern dressing
7. Untuk menetahui bagaimana penyembuhan luka dengan medern wound
dressing
8. Bagaimana perbandingan perawatan luka konvensional/tradisional dengan
perawatan modern dressing
9. Untuk menetahui bagaimana pemilihan balutan luka
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI LUKA
Luka merupakan keadaan di mana terjadinya gangguan terhadap
struktur anatomi dan fungsi pada kulit. Luka dihasilkan oleh proses patologi
yang diawali pada bagian dalam ataupun bagian luar suatu organ.
Padalukadapat terjadi robekan pada integritas epitelial dari kulit atau dapat
pula lebih dalam sampai ke jaringan subkutaneus dengan kerusakan struktur
lain seperti tendon, otot, saraf, organ parenkim dan tulang. Definisi lain
mengatakan bahwa luka merupakan robeknya kulit yang disebabkan fisikal,
mekanikal, atau kerusakan yang diakibatkan oleh panas, atau yang terjadi
karena perkembangan dari keadaan pada gangguan fisiologis.
Luka dapat muncul melalui proses patologis yang disebabkanolehfaktor
eksternal maupun internal di dalam organ yang terlibat. Luka akan
mengakibatkankerusakan dan mengganggu lingkungan sekitar maupun di
dalamnya. Akibat kerusakan yang terjadi, dapatmengakibatkan perdarahan,
vasokontriksi dengan koagulasi, aktivasi komplemen dan respon inflamasi.
B. TIPE LUKA
Terdapat beberapa tipe luka berdasarkan waktu dan sifatnya dalam fase
penyembuhan luka :
TIPE DESKRIPSI
5
makan akan berkembang sebagai luka kronik.
C. KLASIFIKASI LUKA
1. klasiklarifikasi Luka Berdasarkan Penyebab
a. Kerusakan fisikal : pressure ulcers
b. Kerusakan mekanikal : Abrasi, laserasi, luka yang diakibatkan
pisau, lukatembak, luka gigitan, dll
c. Thermal Damage : luka bakar akibat api, luka akibat bahan
kimia, luka akibat radiasi, luka gesekan, luka akibat listrik, dll
d. Gangguan fisiologis : Ulserasi pada arteri atau vena, autoimun,
endokrin, gangguan kulit dan gangguan hematologi, luka yang
berkaitan dengan infeksi sistemik, penyakit keganasan atau neuropati.
6
2. Klasifikasi Luka Berdasarkan Penyebab Kerusakan Jaringan
Menurut (Basic Principles of Wound Healiing) :
a. Trauma
b. Luka bakar (thermal dan chemical )
c. Gigitan binatang
d. Tekanan
e. Keterlibatan vaskular (arteri, vena, limfatik, atau gabungan)
f. Immunodefisiensi
g. Malignancy
h. Connective tissue disorders
i. Penyakit metabolik, termasuk diabetes
j. Defisiensi nutrisi
k. Gangguan psikologi
l. Efek sampping terapi
7
Memberi lapisan pada ulser.
8
c. Contaminated
Luka akibat trauma yang baru dan terbuka, operasi besar dengan
teknik steril (cth pemijatan jantung terbuka) atau kontaminasi yang
nyata dari saluran gastrointestinal, dan insisi dimana terdapat
inflamasi akut nonpurulen.
d. Dirty
Luka traumatik lama dengan jaringan yang sudah mati dan
melibatkan infeksi atau perforasi visera.
9
Keratinosit
10
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi terjadi segera setelah terjadinya kerusakan jaringan.
Tahapanyang terjadi pada fase ini adalah pencapaian hemostasis,
pembersihan jaringan mati, dan pencegahan kolonisasi dan infeksi oleh
patogen.
Pada awalnya, bagian dari jaringan yang luka, termasuk kolagen dan
unsur jaringan yang lainnyaakan mengaktifkan kaskade pembekuan darah
dan mencegah proses perdarahan yang terjadi. Kerusakan pembuluh darah
akan menyebabkan elemen darah keluar dan platelet menggumpal
kemudian beragregasi untuk menutup pembuluh darah yang rusak. Selama
proses ini, trombosit berdegranulasi, mengeluarkan growth factor seperti
platelet-derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor-β
(TGF-β). Hasil akhir dari kaskade koagulasi ekstrinsik dan intrinsik yaitu
perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Setelah itu, sel inflamasi akan menuju daerah luka. Pada fase awal
penyembuhan luka, sel-sel inflamasi ditarik oleh pengaktifankaskade
komplemen (C5a), TGF-β yang dikeluarkan oleh trombosit dan produk
degradasi bakteri seperti lipopolisakarida (LPS). Selama 2 hari setelah
luka, terdapat infiltrasi neurofil ke dalam matriks untuk mengisi lubang
luka. Peran sel ini adalah untuk membuang jaringan mati dengan
fagositosis dan untuk mencegah infeksi.
11
Makrofag mengikuti neutrofil ke dalam luka dan muncul 48 hingga 72 jam
setelah terjadinya luka. Makrofag dibawa untuk penyembuhan luka dengan
adanya monocyte chemoatractant protein 1 (MPC-1). Setelah 3 hari
dariterjadinya luka makrofag merupakan sel dominan yang ditemukan
pada luka yang menyembuh. Makrofag memfagositosis bakteri dan
berperan dalam produksi matriks ekstraseluler oleh fibroblas dan
pembentukan pembuluh darah baru di luka yang sedang dalam fase
penyembuhan.
2. Fase Proliferasi
Fase proliferasi dari penyembuhan luka terjadi pada 4 hingga 21 hari
setelah terjadinya luka. Suatu tahap dalam fase proliferasi, seperti
epitelisasi, dapat terjadi segera setelah terjadinya luka. Regresi hubungan
desmosom antara keratinosit ke dasar membran melepaskan sel dan
membuatnya mampu berpindah secara lateral. Pembentukan filamen aktin
di sitoplasma keratinosit terjadi yang bersamaan dengan hal ini dan
memberi daya penggerak untuk berpindah secara aktif ke dalam luka.
Keratinosit lalu berpindah melalui hubungan dengan protein matriks
ekstraseluler seperti fibronektin, vitronektin, dan kolagen tipe I melalui
mediator integrin seiring dengan terjadinya eskar kering dan matriks
fibrin.
Matriks fibrin sementara digantikan secara bertahap dengan jaringan
granulasi. Jaringan granulasi terdiri dari tiga tipe sel, yaitu fibroblas,
makrofag, dan sel endotel. Sel-sel tersebut membentuk matriks
ekstraseluler dan pembuluh darah baruyang secara histologis merupakan
bagiandarijaringan granulasi. Jaringan granulasi muncul padaluka sekitar 4
hari setelah terjadinya luka. Padafaseinifibroblas memproduksi matriks
ekstraseluler yang mengisi luka. Makrofag terus memproduksi growth
factor seperti PDGF dan TGF-β1yang merangsang fibroblas untuk untuk
berproliferasi, bermigrasi, , dan menyimpan matriks ekstraseluler, juga
12
merangsang sel endotel untuk membentuk pembuluh darah baru. Setelah
beberapa waktu matriks fibrin sementara akan digantikan oleh kolagen tipe
III, yang kemudian akan digantikan oleh kolagen tipe I selama fase
remodelling.
Sel endotel merupakan komponen penting darijaringan granulasi dan
pembentukan pembuluh darah baru melalui angiogenesis. Pada
tahaptertentu proses ini akan berhenti dan pembentukan jaringan
granulasi/matriks ekstraseluler berhenti. Ketika matriks kolagen telah
mengisi kavitas luka, fibroblas akan menghilang secara cepat dan darah
yang baru terbentuk akan surut.
3. Fase Remodelling
Fase remodelling merupakan fase terlama dari penyembuhan luka
yang terjadidalam 21 hari hingga 1 tahun.Faseiniterjadi ketika luka telah
terisi oleh jaringan granulasi dan terjadinya epitelisasi.
Fase remodelling ditandai dengan terjadinya proses kontraksi dan
remodelling kolagen. Proses kontraksi luka dihasilkan oleh miofibroblas
luka yakni fibroblas dengan mikrofilamen aktin intraseluler yang mampu
memaksa pembentukan dan kontraksi matriks.
Remodelling kolagen juga merupakan salah satu ciri fase ini. Kolagen
tipe III pada awalnya diletakkan oleh fibroblas selama fase proliferatif,
13
tetapi setelah beberapa bulan akan digantikan oleh kolagen tipe I.
Penurunan kolagen tipe III ini diperantarai oleh matriks metalloproteinase
yang disekresi oleh makrofag, fibroblas, dan sel endotel. Kekuatan luka
yang menyembuh berkembang selama proses ini, menunjukkan pergantian
subtipe kolagen dan peningkatan persilangan kolagen. Pada 3 minggu, saat
awal fase remodelling, luka hanya memiliki 20% dari kekuatan kulit sehat,
dan nantinya hanya akan memiliki 70% dari kekuatan kulit sehat.
14
d. Nutrisi
Nutrisi memainkan peran tertentu dalam penyembuhan luka. Misalnya,
vitamin C sangat penting untuk sintesis kolagen, vitamin A meningkatkan
epitelisasi, dan seng (zinc) diperlukan untuk mitosis sel dan proliferasi sel.
Semua nutrisi, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral,
baik melalui dukungan parenteral maupun enteral, sangat dibutuhkan.
Malnutrisi menyebabkan berbagai perubahan metabolik yang
mempengaruhi penyembuhan luka.
e. Kadar albumin darah
Albumin sangat berperan untuk mencegah edema, albumin berperan besar
dalam penentuan tekanan onkotik plasma darah. Target albumin dalam
penyembuhan luka adalah 3,5-5,5 g/dl.
f. Suplai oksigen dan vaskulerisasi
Oksigen merupakan prasyarat untuk proses reparatif, seperti proliferasi sel,
pertahanan bakteri, angiogenesis, dan sintesis kolagen. Penyembuhan luka
akan terhambat bila terjadi hipoksia jaringan.
g. Nyeri
Rasa nyeri merupakan salah satu pencetus peningkatan hormon
glukokortikoid yang menghambat proses penyembuhan luka.
h. Kortikosteroid
Steroid memiliki efek antagonis terhadap faktor-faktor pertumbuhan dan
deposisi kolagen dalam penyembuhan luka. Steroid juga menekan sistem
kekebalan tubuh/sistem imun yang sangat dibutuhkan dalam penyembuhan
luka.
15
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa
pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki memiliki prinsip
menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan
serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang
kemudian terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut
(debridemen autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai
lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat
penggantian balutan.
Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat
membantu menghentikan perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang
mampu menyerap cairan dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat.
Selanjutnya adalah hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air
dan bakteri, dapat digunakan untuk balutan primer dan sekunder. Penggunaan
jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis luka. Untuk luka yang
banyak eksudatnya dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam,
sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk
membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan
luka.
Berdasarkan kondisi warna luka, metode yang sering dikenal adalah
RYB/Red, Yellow, Black (Merah – Kuning – Hitam) :
16
Gambar 2. Luka dengan warna dasar kuning/kuning kecoklatan/kuning
kehijauan/kuning pucat adalah jaringan nekrosis
merupakan kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan avaskuler.
17
G. PENYEMBUHAN LUKA DENGAN MODERN WOUND DRESSING
18
PERAWATAN LUKA KONVESIONAL/TRADISIONAL
d. Dalam metode perawatan luka konvensional, beberapa hal yang sering terjadi
antara lain :
1. Perawatan luka dilakukan sering (sehari 2-3 kali, bahkan lebih)
19
2. Pasien merasakan nyeri yang sering
3. Perbaikan luka yang lama
4. Perasaan minder pada pasien karena bau
20
b. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, pengetahuan terkini telah
membuktikan bahwa luka dalam kondisi kering dapat memperlambat
proses penyembuhan dan akan menimbulkan bekas luka.
c. Bila kita dapat mengoptimalkan lingkungan yang lembab pada luka,
proses penyembuhan luka akan berlangsung dari daerah pinggir/
sekitar dan dari dalam secara serempak.
21
a. Prinsip-prinsip umum perawatan luka modern:
1. Untuk meminimalisir penggunaan antibiotika/antiseptic, maka untuk
membersihkan luka dalam perawatan luka modern, cara yang terbaik
dalam membersihannya adalah:
a. Dengan menggunakan cairan fisiologis seperti normal saline (NaCl
0.9%)
b. Untuk luka yang sangat kotor dapat menggunakan tehnik
‘irigasi/waterpressure’
c. Untuk membersihkan luka dirumah (perawatan di rumah), apabila
tidak ada cairan NaCl, dapat menggunakan air mengalir atau
menggunakan shower bertekanan rendah.
22
3. Namun pernyataan ini tidak disertai dengan kenyataan bahwa
tubuh kita mempunyai sistem imun yang efisien.
4. Segala jenis luka dengan berbagai tingkat keseterilannya
memang merupakan bentuk kolonisasi bakteri, tetapi koloni
bakteri tersebut selama masih dalam jumlah yang wajar tidak
menimbulkan risiko infeksi.
5. Masalah akan timbul jika bakteri tersebut mulai
melipatgandakan koloninya.
6. Jika tubuh kita dalam koloni yang normal, maka antibody
dalam tubuh akan dapat mencegah bakteri untuk tidak
bermitosis.
23
b. Kelebihan ‘Perawatan Luka Modern dengan balutan modern’:
1. Mengurangi biaya pada pasien.
2. Mengefektifkan jam perawatan perawat di Rumah Sakit.
3. Bisa mempertahankan kelembaban luka lebih lama (5-7hari).
4. Mendukung penyembuhan luka.
5. Menyerap eksudat dengan baik.
6. Tidak menimbulkan nyeri pada saat ganti balutan.
7. Tidak bau.
24
Bahan modern wound dressing dapat berupa :
1. Dressing semioklusif
Menggunakan lembaran yang tidak dapat ditembus oleh cairan
namun dapat dilewati oleh gas dengan molekul rendah. Biasanya
digunakan untuk menjaga kelembaban luka bersih. Dressing semioklusif
biasanya digunakan untuk menutupi, melindungi insisi yang baru dan
daerah donor skin graft, serta akan meningkatkan epitelisasi ketika
digunakan seperti ini. Dressing semioklusif sebaiknya tidak digunakan
pada luka yang terkontaminasi.
2. Dressing hidrogel
25
3. Hidrokoloid
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembap,
melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi,
mampu menyerap eksudat tetapi minimal; sebagai dressing primer atau
sekunder, support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau
slough. Terbuat dari pektin, gelatin, carboxymethylcellulose, dan
elastomers.
Indikasi: luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal.
Kontraindikasi: luka terinfeksi atau luka grade III-IV.
4. Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing
dan untuk lukaluka superfi sial dan non-eksudatif atau untuk luka post-
operasi. Terbuat dari polyurethane fi lm yang disertai perekat adhesif;
tidak menyerap eksudat.
Indikasi : luka dengan epitelisasi, low exudate, luka insisi.
Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak.
26
5. Calcium Alginate
Alginate (diperoleh dari gangang cokelat) terutama berguna pada
luka dengan jumlah eksudat banyak. Penggunaannya dapat membuang
cairan eksudat dari lingkungan luka sehingga dressing tidak perlu untuk
mengganti dressing setiap hari. Dressing ini sebaiknya tidak digunakan
untuk luka tanpa eksudat, karena dapat mengeringkan dasar luka.
Dressing ini dapat menyerap cairan sekitar 20 kali berat keringnya.
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan
sekunder. Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap
cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah.
Terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel jika bercampur
dengan cairan luka.
27
6. Dressing busac (Foam/absorbant dressing)
Dressing busa terbuat dari polyurethane yang tidak melekat, yang
bersifat hidrofobik. Polyurethane bersifat sangat menyerap dan bekerja
sebagai sumbu untuk cairan luka, sehingga jenis ini berguna pada luka
dengan banyak eksudat. Akan tetapi, karena sifatnya sebagai sumbu,
jenis ini tidak digunakan pada luka tanpa eksudat atau eksudat minimal.
7. Antimikroba
Dressing antimikroba adalah istilah yang digunanakan untuk
menyebut dressing yang mengandung zat antimikroba. Bahan yang
digunakan adalah perak. Perak akan terionisasi pada lingkungan lembab
luka, ion perak inilah yang memiliki efek biologik. Zat ini memiliki efek
antimikroba spektru luas dengan toksisitas rendah pada sel manusia.
Dengan tiga efeknya (mampu melewati membran sel, inhibitor respirasi,
dan pendenaturasi asam nukleat) itu berarti bahwa zat ini aktif melawan
mikroorganisme spektrum luas, dan juga dapat melawan vancomysin-
resistant Enterococcus (VRE) dan methicillin-resistant Staphylococcus
aureus (MRSA). Contohnya adalah silver sulfadiazine, mupirocin, dan
28
antibiotik topikal seperti neomycin, gentamicin, metronidazole, dan salep
dan krim bacitracin.
Balutan ini mengandung silver 1,2% dan hydrofi ber dengan
spektrum luas termasuk bakteri MRSA (methicillin-resistant
Staphylococcus aureus). Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan
akut yang terinfeksi atau berisiko infeksi. Balutan antimikrobial tidak
disarankan digunakan dalam jangka waktu lama dan tidak
direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%.
8. Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, nonabsorben, non-adhesif.
Digunakan untuk luka bereksudat sedang-banyak, luka terinfeksi, dan
memerlukan balutan sekunder.
29
Dalam melakukan perawatan luka, ada beberapa hal yang harus
difikirkan. Yaitu mengenai kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan
kemungkinan kerusakan dalam proses penyembuhan luka. Beberapa hal
tersebut adalah :
1. Usia
2. Iskemia
3. Reperfusi cidera
4. Infeksi atau kontaminasi bakteri
5. Malnutrisi
6. Global
7. Nutrisi spesifik
8. Foreign bodies
9. Diabetes
10. Steroid
11. Uremia
12. Ikterik
13. Kanker
14. Penyebab genetik ( Ehlers-Danlos, Werner syndromes)
15. Penyinaran
16. Kemoterapi
17. Merokok
18. Konsumsi alkohol
19. Edema
20. Tekanan.
30
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka
dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama
dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang
komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan
kebutuhan pasien. Diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
klinis untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas, terutama dalam
penggunaan modern dressing
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau
pembedahan. Luka bisa diklasifi kasikan berdasarkan struktur anatomis,
sifat, proses penyembuhan, dan lama penyembuhan.
Dressing luka dibagi atas dua, yaitu :
1. Dressing luka konvensional/tradisional
Perawatan luka konvensional/tradisional adalah metode perawatan
luka yang dilakukan dengan menggukan balutan luka berdaya serap
kurang dan cairan antiseptik yang sama pada semua jenis luka.
2. Perawatan luka dengan metode modern adalah metode penyembuhan
luka dengan cara memperthatikankelembababan luka (moist wound
healing) dengan menggunakan tehnikokulsif dan tertutup
B. SARAN
Penggunaan makalah ini sebagai pedoman peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan klinis dalam perawatan luka yang berkualiatas dalam
pembelajaran perawatan luka.
31
DAFTAR PUSTAKA
32