Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH KMB

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah III


Dosen Pengajar: Dewi Aprilianti, Ners. M.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

1. Sapto Widiantoro 9. Wini Wahidawati


2. Selvia ResiA 10. Yosep Ekstrada
3. Septya Florensa 11. Yulia Tikai
4. Tirta Taruna 12. Yulita
5. Veronika 13. Yunira Priskila
6. Wina Noprianti 14. Hendri. F
7. Winda Aprilia 15. Lastri Lestari
8. Windy

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Teori Model Pada Anak .................................................................................. 3
2.1.1 Teori Kathryn E. Barnard .......................................................................................... 3
2.1.2 Aplikasi Teori Kathryn E. Barnard ........................................................................... 4
2.1.3 Peran Praktik Keperawatan menurut Kathryn E. Barnard ......................................... 7
2.1.4 Paradigma Keperawatan Menurut Kathryn E. Barnard ............................................ 9
2.1.5Sumber Teoritis Terhadap Perkembangan Teori ........................................................ 9
2.1.6 Penggunaan Bukti Empiris ...................................................................................... 10
2.1.7 Konsep Utama Dan Definisi ................................................................................... 12
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 16
3.2 Saran ............................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Anonim, 2001). Luka
bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat
terganggu, terutama sistem kardiovaskuler. Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama,
kedua superfisial, kedua dalam, dan derajat ketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai
epidermis yang disertai eritema dan nyeri. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke
epidermis dan sebagian lapisan dermis yang disertai lepuh dan sangat nyeri. Luka bakar
derajat kedua dalam meluas ke seluruh dermis.
Luka bakar derajat ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis,
seringkali kapiler dan vena hangus dan darah ke jaringan tersebut berkurang (Corwin, 2000).
Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan memberi
kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka
(Syamsuhidayat dan Jong, 1997). Pengobatan secara tradisional sebagai alternatif untuk
menyembuhkan luka akhir-akhir ini banyak digunakan. Salah satunya dengan menggunakan
lendir bekicot (Achatina fulica). Dalam masyarakat ekstrak daging bekicot dan lendirnya
sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus, sakit waktu
menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, sakit jantung dan lain-lain (Anonim,
2005). Secara ilmiah pernah dilakukan penelitian bahwa lendir bekicot (Achatina fulica)
mengandung acharan sulfate, yaitu suatu glycosaminoglycan (GAGs) yang diisolasi dari
Achatina fulica (Kim et al., 1996; Vieira et al., 2004). Glycosaminoglycan mempunyai peran
yang sangat penting dalam menyembuhkan luka.
Pada fase proliferasi, kolagen dan GAGs membentuk kompleks yang berperan dalam
menyembuhkan luka (Im and Kim, 2009). Penggunaan lendir bekicot untuk menyembuhkan
luka bakar dapat dipermudah penggunaannya dengan membuatnya dalam sediaan gel.
Umumnya gel merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus cahaya yang
mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut (Lachman dkk,1996), tidak lengket dan
mempunyai nilai estetik (Madan and Singh, 2010). Hidrogel biasa digunakan untuk
pengobatan luka. Lapisan GAGs-hidrogel berfungsi untuk menjaga luka dari infeksi bakteri
dan mengontrol penguapan air serta permeabilitas oksigen dan carbon dioxide, selain itu juga
berperan dalam mempercepat penyembuhan luka (Im and Kim, 2009). Salah satu derivat
cellulose yang efektif sebagai basis gel adalah hidroksipropil methylcellulose (HPMC)
(Lieberman et al., 1996). Hidroksipropil methylcellulose sudah banyak digunakan sebagai
bahan tambahan baik secara oral maupun topikal (Rowe et al, 2006). Pemilihan basis HPMC
karena penampakan gel-nya yang jernih dan tidak incompatible dengan bahan-bahan lain,
kecuali oxidative materials (Gibson, 2001). Selain itu digunakan basis gel hidrofilik karena
daya sebar pada kulit baik, efeknya mendinginkan, tidak menyumbat poripori kulit, mudah
dicuci dengan air dan pelepasan obatnya baik (Voigt, 1984). Selain itu substitusi metil
memberi HPMC satu ciri yang unik, kekuatan dari gel dan suhu dimana gel dibentuk (60-90o
C) tergantung pada substitusi polimer dan konsentrasinya dalam air (Lieberman et al., 1996).
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gel lendir bekicot konsentrasi 3%,
5%, 7%, dan 9% dengan basis gel chitosan mempunyai kemampuan menyembuhkan luka
bakar, dengan waktu paling cepat selama 14 hari yaitu pada konsentrasi 9% (Anonim, 2008).
Sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui efek lendir bekicot menggunakan
basis gel yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu hidroksipropil methylcellulose
(HPMC) dalam berbagai konsentrasi untuk menyembuhkan luka bakar pada kelinci jantan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud luka bakar combustio ?
2. Apa penyebab luka bakar combustio ?
3. Bagaimana pembagian luka bakar combustio ?
4. Bagaimana perjalalanan penyakit luka bakar combustio ?
5. Apa tanda dan gejala luka bakar combustio ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang luka bakar combustio ?
7. Bagaimana penatalaksaan medis luka bakar combustio ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi luka bakar combustio
2. Untuk mengetahui penyebab luka bakar combustio
3. Untuk mengetahui pembagian luka bakar combustio
4. Untuk mengetahui perjalanan penyakit luka bakar combustio
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala luka bakar combustio
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang luka bakar combustio
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis luka bakar combustio
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Luka Bakar Combustio
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet (Brunner &
Suddarth, 2002). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
(Moenajar, 2002). Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau
radio aktif (Wong, 2003). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur
panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang
hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan
gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan
luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan
dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan
mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor
penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar
akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2003).
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak
langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak faktor,
yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan
kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007). Luka bakar adalah suatu trauma yang
disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008). Luka bakar bisa berasal dari berbagai
sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar
bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011)
Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar :
1. Pencegahan
2. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien – pasien luka bakar yang
3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penanganan dini , spesialistik
serta individual
4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekontruksi dan program
rehabilitasi (brunner & suddarth vol 3:1912).
2.1.2 Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga
dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat
dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan
cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu
baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan
serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan
berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau
peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama
waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang
disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya.
Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama
lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka
umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan
garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta
dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan
nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya
luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Combustio/ Luka Bakar :
1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama
tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung
gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung
pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema
dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama
akan sembuh tanpa bekas.
b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau
pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III ( Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak,
tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan
epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak
ada proses epitelisasi spontan.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
4. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode
yaitu :
a. Rule of Nine
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
i. Total : 100%
b. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund
dan Browder sebagai berikut :
A. Fase Combustio/Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik.
2. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur

2.1.4 Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan
mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam
termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar
56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang
disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup
hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah
jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal
sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya
integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai
respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan
vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer
menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil
dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka
bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup.
Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi
cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar,
hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi
kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga
terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi
karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan
masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh
jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi
renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah
merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal
sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi
yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya.
Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-
jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

Pathway
1.
Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Masalah Keperawatan:
Biologis LUKA BAKAR Psikologis
 Gangguan Citra Tubuh
 Defisiensi pengetahuan
 Anxietas
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit

Kerusakan mukosa Keracunan gas CO Penguapan meningkat


Masalah Keperawatan:

 Resiko infeksi
 Nyeri akut
 Kerusakan integritas kulit
Oedema laring CO mengikat Hb Peningkatan pembuluh darah
kapiler

Obstruksi jalan nafas Hb tidak mampu


mengikat O2 Ektravasasi cairan (H2O,
Elektrolit, protein) Masalah Keperawatan:
Gagal nafas
Hipoxia otak  Hambatan mobilitas fisik
MK: ketidak Tekanan onkotik menurun.
efektifan pola nafas Tekanan hidrostatik
meningkat
tidak efektif

Cairan intravaskuler
menurun

Masalah Keperawatan:
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi  Kekurangan volume cairan

Gangguan sirkulasi
makro

Gangguan perfusi organ penting Gangguan


sirkulasi seluler

Otak Kardiovaskuler Ginjal Hepar GI Neurologi Imun Gangguan


Traktus perfusi

Hipoxia Kebocoran Hipoxia Pelepasan Gangguan Daya


kapiler sel ginjal katekolamin Dilatasi Neurologi tahan Laju
lambung tubuh metabolisme
Sel otak menurun meningkat
mati Penurunan Fungsi Hipoxia Hambahan
curah jantung ginjal hepatik pertumbuhan
menurun Glukoneogenesis
Gagal glukogenolisis
fungsi Gagal Gagal ginjal Gagal
sentral jantung hepar
MK:
Ketidakseimbanga
n njutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE

2.1.5 Manifestasi Klinis


Kedalaman Bagian Gejala Penampilan Perjalanan
dan Penyebab Kulit Yang Luka Kesembuhan
Luka Bakar terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemuta Memerah;menja Kesembuhan
Tersengat Hiperestesia di putih jika lengkap dalam
matahari (super ditekan waktu satu
Terkena Api sensitive) Minimal atau minggu
dengan Rasa nyeri tanpa edema Pengelupasan
intensitas mereda jika kulit
rendah didinginkan
Derajat Dua Epidermis Nyeri Melepuh, dasar Kesembuhan
Tersiram air dan Bagian Hiperestesia luka berbintik – luka dalam
mendidih Dermis Sensitif bintik waktu 2 – 3
Terbakar oleh terhadap merah,epidermis minggu
nyala api udara yang retak, Pembentukan
dingin permukaan luka parutdan
basah depigmentasi
Edema Infeksi dapat
mengubahnya
menjadi
derajat tiga

Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering ;luka Pembentukan


Terbakar nyala Keseluruha nyeri bakarberwarna eskar
api n Dermis Syok putih seperti Diperlukan
Terkena cairan dan kadang Hematuri dan badan kulit atau pencangkokan
mendidihdala – kadang kemungkinan berwarna Pembentukan
m waktu yang jaringan hemolisis gosong. parut dan
lama subkutan Kemungkin Kulit retak hilangnya
Tersengat arus terdapat luka dengan bagian kountur serta
listrik masuk dan kulit yang fungsi kulit.
keluar (pada tampak Hilangnya jari
luka bakar edema tangan atau
listrik)a ekstermitas
dapat terjadi

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium :
a. Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera
b. Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
c. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi
d. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
e. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
f. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
g. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
h. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
i. Ureum
j. Protein
k. Hapusan Luka
l. Urine Lengkap, dllRontgen : Foto Thorax, dll
2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
3. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari
30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak

2.1.7 Penatalaksanaan Luka Bakar


Pengoabatan luka bakar diberikan berdasarkan luas dan beratnya luka bakar serta
pertimbangan penyebabnya.Resusitasi cairan penting dalam menangani kehilangan cairan
intravascular.Oksigen diberikan melalui masker atau ventilasi buatan.Luka bakarnya sendiri
dapat di tutupi balutan steril basah atau kering.Penambahan obat topkal dapat juga
diindikasikan.Luka baka berat memerlukan debridement luka dan transpalasi.
Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010) Penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar
sebagai berikut:
1. Mematikan sumber api
2. Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh (menyelimuti,
menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke air).
3. Merendam atau mengaliri luka
4. Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar dalam air atau
menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pada luka bakar ringan
tujuan ini adalah untuk menghentikan proses koagulasi protein sel jaringan dan
menurunkan suhu jaringan agar memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi
sehingga sel-sel epitel mampu berfoliferasi.
5. Rujuk ke Rumah Sakit
6. Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang memiliki
unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus.
7. Resusitasi
8. Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas .namun bila terjadi syok
segera di lakukan resusitasi ABC.
a) Pernafasan:
1) Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi
obstruksi gagal nafas.
b) Sirkulasi
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.
a. Airway Management
1) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada pasien tidak
sadar.
2) Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
3) Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma silafasial/gagal intubasi.
b. Breathing/Pernapasan
1) Berikan supplement O2.
2) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
3) Pantau oksimetri nadi dan observasi.
c. Circulation
1) Nilai frekuensi nadi dan karakternya
2) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
3) Perawatan local
Untuk luka bakar derajat I dan II biasa dilakukan perawatan lokal yaitu
dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic contoh golongan:
silver sulfadiazine, moist exposure burn ointment, ataupun yodium providon.
9. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
10. Resusitasi cairan Baxter.
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias menggunakan rumus
yang di rekomendasikan oleh Envans, yaitu:
Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL NaCl /24 jam
Luas luka dalam persen x BB (kg) = mL Plasma/24 jam
2000 cc gluksosa 5%/24 jam

Dewasa : Baxter. ( RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. )


Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal ( RL : Dextran = 17 : 3 )
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua :
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
11. Monitor urine dan CVP.
12. Topikal dan tutup luka
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
b. Tulle.
c. Silver sulfa diazin tebal.
d. Tutup kassa tebal.
e. Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
13. Obat – obatan:
a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine)
d. Antasida : kalau perlu
2.1.8 Komplikasi Combustio/ Luka Bakar
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena
edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran
darah sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat
gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus
merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea
dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress
fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta
dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-
tanda ulkus curling.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang
terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine,
perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam
urine.
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas
Nama : Tn. S
No RM : 250429
Umur 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Karangsono, Semarang
Ruang : Prabu Kresna
Tanggal MRS : 8April 2013/ 17.00 WIB
Tanggal pengkajian : 8 April 2013/ 18.00 WIB
Diagnosa Medis : Combustio
2.2.1.2 Keluhan Utama
Klien mengatakan panas dan nyeri pada luka bakar.
2.2.1.3 Riwayat Penyakit (Keluhan) Sekarang
Luka bakar muncul saat pasien membakar sampah yang terdapat bensin. Bakaran api
tersebut mengakibatkan luka bakar pada wajah, leher dan lengan kanan bawah. Klien
langsung dibawa ke UGD RSUD Kota Semarang 8 April 2013 pukul 17.00.Pada saat di
UGD (pukul 17.10) klien mendapatkan terapi RL 20 tpm. Ibu profen 1x400mg.
Cefotaxim 2x1gr (IV), dan salep burnazen. klien dipindahkan di ruang rawat. Klien
mengatakanmuncul rasa panas dan nyeri pada area luka terutama pada area wajah dan
bertambah rasa nyeri saat diberikan salep. Skala nyeri 7.
2.2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama
ataupun dengan riwayat penyakit yang lain.
2.2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti DM da
hipertensi.
2.2.1.5 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Lemah
2. Kesadaran
Compos Mentis
3. Vital Sign
TD: 110/80 mm/Hg, Suhu : 35,20C, Nadi : 72x/menit , RR : 22 kali/menit
BB sebelum sakit : 75 kg
BB saat sakit : 75 kg
4. Kepala
a. Kepala : simetris, tidak ada lesi dan jaringan parut, rambut berwarna hitam
tidak mudah rontok, lembab, dan pendek.
b. Mata : terdapat luka bakar di area mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada peningkatan tekanan intra okuler,
ada reflek cahaya pada pupil
c. Hidung : terdapat luka bakar di area hidung, tidak ada polip, tidak ada
sekretdan pendarahan.
d. Mulut :terdapat luka bakar di area bibir, mukosa bibir pucattidak ada
sariawan , lidah berwarna merah muda, tidak ada pembengkakan tonsil, tidak
terdapat karies pada gigi.
e. Telinga : simetris kanan dan kiri , sedikit purulern , tidak terdapat lesi dan nyeri
tekan, ketajaman pendengaran normal.
5. Leher
Terdapat luka bakar di area leher, tidak terjadi pembesaran tiroid, tidak terdapat distensi
vena jugularis. Luas luka bakar wajah dan leher 9%.
6. Dada dan Paru-paru
a. Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut,
irama pernapasan teratur, tidak ada tanda tanda kesulitan napas, tidak ada retraksi
otot bantu pernapasan
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan, vokal fremitul simetris
antara kanan dan kiri.
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : suara napas Vesikuler
7. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi :
Pulsasi : ( √ ) Kuat ( ) Lemah
Ictus cordis : teraba di interkosta V
c. Perkusi: tidak terdapat pembesaran, bunyi pekak.
d. Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan. Bunyi jantung I II reguler, gallop (-),
mur-mur (-)
8. Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada massa, tidak ada jaringan parut
b. Auskultasi : bising usus 8x/menit
c. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
d. Perkusi : bunyi timpani.
9. Genitalia :
genitalia klien bersih , tidak terpasang kateter
10. Ekstermitas atas : simetris kanan dan kiri,. Kekuatan otot 4. Terdapat luka bakar
kemerahan di lengan atas kanan dengan luas 4.5 %.
Tgl Kanan(Terpasang infus Rl 20 tpm) Kiri
Selasa 9 Kesemut Edema Baal Nyeri Kesemuta Edema Baal Nyeri
(Terpasang infus RL 20 tpm)
April 2013 an n

- + - + - - - -

11. Ekstermitas bawah : simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lesi dan nyeri tekan.
Kekuatan otot 5.
Tgl Kanan Kiri
Selasa Kesemutan Edema Baal Nyeri Kesemutan Edema Baal Nyeri
9 April
2013

- - - - - - - -

2.2.1.6 Pengkajian Fungsional


1. Pola oksigenasi
a. Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam bernapas.
b. Selama sakit : Klien tidak merasakan sesak nafas dan tidak membutuhkan alat
bantu.
2. Kebutuhan nutrisi dan cairan
a. Sebelum sakit : Klien makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan malam. Habis 1
porsi ( nasi, sayur, lauk, buah, teh, dan air putih).
b. Selama sakit : Klien makan 3 kali sehari. habis 1 porsi. (nasi, sayur, lauk,
snack,dan air putih).
3. Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 kali/hari setiap pagi hari dengan
bentuk padat dan lembek, warna kuning dan baunya khas. Klien BAK 6 kali/hari,
warna urin jernih,dan pancaran urin kuat (800cc).
Saat sakit : Klien mengatakan selama di rumah sakit baru dapat BAB pada
hair ke 2 dengan konsistensi padat, warna kecoklatan. Klien BAK 8 kali/hari (900cc)
dengan warna jernih dan haluaran kuat. (900cc)
4. Kebutuhan termoregulasi :
a. sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan mengenai suhu tubuh
b. selama sakit : klien mengatakan daerah wajah, leher, dan lengan atas terasa panas.
5. Kebutuhan aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa yaitu bekerja
sebagai buruh harian
b. Selama sakit : Klien merasa lemas sehingga tidak bisa melakukan aktivitas
harian seperti biasa.
6. Kebutuhan seksualitas
a. Sebelum sakit :Tidak ada keluhan pada seksual dan reproduksi
b. Saat sakit : Tidak ada keluhan pada seksual dan reproduksi.
7. Kebutuhan psikososial
Kebutuhan stress koping :
Klien mengatakan tidak mudah stres, Pasien selalu memusyawarahkan dengan
keluarga bila ada masalah.
Kebutuhan konsep diri :
Body image : pasien sudah pasrah dengan keadaannya saat ini.
Identitas diri : Pasien sudah bekerja menjadi buruh harian .
Harga diri : Pasien berkomunikasi baik dengan keluarga dan
lingkungannya
Peran diri : Tn.S adalah seorang ayah dari 4 anaknya
Ideal diri : Kesembuhan dan sehat semua diserahkan pada Tuhan YME
8. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Klien mengatakan nyeri pada area luka bakar
9. Kebutuhan spiritual
a. Sebelum sakit : Klien dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan sholat 5
waktu.
b. Selama sakit : Klien mengatakan tidak dapat melakukan ibadah sholat 5 waktu.
10. Kebutuhan hygiene
a. Sebelum sakit : Klien mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
b. Selama sakit : Klien mandi 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
11. Kebutuhan istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : Klien tidur 8jam sehari, tidur dari jam 20.00 WIB dan bangun
jam 04.00 WIB /05.00 WIB . Klien tidak mengalami gangguan tidur.
b. Selama sakit :Klien tidur 8jam sehari, tidur dari jam 20.00 WIB dan bangun
jam 04.00 WIB /05.00 WIB . Klien tidak mengalami gangguan tidur.
12. Kebutuhan Aktualisasi Diri
a. Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa klien dapat mengaktualisasikan
kemampuan dirinya seperti bekerja
b. Saat sakit : klien mengatakan bahwa ketika di rumah sakit klien hanya berdiam
diri tidak dapat menyalurkan kemampuan yang dimilikinya.
13. Kebutuhan Rekreasi
a. Sebelum sakit : klien mengatakan bahwa klien biasanya berekreasi dengan teman
atau keluarganya dengan jalan-jalan.
b. Saat sakit : klien mengatakan merasa bosan, salah satu hiburannya adalah jalan di
sekitar ruangan.
14. Kebutuhan Belajar
a. Selama sakit : klien mengatakan bahwa klien mengalami luka bakar, klien kurang
mengetahui tentang perawatan luka bakr.
2.2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Kesan

Hematologi 9 April 2013

Hb 14,2 g/dl 14,0-18,0 ↑

Hematokrit 39,80 % 42-52 ↓

Jumlah 7,6 /ul 4,8-10,8 Normal


Leukosit

Trombosit 349 10^3/ul 150-400 Normal

Kimia klinik

GDS 142 mg/dl 70-115 ↑


2.2.1.7 Program Terapi
Jenis Dosis Rute Indikasi & Cara Kerja Kontraindiksi Efek samping
Terapi

Infus RL 500ml IV Indikasi : mengembalikan keseimbangan Ringer laktat menjadi kurang disukai Edema jaringan pada
12 tpm elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok karena menyebabkan hiperkloremia penggunaan volume yang
hipovolemik. dan asidosis metabolik, karena akan besar, biasanya paru-
menyebabkan penumpukan asam paru.
Cara kerja : keunggulan terpenting dari larutan laktat yang tinggi akibat
Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan metabolisme anaerob.
konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang
dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan
menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium
merupakan kation terpenting di intraseluler dan
berfungsi untuk konduksi saraf dan otot.
Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk
menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi
dan syok hipovolemik termasuk syok
perdarahan.

IbuProfe 400mg Oral  Meredakan demam. Penderita gangguan fungsi ginjal, mual, muntah, diare,
n  Mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, gagal jantung, hipertensi, dan konstipasi, nyeri
sakit gigi, nyeri otot, nyeri setelah operasi penyakit lain yang mengakibatkan lambung, ruam kulit,
pada gigi dan dismenore.
retensi cairan tubuh, asma, gangguan pruritus, sakit kepala,
 Terapi simptomatik rematoid artritis dan
pembekuan darah, lupus ertematosus
osteoarthritis. sistemik. pusing dan heart burn.

Cara Kerja : Hati-hati penggunaan pada anak usia


di bawah 1 tahun, wanita hamil
buprofen merupakan derivat asam fenil
trimester 1 dan 2, dan ibu menyusui.
propionat dari kelompok obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS). Ibuprofen bekerja melalui
Hati-hati pemberian pada penderita
penghambatan enzim siklooksigenase pada tukak lambung atau mempunyai
biosintesis prostaglandin, sehingga konversi riwayat tukak lambung.
asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.

Prostaglandin berperan pada patogenesis Hati-hati pada penderita yang sedang


inflamasi, analgesia dan demam. Dengan mendapatkan antikoagulan kumarin.
demikian maka ibuprofen mempunyai efek
antiinflamasi dan analgetik-antipiretik.

Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih


besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek
samping yang lebih ringan terhadap lambung.

Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi


dengan cepat, berikatan dengan protein plasma
dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2
jam setelah pemberian. Adanya makanan akan
memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi
jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di
hati dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi
bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit
inaktif, sempurna dalam 24 jam.

Cefotaxi 1gr IV Infeksi berat yang disebabkan oleh patogen- Penderita dengan riwayat Reaksi hipersensitifitas,
me patogen yang sensitif terhadap Cefotaxime hipersensitif terhadap antibiotik eosinofilia, neutropenia,
seperti : cephalosporin. Penderita ginjal yang leukopenia yang bersifat
- Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan berat. sementara, flebitisefek
tenggorokan. pada lambung-usus,
- Infeksi pada telinga. superinfeksi.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak. Peradangan iritatif dan
- Infeksi tulang dan sendi. nyeri pada tempat
- Infeksi genitalia, termasuk gonore non- penyuntikan.
komplikata.
- Infeksi abdominal.

Cara Kerja :Cetirizine merupakan antihistamin


potensial yang memiliki efek sedasi (kantuk)
ringan dengan sifat tambahan anti alergi.
Ketorola 30mg IV Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan  Pasien yang sebelumnya pernah Efek samping di bawah
c jangka pendek terhadap nyeri akut sedang mengalami alergi dengan obat ini, ini terjadi pada uji klinis
sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total karena ada kemungkinan dengan Ketorolac IM 20
sensitivitas silang. dosis dalam 5 hari.
Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari.
 Pasien yang menunjukkan
Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan manifestasi alergi serius akibat Insiden antara 1 hingga
segera setelah operasi. Harus diganti ke pemberian Asetosal atau obat anti- 9% :
analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan inflamasi nonsteroid lain. Saluran cerna : diare,
terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac  Pasien yang menderita ulkus dispepsia, nyeri
tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat peptikum aktif. gastrointestinal, nausea.
prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri  Penyakit serebrovaskular yang Susunan Saraf Pusat :
karena belum diadakan penelitian yang adekuat dicurigai maupun yang sudah pasti. sakit kepala, pusing,
mengenai hal ini dan karena diketahui  Diatesis hemoragik termasuk mengantuk, berkeringat.
mempunyai efek menghambat biosintesis gangguan koagulasi.
 Sindrom polip nasal lengkap atau
prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi
parsial, angioedema atau
fetus. bronkospasme.
 Terapi bersamaan dengan ASA dan
NSAID lain.
 Hipovolemia akibat dehidrasi atau
sebab lain.
 Gangguan ginjal derajat sedang
sampai berat (kreatinin serum >160
mmol/L).
 Riwayat asma.
 Pasien pasca operasi dengan risiko
tinggi terjadi perdarahan atau
hemostasis inkomplit, pasien
dengan antikoagulan termasuk
Heparin dosis rendah (2.500–5.000
unit setiap 12 jam).
 Terapi bersamaan dengan
Ospentyfilline, Probenecid atau
garam lithium.
 Selama kehamilan, persalinan,
melahirkan atau laktasi.
 Anak < 16 tahun.
 Pasien yang mempunyai riwayat
sindrom Steven-Johnson atau ruam
vesikulobulosa.
 Pemberian neuraksial (epidural
atau intratekal).
 Pemberian profilaksis sebelum
bedah mayor atau intra-operatif
jika hemostasis benar-benar
dibutuhkan karena tingginya risiko
perdarahan.

Burnazin Cream Indikasi : Luka bakar semua derajat Burnazin tidak boleh digunakan pada dapat terjadi reaksi
10 : lokal seperti rasa
mg/g x Cara kerja : Burnazin krim adalah sediaan terbakar, gatal dan kulit
35 g antimikroba topikal yang mengandung silver  Penderita yang peka terhadap kemerahan.
sulphadiazine dalam dasar krim hidrofilik yang golongan sulphonamide.
lunak. Silver sulphadiazine mempunyai aktivitas  Wanita hamil tua, bayi baru Leukopenia,
lahir, karena dapat gangguan darah lain,
antibakteri yang luas terhadap bakteri gram
menimbulkan resiko hepatitis, dan nekrosis
positif dan gram negatif. kernicterus hepatoseluler.

Gentami 3mg Infeksi : Gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Hipersensitif terhadap Gentamisin  > 10% Susunan syaraf
sin Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), dan Aminoglikosida lain pusat : Neurotosisitas
infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit (vertigo, ataxia)
dan jaringan lunak, infeksi saluran urin,
Neuromuskuler dan
abdomen, endokarditis dan septikemia ,
skeletal : Gait instability
penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri
endokarditis dan tindakan bedah. Otic : Ototoksisitas
(auditory), Ototoksisitas
(vestibular)
Ginjal : Nefrotoksik (
meningkatkan klirens
kreatinin)

 1% –
10%Cardiovaskuler :
Edeme

Kulit : rash, gatal,


kemerahan

 < 1%

Agranulositosis

Reaksi alergi

Dyspnea

Granulocytopenia

Fotosensitif

Pseudomotor Cerebral

Trombositopeni
2.2.1.8 Analisa Data

No Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa


1. DS :
Nyeri Kerusakan kulit, Nyeri berhubungan dengan Kerusakan
Klien mengeluh terasa nyeri dan panas pada area
pembentukan edema kulit, pembentukan edema
luka bakarnya

Klien mengeluh nyeri pada luka bakar pada wajah,


leher dan lengan kanan bawah.

DO :

 Wajah klien terlihat menyeringai kesakitan


 Terdapat edema di lengan kanan atas
 Skala nyeri 7
2. DS : Kerusakan Luka bakar terbuka Kerusakan integritas kulit berhubungan
integritas kulit dengan luka bakar terbuka
DO : terdapat luka bakar berwarna merah kehitaman
di wajah dan leher, dan luka kemerahan dan edema di
lengan atas.
3. DS : klien mengatakan tidak mengetahui informasi Resiko tinggi Disintegritas jaringan Resiko tinggi infeksi berhubungan
mengetahui perawatan luka bakar. infeksi kulit dengan diitegritas kulit

DO : Ht 39,80%

terdapat luka bakar berwarna merah kehitaman di


wajah dan leher, dan luka kemerahan dan edema di
lengan atas.

2.2.1.9 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit, pembentukan edema
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan denganluka bakar terbuka
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengandisintegritas jaringan kulit
2.2.1.10 Intervensi Keperawatan

No Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional TTD


. keperawatan
tanggal

1 Senin 8 Nyeri Setelah dilakukan Mandiri - Nyeri hampir selalu ada pada beberapa peraw
April 2013 berhubungan tindakan selama 3x - Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/ derajat beratnya keterlibatan jaringan/ at
18.30 dengan 24jam diharapkan karakter dan intensitas (0-10) kerusakan tetapi biasanya paling berat
kerusakan pasien mampu : - Jelaskan prosedur/ berikan informasi selama penggantian balutan dan
kult, seiring dengan tepat, khususnya debridemen
- Memperlihatkan
pembentukan selama perawata luka - Dukungan empati dapat membantu
penurunan skala
edema - Dorong penggunaan teknik menghilangkan nyeri/ meningkatkan
nyeri (skala 7-2)
manajemen stres, contoh relaksasi relaksasi. Mengetahui apa yang
- Memperlihatkan
progresif, nafas dalam, bimbingan diharapkan memberikan kesempatan
tindakan untuk
imajinasi dan visualisasi pada pasien untuk menyiapkan diri dan
mengendalikan
kolaborasi meningkatkan rasa kontrol
nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi - Memfokuskan kembali perhatian,
- Melaporkan nyeri
meningkatkan relaksasi, dan
yang
meningkatkan rasa kontrol, yang dapat
dirasakannya
menurunkan ketergantungan
farmakologis
- Metode IV sering digunakan pada awal
untuk memaksimalkan efek obat
2. Kerusakan Setelah dilakukan Mandiri -pengkajian terhadap ukuran, warna ,
integritas tindakan selama 2x kedalaman luka akan menentukan
- Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman
kulit 24jam diharapkan intervensi lanjutan.
luka, perhatikan jaringan nekrotik
berhubungan pasien mampu :
dan kondisi sekitar luka -perawatan yang tepat akan mempercepat
denganluka
- Menunjukan - Berikan perawatan luka bakar yang proses penyembuhan luka.
bakar terbuka
regenerasi tepat dan tindakan kontrol infeksi
jaringan
- Mencapai
penyembuhan
tepat waktu pada
area luka bakar
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
infeksi tindakan selama 2x
- Tekankan pentingnya teknik cuci - Mencegah kontaminasi silang
berhubungan 24jam diharapkan
tangan yang baik untuk semua menurunkan resiko infeksi
dengandisinte pasien mampu :
individu yang datang kontak dengan - Mencegah terpajan pada organisme
gritas
Mencapai pasien infeksius
jaringan kulit
penyembuhan luka - Gunakan sarung tangan, masker, dan
tepat dan tidak teknik aseptik ketat selama
- Mencegah kontaminasi silang dari
perawatan luka langsung dan berikan
demam pakaian steril/ linen pengunjung. Masalah resiko infeksi
- Awasi/batasi pengunjung. Jelaskan harus seimbang melawan kebutuhan
prosedur isolasi terhadap pasien untuk dukungan keluarga dan
pengunjung bila perlu. Periksa area sosialisasi
yang tak terbakar (seperti lipat paha,
lipatan leher, membran mukosa)
- Infeksi oportinistik (jamur) seringkali
secara rutin
terjadi sehubungan dengan depresi
- Ganti balutan dan bersihkan area
sistem imun, dan/atau proliferasi
terbakar.
floral normal tubuh selama terapi
- Bersihkan jaringan nekrotik/ yang
antibiotik sistemik
lepas dengan gunting. Jangan
- Air melembutkan dan membantu
pecahkan lepuh yang utuh bila lebih
membuang balutan dan jaringan parut
kecil dari 2-3 cm, jangan pengaruhi
(lapisan kulit mati atau jaringan)
fungsi sendidan jangan pajankan
- Meningkatkannpenyembuhan.
luka yang terinfeksi.
Mencegah autokontaminasi lepuh
- Periksa luka tiap hari,
yang kecil membantu melindungi
perhatikan/catatnperubahan
kulit dan meningkatkan kecepatan
penampilan, bau, atau kuantitas
reepitelisasi kecuali luka bakar akibat
drainase.
kimia (dimana kasus cairan lepuh
- Awasi tanda vital untuk demam,
peningkatan frekuensi/kedalaman mengandung zat yang dapat
pernafasan sehubungan dengan menyebabkan kerusakan jaringan )
perubahan sensori, adanya diare, - Mengidentifikasinadanya
penurunan jumlah trombosit, dan penyembuhan (granulasi jaringan) dan
hiperglikemia memberikan deteksi dini infeksi luka
- Berikan obat sesuai indikasi bakar. Infeksi pada luka bakar
ketebalan ketebalan sebagian dapat
menyebabkan perubahan luka bakar
menjadi cedera ketebalan penuh.
IMPLEMENTASI

Hari Diagnosa Implementasi Respon


/tanggal
Senin 8 DP 1 Mengobservasi nyeri pasien DS : klien mengeluh nyeri
April DO: skala nyeri 7, Wajah klien menyeringai kesakitan
Memberikan Injeksi :
2013 DS : klien menyatakan mau diberikan injeksi
19.00 -Ketorolac 1x1A DO : klien terlihat gelisah, obat masuk dan tidak ada
tanda tanda alergi
Menjelaskan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien
DS : klien menyatakan siap untuk dilakukan perawatan
Mengajarkan klien teknik nafas dalam luka
DO : klien tampak paham
DS : klien menyatakan bersedia untuk melakukan nafas
dalam
DO: klien tampak paham, menyeringai kesakitan, dan
mengikuti anjuran perawat.

Selasa 9 DP 1 Mengobservasi nyeri pasien DS : klien masih mengeluh nyeri pada area luka
April 19.00 bakarnya.
Memberikan Injeksi :
2013 DO: skala nyeri 4, Wajah klien sedikit lebih tenang
14.00 - Cefotaxime1A x1 gram (IV) DS : klien menyatakan mau diberikan injeksi
DO : klien terlihat gelisah, obat masuk dan tidak ada
tanda tanda alergi

DP 2 - Mengkaji/mencatat ukuran, warna, kedalaman luka, DS : klien menyatakan bersedia untuk dikaji
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka DO : luas luka bakar 14,5% luka bewarna kehitaman di
memberikan perawatan luka bakar (oles burnazin) area wajah dan leher, berwarna merah di lengan bawah
DS : klien menyatakan bersedia untuk diberi perawatan
luka
DO : klien tampak tenang saat dilakukan perawatan
luka.

DP3 -memeriksa luka dan mencatat perubahan penampilan, bau, atau DS: klien menyatakan bersedia untuk diperiksa lukanya.
kuantitas drainase. DO: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak
terdapat bau pada luka pasien
-MengukurTTV, mengkaji adanya diare dan demam ,
DS: klien mengatakan tidak merasakan demam, tidak
-memberikan injeksi Ceftriakson 1x1A mengalami diare

DO:TD: 120/80 mm/Hg, Suhu : 36,30C, Nadi :


80x/menit , RR : 18 kali/menit
Rabu 10 DP1 Mengobservasi nyeri pasien DS : klien mengeluh nyeri
April DO: skala nyeri 3, Wajah klien menyeringai kesakitan
Memberikan Injeksi :
2013 DS : klien menyatakan mau diberikan injeksi
14.00 -Injeksi Cefotaxime1A 1 gram (IV) DO : klien terlihat tenang, obat masuk dan tidak ada
tanda tanda alergi
Menjelaskan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien

DS : klien menyatakan siap untuk dilakukan perawatan


luka
DO : klien tampak paham

DP 2 - memberikan perawatan luka bakar (oles burnazin) DS : klien menyatakan bersedia untuk dilakukan
perawatan luka
DO : klien tampak tenang dan nyaman saat diberikan
perawatan luka

- memeriksa luka tiap hari, perhatikan/catat perubahan


DP3 penampilan, bau, atau kuantitas drainase. DS: klien menyatakan bersedia untuk diperiksa lukanya.
- mengawasi tanda vital untuk demam, peningkatan DO: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak
frekuensi/kedalaman pernafasan sehubungan dengan terdapat bau pada luka pasien . luka pada padien kering.
perubahan sensori, adanya diare, penurunan jumlah
DS : klien menyatakan bersedia untuk diukur ttv
trombosit, dan hiperglikemia
DO : TD: 120/80 mm/Hg, Suhu : 36,30C, Nadi :
72x/menit , RR : 20 kali/menit

Kamis DP1 Mengobservasi nyeri pasien DS : klien mengeluh nyeri berkurang


11 April DO: skala nyeri 2, Wajah klien lebih rileks dan tenang
Memberikan Injeksi :
2013 DS : klien menyatakan mau diberikan injeksi
21.00 -Injeksi Cefotaxime1A 1 gram (IV) DO : klien terlihat gelisah, obat masuk dan tidak ada
tanda tanda alergi
Menjelaskan prosedur tindakan perawatan luka pada pasien
DS : klien menyatakan siap untuk dilakukan perawatan
luka
DO : klien tampak paham

DP2 memberikan perawatan luka bakar (oles burnazin) DS : klien menyatakan bersedia untuk dilakukan
perawatan luka
DO : klien tampak tenang dan nyaman saat diberikan
perawatan luka
DP3 - memeriksa luka tiap hari, perhatikan/catat perubahan DS: klien menyatakan bersedia untuk diperiksa lukanya.
penampilan, bau, atau kuantitas drainase. DO: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak
- mengawasi ttv terdapat bau pada luka pasien

DS : klien menyatakan bersedia untuk diukur ttv

0
DO : TD: 120/80 mm/Hg Suhu : 36,4 CNadi :
74x/menit RR : 20 kali/menit

EVALUASI

Hari/tanggal Dx Evaluasi TTD


No

Senin 8 1 S : klien mengatakan masih terasa nyeri di luka bakarnya


April 2013
O: skala nyeri 7. Klien tampak menyeringai kesakitan.
21.00
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1

Selasa, 9 1 S : klien mengatakan masih terasa nyeri di luka bakarnya


April 2013
O: skala nyeri5. Klien tampak lebih tenang .
21.00
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

2 S:

O: luas luka bakar 13.5 % luka bewarna kehitaman di area wajah dan leher, berwarna merah di lengan
bawah

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

3 S: klien mengatakan tidak merasakan demam, tidak mengalami diare

O: TD: 120/80 mm/Hg, Suhu : 36,20C, Nadi : 78x/menit , RR : 20 kali/menit

A:masalah beum teratasi

P : lanjutkan intervensi
Rabu, 1 S : klien mengatakan nyeri luka bakarnya berkurang

10 April O: skala nyeri3. Klien tampak lebih tenang .


2013
A : Masalah belum teratasi
21.00
P : Lanjutkan intervensi

2 S: klien menyatakan luka bakarnya tampak kehitaman

O: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak terdapat bau pada luka pasien

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

3 S: klien tampak tenang dan nyaman saat diberikan perawatan luka

O : luas luka bakar 13,5% luka bewarna kehitaman di area wajah dan leher, berwarna merah di lengan
bawah

A: masalah belum teratasi

P :lanjutkan interevensi

Kamis 9 1 S: klien menyatakan nyeri berkurang


April 2013 O: skala nyeri 2, Wajah klien lebih rileks dan tenang

21.00 A: masalah belum teratasi

P : hentikan intervensi

2 S: -

O: klien tampak tenang dan nyaman saat diberikan perawatan luka. Luka klien yang memrah di tangan
lengan atas itu sudah ada perbaikan

A: masalah teratasi

P : hentikan intervensi

3 S: klien menyatakan luka bakarnya tampak kehitaman

O: luka di wajah masih tampak kehitaman, tidak terdapat bau pada luka pasien

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
Kesimpulan

Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar
memerlukan penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar,
kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan
perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula
teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

Saran

Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan
karena bisa mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan selalu
waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

Anda mungkin juga menyukai