Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Perawatan
Luka”,
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kuliah PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN DASAR pada AKADEMI KEPERAWATAN STIKES IMELDA MEDAN
PROGRAM RPL Tahun Akademik 2018 / 2019.
Besar harapan penulis dengan makalah ini dapat memberi pengetahuan serta acuan
untuk para penulis lainnya dalam menganalisis lebih lanjut makalah ini. Penulis mengetahui
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kelebihan dari makalah ini dapat dilihat dari segi
pemaparannya, sedangkan kekurangannya adalah hanya ditinjau secara global dan penulis
berharap para penulis lain dapat mengembangkannya.
Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam pembuatan
makalah ini.
Nias, 2018
Penulis

TUTI SRIMAWARNI MENDROFA

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 1

DAFTAR ISI....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………….......... 3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 4
C. Tujuan Penuisan…………………………………….………………….... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi....................................................................................................... 5
B. Etiologi....................................................................................................... 5
C. Jenis-jenis Luka.......................................................................................... 6
D. Proses Penyembuhan Luka......................................................................... 8
E. Trend dan Isu Perawatan Luka................................................................... 11
F. Komplikasi dari Luka................................................................................. 13
G. Prosedur Perawatan Luka.......................................................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................. 18
B. Saran.................................................... .................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................... ...................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit
terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh
terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang
menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan
penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi
sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon
yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan
berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur
anatomi, fungsi dan penampilan.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga
kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan
perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap
pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka
stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat.,
hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka bisa sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah,
apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada
tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering
dan terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap
obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering
kali memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan
luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi
dasar luka, yang mana selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap
sebagai suatu hal yang penting bagi perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak
dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada luka
dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti balutan.
Praktik perawatan luka dalam bidang pelayanan di rumah sakit sudah banyak
dilakukan perawat, namun teknik perawatan luka yang dilakukanM umumnya masih

3
bersifat konvensional. Sementara saat ini sudah berkembang teknik perawatan luka
modern yang sangat membantu proses penyembuhan klien.
Dengan memperhatikan perkembangan teknologi perawatan luka terkinidan tepat
guna maka luka dapat disembuhkan dengan waktu penyembuhan yang relative lebih
singkat (2x lebih singkat), tidak menimbulkan nyeri, balutan nyaman, menghilangkan bau
tak sedap, cost efektif, dan mengurangi kecacatan klien akibatpertumbuhan jaringan parut
atau amputasi yang tidak diinginkan. Untuk mencapai perubahan teknik perawatan luka
dari teknik konvensional menjadi teknik modern membutuhkan pelatihan khusus dalam
bidang perawatan luka agar dicapai proses penyembuhan luka yang optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyembuhan luka?
2. Apa sajakah penyebab luka?
3. Bagaimana jenis-jenis luka?
4. Bagaimana proses penyembuhan luka?
5. Bagaimana trend dan isu perawatan luka?
6. Apa saja komplikasi dari luka?
7. Bagaimana prosedur perawatan luka?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi dari penyembuhan luka
2. Mengetahui apa saja penyebab luka
3. Mengetahui bagaimana jenis-jenis luka
4. Mengetahui proses penyembuhan luka
5. Mengetahui trend dan isu perawatan luka
6. Mengetahui apa saja komplikasi dari luka
7. Mengetahui bagaimana prosedur perawatan luka

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses
pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan
fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2006).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel
secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal.
Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan
penampilan.

B. Etiologi / Penyebab Luka


Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum
memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor
yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan
dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
1. Trauma
2. Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia
3. Gigitan binatang atau serangga
4. Tekanan
5. Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
6. Immunodefisiensi
7. Malignansi
8. Kerusakan jaringan ikat
9. Penyakit metabolik, seperti diabetes
10. Defisiensi nutrisi
11.Kerusakan psikososial
12. Efek obat-obatan

5
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka dengan multifaktor.

C. Jenis-jenis Luka
1. Berdasarkan Kategori
a. Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar;
tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril

Gambar 1. Luka bakar


b. Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction;
tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah

Gambar 2. Luka post op skin graft


2. Berdasarkan integritas kulit
a. Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan
disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi

6
b. Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan
lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan
3. Berdasarkan Descriptors
a. Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik
untuk pengangkatan jaringan skar
b. Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat
alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
c. Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko
infeksi
d. Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
4. Klasifikasi Luka Bedah
a. Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan
atau system genitourinary, risiko infeksi rendah
b. Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary,
risiko infeksi
c. Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko
tinggi infeksi
d. Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi
Klasifikasi luka

a. Berdasarkan penyebab
1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan
2) Akut atau kronik

7
Gambar 3. Luka Kronik
b. Kedalaman jaringan yang terlibat
1) Superficial
Hanya jaringan epidermis

2) Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis

3) Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan
jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur
yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang

D. Prinsip Dasar Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan
lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang
normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang
merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui
pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik
mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini.
Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient
centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase
penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang
sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut:
 Hemostasis
 Inflamasi
 Proliferasi atau granulasi

8
 Remodeling atau maturasi

1. Hemostasis
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada
proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh
darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap
injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif
untuk membantu proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan
jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga
mensekresi faktor yang berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik
melalui produksi trombin, yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan
fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya
platelet juga mensekresi sitokin seperti ”platelet-derived growth factor”. Hemostatis
terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor
pembekuan.
2. Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang
menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering
dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”.
Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses
penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah
pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan
pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan.
Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan
awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah
sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan
kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah
makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan
kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor
pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan
epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).

9
3. Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya
berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara
klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan
mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih
dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya
satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang
kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi.
Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari
kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut
angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah keratinosit yang bertanggungjawab
untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit
berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.
4. Remodeling atau maturasi
Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses
penyembuhan luka jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran
ini dilakukan oleh fibroblast. Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun
sesudah perlukaan.
Tabel 1. Fase penyembuhan luka
Analogi
Fase Sel-sel yang
Waktu membangun
penyembuhan berperan
rumah
Hemostasis Segera Platelets Capping off

Inflamation Hari 1-4 Neutrophils conduits

Unskilled laborers

to clean uap the site

Proliferation Hari 4 – 21 Macrophages Supervisor Cell

Granulation Lymphocytes Specific laborers at

Angiocytes the site:


10
Neurocytes Plumber

Electrician

Contracture Fibroblasts Framers

Keratinocytes Roofers and Siders

Remodeling Hari 21 – 2 Fibrocytes Remodelers

tahun

Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi
dua komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah
pergantian sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan
repair adalah tipe penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair
merupakan proses yang lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi
oleh intention primer, sekunder dan tersier.
1. Intension primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
a. Fase Inisial (3-5 hari)
b. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel
c. Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase
granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak
granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan
epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal
dan mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi
selama 3 – 5 hari.
d. Fase kontraktur scar ( 7 hari – beberapa bulan )
Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan
miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu
menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang

11
matur selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh
darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi

2. Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki
sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang
cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar
daripada penyembuhan primer.
3. Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa
granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka
dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka
primer mengalami infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan
kemudian dijahit. Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan
lebih dalam daripada intension primer atau sekunder

E. Trend Dan Isu Perawatan Luka


1. Kecendrungan Perawatan Luka Saat ini
Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka,
banyak diteliti metode – metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara
medis, maupun secara komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam
untuk mempercepat penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence
based yang cukup kuat dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan
seorang perawat professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka
secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka
akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan
parut atau bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan
mempengaruhi persepsi dan kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan
luka, semakin mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan
semakin baik dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik,
kepuasan pasien meningkat.
Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa
”wet-to-dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin

12
digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika
kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera
harus diganti dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya
pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri
yang berlebihan, metode wet to dry dianggap sebagai metode debridemen mekanik
dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada luka. Dari metode
perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau tidak menjadi
pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka, seperti proses fisiologis
pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan,
meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis
balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan
nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan
luka hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode
perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi
mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome
yang berkualitas dan biaya yang lebih murah.
2. Keuntungan dari permukaan luka yang lembab
a. Mengurangi pembentukan jaringan parut
b. Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan
c. Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan
devitalisasi/yang mati
d. Menambah pertahanan immun permukaan luka
e. Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast
f. Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang
tipis
g. Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari balutan
kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi penggantian balutan dan
meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat menghemat biaya yang
dibutuhkan.

13
Gambar 4. Perbandingan permukaan luka yang lembab dan luka terbuka
Perbandingan permukaan luka yang lembab dengan luka yang terbuka
a. Kelembaban meningkatkan epitelisasi 30-50%
b. Kelembaban meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %
c. Rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat
d. Mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka

F. Komplikasi Dari Luka


1. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat
diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.
2. Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit.
Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur
tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi
bengkak, hangat dan nyeri. Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
a. Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan
b. Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh terkumpulnya
pus (bakteri, jaringan nekrotik, Sel Darah Putih)
c. Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke
sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah
Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka
4. Keloid
14
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul
tidak terduga dan tidak pada setiap orang.

G. Tindakan Keperawatan Terhadap Luka


1. Perawatan Luka Bersih
Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose),
termasuk didalamnya mengganti balutan.
Tujuan :
a. Mencegah timbulnya infeksi.
b. Observasi perkembangan luka.
c. Mengabsorbsi drainase.
d. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
Indikasi :
a. Luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
b. Balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.
c. Ingin mengkaji keadaan luka.
d. Mempercepat debredemen jaringan nekrotik.
Prosedur Perawatan Luka Bersih
a. Menyiapkan alat
b. Menyiapkan pasien
c. Perkenalkan diri
d. Jelaskan tujuan
e. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
f. Persetujuan pasien
g. Tekhnis pelaksanaan
Peralatan
a. Gunting pembalut
b. Plaster
c. Bengkok/ kantong plastik
d. Pembalut
e. Alkohol 70 %
f. Betadine 10 %
g. Bensin/ Aseton

15
h. Obat antiseptic/ desinfektan
i. NaCl 0,9 %
j. Pincet anatomi 1
k. Pinchet chirurgie 1
l. Gunting Luka (Lurus)
m. Kapas Lidi
n. Kasa Steril
o. Kasa Penekan (deppers)
p. Mangkok / kom Kecil
Prosedur Pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
b. Tempatkan alat yang sesuai.
c. Cuci tangan.
d. Buka pembalut dan buang pada tempatnya.
e. Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau NaCl.
f. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah
dari dalam ke luar.
g. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
h. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
dengan larutan desinfektan.
i. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
j. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan
kasa steril
k. Plester verban atau kasa.
l. Rapikan pasien.
m. Alat bereskan dan cuci tangan.
n. Catat kondisi dan perkembangan luka.
2. Perawatan Luka Kotor
Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian tubuh
tertentu sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.
Tujuan :
a. Mempercepat penyembuhan luka.
b. Mencegah meluasnya infeksi.

16
c. Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lain.
Prosedur Perawatan Luka Kotor (decubitus)
a. Menyiapkan alat
b. Menyiapkan pasien
c. Perkenalkan diri
d. Jelaskan tujuan
e. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
f. Persetujuan pasien
g. Tekhnis pelaksanaan
Peralatan
a. Gunting pembalut
b. Plaster
c. Bengkok/ kantong plastik
d. Pembalut
e. Alkohol 70 %
f. Betadine 2 %
g. H2O2, savlon
h. Bensin/ Aseton
i. Obat antiseptic/ desinfektan
j. NaCl 0,9 %
k. Pincet anatomi 1
l. Pinchet chirurgie 2
m. Gunting Luka (Lurus dan bengkok)
n. Kapas Lidi
o. Kasa Steril
p. Kasa Penekan (deppers)
q. Sarung Tangan
r. Mangkok / kom Kecil 2
Prosedur Pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
b. Tempatkan alat yang sesuai.

17
c. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang
berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari
cairan tubuh.
d. Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang ada.
e. Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah
dari dalam ke luar.
f. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
g. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok
dengan larutan desinfektan.
h. Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
i. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
j. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan
kasa steril.
k. Plester verban atau kasa.
l. Rapikan pasien.
m. Alat bereskan dan cuci tangan.
n. Catat kondisi dan perkembangan luka.
o. Hal-hal yang perlu diperhatikan
p. Cermat dalam menjaga kesterilan.
q. Peka terhadap privasi pasien.
r. Saat melepas atau memasang balutan, perhatikan tidak merubah posisi drain atau
menarik luka.
s. Alat pelindung mata harus dipakai bila terdapat resiko kontaminasi okuler
seperti cipratan mata.

BAB III

18
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan memalukan
pembalutan, dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
Jika luka sudah membaik atau sembuh, disarankan agar balut tekan tetap
digunakan dengan tujuan untuk mengontrol risiko pembengkakkan, memperbaiki system
saraf dan mencegah risiko terjadinya luka ini kembali. Sebelum kita melakukan
intervensi terhadap luka, ada baiknya kita melakukan pengkajian terlebih dahulu.
Melakukan pengkajian luka secara komprehensif pada klien yang tepat merupakan
komponen penting dalam manajemen luka. Kemampuan untuk melakukan pengkajian
luka tersebut membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup.
Perencanaan perawatan luka sangat dibutuhkan namun dalam perencanaan tersebut
dibutuhkan juga keterangan-keterangan atau fakta dari hasil evaluasi rencana tersebut.

B. Kritik Dan Saran


Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi
sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah
berikutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Black, Joyce M., Hawks JH, 2006, Medikal Surgical Nursing, (Edisi. 8),.
Philadelpia: WB Saunders Company

2. Suparmi Yulia, dkk. 2008. Panduan Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Citra


aji Parama
3. Perry & Potter, 1999. Buku Ajar Fundamental Of Nursing Vol.2. Jakarta : EGC

4. Luka dan Perawatannya (Ismail S.Kep, Ns, M.Kes), Manajemen Luka (Moya
J. Morison, 2003).

5. Ansjoer.Arif, dkk.Eds.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta :


Media Aesculapius FKUI.

6. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda,


Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai